Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN PBL II (Survei Demam Berdarah Dengue)

SURVEI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT
TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI
KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh :
Kelompok C3

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN


LABORATORIUM PPKM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Survei Penyuluhan ini dengan judul :
Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perubahan
Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah
Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo
Oleh : Kelompok C3
1. Eriza Kusumawardhani G0006072
2. Nunung Perwitasari G0006130
3. Candra Bayu Sena G0006188
4. Haris Nur A. A G0006198
5. Marisa Rizqiana Dewi G0006202
6. M. Yusuf Arrozhi G0006206
7. Nurrachma Yuliasri G0006208
8. Ova Rachmawati G0006210
9. Rossy Marlina Ngahu G0006220
10. Setyowati G0006222
11. Yudhi Prasetyo G0006224
12. Jayalina Devadas G0006502
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing
pada tanggal Januari 2010
Pembimbing Fakultas Pembimbing Daerah

Wachid Putranto, dr., Sp. PD Sugeng Purnomo, dr.


NIP. 132 316 108 NIP. 140 361 937 /
19671122 200112 1 001
Koordinator PBL

H. Rifai Hartanto,dr., M. Kes / KK


NIP. 131 570 269
LEMBAR REVISI

Judul : Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue
Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo
Kelompok : C3
No. Halaman Keterangan

Mengetahui,
Pembimbing Fakultas Pembimbing Daerah

Wachid Putranto, dr., Sp.PD Sugeng Purnomo, dr.


NIP. 132 316 108 NIP. 140 361 937 /
19671122 200112 1 001
LEMBAR REVISI

Judul : Survei Keberhasilan Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue
Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo
Kelompok : C3
No. Halaman Keterangan

Mengetahui,
Pembimbing Wilayah Sukoharjo

Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si


NIP. 19640220 199003 2 00
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan PBL II Kelompok C3 dengan
judul Survei Keberhasilan Penyuluhan Dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian
Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Pengalaman Belajar Lapangan II di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Laporan ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, petunjuk, bantuan maupun saran
berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan terima kasih pada :
1. Prof. DR. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes.K.K. selaku Koordinator Mata Kuliah PBL II dan selaku
koordinator lapangan PBL II.
3. Wachid Putranto, dr., Sp. PD selaku Pembimbing Fakultas PBL II.
4. Sugeng Purnomo, dr. selaku Pembimbing Daerah dan Kepala Puskesmas Tawangsari.
5. Segenap dokter, bidan desa, dan staf Puskesmas Tawangsari.
6. Segenap pihak yang telah membantu terlaksananya survey PBL II Kelompok C3 yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Tanpa bantuan dari semua pihak yang tersebut di atas laporan PBL II ini tidak akan
dapat terselesaikan dengan lancar.
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN REVISI iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) 5
2.2 Demam Berdarah Dengue 8
2.3 Penyuluhan 21
2.4 Survey 23
2.5 Indikator Keberhasilan Penyuluhan 27
2.6 Kerangka Pemikiran 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Survei 31
3.2 Lokasi Penelitian 31
3.3 Populasi Terjangkau 31
3.4 Populasi Target 31
3.5 Subjek Penelitian 32
3.6 Teknik Sampling 32
3.7 Alat Ukur Penelitian 32
3.8 Variabel Penelitian 32
3.9 Cara Kerja 33
3.10 Teknik Analisis Data Statistik 33
BAB IV HASIL SURVEI
4.1 Data Umum 34
4.2 Hasil Survei 44
4.3 Analisis Data 57
BAB V PEMBAHASAN 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 65
6.1 Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN 70
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Daftar Gedung Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
dan Poli Klinik Desa PKD 35
Tabel 2. Data Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari 36
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 37
Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangsari Tahun 2008 38
Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangsari Tahun 2008 39
Tabel 6. Jumlah Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari 40
Tabel 7. Data Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Pada Januari-Desember
2008 41
Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008 42
Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009 43
Tabel 10. Jumlah Responden Penelitian 45
Tabel 11. Sebaran Data Responden Berdasarkan Umur 46
Tabel 12. Sebaran Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 47
Tabel 13. Rerata Data Responden yang Disuluh dan Tidak Disuluh 48
Tabel 14. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir 48
Tabel 15. Rerata Data Responden yang Disuluh Bedasarkan Usia 49
Tabel 16. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Desa 50
Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada
Kuesioner Demam Chikungunya 51
Tabel 18. Rerata Data Responden yang Tidak Tidak Disuluh Berdasarkan
Pendidikan Terakhir 52
Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia 53
Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Desa 54
Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada
Kuesioner Demam Chikungunya 55
Tabel 22. Data Deskriptif Kuesioner Demam Chikungunya 56
Tabel 23. Data Deskriptif Kuesioner Perilaku Masyarakat 56
Tabel 24. Perbandingan Data Nilai Postest/Kuesioner (Saat Survey) Antara Pada
Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 57
Tabel 25. Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78
Tabel 26. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79
Tabel 27. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Watubonang Posyandu Watulumbung 80
Tabel 28. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81
Tabel 29. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82
Tabel 30. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Pojok Posyandu Sehat III 83
Tabel 31. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Lorog Posyandu Lestari II 84
Tabel 32. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Grajegan Posyandu Mirasari II 85
Tabel 33. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86
Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87
Tabel 35. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88
Tabel 36. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Lorog Posyandu Cemetuk 89
Tabel 37. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa
Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90
Tabel 38. Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam
Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang
Tidak Disuluh 91
Tabel 39. Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92
Tabel 40. Hasil T-Test Group Statistic Postest Demam Chikungunya Antara
Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93
Tabel 41. Hasil T-Test Independent Sample Test Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 93
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Kuesioner 70
2. Tabel Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo 78
3. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Ponowaren Posyandu Sejahtera II 79
4. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Watubonang Posyandu Watulumbung 80
5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Majasto Posyandu Kartika Kencana V 81
6. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Kateguhan Posyandu Lansia PWRI 82
7. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Pojok Posyandu Sehat III 83
8. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Lorog Posyandu Lestari III 84
9. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Grajegan Posyandu Mirasari III 85
10. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III 86
11. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman 87
12. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Tangkisan Posyandu Pertiwi V 88
13. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Lorog Posyandu Cemetuk 89
14. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner
di Desa Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI 90
15. Tabel Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam
Chikungunya Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang
Tidak Disuluh 91
16. Tabel Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Chikungunya
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh 92
17. Tabel T-Test Group Statistic Demam Chikungunya 93
18. Tabel T-Test Independent Sample Test Demam Chikungunya 93
19. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa yang
Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94
20. Gambar Histogram T-Test Demam Chikungunya Untuk Desa
yang Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo 44
Gambar 2. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa
yang Disuluh (Kelompok Eksperimen) 94
Gambar 3. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang
Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol) 95
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola hidup sehat merupakan suatu tuntutan untuk terciptanya masyarakat sehat.
Masyarakat yang sehat disini berarti bahwa sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga
mental maupun sosialnya. Di Indonesia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai
pola hidup sehat masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit (Harninto, 1997). Penyakit Demam Berdarah
Dengue merupakan salah satu contoh penyebabnya. Demam Berdarah dengue telah menjadi
wabah nasional dengan angka mortalitas yang mencapai lebih dari 400 orang (Tri,
2004).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfoadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan degue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan (syok) (Suhendro, dkk, 2006).
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus , keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN
3 merupakan serotipe yang terbanyak (Suhendro, dkk, 2006), oleh sebab itu Indonesia harus
memberikan perhatian lebih terhadap penyakit tropik ini.
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB)/wabah (Depkes, 1992). Demam berdarah dengue tersebar di
wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis
dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15
per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa
hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung
menurun hingga mencapai 2 % pada tahun 1999 (Suhendro, dkk, 2006). Kebanyakan kasus
DBD terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun (WHO, 1999).
Penularan infeksi virus dengue dapat terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan yang kurang terjaga, yaitu dengan tersedianya tempat perindukan bagi
nyamuk betina yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat
penampungan air lainnya) (Suhendro, dkk, 2006).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan mengigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3)
lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (Suhendro, dkk,2006).
Mengingat bahwa wabah tersebut telah menjadi ancaman yang bersifat nasional
dan bahwa sesungguhnya sudah cukup banyak informasi mengenai cara-cara pencegahan dan
penanggulangan demam berdarah, maka perlu melakukan tindakan yang lebih agresif
dalam mengurangi dan mencegah penyakit yang mempunyai siklus lima tahunan ini.
Di samping itu, dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan penyakit DBD tersebut,
diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaannya maupun
dalam memberantas jentik nyamuk penularnya di rumah dan lingkungan masing-masing.
Oleh karena itu melalui kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran UNS, diharapkan dapat mendorong dan mengarahkan masyarakat,
dalam hal ini khususnya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo,
untuk berperilaku hidup sehat dan mendukung upaya penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat
terhadap demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, kabupaten
Sukoharjo?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan PBL I dengan peningkatan pengetahuan


dan kesadaran terhadap penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai upaya preventif dalam mencegah
terjadinya kasus DBD.

b. Mengetahui adanya deteksi dini oleh individu, keluarga, maupun masyarakat dalam
upaya mencegah kegawatan dan keterlambatan penanganan kasus DBD.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Mahasiswa memperoleh pengalaman survei kesehatan masyarakat sebagai bekal untuk


menjadi dokter.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan organisasi materi meliputi identifikasi masalah,


prioritas masalah, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan data dan penyajian
data.

1.4.2 Manfaat Praktis

a Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. Diharapkan masyarakat memperoleh pengetahuan tentang Demam DBD sebagai hasil


penyuluhan PBL I.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan)


PBL atau Pengalaman Belajar Lapangan adalah suatu program mata kuliah
yang diajarkan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
terbagi atas tiga (3) tahap PBL I , PBL II dan PBL III.
Mata Kuliah PBL adalah mata kuliah yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk berhubungan langsung dengan masyarakat , dan memberikan
sumbangan nyata kepada masyarakat dalam bentuk antara lain tambahan pengetahuan ,
melalui kegiatan survei (PBL II).
Untuk program preklinik , mahasiswa akan melakukan PBL I dan II masing –
masing sebesar 1 SKS (Satuan Kredit Semester) Menurut kurikulum pendidikan dokter
Indonesia, 80% menerapkan evidence Based Learning (belajar berdasarkan masalah).
Pola PBL menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Konsorsium Ilmu Kesehatan I Oktober 1983:
1. Sasaran
Mahasiswa mendapatkan Pengalaman Belajar untuk menopang upaya pencapaian
kemampuan yang tercantum dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia II
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.
2. Pengelompokan Kegiatan
Mengingat bahwa kegiatan PBL, sedemikian banyak (baik jumlah maupun jenis)
dipandang perlu mengelompokan berbagai kegiatan PBL.
Pengelompokan ini berdasarkan :
a. Tingkat kemampuan mahasiswa yang makin tinggi dan majemuk dengan lama
proses pendidikan.
b. Urutan pelaksanaan kegiatan yang wajar dan wajib.
c. Keseluruhan kegiatan PBL tidak hanya pada semester atau tingkat tertentu.
Kegiatan PBL terdiri dari :
1) Kelompok kegiatan I
2) Kelompok kegiatan II
3) Kelompok kegiatan III

Hal-hal yang dikerjakan oleh mahasiswa sebagai langkah-langkah yang harus


dilaksanakan dalam kegiatan PBL II adalah:
1. Mencari serta mengumpulkan data-data di daerah baik data primer maupun data
sekunder.
2. Melakukan pengolahan data yang telah didapat.
3. Menentukan masalah utama (prioritas masalah kesehatan) berdasarkan data yang
diperoleh.

Kegiatan yang harus dilakukan oleh para mahasiswa semester VI dalam kelompok
PBL I ini adalah penyuluhan.

