Oleh :
Kelompok C3
Mengetahui,
Pembimbing Fakultas Pembimbing Daerah
Mengetahui,
Pembimbing Wilayah Sukoharjo
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan PBL II Kelompok C3 dengan
judul Survei Keberhasilan Penyuluhan Dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian
Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Pengalaman Belajar Lapangan II di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Laporan ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, petunjuk, bantuan maupun saran
berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan terima kasih pada :
1. Prof. DR. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes.K.K. selaku Koordinator Mata Kuliah PBL II dan selaku
koordinator lapangan PBL II.
3. Wachid Putranto, dr., Sp. PD selaku Pembimbing Fakultas PBL II.
4. Sugeng Purnomo, dr. selaku Pembimbing Daerah dan Kepala Puskesmas Tawangsari.
5. Segenap dokter, bidan desa, dan staf Puskesmas Tawangsari.
6. Segenap pihak yang telah membantu terlaksananya survey PBL II Kelompok C3 yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Tanpa bantuan dari semua pihak yang tersebut di atas laporan PBL II ini tidak akan
dapat terselesaikan dengan lancar.
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN REVISI iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) 5
2.2 Demam Berdarah Dengue 8
2.3 Penyuluhan 21
2.4 Survey 23
2.5 Indikator Keberhasilan Penyuluhan 27
2.6 Kerangka Pemikiran 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Survei 31
3.2 Lokasi Penelitian 31
3.3 Populasi Terjangkau 31
3.4 Populasi Target 31
3.5 Subjek Penelitian 32
3.6 Teknik Sampling 32
3.7 Alat Ukur Penelitian 32
3.8 Variabel Penelitian 32
3.9 Cara Kerja 33
3.10 Teknik Analisis Data Statistik 33
BAB IV HASIL SURVEI
4.1 Data Umum 34
4.2 Hasil Survei 44
4.3 Analisis Data 57
BAB V PEMBAHASAN 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 65
6.1 Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN 70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Gedung Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
dan Poli Klinik Desa PKD 35
Tabel 2. Data Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari 36
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 37
Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangsari Tahun 2008 38
Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 39
Tabel 6. Jumlah Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari 40
Tabel 7. Data Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Pada Januari-Desember
2008 41
Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008 42
Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009 43
Tabel 10. Jumlah Responden Penelitian 45
Tabel 11. Sebaran Data Responden Berdasarkan Umur 46
Tabel 12. Sebaran Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 47
Tabel 13. Rerata Data Responden yang Disuluh dan Tidak Disuluh 48
Tabel 14. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir 48
Tabel 15. Rerata Data Responden yang Disuluh Bedasarkan Usia 49
Tabel 16. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Desa 50
Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada
Kuesioner Demam Chikungunya 51
Tabel 18. Rerata Data Responden yang Tidak Tidak Disuluh Berdasarkan
Pendidikan Terakhir 52
Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia 53
Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Desa 54
Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada
Kuesioner Demam Chikungunya 55
Tabel 22. Data Deskriptif Kuesioner Demam Chikungunya 56
Tabel 23. Data Deskriptif Kuesioner Perilaku Masyarakat 56
Tabel 24. Perbandingan Data Nilai Postest/Kuesioner (Saat Survey) Antara Pada
Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 57
Tabel 25. Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78
Tabel 26. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79
Tabel 27. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Watubonang Posyandu Watulumbung 80
Tabel 28. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81
Tabel 29. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82
Tabel 30. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Pojok Posyandu Sehat III 83
Tabel 31. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Lorog Posyandu Lestari II 84
Tabel 32. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Grajegan Posyandu Mirasari II 85
Tabel 33. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86
Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87
Tabel 35. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88
Tabel 36. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Lorog Posyandu Cemetuk 89
Tabel 37. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90
Tabel 38. Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam
Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang
Tidak Disuluh 91
Tabel 39. Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92
Tabel 40. Hasil T-Test Group Statistic Postest Demam Chikungunya Antara
Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93
Tabel 41. Hasil T-Test Independent Sample Test Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner 70
2. Tabel Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78
3. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79
4. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Watubonang Posyandu Watulumbung 80
5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81
6. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82
7. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Pojok Posyandu Sehat III 83
8. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Lorog Posyandu Lestari III 84
9. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Grajegan Posyandu Mirasari III 85
10. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86
11. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87
12. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88
13. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Lorog Posyandu Cemetuk 89
14. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90
15. Tabel Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam
Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang
Tidak Disuluh 91
16. Tabel Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92
17. Tabel T-Test Group Statistic Demam Chikungunya 93
18. Tabel T-Test Independent Sample Test Demam Chikungunya 93
19. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa yang
Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94
20. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa
yang Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo 44
Gambar 2. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa
yang Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94
Gambar 3. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang
Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95
BAB I
PENDAHULUAN
b. Mengetahui adanya deteksi dini oleh individu, keluarga, maupun masyarakat dalam
upaya mencegah kegawatan dan keterlambatan penanganan kasus DBD.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kegiatan yang harus dilakukan oleh para mahasiswa semester VI dalam kelompok
PBL I ini adalah penyuluhan.