Mahasiswa melalui sistem belajar mengajar di kampus sesuai kurikulum yang


ditempuh, telah dibekali materi kuliah tentang metodologi penelitian yang dalam kaitannya
dengan PBL II sangat dibutuhkan pengetahuan tentang metodologi tersebut. Sebab
metodologi Penelitian merupakan sarana atau alat Bantu bagi mahasiswa untuk membuat
laporan survei serta untuk menganalisa data (kesehatan masyarakat).

Tujuan Khusus PBL II:


1. Menetapkan taraf kesehatan masyarakat berdasarkan analisa data, statistik,
kehidupan, survei kesehatan, atau tehnik epidemiologi.
2. Menerapkan prinsip lingkaran pemecahan masalah yang berupa mengumpulkan
data, merencanakan dan melaksanakan program serta mengevaluasi keberhasilan
program dan semua komponennya.
3. Melaksanakan pengelolaan suatu organisasi dengan perencanaan dan pembuatan
program, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta komunikasi dalam
organisasi.
4. Memperhitungkan berbagai factor yang mungkin menimbulkan masalah yang timbul
melalui kerja sama dengan instansi yang berwenang.
5. Merencanakan tindakan penanggulangan terhadap berbagai factor dan masalah yang
timbul melalui kerjasama dengan instansi yang berwenang.
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi, termasuk hak dan kewajiban serta
kewenangan.
7. Menetapkan ruang lingkup Penelitian bidang kesehatan di Indonesia (lokasi,
metodologi, responden).
8. Bertindak sesuai dengan etik kedokteran dalam hubungan dokter dengan perorangan
dan atau masyarakat.
9. Mempertimbangkan tindakan dokter berdasarkan etik kedokteran .
10. Bertindak sebagai pemimpin formal dan tidak formal, untuk meningkatkan motivasi
masyarakat.

Kegiatan yang dijalankan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan PBL II berupa survei
tentang hasil penyuluhan kesehatan pada masyarakat yang telah dilakukan pada PBL I.
Kegiatan ini dibagi dalam tiga tahap:
1. Tahap persiapan
a. Proses pembuatan proposal
b. Pencarian literature
c. Diskusi kelompok
d. Validasi proposal
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan survey (penyebaran kuesioner)
b. Mencari data sekunder
c. Pengumpulan kuesioner
3. Tahap penyelesaian
a. Dekapitasi (pengelompokan)
b. Tabulasi data
c. Penyajian data dalam bentuk table

2.2 Demam Berdarah Dengue


2.2.1 Definisi
Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari berbagai arbovirus.
Arbovirus ialah singkatan dari arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan
melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk, sengkenit atau lalat (Soedarmo, 1988).
Demam berdarah ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama
disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekia spontan yang timbul serentak,
purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan
masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit
(Hendarwanto, 2000).
2.2.2 Etiologi Demam Berdarah
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang ternasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3dan
DEN-4 keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak Dalam setahun terdapat 250.000 – 500.000 kasus demam berdarah di seluruh dunia
(Soedarmo, 1988).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Flaviviridae dan
dikenal ada 4 serotipe:
1. Serotipe 1 & 2: ditemukan di Irian saat Perang Dunia II.

2. Serotipe 3 & 4: ditemukan di Philipina (1953—1954).

2.2.2.1 Sifat Virus Dengue


Sifat virus dengue (Hendarwanto,2000) :
a. Bentuk batang
b. Termolabil
c. Sensitif terhadap inaktivasi dietileter dan natriumdioksikolat
d. Stabil pada suhu 700C
2.2.2.2 Gejala Klinis
a. Suhu tubuh meningkat
b. Mual
c. Batuk ringan
d. Sakit kepala tiba-tiba
e. Muntah
f. Konstipasi
g. Nyeri hebat pada otot dan tulang
h. Lidah kotor
i. Pembesaran limpa
2.2.2.3 Kriteria Klinis DBD
Kriteria klinis DBD, yaitu (Soedarmo, 1988) :
a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari.
b. Terjadi manifestasi perdarahan, termasuk setidak–tidaknya uji tourniquet positif dan salah
satu bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis
dan atau melena.
c. Pembesaran hati.
d. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.

2.2.3 Epidemiologi

a. Kriteria daerah terhadap kasus DBD

Potensial : Suatu daerah dengan pemukiman padat, mobilitas penduduk tinggi dan
memiliki ketinggian dibawah 500 m permukaan laut.

Sporadis : Bergantian tahun (selang-seling) ditemukan kasus DBD.

Endemis : Dalam tiga tahun terkahir ditemukan kasus secara terus menerus dalam
satu wilayah desa.

b. DBD terjadi apabila banyak tipe virus dengue secara simultan atau berurutan ditularkan.
Infeksi virus dapat berasal dari semua tipe, dan infeksi yang kedua dengan tipe heterolog
sering terjadi (Behrman, Kliegman, Alvin, 2000). Virus ini ditularkan melalui gigitan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Vektor berhubungan dengan faktor
sanitasi lingkungan, air bersih yang langka, dan kebiasaan masyarakat untuk menampung
air bersih.

2.2.4 Perjalanan Penyakit (Patogenesis)


Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus sebagai
vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Apabila orang itu mendapat
infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang
berbeda. DBD dapat terjadi, bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,
mendapat infeksi berulang dari virus dengue dengan serotipe lainnya. Virus akan bereplikasi
di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem
retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen (Mansjoer, 2000).
Sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat menjelaskan secara tuntas patogenesis
demam berdarah Dengue (Mansjoer, 2000). Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang
kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue.
Suhendro dkk (2006) menyebutkan bahwa respon imun yang diketahui berperan
dalam patogenesis DBD adalah:
1. respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam netralisasi
virus. Antibodi tersebut berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau
makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).
2. limfosit T baik T-helper (CD4) maupun T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue.
3. monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibody.
Namun proses ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah.
4. Aktivasi komplemen oleh kopleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. Akibat
aktivasi C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bahwa demam berdarah dengue terjadi bila seseorang terinfeksi ulang
virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibody
sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Hipootesis kedua
menyatakan bahwa virus dengue dapat mengalami perubahan genetik sehingga dapat
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, serta peningkatan virulensi dan
potensi untuk menimbulkan wabah (Depkes, 2004).
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus Dengue, kompleks antigen-antibodi selain
mengaktivasi komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem
koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan
menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari antigen-
antibodi pada membran trombosit sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan
menyebabkan trombosit dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen
degradation factor) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan (Depkes, 2004).
Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit. Sehingga
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak tetapi tidak berfungsi dengan baik. Di sisi
lain aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman,sehingga terjadi aktivasi
sistem kinin yang memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat
terjadinya syok.Jadi, perdarahan massif pada DBD dikibatkan oleh trombositopenia,
penurunan faktor pembekuan, kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel
kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi (Depkes, 2004).

2.2.5 Vektor

Aedes. aegypti merupakan vektor utama di Indonesia sedangkan Aedes albopictus


adalah vektor sekunder (Martini dkk, 2004).

2.2.5.1 Morfologi dan Daur Hidup

Nyamuk Ae. aegypti dewasa berukuran kecil, berwarna hitam dengan bintik putih di
seluruh badan, kaki, dan sayap. Telurnya seperti sarang tawon, diletakkan sedikit dibawah
permukaan air jernih dengan jarak + 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur
mempunyai dinding bergaris-garis dan gambaran kain kasa. Telur dapat bertahan berbulan-
bulan pada suhu -2—420C, sedangkan larvanya mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir
berduri lateral. Jentik Ae. aegypti berukuran 0,5—1 cm, selalu bergerak aktif dalam air, pada
waktu istirahat memiliki posisi hampir tegak lurus permukaan air.

Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur-jentik-kepompong-


nyamuk. Nyamuk betina menghisap darah untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi
sperma. Telur yang dibuahi dapat menetas selama 3 hari. Setiap kali menghisap darah
nyamuk ini mampu menelurkan 100 butir, 24 jam kemudian nyamuk ini akan menghisap
darah lagi dan kembali bertelur. Pada umumnya telur menetas dalam waktu + 2 hari, menjadi
jentik, 6—8 hari, berikutnya akan masuk ke stadium pupa, disusul 2—4 hari menjadi
nyamuk. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dengan periode 9—10 hari. Umur nyamuk
betina di alam bebas kira-kira 10 hari sedangkan di laboratorium mencapai 2 bulan
(Soedarmo, 1988).

2.2.5.2 Sifat-sifat Nyamuk Ae. aegypti

Ae. aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menghisap darah.
Memiliki kebiasaan menggigit berulang (multiplebiters) sehingga memudahkan tranmisi
virus (Soedarmo, 1988; Putra, 1995). Biasanya nyamuk betina menggigit pada pagi sampai
petang dengan puncak serangan antara jam 9-10 pagi dan 4-5 sore (Satari dkk, 2005).

Nyamuk ini mempunyai kebiasaan istirahat serta menggigit di dalam rumah, hinggap
di tempat yang bergelantungan dan menyukai warna gelap. Kemampuan terbang nyamuk ini
40 meter untuk betina, dengan daya maksimal 100 meter. Secara pasif oleh angin dapat
terbawa lebih jauh (Satari dkk, 2005).

Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah:

1. Penampungan air sehari-hari (bak mandi, drum, tempayan, WC, ember).


2. Penampungan air bukan untuk sehari-hari (vas bunga, tempat minum burung, dsb).
3. Penampungan air alami (lubang pohon, kubangan, batok kelapa, dsb).
2.2.6 Gejala
Infeksi oleh virus dengue menyebabkan gejala yang bervariasi mulai sindroma virus
non spesifik sampai perdarahan yang fatal.
Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak kecil,
demam tidak spesifik dengan bintik merah pada kulit. Sedangkan pada anak yang lebih besar
dan dewasa, umumnya terjadi demam tinggi selama 2-7 hari, tubuh tampak lemah, suhu
tubuh antara 38-40°C atau lebih, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot & sendi, ruam,
serta dapat timbul perdarahan kulit(petekial) dan biasanya timbul terlebih dahulu pada bagian
bawah badan dan pada beberapa pasien, peteki dapat menyebar hingga menyelimuti hampir
seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut,
rasa mual, muntah-muntah atau diare Biasanya ditemukan sel darah putih & trombositnya
menurun. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).
Demam karena infeksi dengue memiliki bentuk yang khas. Pada infeksi ini demam
tinggi selama 2-7 hari namun pada hari ke 3 turun, kemudian mulai menjadi normal untuk
jangka waktu tertentu setelah itu naik lagi sampai 7 hari. Demam dapat mencapai 40-41 0C
dan dapat terjadi kejang demam pada bayi (Behrman dkk,2000).
Sesudah masa inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat menderita
penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini ( Wikipedia, 2008):
1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit.
3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,
dubur, dan sebagainya.
4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan (Soedarmo, 1988) :


1. Uji tourniquet positif
2. Petekia, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
4. Hematemesis dan atau melena
5. Hematuria
6. Pembesaran hati (hepatomegali).
7. Manifestasi syok/renjatan

Dampak klinis adalah (Lukito, 2004):


1. Hepatomegali (pembesaran hati).
2. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80
mmHg atau lebih rendah.
3. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /
mm3.
4. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

Klasifikasi DBD berdasarkan derajatnya dibagi menjadi :


1. Demam Berdarah (DB)
Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, atralgia.
Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan bukti kebocoran
plasma.
Serologi dengue positif.
2. DBD Derajat I
Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif.
Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti
kebocoran plasma.
3. DBD Derajat II
Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif dan ada
perdarahan spontan.
Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti
kebocoran plasma.
4. DBD Derajat III
Gejala : Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, atralgia serta ditambah uji bendung positif dan terjadi
kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lebab serta gelisah).
Laboratorium : Leukopenia, trombositopenia (<100.000/dl), ditemukan bukti
kebocoran plasma.
5. DBD Derajat IV
Gejala : Kelanjutan dari DBD derajat III disertai syok berat dengan tekanan
darah dan nadi tidak terukur.
Laboratorium : Trombositopeni (<100.000/dl), ditemukan bukti ada kebocoran
plasma.
DBD derajat III dan IV juga disebut sebagai Dengue Syok Sindrom.
2.2.7 Pencegahan dan Pemberantasan
2.2.7.1 Daerah Bebas DHF
2.2.7.1.1 Jenis tindakan
a. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)  3M (menguras, menutup, mengubur).
b. Aplikasi Abate : 1 gr/10 ml.
c. Semprot insektisida:
Malation dengan pelarut minyak tanah/ solar 3-5 % (1,6 L malation 50 % EC + 18,4 L
solar/minyak tanah---didapat larutan 4 %). Per Ha butuh 438 cc (Diskes, 17 April
2009).
2.2.7.1.2 Lokasi Operasi
Perkotaan, Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Asrama, Pasar, dll (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.1.3 Waktu Operasi
a. PSN sepanjang tahun
b. Abate dan semprot dimulai 2 bln menjelang musim hujan (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.1.4 Cycle
a. Abate 3-4 x, minimal 2 x interval 2 bulan.
b. Semprot : 2x interval 10-14 hari (Diskes, 17 April 2009).

2.2.7.2 Daerah Sporadis DHF


2.2.7.2.1 Jenis Tindakan
Perifocal spraying dan abate (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.2.2 Lokasi Operasi
Sekitar rumah penderita radius 100 m (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.2.3 Waktu Operasi
Secepatnya setelah ada laporan RS / Puskesmas (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.2.4 Cycle
a. Perifocal spraying 2x interval 10-14 hari.
b. Perifocal abate 1x (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.3 Daerah Endemis DHF
2.2.7.3.1 Jenis Tindakan
a. Perifocal spraying dan abate.
b. Total spraying, total abate, kampanye PSN (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.3.2 Lokasi Operasi
a. Perifocal spraying dan abate sekitar penderita (100 m).
b. Total spraying / abate/ PSN daerah yang paling endemis (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.3.3 Waktu Operasi
a. Perifocal spraying : secepatnya setelah ada laporan.
b. Total spraying : pada penularan terendah (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.3.4 Cycle
a. Perifocal : spray 2x interval 10-14 hari ; abate 1x.
b. Total : spray 2x interval 10-14 hari.
c. Abate 2x interval 2-3 bulan (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.4 Daerah wabah DHF
2.2.7.4.1 Jenis Tindakan
a. Spray.
b. Abate.
c. PSN (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.4.2 Lokasi Operasi
a. Semua yang terkena wabah.
b. Daerah yang akan kena penularan dengan PSN (Diskes, 17 April 2009).
2.2.7.4.3 Waktu Operasi
Secepatnya setelah ada laporan dan telah dilakukan penyelidikan epidemiologi (Diskes, 17
April 2009).
2.2.7.4.4 Cycle
a. Fogging 2x interval 10-14 hari.
b. Abate 2x interval 2 bulan dengan PSN terus menerus.
c. PSN (Diskes, 17 April 2009).

Tindakan Pencegahan dapat berupa (Diskes, 17 April 2009):


1. PSN - 3 M
a. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air atau menaburkan abate.
c. Mengubur / Menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air hujan spt
kaleng bekas dll (Diskes, 17 April 2009).
2. Abatisasi
a. Adalah menaburkan bubuk abate kedalam tempat penampungan air.
b. Cara melakukan : untuk 100 liter air dengan 10 gram bubuk abate.
c. 1 sendok makan peres = 10 gram abate (Diskes, 17 April 2009).
3. Upaya-Upaya yang Dilakukan
a. Kewaspadaan dini terhadap KLB di Desa / Kelurahan endemis, sporadis dan
potensial.
b. Melaksanakan “bulan kewaspadaan gerakan 3M” penyakit DBD sebelum musim
penularan.
c. Pelacakan kasus (PE)
d. Fogging focus
e. Abatisasi Selektif (AS)
f. Pemberantasan Jentik Berkala (PJB) (Diskes, 17 April 2009).
4. Penanggulangan KLB:
a. Penyuluhan
b. PSN (3M)
c. Fogging Massal
d. Abatisasi (Diskes, 17 April 2009).

Kriteria fogging sendiri, dengan memenuhi syarat-syarat (Kakanwil Depkes dan


Kesos DKI Jakarta, Dr. Deddy Ruswendi MPH, 2 Maret 2001, pdperti.co.id) :
1. Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.
2. Tercatat dua orang yang positif terkena DBD di daerah tersebut.
3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam.
4. Plus adanya jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.

Jika kriteria untuk dilakukannya fogging tersebut tidak terpenuhi, maka akan
dilakukan abetesasi (pemberian bubuk abate) (Ruswendi, 2001).
2.2.8 Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien
penyakit lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu) (Hendarwanto,
2000).

Penatalaksanaan pada DBD tanpa penyulit adalah:


1. Tirah baring.
2. Makanan lunak.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5—2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (Hendarwanto, 2000).

Pasien DBD perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu:
a. Keadaan umum memburuk.
b. Hati makin membesar.
c. Masa perdarahan memanjang karena thrombocytopenia.
d. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala (Hendarwanto, 2000).
Dalam hal ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang
pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan
darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama
pengamatan, selanjutnya tiap 24 jam (Hendarwanto, 2000).
Terapi untuk DSS (Dengue Shock Syndrome) bertujuan utama untuk mengembalikan
volume cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan
pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, Laktat Ringer atau
bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan
dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis (Hendarwanto,
2000).
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml/kgBB, dan bila renjatan telah diatasi,
kecepatan tetasan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam (Hendarwanto, 2000).
Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan digrojog, dan bila tidak
tampak perbaikan, diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kgBB. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan
asidosis yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya untuk menjaga
keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit
maupun plasma dipertahankan 12-48 jam, setelah renjatan teratasi (Hendarwanto, 2000).

Transfusi darah dilakukan pada:

1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena).

2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala menunjukkan penurunan kadar Hb & Ht
(Hendarwanto, 2000).

Pemberian kortikosteroid dilakukan telah terbukti tidak terdapat perbedaan yang


bermakna antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang
lama (prolonged shock), DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation) diperkirakan
merupakan penyebab utama pedarahan. Bila dengan pemeriksaan hemostasis terbukti adalnya
DIC, heparin perlu diberikan (Hendarwanto, 2000).

2.3 Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti“obor” atau “pelita” atau “yang
memberi terang”.Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan
meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu
pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahandari yang tidak
mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim, et.al,
2003).

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka


tahu,mau,dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi,pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Ibrahim, et.al, 2003).

2.3.1 Penyuluhan I
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 4 Mei 2009.
Tempat : Desa Ponowaren, Posyandu Sejahtera II.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi penyuluhan : 1 kali.
2.3.2 Penyuluhan II
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 6 Mei 2009.

Tempat : Desa Watubonang, Posyandu Watulumbung.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.3 Penyuluhan III


Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 11 Mei 2009.
Tempat : Desa Kedungjambal, Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi penyuluhan : 1 kali.
2.3.4 Penyuluhan IV
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 13 Mei 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Lestari II.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.5 Penyuluhan V
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Senin, 18 Mei 2009.

Tempat : Desa Lorog, Posyandu Cemetuk.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali.

2.3.6 Penyuluhan VI

Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala penyakit,
penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.

Waktu : Rabu, 20 Mei 2009.

Tempat : Desa Pundungrejo, Posyandu Mekarsari V-VI.

Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).

Frekuensi penyuluhan : 1 kali

2.3.7 Teknik Penyuluhan

Penyuluhan-penyuluhan dilakukan dengan menggunakan LCD, flipchart, dan leaflet.


Pemberian materi penyuluhan dilakukan oleh setiap anggota PBL secara bergantian dimana
setelah selesai dilakukan penyuluhan lalu diadakan sesi tanya jawab. Sehingga dapat
diasumsikan semua peserta penyuluhan dapat mengerti materi penyuluhan yang diberikan
dan diharapkan dapat diterapkan dalam pola perilaku kehidupan sehari-hari.

2.4 Survey
Istilah survei biasanya dirancukan dengan istilah observasi dalam pengertian sehari-
hari. Pada hal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun
keduanya merupakan kegiatan yang saling berhubungan.
Menurut kamus Webster, pengertian survei adalah suatu kondisi tertentu yang
menghendaki kepastian informasi, terutama bagi orangorang yang bertanggung jawab atau
yang tertarik. Tujuan dari survei adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan
menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu
tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.

Ada beberapa tipe dalam survei, yaitu:


1. Survei yang lengkap, yaitu yang mencakup seluruh populasi atau elemen-elemen yang
menjadi objek penelitian. Survei tipe ini disebut sensus.
2. Survei yang hanya menggunakan sebagian kecil dari populasi, atau hanya menggunakan
sampel dari populasi. Jenis ini sering disebut sebagai sample survey method.
Eksperimen adalah usaha pengumpulan data sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan memperoleh kesimpulan yang jelas, terutama kebenaran suatu hipotesis yang
menyangkut hubungan sebab-akibat. Di dalam melakukan eksperimen, peneliti harus
menciptakan suatu situasi buatan atau kondisi yang dimanipulasi, untuk dapat memperoleh
data yang diperlukan untuk pengukuran suatu gejala yang tepat. Penelitian eksperimen tidak
hanya dilakukan di suatu ruangan yang tertutup, seperti ruang laboratorium, tetapi juga dapat
dilakukan di lingkungan yang tidak dibuat dengan desain khusus. Namun kedua cara ini
mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.
2.4.1 Survey I
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 3 November 2009.
Tempat : Desa Ponowaren, Posyandu Sejahtera II.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.2 Survey II
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 3 November 2009.
Tempat : Desa Watubonang, Posyandu Watulumbung.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.3 Survey III
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 9 November 2009.
Tempat : Desa Majasto, Posyandu Kartika Kencana V.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.4 Survey IV
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 9 November 2009.
Tempat : Desa Kateguhan, Posyandu Lansia PWRI.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.5 Survey V
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 10 November 2009.
Tempat : Desa Pojok, Posyandu Sehat III.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.6 Survey VI
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 10 November 2009.
Tempat : Desa Lorog, Posyandu Lestari II.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.7 Survey VII
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 10 November 2009.
Tempat : Desa Grajegan, Posyandu Mirasari II.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.8 Survey VIII
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Rabu, 11 November 2009
Tempat : Desa Tambakboyo, Posyandu Ngudiwaras III.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.9 Survey IX
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Sabtu, 14 November 2009.
Tempat : Desa Kedungjambal, Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.

2.4.10 Survey X
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Senin, 16 November 2009.
Tempat : Desa Tangkisan, Posyandu Pertiwi V.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali
2.4.11 Survey XI
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 17 November 2009.
Tempat : Desa Lorog, Posyandu Cemetuk.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.
2.4.12 Survey XII
Materi : Demam DBD, meliputi etiologi penyakit, profil vektor, gejala
penyakit, penanggulangan dini penyakit serta pencegahannya.
Waktu : Selasa, 17 November 2009.
Tempat : Desa Pundungrejo, Posyandu Mekarsari V-VI.
Sasaran : Kader Posyandu dan masyarakat desa (peserta Posyandu).
Frekuensi survey : 1 kali.

2.5 Indikator Keberhasilan Penyuluhan


Indikator keberhasilan penyuluhan dapat dilihat melalui beberapa faktor yaitu:
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai DBD.
2. Perubahan pola perilaku masyarakat dalam usaha mencegah terjadinya DBD.
3. Penurunan angka kejadian DBD di wilayah yang sudah dilakukan penyuluhan.