Kegiatan yang dijalankan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan PBL II berupa survei
tentang hasil penyuluhan kesehatan pada masyarakat yang telah dilakukan pada PBL I.
Kegiatan ini dibagi dalam tiga tahap:
1. Tahap persiapan
a. Proses pembuatan proposal
b. Pencarian literature
c. Diskusi kelompok
d. Validasi proposal
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan survey (penyebaran kuesioner)
b. Mencari data sekunder
c. Pengumpulan kuesioner
3. Tahap penyelesaian
a. Dekapitasi (pengelompokan)
b. Tabulasi data
c. Penyajian data dalam bentuk table
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Flaviviridae dan
dikenal ada 4 serotipe:
1. Serotipe 1 & 2: ditemukan di Irian saat Perang Dunia II.
2.2.3 Epidemiologi
Potensial : Suatu daerah dengan pemukiman padat, mobilitas penduduk tinggi dan
memiliki ketinggian dibawah 500 m permukaan laut.
Endemis : Dalam tiga tahun terkahir ditemukan kasus secara terus menerus dalam
satu wilayah desa.
b. DBD terjadi apabila banyak tipe virus dengue secara simultan atau berurutan ditularkan.
Infeksi virus dapat berasal dari semua tipe, dan infeksi yang kedua dengan tipe heterolog
sering terjadi (Behrman, Kliegman, Alvin, 2000). Virus ini ditularkan melalui gigitan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Vektor berhubungan dengan faktor
sanitasi lingkungan, air bersih yang langka, dan kebiasaan masyarakat untuk menampung
air bersih.
2.2.5 Vektor
Nyamuk Ae. aegypti dewasa berukuran kecil, berwarna hitam dengan bintik putih di
seluruh badan, kaki, dan sayap. Telurnya seperti sarang tawon, diletakkan sedikit dibawah
permukaan air jernih dengan jarak + 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur
mempunyai dinding bergaris-garis dan gambaran kain kasa. Telur dapat bertahan berbulan-
bulan pada suhu -2—420C, sedangkan larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir
berduri lateral. Jentik Ae. aegypti berukuran 0,5—1 cm, selalu bergerak aktif dalam air, pada
waktu istirahat memiliki posisi hampir tegak lurus permukaan air.
Ae. aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menghisap darah.
Memiliki kebiasaan menggigit berulang (multiplebiters) sehingga memudahkan tranmisi
virus (Soedarmo, 1988; Putra, 1995). Biasanya nyamuk betina menggigit pada pagi sampai
petang dengan puncak serangan antara jam 9-10 pagi dan 4-5 sore (Satari dkk, 2005).
Nyamuk ini mempunyai kebiasaan istirahat serta menggigit di dalam rumah, hinggap
di tempat yang bergelantungan dan menyukai warna gelap. Kemampuan terbang nyamuk ini
40 meter untuk betina, dengan daya maksimal 100 meter. Secara pasif oleh angin dapat
terbawa lebih jauh (Satari dkk, 2005).
Jika kriteria untuk dilakukannya fogging tersebut tidak terpenuhi, maka akan
dilakukan abetesasi (pemberian bubuk abate) (Ruswendi, 2001).
2.2.8 Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien
penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu) (Hendarwanto,
2000).
Pasien DBD perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu:
a. Keadaan umum memburuk.
b. Hati makin membesar.
c. Masa perdarahan memanjang karena thrombocytopenia.
d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala (Hendarwanto, 2000).
Dalam hal ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang
pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan
darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama
pengamatan, selanjutnya tiap 24 jam (Hendarwanto, 2000).