Indikator-indikator keberhasilan penyuluhan point satu dan dua dapat di ukur dengan
metode survey menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut berisi tiga puluh pertanyaan
seputar materi yang telah diberikan dalam penyuluhan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
mengindikasikan tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku masyarakat.Setiap jawaban
dari setiap pertanyaan memiliki nilai yang berbeda.Semakin tinggi total nilai yang didapatkan
maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penyuluhan.
Indikator keberhasilan penyuluhan point tiga dapat diketahui melalui data sekunder
yang didapat dari data puskesmas Tawangsari, Sukoharjo. Data yang diambil dari Laporan
Surveilans Demam Berdarah Dengue di Puskesma Tawangsari pada Bulan April 2009 jumlah
penderita yang menderita Demam Berdarah Dengue adalah sebesar 10 orang. Diambil data
bulan April dikarenakan penyuluhan PBL I baru dimulai dari awal Mei 2009, sehingga
dianggap bulan April belum terjadi penyuluhan.

2.6 Kerangka Pemikiran

Puskesmas Tawangsari

Kelurahan Kelurahan

Penyuluhan Tanpa Penyuluhan


Demam Berdarah Demam Berdarah
Dengue Dengue

Posyandu Posyandu

Kuesioner Kuesioner

Hasil Nilai
Desa yang Desa yang Desa yang
Disuluh > Desa Disuluh = Desa Disuluh < Desa
yang Tidak yang Tidak yang Tidak
Disuluh Disuluh Disuluh

2.6.1 Kerangka Berpikir Konseptual

Identifikasi Masalah

Prioritas Masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Data

Penyajian Data

2.6.2 Kerangka Berpikir Operational

1. Virus Demam Berdarah Dengue


2. Nyamuk Aedes Aegypti
3. Daya Tahan Tubuh

Demam Berdarah Dengue

Kuesioner
Tabulasi
TabelData
1. Dekapitasi
2. Menyusun Simpul-Simpul Negatif Menjadi Saran
3. Menyusun Simpul-Simpul Positif Menjadi Kesimpulan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Survei


Survai ini merupakan survai deskriptif analitik, bertujuan mengumpulkan dan
menyusun serta menganalisis data yang didapat untuk memecahkan masalah.

3.2 Lokasi Penelitian


Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

3.3 Populasi Terjangkau


Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo.

3.4 Populasi Target


Masyarakat di desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (di dua posyandu),
Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan
Tangkisan. Desa Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan Tangkisan sebagai
populasi yang tidak disuluh, sedangkan Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (di dua
posyandu), Kedungjambal, dan Pundungrejo sebagai populasi yang disuluh.

3.5 Subjek Penelitian


Subjek penelitian diambil dari populasi target dengan kriteria sebagai berikut :
1. Berjenis kelamin pria dan wanita.
2. Berusia 18-90 tahun.
3. Bersedia mengisi kuesioner yang diberikan.

3.6 Teknik Sampling


Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling untuk menentukan populasi
target, yaitu pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
Sedangkan pemilihan subyek penelitian dilakukan secara random sampling. Jumlah subyek
penelitian sebanyak 120 orang, yakni 60 orang sebagai kelompok yang disuluh dan 60 orang
sebagai kelompok yang tidak disuluh.

3.7 Alat Ukur Penelitian


Alat ukur penelitian adalah kuesioner dengan 10 pertanyaan yang terdiri atas 10 pertanyaan
untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Demam Berdarah Dengue
meliputi etiologi, cara penularan, gejala klinis, ciri-ciri dan sifat vektor, tindakan pencegahan
dan penanggulangan. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai
0. Adapun bentuk kuisioner terlampir di bagian lampiran laporan ini.

3.8 Variabel Penelitian


3.8.1 Variabel Bebas
Penyuluhan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dari kegiatan PBL I.
3.8.2 Variabel Terikat
Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.
3.8.3 Variabel Luar Terkendali
Tingkat pendidikan
3.8.4 Variabel Luar Tidak Terkendali
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Status sosial
d. Pekerjaan
e. Akses terhadap informasi

3.9 Cara Kerja


Subyek dibedakan menjadi 2 kelompok yakni 60 orang sebagai kelompok yang
disuluh dan 60 orang sebagai kelompok yang tidak disuluh. Pada keduanya akan dilakukan
pengukuran tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dengan
menggunakan kuesioner.

3.10 Teknik Analisis Data Statistik


Analisis statistik yang digunakan untuk menilai pengaruh penyuluhan terhadap
tingkat pengatahuan masyarakat dengan menggunakan T-test.

BAB IV
HASIL SURVEI

4.1 DATA UMUM


4.1.1 Profil Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
4.1.1.1 Wilayah Kerja Cakupan Puskesmas Tawangsari
Kecamatan Tawangsari terdiri atas 12 desa, yaitu :
1. Desa Kateguhan dengan luas wilayah 2, 70 km2
2. Desa Lorog dengan luas wilayah 4, 06 km2
3. Desa Grajegan dengan luas wilayah 3, 13 km2
4. Desa Kedungjambal dengan luas wilayah 2, 75 km2
5. Desa Watubonang dengan luas wilayah 4, 59 km2
6. Desa Pundungrejo dengan luas wilayah 4, 39 km2
7. Desa Pojok dengan luas wilayah 2, 56 km2
8. Desa Dalangan dengan luas wilayah 3, 27 km2
9. Desa Tangkisan dengan luas wilayah 3, 12 km2
10. Desa Ponowaren dengan luas wilayah 3, 17 km2
11. Desa Majasto dengan luas wilayah 3, 64 km2
12. Desa Tambakboyo dengan luas wilayah 2, 4 km2

Luas total wilayah binaan Puskesmas Tawangsari 21, 65 km2. Dengan luas wilayah
daerah kerja Puskesmas Tawangsari sebesar + 40 m2. Berupa dataran 25% dataran tinggi dan
75% dataran rendah.
Untuk keadaan geografi, Puskesmas Tawangsari terletak di Kecamatan Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo. Batas-batas wilayah Puskesmas :
Sebelah utara : Kecamatan Sukoharjo
Sebelah selatan : Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru
Sebelah barat : Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten
Sebelah timur : Kecamatan Bulu
4.1.1.2 Lokasi
4.1.1.2.3 Gedung Puskesmas Induk
a. Di Tanah Kas Desa Lorog dengan Luas Tanah 1028 m2
Jl. Laks. Yos Sudarso No. 13 Tawangsari telp. (0272) 881090 Kab. Suskoharjo
b. Di Tanah Desa Pojok Luas Tanah 2.500 m2
Jl. Suto Wijoyo No. 5 Desa Pojok telp. (0271) 7001830

Tabel 1. Daftar Gedung Pusksmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan PoliKlinik Desa PKD
Gedung Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Poli Klinik Desa PKD
1. Desa Pundungrejo 1. Desa Ponowaren 1. Desa Kateguhan
2. Desa Majasto 2. Desa Tambakboyo 2. Desa Lorog
3. Desa Watubonang 3. Desa Grajegan 3. Desa Grajegan
4. Desa Tangkisan 4. Desa Kedungjambal
5.Desa Kedungjambal 5. Desa Watubonang
6. Desa Tambakboyo 6. Desa Pundungrejo
7. Desa Dalangan 7. Desa Pojok
8. Desa Dalangan
9. Desa Tangkisan
10. Desa Ponowaren
11. Desa Majasto
12. Desa Tambakboyo
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

4.1.1.2.4 Jumlah Posyandu dan Sarana Pendidikan


a. Posyandu Balita : 74 Pos
b. Posyandu Lansia : 43 Pos
c. Sarana Pendidikan

Sarana gedung sekolah yang ada :


1. TK : 38
2. SMA/ SMK : 1/ 1
3. SD : 42
4. Universitas :-
5. SMP :6

Tabel 2. Data Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari


Keadaan Umum Puskesmas Sumber Daya Puskesmas Tawangsari
Sarana Tenaga dan Sumber Daya Manusia
- Puskesmas Induk Tawangsari : - Dokter Umum : 4 orang
1 unit - Dokter Gigi : 1 orang
- Puskesmas Pojok : 1 unit - Bidan Puskesmas : 17 orang
- Puskesmas Pembantu : 7 unit - Bidan Desa : 12 orang
- Pusling : 3 unit - Perawat : 13 orang
- PKD : 12 unit - Perawat Gigi : 1 orang
- Rawat Inap : 1 unit - Pekarya : 2 orang
- Mobil Pusling : 2 unit - Asisten Apoteker/ S. Farm : 2 orang
- Sepeda Motor : 9 buah - Gizi : 2 orang
- Posyandu Lansia : 43 Pos - Staf/ TU : 8 orang
- Posyandu Balita : 72 Pos - Tenaga Lain : 2 orang
- Analis Kesehatan : 1 orang
- Petugas Sanitarian : 1 orang
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari tahun 2008 dapat


dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari 2008


Desa / Jumlah Persentase Laki- Persentase Persentase
No. Perempuan
Kelurahan Penduduk (%) Laki (%) (%)
1. Kateguhan 5.420 9,24% 2.566 8,85% 2.854 9,62%
2. Lorog 5.984 10,20% 3.013 10,39% 2.971
10,01%
3. Grajegan 4.232 7,21% 2.123 7,32% 2.109
4. Kedungjambal 5.170 2.486 2.684 7,11%
8,81% 8,58%
9,04%
5. Watubonang 6.426 10,95% 3.182 10,98% 3.244
10,93%
6. Pundungrejo 4.181 7,13% 2.101 7,25% 2.080
7. Pojok 4.475 7,63% 2.311 7,97% 2.164 7,01%
8. Dalangan 4.953 8,44% 2.525 8,71% 2.428
7,29%
9. Tangkisan 3.953 6,74% 1.944 6,71% 2.009
10. Ponowaren 5.669 9,66% 2.758 9,51% 2.911
11. Majasto 4.560 7,77% 2.209 7,62% 2.351
12. Tambakboyo 3.642 1.772 1.870
8,18%
6,21% 6,11%
6,77%
9,81%
Jumlah 58.665 100% 28.990 100% 29.675 100%
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tawangsari (2008)

Tabel 4. Jumlah Balita dan Bayi Lahir Hidup di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari
Tahun 2008
Persent
Jumlah
Persentase Persentase ase (%)
Desa / Jumlah Jumlah Bayi
No. (%) (%) Bayi
Kelurahan Bumil Balita Lahir
Bumil Balita Lahir
Hidup
Hidup
1. Kateguhan 56 6,34% 204 14,01% 58 7,25%
2. Lorog 86 9,74% 312 21,43% 65
8,13%
3. Grajegan 65 7,36% 236 16,21% 64
4. Kedungjambal 61 3,51% 220 15,11% 58 8%
5. Watubonang 85 9,63% 308 21,15% 81
7,25%
6. Pundungrejo 48 5,43% 176 12,09% 41
7. Pojok 87 9,85% 346 23,76% 80 10,13%
8. Dalangan 77 8,72% 279 19,16% 67
5,13%
9. Tangkisan 95 10,76% 358 24,59% 75
10. Ponowaren 94 10,65% 391 26,85% 91 10%
11. Majasto 74 8,38% 278 19,09% 67
12. Tambakboyo 55 6,23% 291 19,99% 53
8,38%
9,38%

Jumlah 883 100% 1.456 100% 800 11,38%


100%
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

Tabel 5. Jumlah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangsari Tahun 2008
Persentase
Desa / Jumlah Persentase Jumlah
No. (%)
Kelurahan WUS (%) WUS PUS
PUS
1. Kateguhan 1.435 17,70% 844 8,18%
2. Lorog 1.458 17,98% 1.135
11,00%
3. Grajegan 1.393 17,18% 799
4. Kedungjambal 1.286 15,86% 908 7,75%
5. Watubonang 1.670 20,60% 1.148
8,80%
6. Pundungrejo 866 10,68% 823
7. Pojok 980 12,09% 781 11,13%
8. Dalangan 1.080 13,32% 679
7,98%
9. Tangkisan 849 10,47% 634
10. Ponowaren 1.219 15,03% 1.154 7,57%
11. Majasto 1.001 12,35% 802
6,58%
6,15%

12. Tambakboyo 787 9,71% 609 11,19%


7,77%
5,90%
Jumlah 8.108 100% 10.316 100%
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

Tabel 6. Jumlah Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari


No. Desa / Kelurahan Jumlah Usila Persentase (%)
1. Kateguhan 359 4,92%
2. Lorog 1.616
22,14%
3. Grajegan 442
4. Kedungjambal 761 6,06%
5. Watubonang 426
10,43%
6. Pundungrejo 330
7. Pojok 441 5,84%
8. Dalangan 493
4,52%
9. Tangkisan 400
10. Ponowaren 862 6,04%
11. Majasto 585
6,75%
5,48%

12. Tambakboyo 584 11,81%


8,01%
8,00%
Jumlah 7.299 100%
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tawangsari (2008)

4.1.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi


Sebaran mata pencaharian penduduk Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
yang terdiri atas dua belas desa antara lain :
a. Buruh tani
b. Pengrajin
c. Tukang Kayu
d. Petani
e. Penjahit
f. Tukang Batu
g. Pedagang
h. Montir
i. Sopir
j. TNI / POLRI
k. Kontraktor
l. PNS
m. Guru Swasta
n. Buruh Industri
o. Karyawan Swasta
Sumber: Profil Kelurahan / Desa Puskesmas Tawangsari (2008)

4.1.1.4 Data Jumlah Kasus Demam Berdarah Daerah Kecamatan Tawangsari


Tabel 7. Data Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Wilayah pada Januari-Desember 2008
N Persentase (%)
Desa / Kelurahan Jumlah
o.
1. Kateguhan 4 20%
2. Lorog 2
10%
3. Grajegan 2
4. Kedungjambal 3 10%
5. Watubonang 1
15%
6. Pundungrejo 0
7. Pojok 0 5%
8. Dalangan 2
0%
9. Tangkisan 1
10. Ponowaren 0 0%
11. Majasto 1
10%
5%

12. Tambakboyo 4 0%
5%
20%
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)
Tabel 8. Data Kasus DBD Perbulan Tahun 2008
No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)
1. Januari 3 15%
2. Februari 6
30%
3. Maret 0
4. April 2 0%
5. Mei 2
10%
6. Juni 0
7. Juli 0 10%
8. Agustus 1
0%
9. September 1
10. Oktober 1 0%
11. November 2
5%
5%

12. Desember 2 5%
10%
10%
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)
Tabel 9. Data Kasus DBD Antara Bulan Januari-November Tahun 2009
No. Bulan Jumlah Kasus DBD Persentase (%)
1. Januari 2 4
2. Februari 0 0
3. Maret 3 6
4. April 10 20
5. Mei 8 16
6. Juni 11 22
7. Juli 7 14
8. Agustus 5 10
9. September 0 0
10. Oktober 3 6
11. November 1 2
Jumlah 50 100
Sumber: Data Sekunder Subunit P2BB Puskesmas Tawangsari (2009)

4.1.1.5 Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo


Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
Sumber: Data Puskesmas Tawangsari

4.2 Hasil Survey


Telah dilakukan survey keberhasilan penyuluhan dalam upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap demam DBD di wilayah kerja puskesmas kecamatan
Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 17 November
2008. Survey ini dilaksanakan di Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua
posyandu), Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan,
Tambakboyo, dan Tangkisan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo. Dari survey ini
didapatkan 120 orang yang memenuhi syarat sebagai subjek penelitian.

Tabel 10. Jumlah Responden Penelitian


Kelompok Yang Desa Jumlah %
Disurvey
Telah disuluh Watubonang-Watulumbung 10 8,33
Ponowaren-Sejahtera II 10 8,33
Kedungjambal-Kalseman dan Lansia Klaseman 10 8,33
Lorog-Lestari II 10 8,33
Lorog-Cemetuk 10 8,33
Pundungrejo-Mekarsari VI 10 8,33
Belum Disuluh Tambakboyo-Ngudiwaras III 10 8,33
Grajegan-Mirasari II 10 8,33
Majasto-Kartika Kencana V 10 8,33
Kateguhan-Lansia PWRI 10 8,33
Tangkisan-Pertiwi V 10 8,33
Pojok-Sehat III 10 8,33
Jumlah 120 100%
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Tabel 11. Sebaran Data Responden Berdasarkan Umur


No Umur Disuluh Tidak Total Persentase
disuluh (%)
1. 11-20 3 2 5 4,17
2. 21-30 27 26 53 44,17
3. 31-40 18 18 36 30
4. 41-50 7 3 10 8,33
5. 51-60 1 3 4 3,33
6. 61-70 - 4 4 3,33
7. 71-80 - 2 2 1,67
8. 81-90 - 2 2 1,67
Jumlah 60 60 120 100%
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
Dari Tabel 11 didapatkan responden terbanyak adalah usia 21-30 tahun (44,17%).
Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit pada usia 71-80 dan 81-90 tahun (1,67%).

Tabsel 12. Sebaran Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Disuluh Tidak disuluh Jumlah
Total %
No Pendidikan
1. Tidak sekolah 2 3 5 4,17
2. SD 11 18 29 24,16
3. SMP / SLTP 20 23 43 35,83
4. SMA / SLTA 23 12 35 39,16
5. D1 - 1 1 0,83
6. D2 - 1 1 0,83
7. D3 1 - 1 0,83
8. D4 - - - -
9. S1 3 2 5 4,17
10. S2 - - - -
Jumlah 60 60 120 100
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 12 didapatkan bahwa responden terbanyak berdasarkan tingkat


pendidikan adalah pelajar SLTP (35,83%). Sedangkan responden paling sedikit berdasarkan
tingkat pendidikan ada D1, D2, D3 yang masing-masing (0,83%).
Rumus : X 
x
n
Keterangan :
1. X : Rerata
2. x : Jumlah nilai
3. n : Frekuensi

Tabel 13. Rerata Data Responden Yang Disuluh dan Tidak Disuluh
Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan Berdasarkan Perilaku
Demam Berdarah Dengue
Disuluh 7,27 8,5
Tidak disuluh 7,01 8,23
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 13 didapatkan bahwa responden yang disuluh mempunyai tsingkat


pengetahuan dan perilaku yang lebih baik dibandingkan yang tidak disuluh.
Bila diuraikan, responden yang disuluh dan tidak disuluh berdasarkan pendidikan
terakhir, usia dan desa, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

4.2.1 Rerata Data Responden yang Disuluh


Tabel 14. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Tingkat Pengetahuan Perilaku
Terakhir Demam Berdarah
Dengue
Tidak sekolah 6 8,5
SD 7,09 8,09
SMP / SLTP 5,9 6,9
SMA / SLTA 7,35 8,04
D1
D2
D3 9 10
D4
S1 7,67 9,33
S2
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 14 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan
yang terendah adalah yang berpendidikan SMP. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku
tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan D3. Dan yang terendah
adalah yang berpendidikan SMP.

Tabel 15. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Usia


Usia Tingkat Pengetahuan Perilaku
Demam Berdarah
Dengue
11-20 7 8
21-30 7,48 8,37
31-40 7,17 8,28
41-50 5,88 7,13
51-60 7 10
61-70
71-80
81-90
Sumber : Kelompok C3PBL II 2009

Dari Tabel 15 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 21-30 tahun. Dan yang terendah
adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan usia adalah yang berusia 51-60 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia
41-50 tahun.

Tabel 16. Rerata Data Responden yang Disuluh Berdasarkan Desa


Desa Tingkat Pengetahuan Perilaku
Demam Berdarah Dengue
Watubonang-Watulumbung 6,8 9,1
Ponowaren-Sejahtera II 6,8 7,8
Kedungjambal-Kalseman dan Lansia Klaseman 7,2 8,5
Lorog-Lestari II 8,6 9
Lorog-Cemetuk 7,5 8,2
Pundungrejo-Mekarsari VI 6,7 8,4
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 16 didapatkan bahwa responden yang disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Lorog. Dan yang terendah adalah Desa
Pundungrejo. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah
Desa Watubonang. Dan yang terendah adalah Desa Ponowaren.

Tabel 17. Jumlah Responden yang Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner Demam
Berdarah
Pernyataa Demam Berdarah Perilaku
Dengue
n Dengue masyarakat
1 18 1
2 2 5
3 6 10
4 33 40
5 26 18
6 16 2
7 25 3
8 9 15
9 26 7
10 3 1
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

4.2.2 Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh


Tabel 18. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Tingkat Pengetahuan Perilaku
Terakhir Demam Berdarah
Dengue
Tidak sekolah 5,67 5,67
SD 6,59 8,35
SMP / SLTP 7,39 8,48
SMA / SLTA 7,78 8
D1 6 8
D2 7 7
D3
D4
S1 6,5 9
S2
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 18 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan SMA. Dan
yang terendah adalah yang tidak sekolah. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan pendidikan terakhir adalah yang berpendidikan S1. Dan yang terendah adalah
yang tidak sekolah.

Tabel 19. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Usia
Usia Tingkat Pengetahuan Perilaku
Demam Berdarah
Dengue
11-20 8 8,5
21-30 7,04 8,58
31-40 7,49 8,44
41-50 5,33 6
51-60 6 7,33
61-70 6,5 7,25
71-80 8 7,5
81-90 6 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Tabel 19 didapatkan bahwa responden yang Tidak Disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan usia adalah yang berusia 71-80 tahun. Dan yang terendah
adalah yang berusia 41-50 tahun. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi
berdasarkan usia adalah yang berusia 81-90 tahun. Dan yang terendah adalah yang berusia
41-50 tahun.
Tabel 20. Rerata Data Responden yang Tidak Disuluh Berdasarkan Desa

Desa Tingkat Pengetahuan Perilaku


Demam Berdarah
Dengue
Tambakboyo-Ngudiwaras III 7,3 8,7
Grajegan-Mirasari II 6,6 8,5
Majasto-Kartika Kencana V 7,6 8,1
Kateguhan-Lansia PWRI 6,8 7,7
Tangkisan-Pertiwi V 6,7 8,2
Pojok-Sehat III 7,1 8,2
Sumber : Kelompok C3PBL II 2009

Dari Tabel 20 didapatkan bahwa responden yang tidak disuluh dengan nilai tingkat
pengetahuan tertinggi berdasarkan desa adalah Desa Majasto. Dan yang terendah adalah Desa
Tangkisan. Sedangkan yang mempunyai nilai perilaku tertinggi berdasarkan desa adalah
Desa Tambakboyo. Dan yang terendah adalah Desa Kateguhan.
Tabel 21. Jumlah Responden yang Tidak Disuluh dengan Jawaban Salah pada Kuesioner
Demam Berdarah Dengue

Pernyataa Demam Berdarah Perilaku


n Dengue masyarakat
1 18 2
2 3 5
3 8 9
4 36 47
5 40 15
6 13 2
7 30 2
8 5 15
9 28 6
10 3 2

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009


Tabel 22. Data Deskriptif Kuesioner Demam Berdarah Dengue
Nilai kuesioner Demam Desa yang Telah Desa yang Belum
Berdarah Dengue Disuluh Disuluh
Rerata 7,27 7,01
Minimal 3 3
Maksimal 10 10
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2008

Tabel 23. Data Deskriptif Kuesioner Perilaku Masyarakat


Nilai kuesioner Perilaku Desa yang Telah Desa yang Belum
Masyarakat Disuluh Disuluh
Rerata 8,5 8,23
Minimal 4 4
Maksimal 10 10
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

4.3 Analisis Data


Tabel 24. Perbandingan Data Nilai Kuesioner (saat survey) Antara Pada Desa yang Disuluh
dengan Desa yang Tidak Disuluh.
Nilasi Demam Berdrah Kelompok Eksperimen Kelompok
Dengue (Desa yang Disuluh) Kontrol
(Desa yang Tidak
Disuluh)
Nilai kuisioner 7,50 7,02
(dilakukan saat survey)
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

Dari Table 24 didapatkan bahwa antara kelompok eksperimen (desa yang disuluh)
yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu), Kedungjambal,
dan Pundungrejo dengan kelompok control (desa yang tidak disuluh) terdapat perbedaan pada
nilai posttest. Yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen lebih baik (7,50) daripada
kelompok control (7,02).