Terapi untuk DSS (Dengue Shock Syndrome) bertujuan utama untuk mengembalikan
volume cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan
pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, Laktat Ringer atau
bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan
dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis (Hendarwanto,
2000).
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml/kgBB, dan bila renjatan telah diatasi,
kecepatan tetasan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam (Hendarwanto, 2000).
Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan digrojog, dan bila tidak
tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kgBB. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan
asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya untuk menjaga
keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit
maupun plasma dipertahankan 12-48 jam, setelah renjatan teratasi (Hendarwanto, 2000).
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala menunjukkan penurunan kadar Hb & Ht
(Hendarwanto, 2000).
2.3 Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti“obor” atau “pelita” atau “yang
memberi terang”.Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan
meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu
pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahandari yang tidak
mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim, et.al,
2003).
2.3.1 Penyuluhan I
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 4 Mei 2009.
Tempat : Desa Ponowaren, Posyandu Sejahtera II.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi penyuluhan : 1 kali.
2.3.2 Penyuluhan II
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
2.3.5 Penyuluhan V
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
2.3.6 Penyuluhan VI
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
2.4 Survey
Istilah survei biasanya dirancukan dengan istilah observasi dalam pengertian sehari-
hari. Pada hal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun
keduanya merupakan kegiatan yang saling berhubungan.
Menurut kamus Webster, pengertian survei adalah suatu kondisi tertentu yang
menghendaki kepastian informasi, terutama bagi orangorang yang bertanggung jawab atau
yang tertarik. Tujuan dari survei adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan
menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu
tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.
2.4.10 Survey X
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 16 November 2009.
Tempat : Desa Tangkisan, Posyandu Pertiwi V.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali
2.4.11 Survey XI
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 17 November 2009.
Tempat : Desa Lorog, Posyandu Cemetuk.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.12 Survey XII
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 17 November 2009.
Tempat : Desa Pundungrejo, Posyandu Mekarsari V-VI.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
Indikator-indikator keberhasilan penyuluhan point satu dan dua dapat di ukur dengan
metode survey menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut berisi tiga puluh pertanyaan
seputar materi yang telah diberikan dalam penyuluhan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
mengindikasikan tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku masyarakat.Setiap jawaban
dari setiap pertanyaan memiliki nilai yang berbeda.Semakin tinggi total nilai yang didapatkan
maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penyuluhan.
Indikator keberhasilan penyuluhan point tiga dapat diketahui melalui data sekunder
yang didapat dari data puskesmas Tawangsari, Sukoharjo. Data yang diambil dari Laporan
Surveilans Demam Berdarah Dengue di Puskesma Tawangsari pada Bulan April 2009 jumlah
penderita yang menderita Demam Berdarah Dengue adalah sebesar 10 orang. Diambil data
bulan April dikarenakan penyuluhan PBL I baru dimulai dari awal Mei 2009, sehingga
dianggap bulan April belum terjadi penyuluhan.
Puskesmas Tawangsari
Kelurahan Kelurahan
Posyandu Posyandu
Kuesioner Kuesioner
Hasil Nilai
Desa yang Desa yang Desa yang
Disuluh > Desa Disuluh = Desa Disuluh < Desa
yang Tidak yang Tidak yang Tidak
Disuluh Disuluh Disuluh
Identifikasi Masalah
Prioritas Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Data
Penyajian Data
Kuesioner
Tabulasi
TabelData
1. Dekapitasi
2. Menyusun Simpul-Simpul Negatif Menjadi Saran
3. Menyusun Simpul-Simpul Positif Menjadi Kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL SURVEI
Luas total wilayah binaan Puskesmas Tawangsari 21, 65 km2. Dengan luas wilayah
daerah kerja Puskesmas Tawangsari sebesar + 40 m2. Berupa dataran 25% dataran tinggi dan
75% dataran rendah.