Analisa data T-test dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan interval kepercayaan 95%
didapatkan:
1. T-test
a. Dari hasil penelitian didapatkan data sebanyak 120 orang
Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang didapat yang
memenuhi persyaratan sebagai subjek penelitian yaitu sebanyak 120 orang. Adapun
hasil atau nilai dari kuisioner terlampir di bagian lampiran dari buku ini.
b. Keputusan Statistik
Menurut perhitungan statistik menggunakan SPSS 16, didapatkan hasil : Skor
Postest Demam Berdarah Dengue kelompok desa yang disuluh dan tidak disuluh t =
2,086 sig 0,039. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)
antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang
disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan perilaku Demam Berdarah Dengue lebih
baik daripada desa yang tidak disuluh.
.
BAB V
PEMBAHASAN

Wilayah kerja Puskesmas Tawangsari adalah merupakan daerah kecamatan yang


terdiri dari banyak desa, di mana berjarak beberapa kilometer dari pusat kota Solo. Secara
geografis, wilayah kerja Puskesmas Tawangsari termasuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, dan
karena letaknya yang lebih dekat dengan pusat Kota Sukoharjo dari pada Kota Solo, akses
transportasi dan komunikasi cenderung lebih condong ke daerah Kota Sukoharjo. Hal ini
cukup mempermudah akses transportasi dan komunikasi wilayah kerja Puskesmas
Tawangsari. Dalam hal pemberian komunikasi apapun pada umumnya ataupun penyuluhan
tentang demam berdarah dengue pada khususnya hanya menemui beberapa kendala yang
tidak berarti dan mudah mengenai sasaran dikarenakan rasa ingin tahu dari masyarakat yang
sangat besar dari yang berusia muda hingga lansia. Sehingga, sebagian besar masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Tawangsari memiliki antusiasme dan daya tangkap yang besar
untuk memahami tentang penyakit demam berdarah dengue. Demikian pula mengenai akses
transportasi di daerah Puskesmas Tawangsari yang memang cukup lengkap maka dapat
memudahkan mobilitas penduduk. Dampak negatifnya, ternyata hal tersebut dapat membuat
terjadinya penyebaran penyakit ke daerah tersebut, salah satunya adalah penyakit Demam
Berdarah Dengue.
Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari adalah sebagai
petani. Sedangkan apabila dilihat dari aspek sosial ekonomi masyarakat di sana berdasarkan
survei yang telah kelompok kami lakukan adalah pada umumnya termasuk golongan
menengah ke bawah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kesadaran tentang perubahan
perilaku terhadap tindakan pencegahan masih sangat kurang. Ini terbukti dari jawaban
responden mengenai aspek perilaku pada kuisioner yang masih kurang.
Dari survey keberhasilan penyuluhan dalam upaya meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas Tawangsari,
Kabupaten Sukoharjo yang telah dilaksanakan pada tanggal 3, 9, 10, 11, 14, 16, dan 17
November 2009 di Desa Ponowaren, Watubonang, Majasto, Kateguhan, Pojok, Lorog (di dua
posyandu), Grajegan, Tambakboyo, Kedungjambal, Tangkisan, dan Pundungrejo didapatkan
nilai kuisioner sebagai indikator keberhasilan penyuluhan. Hasil yang didapat adalah
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, untuk kelompok yang
disuluh maupun yang tidak disuluh, yaitu sebanyak 60 orang untuk desa yang disuluh dan
sebanyak 60 orang untuk desa yang tidak disuluh.
Hal tersebut dikarenakan begitu endemiknya penyakit demam berdarah dengue,
sehingga penyuluhan-penyuluhan dan informasi-informasi tentang DBD sudah sangat gencar
diberikan kepada penduduk di wilayah Puskesmas Tawangsari, yang dilakukan di luar
kelompok kami. Penyuluhan dan pemberian informasi diberikan mungkin oleh pihak
Puskesmas Tawangsari, kader-kader kesehatan desa, tokoh masyarakat, ataupun melalui
media-media seperti televisi, radio,spanduk, koran atau majalah.
Pada masyarakat yang tidak disuluh, kemungkinan besar juga telah
mendapatkan pengetahuan-pengetahuan lain dari luar seperti televisi, koran, majalah, dan
sebagainya, mengingat endemiknya penyakit DBD. Selain dari media massa, puskesmas
Tawangsari juga sering melakukan penyuluhan pada masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Sehingga tingkat pengetahuan penduduk desa yang sudah disuluh ataupun yang belum
disuluh oleh kelompok PBL C3 tidak berbeda. Karena desa yang tidak disuluh oleh kelompok
PBL C3 kemungkinan telah mendapat penyuluhan dari Puskesmas Tawangsari. Sehingga
sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari telah memahami tentang
penyakit DBD atau dapat dikatakan tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah
dengue adalah baik.
Berdasarkan data responden didapatkan data responden yang disuluh dengan riwayat
pendidikan terakhirnya D3, nilai tingkat pengetahuan dan perilakunya lebih tinggi dari yang
lainnya. Hal ini dapat dikarenakan penerimaan materi penyuluhan lebih baik. Dan begitu pula
sebaliknya, nilai tingkat pengetahuan dan perilaku terendah ditemukan pada responden
dengan riwayat pendidikan terakhir SMP. Demikian pula pada responden yang tidak disuluh,
nilai pengetahuan tertinggi pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Dan
yang terendah adalah yang tidak sekolah. Lalu nilai perilaku tertinggi adalah yang
berpendidikan S1. Dan yang terendah adalah yang tidak sekolah.
Didapatkan juga data responden yang disuluh, dengan usia 21-30 tahun mempunyai
nilai tingkat pengetahuan tertinggi dan nilai tingkat perilaku tertinggi pada usia 51-60 tahun.
Hal ini dapat dikarenakan pada usia tersebut, mempunyai daya tangkap dan daya pikir yang
sangat baik ditunjang dengan sumber informasi lengkap yang diterimanya. Sedangkan pada
data responden di desa yang tidak disuluh mempunyai nilai tingkat pengetahuan tertinggi
adalah pada usia 71-80 tahun dan nilai tingkat perilaku tertinggi pada usia 81-90 tahun. Dan
pada daerah yang disuluh dan tidak disuluh, mempunyai nilai tingkat pengetahuan dan
perilaku terendah adalah berusia 41-50 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada usia tersebut
adalah usia dimana sudah mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga kurang
aktif dalam menerima informasi-informasi yang baru.
Sedangkan berdasar desa yang disurvei didapatkan data yang disuluh, Desa Lorog
mempunyai nilai tingkat pengetahuan tertinggi dan Desa Watubonang mempunyai nilai
tingkat perilaku tertinggi. Dan didapatkan Desa Pundungrejo mempunyai nilai tingkat
pengetahuan terendah dan Desa Ponowaren mempunyai nilai tingkat perilaku terendah. Hal
ini dapat dikarenakan, dilihat dari keadaan geografisnya, Desa Lorog dan Watubonang lebih
mudah aksesnya dalam mendapatkan informasi, dibandingkan Desa Pundungrejo dan
Ponowaren.
Dari hasil survei pada desa yang tidak disuluh, Desa Majasto mendapat nilai tingkat
pengetahuan tertinggi, sedangkan Desa Tambakboyo mendapat nilai tingkat perilaku yang
tertinggi. Desa Tangkisan mempunyai nilai tingkat pengetahuan yang kurang, sedangkan
Desa Kateguhan mempunyai nilai tingkat perilaku yang kurang. Hal ini dapat dihubungkan
dengan sulit dan mudahnya suatu daerah untuk mendapatkan informasi dengan lebih efektif.
Dari hasil survei pada desa yang disuluh dan tidak disuluh, berdasarkan jawaban
responden pada kuesioner, pada kuesioner pengetahuan demam berdarah, pertanyaan yang
paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan tantang penyebab penyakit demam berdarah
adalah virus dengue. Hal ini dapat dikarenakan terdapat kerancuan antara pertanyaan
penyebab dan perantara penyakit demam berdarah dengue.
Pada kelompok yang telah disuluh, memiliki rerata nilai jawaban kuesioner demam
berdarah adalah 7,27. Nilai jawaban kuesioner demam berdarah yang terkecil pada kelompok
yang telah disuluh adalah 3 sedangkan nilai jawaban kuesioner demam berdarah yang
terbesar pada kelompok yang telah disuluh adalah 10. Hal ini menandakan bahwa
pengetahuan masyarakat, khususnya pada kelompok yang telah disuluh mengenai penyakit
demam berdarah dengue baik, namun perlu dilakukan penyuluhan yang lebih efektif dan
efisien.
Sedangkan pada kelompok yang tidak disuluh memiliki rerata nilai jawaban kuisioner
demam berdarah sebesar 7,01. Nilai ini menunjukan lebih kecil dari pada rerata yang dimiliki
oleh kelompok yang telah disuluh. Nilai jawaban kuisioner demam berdarah paling kecil
pada kelompok yang tidak disuluh sebesar 3, sedangkan nilai paling besar dari jawaban
kuesioner demam berdarah pada kelompok yang tidak disuluh adalah sebesar 10.
Pertanyaan yang paling sedikit dijawab salah adalah gejala awal penyakit demam
berdarah yang nama nyamuk penyebab demam berdarah dengue yait Aedes aegypti dengan
tingkat salah 3,33% pada desa yang disuluh dan 5% pada desa yang tidak disuluh, atau hanya
2 responden pada desa yang disuluh dan 3 responden pada desa yang tidak disuluh yang
menjawab salah. Sehingga dapat dikatakan pemahaman responden tentang nyamuk penyebab
demam berdarah dengue sudah baik.
Pada kuesioner perilaku masyarakat, pertanyaan yang paling banyak dijawab kurang
tepat adalah apakah fogging efektif untuk memberantas demam berdarah sebesar 66,67% ( 40
responden menjawab ya) pada desa yang disuluh dan 78,33% (47 responden menjawab ya)
pada desa yang tidak disuluh. Hal ini mungkin dikarenakan pemahaman masyarakt yang
kurang tepat dengan masih mengandalakan fogging untuk memberantas penyakit ini, selain
itu masyarakat juga belum paham apa saja kriteria untuk dilakukannya fogging. Padahal
perilaku 3M plus adalah yang terbaik dan terefektif dalam memberantas demam berdarah
dengue jika dilakukan rutin minimal satu minggu sekali dengan baik.
Rerata nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok yang telah disuluh
adalah sebesar 8,5 sedangkan rerata nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok
yang tidak disuluh sebesar 8,23. Ini menunjukan terdapat perbedaan perilaku antara
kelompok yang telah disuluh dan tidak disuluh. Nilai terkecil untuk aspek perilaku dari
jawaban kuesioner kelompok yang telah disuluh dan tidak disuluh adalah sebesar 4.
Sedangkan nilai jawaban kuesioner perilaku masyarakat kelompok yang telah disuluh dan
tidak disuluh yang paling besar adalah sebesar 10.
Pertanyaan yang paling sedikit dijawab salah pada kuesioner perilaku masyarakat
adalah apakah eseorang yang demam lebih 2 hari perlu dibawa segera ke Puskesmas atau
Dokter dan apakah saya akan mengubur atau menutup tempat yang dapat menjadi sarang
nyamuk di sekitar lingkungan tempat tinggal yaitu dengan 1 responden menjawab tidak
(1,67%) pada desa yang disuluh dan 2 responen menjawab tidak (3,33%) pada desa yang
tidak disuluh. Hal ini dikarenakan ada beberapa masyarakat yang mungkin kurang
pengetahuan dan kepedulian terhadap gejala awal dan cara pencegahan dari demam berdarah
dengue ini.
Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa pada kelompok eksperimen (desa yang
disuluh) yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),
Kedungjambal, dan Pundungrejo terdapat perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest.
Dimana nilai posttest (7,50) lebih baik daripada nilai pretest (6,62).
Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa antara kelompok eksperimen (desa yang
disuluh) yaitu desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),
Kedungjambal, dan Pundungrejo dengan kelompok control (desa yang tidak disuluh) terdapat
perbedaan pada nilai posttest. Yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen lebih baik
(7,50) daripada kelompok control (7,02).
Skor Postest Demam Berdarah Dengue kelompok desa yang disuluh dan tidak disuluh
t = 2,086 sig 0,039. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)
antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh yaitu didapatkan hasil survei desa yang
disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan perilaku Demam Berdarah Dengue lebih baik
daripada desa yang tidak disuluh. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang Demam
Berdarah Dengue setelah dilakukan penyuluhan tetapi tidak bermakna (desa yang disuluh
sebesar 7,5 dan desa yang tidak disuluh sebesar 7,02). Namun sikap warga dilihat dari hasil
postest terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05).
Kuisioner yang telah diberikan kelompok kami menilai tentang dua aspek yaitu aspek
pengetahuan dan aspek perilaku. Dari hasil kuisioner yang sudah dijawab oleh responden
disimpulkan bahwa aspek pengetahuan dan perilaku tentang DBD sudah baik, namun
diharapkan pada penyuluhan yang akan datang lebih ditekankan pada aspek perubahan
perilaku tentang tindakan pencegahan, 3M plus, penangan dini, dan pengetahuan lengkap
terhadap kegiatan fogging. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang kurang
tepat dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan fogging tersebut. Perlu
ditekankan juga tentang pengetauan abatisasi, karena sebagian besar responden tidak
mengerti tentang fungsi, indikasi, dan cara penggunaan.
Hasil survei yang menunjukan tidak adanya perbedaan tentang pengetahuan demam
berdarah dengue antara desa yang disuluh dan yang tidak disuluh dapat juga dikarenakan oleh
daftar pertanyaan kuisioner yang dibuat kelompok kami kurang representatif untuk menilai
aspek pengetahuan dan aspek perilaku dikarenakan kelompok kami belum menemukan
kuisioner yang telah tervalidasi untuk benar-benar menilai kedua aspek tersebut.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil survei yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari yaitu
di Desa Desa Ponowaren, Watubonang, Lorog (dilaksanakan di dua posyandu),
Kedungjambal, Pundungrejo, Majasto, Kateguhan, Pojok, Grajegan, Tambakboyo, dan
Tangkisan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara posyandu yang disuluh dan tidak disuluh
yaitu didapatkan hasil survei desa yang disuluh mempunyai nilai pengetahuan dan
perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue lebih baik daripada desa yang tidak
disuluh.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue setelah dilakukan
penyuluhan tetapi tidak bermakna (desa yang disuluh sebesar 7,5 dan desa yang tidak
disuluh sebesar 7,02). Namun sikap warga dilihat dari hasil postest terdapat perbedaan
yang bermakna (p < 0,05).
3. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari tentang
pengetahuan Demam Berdarah Dengue pada umumnya baik namun perlu terus
ditingkatkan dengan diberikan pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa
sikap atau contoh gerakan bebas DBD.

6.2 Saran
a. Perlu adanya pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa sikap atau contoh
gerakan bebas Demam Berdarah Dengue lebih lanjut tentang demam Demam Berdarah
Dengue dengan sasaran yang tepat dan perbaikan perilaku yang lebih efisien.
b. Diharapkan pada pengarahan yang akan datang lebih ditekankan pada aspek perubahan
perilaku, di antaranya tentang tindakan pencegahan, 3M plus, penggunaan abate, dan
pengetahuan tentang pengetahuan fogging.
c. Perlu adanya survei lebih lanjut dengan subjek survei yang lebih besar pada wilayah kerja
Puskesmas Tawangsari agar lebih representatif guna mengetahui keberhasilan perbaikan
perilaku Demam Berdarah Dengue.
DAFTAR PUSTAKA

Arief M. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. Hal: 428.

Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. EGC. Jakarta. Hal:109.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2004). Standar Operasional Pelaksanaan


Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Kabupaten Sukoharjo. Hal 5-17.

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan


Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. DepartemenKesehatan RI. Jakarta. Hal:10-20

Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Harninto. (1997). Komunitas III “Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta.
Penerbit Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal:33-40

Harry Wahyudhy Utama. (2007).


http://klikharry.wordpress.com/2007/02/08pencapaian-program-penyakit-demam-
berdarah-dengue-dbd-dipuskesmas-sukarami-palembang-tahun-2004-2005-2006 (1
April 2008)

Hendarwanto. (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK UI. Hal:
126-35

Liana D. (1998). Komunitas I “Pendidikan Kesehatan Masyarakat dalam ilmu Kesehatan


Komunitas”. Penerbit Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal:32-7

Lukito, B. (2004). Dengue Fever Disease.


http://www.preventconflict.org/portal/main/issuelist.php?i=1018
(1 April 2008)

Soedarmo. (1988). Demam Berdarah Dengue. Djambatan. Jakarta. Hal: 29.


Soedarmo, Sumarmo S.Poorwo, et al (1998). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan
Penyakit Tropis. Edisi pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Sri RH. (1992). Demam Berdarah Dengue Pengalaman di Bagian IKA RSCM Jakarta.
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81. Jakarta. Hal:58-61

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985). Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid II,
Cetakan ketujuh, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 607-621

Suhendrodkk.(2006). Demam berdarah dengue. In: Sudoyo dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi !V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal:1709

Sumarmo SPS. (1988). Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. Hal 95-8
Sumengen S, Thomas S, dkk. (1992). Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah melalui
Pengawasan Kualitas Lingkungan. Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81.
Jakarta. Hal:28-31

Suparman. (1992). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Akuta. UNS Press.
Surakarta.

Susanto, AS. (1997). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bina Cipta. Jakarta.

Tim PBL. (2003). Hand Out Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Hal 8-16

Tim PBL. (2003). Buku Pedoman Pengalaman Belajar Lapangan II. Surakarta. Bag.
PPKM/PBL Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta. Hal 9-14

Tri DW. (2004). Demam Berdarah Dengue.


http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah.htm. (1 April 2008)

Tumbelaka,R.Alan. (2002). Tatalaksana Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue,


dalam: Updates in Pediatric Emergencies., Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 95-108

Widodo Judarwanto (2007) Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya.


http://www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmian
(1 April 2008)

Lampiran
1. Kuesioner
Kelompok Pengalaman Belajar Lapangan
Daerah Kecamatan Tawangsari,
Kabupaten Sukoharjo

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Tahun 2009

Tanda Tangan
Nama

Kecamatan Tawangsari Posyandu :. . . . . . . . . . . . .


Kelurahan/Desa Sukoharjo/. . . . . . . . .
RT/RW . . . . . . . . /. . . . . . . . .
Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan
Umur tahun
Pendidikan
..................
Terakhir
Tanggal . . . . . . . . /November/2009

Selamat pagi/siang/malam,
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret di Surakarta dalam
Pengalaman Belajar Lapangan yang merupakan program dari Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat saat ini sedang melaksanakan studi pengetahuan dan perilaku di masyarakat
daerah Jawa Tengah. Studi ini bertujuan sebagai langkah awal dalam mengurangi
morbiditas (jumlah angka kesakitan) dan mengurangi mortalitas (jumlah angka kematian)
dalam hal ini menyangkut penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Chikungunya.
Informasi dan jawaban yang Anda berikan amatlah penting dan bermanfaat bagi kami.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami
Mahasiswa Kelompok PBL
Bagian IKM Fakulas Kedokteran UNS

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.


1. Pemakaian abate LEBIH EFEKTIF, karena dapat membunuh :
a. Telur
b. Jentik
c. Pupa
d. Nyamuk dewasa jantan
e. Nyamuk dewasa betina

2. Nama nyamuk yang menyebarkan penyakit demam berdarah :


a. Aedes aegypti
b. Anopheles
c. Culex
d. Drosophila melanogaster
e. Clarias bathracus

3. Berikut ini adalah termasuk dari kegiatan 3M (plus), kecuali :


a. Menguras
b. Mengubur
c. Menutup
d. Menaburkan bubuk abate
e. Menanam pohon
4. Yang tidak termasuk 3 syarat dilakukannya “Fogging” adalah
a. merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan rutin
b. terdapat minimal 2 orang yang positif terkena Demam Berdarah Dengue di daerah
tersebut
c. Adanya pasien yang meninggal akibat Demam Berdarah Dengue di suatu daerah
tersebut
d. Lebih dari 3 orang yang positif demam, plus ditemukannya jentik-jentik nyamuk
e. Jawaban B, C, dan D yang benar

5. Gejala paling awal terkena penyakit Chikungunya adalah


a. Rasa tebal dan gatal diseluruh tubuh, disertai lemah lesu
b. Demam tinggi
c. Gusi berdarah
d. Mimisan
e. Pingsan

6. Saat ada wadah yang tergenang air, cara kita agar tidak menjadi sarang nyamuk
adalah, kecuali…
a. Mengubur
b. Menutup
c. Membiarkannya terbuka tanpa terawat
d. Menaruh ikan pemakan jentik nyamuk
e. Menaburkan bubuk abate

7. Yang tidak termasuk tanda awal penyakit Demam Berdarah Dengue adalah…
a. Demam tinggi
b. Mimisan
c. Mual muntah
d. Bintik-bintik merah
e. Pingsan

8. Bukan termasuk ciri-ciri nyamuk pembawa penyakit Demam Berdarah Dengue dan
Demam Chikungunya adalah…
a. Tubuh berwarna hitam putih belang-belang
b. Suka menggigit pada pagi dan siang hari
c. Suka bertelur di air yang tenang dan jernih
d. Tubuh berwarna hitam
e. Suka di tempat yang lembab dan gelap seperti di gantungan pakaian

9. Ciri khas penyakit Chikungunya :


a. Perdarahan
b. Demam tinggi 2-7 hari
c. Nyeri sendi sehingga badan sulit dan sakit jika digerakkan
d. Kulit menghitam
e. Bibir pecah- pecah

10. Air yang bagaimana yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur?
a. Air kotor
b. Air bergelembung
c. Air tenang dan bersih
d. Air comberan
e. Air yang mengalir deras

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.


11. Nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD dan Chikungunya adalah sama yaitu
Aedes aegypti :
a. Benar
b. Salah

12. Fogging TIDAK EFEKTIF dan TIDAK EFISIEN karena hanya membunuh nyamuk
dewasa :
a. Benar
b. Salah

13. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada malam hari :


a. Benar
b. Salah

14. Penyakit Chikungunya dapat menyebabkan kematian :


a. Benar
b. Salah

15. Obat nyamuk oles (lotion pencegah gigitan nyamuk) dapat mencegah adanya gigitan
nyamuk :
a. Benar
b. Salah

16. Semua nyamuk perlu diwaspadai menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue :
a. Benar
b. Salah

17. Penyebaran/penularan penyakit Demam Berdarah Dengue bisa melalui alat-alat


makan :
a. Benar
b. Salah

18. 3M dilakukan hanya pada saat banyak warga yang telah menderita DBD atau
Chikungunya :
a. Benar
b. Salah
19. Penyakit Demam Chikungunya dapat sembuh total dan tidak menyebabkan kematian :
a. Benar
b. Salah

20. Pegal-pegal, nyeri sendi, dan sakit otot merupakan gejala khas dari Demam
Chikungunya :
a. Benar
b. Salah

Berilah tanda ( χ ) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.