Untuk keadaan geografi, Puskesmas Tawangsari terletak di Kecamatan Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo. Batas-batas wilayah Puskesmas :
Sebelah utara : Kecamatan Sukoharjo
Sebelah selatan : Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru
Sebelah barat : Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten
Sebelah timur : Kecamatan Bulu
4.1.1.2 Lokasi
4.1.1.2.3 Gedung Puskesmas Induk
a. Di Tanah Kas Desa Lorog dengan Luas Tanah 1028 m2
Jl. Laks. Yos Sudarso No. 13 Tawangsari telp. (0272) 881090 Kab. Suskoharjo
b. Di Tanah Desa Pojok Luas Tanah 2.500 m2
Jl. Suto Wijoyo No. 5 Desa Pojok telp. (0271) 7001830
Tabel 1. Daftar Gedung Pusksmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan PoliKlinik Desa PKD
Gedung Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Poli Klinik Desa PKD
1. Desa Pundungrejo 1. Desa Ponowaren 1. Desa Kateguhan
2. Desa Majasto 2. Desa Tambakboyo 2. Desa Lorog
3. Desa Watubonang 3. Desa Grajegan 3. Desa Grajegan
4. Desa Tangkisan 4. Desa Kedungjambal
5.Desa Kedungjambal 5. Desa Watubonang
6. Desa Tambakboyo 6. Desa Pundungrejo
7. Desa Dalangan 7. Desa Pojok
8. Desa Dalangan
9. Desa Tangkisan
10. Desa Ponowaren
11. Desa Majasto
12. Desa Tambakboyo
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)
Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari
Tahun 2008
Persent
Jumlah
Persentase Persentase ase (%)
Desa / Jumlah Jumlah Bayi
No. (%) (%) Bayi
Kelurahan Bumil Balita Lahir
Bumil Balita Lahir
Hidup
Hidup
1. Kateguhan 56 6,34% 204 14,01% 58 7,25%
2. Lorog 86 9,74% 312 21,43% 65
8,13%
3. Grajegan 65 7,36% 236 16,21% 64
4. Kedungjambal 61 3,51% 220 15,11% 58 8%
5. Watubonang 85 9,63% 308 21,15% 81
7,25%
6. Pundungrejo 48 5,43% 176 12,09% 41
7. Pojok 87 9,85% 346 23,76% 80 10,13%
8. Dalangan 77 8,72% 279 19,16% 67
5,13%
9. Tangkisan 95 10,76% 358 24,59% 75
10. Ponowaren 94 10,65% 391 26,85% 91 10%
11. Majasto 74 8,38% 278 19,09% 67
12. Tambakboyo 55 6,23% 291 19,99% 53
8,38%
9,38%
Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangsari Tahun 2008
Persentase
Desa / Jumlah Persentase Jumlah
No. (%)
Kelurahan WUS (%) WUS PUS
PUS
1. Kateguhan 1.435 17,70% 844 8,18%
2. Lorog 1.458 17,98% 1.135
11,00%
3. Grajegan 1.393 17,18% 799
4. Kedungjambal 1.286 15,86% 908 7,75%
5. Watubonang 1.670 20,60% 1.148
8,80%
6. Pundungrejo 866 10,68% 823
7. Pojok 980 12,09% 781 11,13%
8. Dalangan 1.080 13,32% 679
7,98%
9. Tangkisan 849 10,47% 634
10. Ponowaren 1.219 15,03% 1.154 7,57%
11. Majasto 1.001 12,35% 802
6,58%
6,15%
12. Tambakboyo 4 0%
5%
20%
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)
Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008
No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)
1. Januari 3 15%
2. Februari 6
30%
3. Maret 0
4. April 2 0%
5. Mei 2
10%
6. Juni 0
7. Juli 0 10%
8. Agustus 1
0%
9. September 1
10. Oktober 1 0%
11. November 2
5%
5%
12. Desember 2 5%
10%
10%
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)
Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009
No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)
1. Januari 2 4
2. Februari 0 0
3. Maret 3 6
4. April 10 20
5. Mei 8 16
6. Juni 11 22
7. Juli 7 14
8. Agustus 5 10
9. September 0 0
10. Oktober 3 6
11. November 1 2
Jumlah 50 100
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)
Tabel 13. Rerata Data Responden Yang Disuluh dan Tidak Disuluh
Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan Berdasarkan Perilaku
Demam Berdarah Dengue
Disuluh 7,27 8,5
Tidak disuluh 7,01 8,23
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
Dari Tabel 14 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan
yang terendah adalah yang berpendidikan SMP. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku
tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan yang terendah
adalah yang berpendidikan SMP.
Dari Tabel 15 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 21-30 tahun. Dan yang terendah
adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan usia adalah yang berusia 51-60 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia
41-50 tahun.
Dari Tabel 16 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Lorog. Dan yang terendah adalah Desa
Pundungrejo. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah
Desa Watubonang. Dan yang terendah adalah Desa Ponowaren.
Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner Demam
Berdarah
Pernyataa Demam Berdarah Perilaku
Dengue
n Dengue masyarakat
1 18 1
2 2 5
3 6 10
4 33 40
5 26 18
6 16 2
7 25 3
8 9 15
9 26 7
10 3 1
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
Dari Tabel 18 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan SMA. Dan
yang terendah adalah yang tidak sekolah. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan S1. Dan yang terendah adalah
yang tidak sekolah.
Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia
Usia Tingkat Pengetahuan Perilaku
Demam Berdarah
Dengue
11-20 8 8,5
21-30 7,04 8,58
31-40 7,49 8,44
41-50 5,33 6
51-60 6 7,33
61-70 6,5 7,25
71-80 8 7,5
81-90 6 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
Dari Tabel 19 didapatkan bahwa responden yang Tidak Disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 71-80 tahun. Dan yang terendah
adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan usia adalah yang berusia 81-90 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia
41-50 tahun.
Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Desa
Dari Tabel 20 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Majasto. Dan yang terendah adalah Desa
Tangkisan. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah
Desa Tambakboyo. Dan yang terendah adalah Desa Kateguhan.
Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner
Demam Berdarah Dengue
Dari Table 24 didapatkan bahwa antara kelompok eksperimen (desa yang disuluh)
yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu), Kedungjambal,
dan Pundungrejo dengan kelompok control (desa yang tidak disuluh) terdapat perbedaan pada
nilai posttest. Yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen lebih baik (7,50) daripada
kelompok control (7,02).
Analisa data T-test dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan interval kepercayaan 95%
didapatkan:
1. T-test
a. Dari hasil penelitian didapatkan data sebanyak 120 orang
Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang didapat yang
memenuhi persyaratan sebagai subjek penelitian yaitu sebanyak 120 orang. Adapun
hasil atau nilai dari kuisioner terlampir di bagian lampiran dari buku ini.
b. Keputusan Statistik
Menurut perhitungan statistik menggunakan SPSS 16, didapatkan hasil : Skor
Postest Demam Berdarah Dengue kelompok desa yang disuluh dan tidak disuluh t =
2,086 sig 0,039. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)
antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang
disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan perilaku Demam Berdarah Dengue lebih
baik daripada desa yang tidak disuluh.
.
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil survei yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari yaitu
di Desa Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),
Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan
Tangkisan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh
yaitu didapatkan hasil survei desa yang disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan
perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue lebih baik daripada desa yang tidak
disuluh.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue setelah dilakukan
penyuluhan tetapi tidak bermakna (desa yang disuluh sebesar 7,5 dan desa yang tidak
disuluh sebesar 7,02). Namun sikap warga dilihat dari hasil postest terdapat perbedaan
yang bermakna (p < 0,05).
3. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari tentang
pengetahuan Demam Berdarah Dengue pada umumnya baik namun perlu terus
ditingkatkan dengan diberikan pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa
sikap atau contoh gerakan bebas DBD.
6.2 Saran
a. Perlu adanya pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa sikap atau contoh
gerakan bebas Demam Berdarah Dengue lebih lanjut tentang demam Demam Berdarah
Dengue dengan sasaran yang tepat dan perbaikan perilaku yang lebih efisien.
b. Diharapkan pada pengarahan yang akan datang lebih ditekankan pada aspek perubahan
perilaku, di antaranya tentang tindakan pencegahan, 3M plus, penggunaan abate, dan
pengetahuan tentang pengetahuan fogging.
c. Perlu adanya survei lebih lanjut dengan subjek survei yang lebih besar pada wilayah kerja
Puskesmas Tawangsari agar lebih representatif guna mengetahui keberhasilan perbaikan
perilaku Demam Berdarah Dengue.
DAFTAR PUSTAKA
Arief M. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. Hal: 428.
Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. EGC. Jakarta. Hal:109.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Harninto. (1997). Komunitas III “Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta.
Penerbit Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal:33-40
Hendarwanto. (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK UI. Hal:
126-35
Sri RH. (1992). Demam Berdarah Dengue Pengalaman di Bagian IKA RSCM Jakarta.
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81. Jakarta. Hal:58-61
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985). Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II,
Cetakan ketujuh, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 607-621
Suhendrodkk.(2006). Demam berdarah dengue. In: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi !V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal:1709
Sumarmo SPS. (1988). Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. Hal 95-8
Sumengen S, Thomas S, dkk. (1992). Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah melalui
Pengawasan Kualitas Lingkungan. Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81.
Jakarta. Hal:28-31
Suparman. (1992). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta. UNS Press.
Surakarta.
Susanto, AS. (1997). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bina Cipta. Jakarta.
Tim PBL. (2003). Hand Out Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Hal 8-16
Tim PBL. (2003). Buku Pedoman Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Bag.
PPKM/PBL Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta. Hal 9-14
Lampiran
1. Kuesioner
Kelompok Pengalaman Belajar Lapangan
Daerah Kecamatan Tawangsari,
Kabupaten Sukoharjo
Tanda Tangan
Nama
Selamat pagi/siang/malam,
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret di Surakarta dalam
Pengalaman Belajar Lapangan yang merupakan program dari Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat saat ini sedang melaksanakan studi pengetahuan dan perilaku di masyarakat
daerah Jawa Tengah. Studi ini bertujuan sebagai langkah awal dalam mengurangi
morbiditas (jumlah angka kesakitan) dan mengurangi mortalitas (jumlah angka kematian)
dalam hal ini menyangkut penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Chikungunya.
Informasi dan jawaban yang Anda berikan amatlah penting dan bermanfaat bagi kami.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
Mahasiswa Kelompok PBL
Bagian IKM Fakulas Kedokteran UNS
6. Saat ada wadah yang tergenang air, cara kita agar tidak menjadi sarang nyamuk
adalah, kecuali…
a. Mengubur
b. Menutup
c. Membiarkannya terbuka tanpa terawat
d. Menaruh ikan pemakan jentik nyamuk
e. Menaburkan bubuk abate
7. Yang tidak termasuk tanda awal penyakit Demam Berdarah Dengue adalah…
a. Demam tinggi
b. Mimisan
c. Mual muntah
d. Bintik-bintik merah
e. Pingsan
8. Bukan termasuk ciri-ciri nyamuk pembawa penyakit Demam Berdarah Dengue dan
Demam Chikungunya adalah…
a. Tubuh berwarna hitam putih belang-belang
b. Suka menggigit pada pagi dan siang hari
c. Suka bertelur di air yang tenang dan jernih
d. Tubuh berwarna hitam
e. Suka di tempat yang lembab dan gelap seperti di gantungan pakaian
10. Air yang bagaimana yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur?
a. Air kotor
b. Air bergelembung
c. Air tenang dan bersih
d. Air comberan
e. Air yang mengalir deras
12. Fogging TIDAK EFEKTIF dan TIDAK EFISIEN karena hanya membunuh nyamuk
dewasa :
a. Benar
b. Salah
15. Obat nyamuk oles (lotion pencegah gigitan nyamuk) dapat mencegah adanya gigitan
nyamuk :
a. Benar
b. Salah
16. Semua nyamuk perlu diwaspadai menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue :
a. Benar
b. Salah
18. 3M dilakukan hanya pada saat banyak warga yang telah menderita DBD atau
Chikungunya :
a. Benar
b. Salah
19. Penyakit Demam Chikungunya dapat sembuh total dan tidak menyebabkan kematian :
a. Benar
b. Salah
20. Pegal-pegal, nyeri sendi, dan sakit otot merupakan gejala khas dari Demam
Chikungunya :
a. Benar
b. Salah
23. Saya mengompres dengan air biasa dan memberi minum air putih yang cukup banyak
pada saudara saya yang sedang menderita demam :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:
24. Menurut saya Fogging efektif untuk memberantas penyakit Demam Bedarah dan
Demam Chikungunya :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:
25. Saya selalu menggunakan obat nyamuk (bakar/oles/semprot/listrik) setiap hari baik
pagi-siang-sore-malam hari :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:
26. Saya dan sekeluarga selalu sangat waspada dan peduli terhadap penyakit Demam
Berdarah dan Demam Chikungunya :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:
27. Saya selalu menguras dan menyikat bak mandi minimal seminggu sekali hingga
bersih :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :
28. Saya sering menggantung baju di luar lemari (di tempat terbuka) :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :
29. Saya tidak akan membiarkan genangan air disekitar lingkungan tempat tinggal :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :
30. Saya akan mengubur atau menutup tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk di
sekitar lingkungan tempat tinggal
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :
Cases
Valid Missing Total
Kelompok Penelitian N Percent N Percent N Percent
Postest K. Eksperimen 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
DBD K. Kontrol 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
Descriptives
Std.
Kelompok Penelitian Statistic Error
Postest K. Eksperimen Mean 7,50 ,140
DBD 95% Confidence Lower Bound 7,22
Interval for Mean Upper Bound
7,78
5% Trimmed Mean
7,54
Median 8,00
Variance 1,169
Std. Deviation 1,081
Minimum 5
Maximum 10
Range 5
Interquartile Range
1
Skewness -,374 ,309
Kurtosis ,062 ,608
K. Kontrol Mean 7,02 ,185
95% Confidence Lower Bound 6,65
Interval for Mean Upper Bound
7,39
5% Trimmed Mean
7,07
Median 7,00
Variance 2,051
Std. Deviation 1,432
Minimum 3
Maximum 10
Range 7
Interquartile Range
2
Skewness -,424 ,309
Kurtosis ,989 ,608
Group Statistics
Std. Error
Kelompok Penelitian N Mean Std. Deviation Mean
Postest DBD K. Eksperimen 60 7,50 1,081 ,140
K. Kontrol 60 7,02 1,432 ,185
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
20
Frequency
15
10
Mean = 7.5
0 Std. Dev. =
5 6 7 8 9 10 1.081
N = 60
Postest DBD
15
Frequency
10
0 Mean = 7.02
Std. Dev. = 1.432
4 6 8 10 N = 60
Postest DBD
A. DEFINISI CHIKUNGUNYA
CHIKUNGUNYA berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi hebat.
Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, aedes albapictus dengan gejala utama demam
mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki
sehinga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang
sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu.
Mash banyak angapan dikalangan masyarakat, bahwa demam chikungunya atau flu tulang
atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehinga membuat panik. Tidak jarang
pula meyakini bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
B. EPIDEMOLOGI
Virus chikungunya pertama kali diidentifikasikan di afrika timur tahun 1952. virus ini terus
menimbulkan epidemic di wilayah tropis asia dan afrika. Di Indonesia demam chikungunya
dilaporkan pertama kali di samarinda tahun 1973. kemudian kemudian berjangkit di kuala
tungkal, jambi, tahun 1980. tahun 1983 merebak di martapura, ternate dan Yogyakarta.
Setelah vakum hamper 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa demam chikungunya
terjadi di muara enim, Sumatra selatan dan aceh. Disusul bogor bulan oktober. Demam
chikungunya berjangkit lagi di bekasi jawa barat, puworjo dan klaten jawa tengah tahun
2002.
Penyakit seperti chikungunya pernah dilaporkan pada tahun 1779 di batafia. Selanjutnya
tahun 1953 dilaporkan di afrika dan seluruh dunia khususnya didaerah tropis. Di Indonesia
penyakit ini dilaporkan kembali tahun 1973 di Kalimantan timur dan Jakarta tahun 1978.
kejadian luar biasa pertama dilaporkan dari jambi dan Sumatera selatan pada tahun 1982,
yogya th 1983 dan sejak th 1985 seuruh wilayah Indonesia pernah melaporkan kejadian
penyakit ini.
Sekitar 200-300 th lalu chikungunya merupakan virus pada hewan primate di tengah hutan
atau savanna di afrika. Satwa primate yg dinilai sebagai pelestari bangsa baboon,
cercopithecus sp. Siklus di hutan di antara satwa primate dilakukan oleh nyamuk aedes sp.
Pembuktian ilmiah yg meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan krtika
terjadi wabah di Tanzania 1952-1953.
Setelah beberapa lama, karakteristik chikungunya virus yang senula bersiklus dari satwa
primata-nyamuk-satw pyramid, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak
semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permikiman, siklus
virus chikungunya di Bantu oleh nyamuk aedes aegepti.
Demam tinggi mendadak selama 2-4 hari, disertai nyeri sendi, bengkak kemerahan didaerah
lutut, pergelangan kaki, pingul, siku dan jari jari kaki maupun tangan. Bila bergerak rasa
sakit pada sendi bertambah banyak.
Gejalanya adalah muka kemerahan, nyeri dibelakang bola mata dan konjungtifa kemerahan.
Nyeri kepala, nyeri otot dan terdapat pembesaran kelenjar didaerah leher.
Gejala lain yang dapat timbul adalah mual, muntah, bintik bintik kemerahan seluruh tubuh,
bias di sertai gatal. Gejala nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian. Dalam beberapa kasus didapat
juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala yang sama sekali atau silent virus
chikungunya.
Secara mendadak penderita akan mengalami damam tingi selama lima hari, sehingga
dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak,
kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hr. mata biasanya merah
disertai tanda-tanda seperti flu. Sering di jumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih
besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesararan
getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominant dan sampe
menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang kadang timbul
rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlansung selama 3 hr
dgn tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.
Meskipun ditularkan oleh nyamuk yg sama dgn penyakit demam berdarah, tetapi
karakteristik penyakit ini berbeda. Bedanya dgn demam berdarah dengue, pada
chikungunya tdk ada perdarahan hebat, shock maupun kematian. Dengan istirahat cukup,
obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya
sembuh sendiri dalam 7 hr. setelah terjadi infeksi virus initubuh penderita akan membentuk
antibiotic yg akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari.
Dengan demikian, dalam jangka panjang penderita relative kebal terhadap penyakit virus
ini.
Penyakit ini tdk sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tdk akan
menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat 5 hr, demam akan berangsur angsur reda, rasa
ngilu maupun nyri pada persendian dan oton berkuran, dan penderita akan sembuh seperti
semula. Penderita dlm beberapa waktu kemudian bias mengerakan tubuhnya seperti sedia
kala. Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal beberapa hari
sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yg sebelumnya
menpunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.
Penyebaran chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dapat menjadi
berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit penyakit chukungunya. Kera dan
binatang buas lainya juga diduga dapat sebagai perantara penyakit ini. Nyamuk yg
terinfeksi akan menularkan penyakit bila menggit manusia yg sehat. Mengingat penyebaran
chikungunya antara Negara relative pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring
dengan perpindahan nyamuk.
E. DIAGNOSIS
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologic antara lain uji hambatan
aglutinasi, serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis dan
penelitian, tidak bermanfaat utk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
F. CARA PENCEGAHAN
A. Jangan biarkan jentik-jentik nyamuk berkembang biak dilingkunggan perumahan.
Lakukan pemberantasan sarang nyamuk dgn melakukan “3 M”. lindungi diri anda jangan
sampai tergigit nyamuk pada siang hari dgn mengunakan repellent, obat nyamuk coil,
memakai kelambu atau memasang kawat kasa dirumah.
B. Pencegahan indifidu dapat dilakukan dgn cara khusus seperti penggunaan obat oleskulit
yg menggandung DEET atau zat aktif EOA lainya.
C. Seranga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yg menggantung
seperti baju-baju yg ada di belakang pintu kamar. Selain itu nyamuk ini juga menyenangi
tempat yg gelap dan pengap.
D. Mengingat penyebaran penyakit ini adalah nyamuk aedes aegeypti maka cara terbaik utk
memutuskan rantai penularan adalah dgn memberantas nyamuk tersebut.
E. Malation dipakai dgn cara penggasapan bukan dgn menyemprotkan di dinding,
melainkan di benda benda yg menggelantung.
F. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda benda yg memungkinkan
menampung air bersih saat musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap
hari mulai pagi sampe sore agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk.
G. Kabar baiknya penyakit ini sulit menyerang penderita yg sama. Dengan demikian kecil
kemungkinan bagi mereka utk kena lagi.
G. PENANGANAN
Demam chikungnya termasuk, self limiting disease atau penyakit yang sembuh dgn
sendirinya. Tdk ada faksin maupun obat khusus utk penyakit ini. Pengobatan yg diberikan
hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitya. Seperti, obat penghilang
rasa sakit ayau demam seperti golongan parasetamol, sebaiknya dihindarkan penggunaan
obat sejenis asetosal. Antibiotika tdk diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika
dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tdk bermanfat.
Jadi, jangan panic apabila terdapat anggota keluarga yg menderitapenyakit ini, sebab tidak
sampai terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tdk sampai
menyebabkan kematian. Ngilu pada persendian itu tdk menyebabkan kematian.