Lalu berikan “Alasan” mengapa Anda menjawab dengan jawaban tersebut.
21. Seseorang yang demam lebih 2 hari perlu dibawa segera ke Puskesmas atau Dokter :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:

22. Saya melakukan kegiatan 3M (plus) minimal seminggu sekali :


a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:

23. Saya mengompres dengan air biasa dan memberi minum air putih yang cukup banyak
pada saudara saya yang sedang menderita demam :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:
24. Menurut saya Fogging efektif untuk memberantas penyakit Demam Bedarah dan
Demam Chikungunya :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:

25. Saya selalu menggunakan obat nyamuk (bakar/oles/semprot/listrik) setiap hari baik
pagi-siang-sore-malam hari :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:

26. Saya dan sekeluarga selalu sangat waspada dan peduli terhadap penyakit Demam
Berdarah dan Demam Chikungunya :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya:

27. Saya selalu menguras dan menyikat bak mandi minimal seminggu sekali hingga
bersih :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :

28. Saya sering menggantung baju di luar lemari (di tempat terbuka) :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :
29. Saya tidak akan membiarkan genangan air disekitar lingkungan tempat tinggal :
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :

30. Saya akan mengubur atau menutup tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk di
sekitar lingkungan tempat tinggal
a. Ya
b. Tidak
Alasan saya :

2. Tabel Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo


Tabel 25. Jadwal Survey di Puskesmas Tawangsari, Sukoharjo
Survey Tanggal Desa Posyandu
I Selasa, 3 nov 2009 Ponowaren Sejahtera II
II Selasa, 3 nov 2009 Watubonang Watulumbung
III Senin, 9 nov 2009 Majasto Kartika Kencana V
IV Senin, 9 nov 2009 Kateguhan Lansia PWRI
V Selasa, 10 nov 2009 Pojok Sehat III
VI Selasa, 10 nov 2009 Lorog Kintelan-Lestari II
VII Selasa, 10 nov 2009 Grajegan Mirasari II
VIII Rabu, 11 nov 2009 Tambakboyo Ngudiwaras III
IX Sabtu, 14 nov 2009 Kedungjambal Klaseman dan lansia Klaseman
X Senin, 16 nov 2009 Tangkisan Pertiwi V
XI Selasa, 17 nov 2009 Lorog Cemetuk
XII Selasa, 17 nov 2009 Pundungrejo Mekarsari V-VI
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

3. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Ponowaren Posyandu Sejahtera II
Tabel 26. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Ponowaren
Posyandu Sejahtera II
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Santi 32 SMP Ponowaren-Sejahtera II 7 8 9
2. Marni 32 SMA Ponowaren-Sejahtera II 8 8 4
3. Erna 21 SLTP Ponowaren-Sejahtera II 7 7 7
4. Pipin Juniati 27 SMK Ponowaren-Sejahtera II 6 7 8
5. Mariyani 30 SMP Ponowaren-Sejahtera II 9 9 9
6. Dewi Rahayu 21 SLTA Ponowaren-Sejahtera II 7 7 9
7. Muryani 29 SMP Ponowaren-Sejahtera II 5 9 7
8. Maria Susanti 32 SMA Ponowaren-Sejahtera II 5 10 8
9. Supartinah 30 SD Ponowaren-Sejahtera II 8 10 8
10. Muraiwi 45 SLTP Ponowaren-Sejahtera II 6 7 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
4. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Watubonang Posyandu Watulumbung
Tabel 27. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Watubonang
Posyandu Watulumbung
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Rini Wulan Dari 20 SMP Watubonang-Watulumbung 7 5 8
2. Menik Suwati 33 S1 Watubonang-Watulumbung 8 10 10
3. Budi Ningsih 23 SMP Watubonang-Watulumbung 8 6 8
4. Sri Martini 24 SD Watubonang-Watulumbung 8 9 8
5. Wiji Lestari 30 SD Watubonang-Watulumbung 7 8 7
6. Trimah 34 SD Watubonang-Watulumbung 7 6 7
7. Sri Mulyani 24 SMP Watubonang-Watulumbung 6 4 9
8. Lastri 30 SD Watubonang-Watulumbung 5 2 9
9. Nur Mukminah 36 SMP Watubonang-Watulumbung 6 6 8
10. Sumiyati 25 SMA Watubonang-Watulumbung 6 4 7
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
5. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Majasto Posyandu Kartika Kencana V
Tabel 28. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Majasto
Posyandu Kartika Kencana V
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Harti 35 SD Majasto-Kartika Kencana V 9 5 8
2. Sri Rejeki 37 SD Majasto-Kartika Kencana V 7 10 9
3. Yuni Lestari 25 SMU Majasto-Kartika Kencana V 8 8 9
4. Sukini 40 SLTA Majasto-Kartika Kencana V 8 9 9
5. Sumarni 21 SMA Majasto-Kartika Kencana V 8 7 9
6. Siamishari 34 SD Majasto-Kartika Kencana V 8 8 8
7. Rubiyem 46 - Majasto-Kartika Kencana V 6 7 4
8. Sri Kasmi 35 SLTP Majasto-Kartika Kencana V 7 4 8
9. Ismi Handayani 22 S1 Majasto-Kartika Kencana V 6 6 8
10. Eni 27 SMP Majasto-Kartika Kencana V 9 8 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
6. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Kateguhan Posyandu Lansia PWRI
Tabel 29. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Kateguhan
Posyandu Lansia PWRI
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Srisukasini 61 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 6 7 9
2. Sudiarso 84 SR Kateguhan-Lansia PWRI 6 8 9
3. Sri Mulyani 60 SPG Kateguhan-Lansia PWRI 7 8 9
4. Sugiyatnodihardjo 90 PSGB Kateguhan-Lansia PWRI 6 9 9
5. Suparno 76 SG Kateguhan-Lansia PWRI 7 5 8
6. Sukarmi 61 D2 Kateguhan-Lansia PWRI 7 6 7
7. Hj. Sunarti 56 - Kateguhan-Lansia PWRI 7 5 6
8. Supardi 72 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 9 8 7
9. Nardi 62 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 7 7 6
10. Sri Rahayu 67 SMP Kateguhan-Lansia PWRI 6 6 7
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

7. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Pojok Posyandu Sehat III
Tabel 30. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Pojok Posyandu
Sehat III
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Nipates 38 SD Pojok-Sehat III 9 6 8
2. Suprapti 44 SMA Pojok-Sehat III 7 9 5
3. Sumarmi 55 - Pojok-Sehat III 4 3 7
4. Lasmini 27 SMP Pojok-Sehat III 8 6 7
5. Rini 24 S1 Pojok-Sehat III 7 9 10
6. Lestari 23 SMP Pojok-Sehat III 6 8 9
7. Retno 20 SMP Pojok-Sehat III 8 6 9
8. Suranti 32 SD Pojok-Sehat III 7 7 9
9. Sugiyarti 29 SMP Pojok-Sehat III 7 6 9
10. Rina 25 SMP Pojok-Sehat III 8 9 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

8. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Lorog Posyandu Lestari II
Tabel 31. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Lorog Posyandu
Lestari II
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Marni 27 SLTA Lorog-Lestari II 9 7 7
2. Kusriyani 23 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 9
3. Sukarmi 27 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 9
4. Ngatinem 43 SD Lorog-Lestari II 8 8 10
5. Lilis Adiyanti 33 SLTA Lorog-Lestari II 8 7 9
6. Esti Utami 27 SLTP Lorog-Lestari II 8 9 10
7. Nyatim 40 SD Lorog-Lestari II 8 8 9
8. Purwaningsih 26 SLTA Lorog-Lestari II 10 8 10
9. Endang P. 37 SLTA Lorog-Lestari II 9 8 8
10. Sriyani 25 SLTP Lorog-Lestari II 8 9 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

9. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Grajegan Posyandu Mirasari II
Tabel 32. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Grajegan
Posyandu Mirasari II
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Rini 24 SLTP Grajegan-Mirasari II 6 6 9
2. Nuryati 28 SMP Grajegan-Mirasari II 6 4 9
3. Rohayati 35 SD Grajegan-Mirasari II 5 8 8
4. Sri Sulastri 31 SD Grajegan-Mirasari II 7 6 8
5. Samiyati 31 SD Grajegan-Mirasari II 6 6 9
6. Hari Wahyuni 30 SD Grajegan-Mirasari II 6 7 7
7. Narni Suprapti 28 SMP Grajegan-Mirasari II 6 9 10
8. D. Kurniasih 29 SMP Grajegan-Mirasari II 7 9 8
9. Diah Ari N. 30 SMP Grajegan-Mirasari II 8 6 8
10. Karsini 32 SD Grajegan-Mirasari II 9 6 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
10. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Tambakboyo Posyandu Ngudiwaras III
Tabel 33. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Tambakboyo
Posyandu Ngudiwaras III
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Warsini 31 SMEA Tambakboyo-Ngudiwaras III 10 9 9
2. Rina 27 D1 Tambakboyo-Ngudiwaras III 6 7 8
3. Suharti 30 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 6 9 8
4. Sumarmi 42 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 3 3 9
5. Warsini 31 SD Tambakboyo-Ngudiwaras III 9 8 9
6. Sri Wahyuni S. 28 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 8 7 8
7. Trihandayani 20 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 8 6 8
8. Trisni 30 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 9 8 10
9. Suwanti 30 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 7 7 9
10. Sri Palupi 31 SMP Tambakboyo-Ngudiwaras III 7 6 9
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
11. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Kedungjambal Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman
Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Kedungjambal
Posyandu Klaseman dan Lansia Klaseman
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Prayinto 54 S1 Kedungjambal-Klaseman 7 5 10
dan Lansia Klaseman
2. Sumiyati 42 SLTA Kedungjambal-Klaseman 6 5 7
dan Lansia Klaseman
3. Harti 39 SLTA Kedungjambal-Klaseman 7 5 9
dan Lansia Klaseman
4. Tentiem 41 S1 Kedungjambal-Klaseman 8 6 8
P. dan Lansia Klaseman
5. Fatma 28 SMA Kedungjambal-Klaseman 5 8 9
dan Lansia Klaseman
6. Rohmah 18 SMA Kedungjambal-Klaseman 7 7 8
Dyah dan Lansia Klaseman
7. Sugianti 40 SMP Kedungjambal-Klaseman 8 6 8
dan Lansia Klaseman
8. Siti 18 SD Kedungjambal-Klaseman 7 7 8
dan Lansia Klaseman
9. Sri 30 SD Kedungjambal-Klaseman 8 7 9
Lestari dan Lansia Klaseman
10. Poniyem 40 - Kedungjambal-Klaseman 9 8 9
dan Lansia Klaseman
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

12. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Tangkisan Posyandu Pertiwi V
Tabel 35. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Tangkisan
Posyandu Pertiwi V
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Yuni Asitlawati 27 SMK Tangkisan-Pertiwi V 7 8 9
2. Puji 28 SMA Tangkisan-Pertiwi V 8 10 6
3. Suyamti 34 SMA Tangkisan-Pertiwi V 7 5 7
4. Susanti 29 SD Tangkisan-Pertiwi V 5 7 9
5. Sriyani 27 SD Tangkisan-Pertiwi V 7 7 9
6. Parti 36 SD Tangkisan-Pertiwi V 3 4 7
7. Wardani 32 SMP Tangkisan-Pertiwi V 10 8 10
8. Wulandari 26 SMU Tangkisan-Pertiwi V 7 6 9
9. Sri Wahyuni 28 MTS Tangkisan-Pertiwi V 7 8 8
10. Surani 36 SD Tangkisan-Pertiwi V 6 7 8
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

13. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di


Desa Lorog Posyandu Cemetuk
Tabel 36. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Lorog Posyandu
Cemetuk
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Sri Wahyuni 32 SLTA Lorog-Cemetuk 7 10 10
2. Yanti 35 SMEA Lorog-Cemetuk 5 7 9
3. Eni Lestari 34 SMA Lorog-Cemetuk 8 8 5
4. Sriyatun 32 SMA Lorog-Cemetuk 8 8 6
5. Susanti 40 SLTA Lorog-Cemetuk 9 9 10
6. Wartini 31 SMP Lorog-Cemetuk 9 10 10
7. Suprapti 45 SLTA Lorog-Cemetuk 8 8 7
8. Sriyamtini 43 SLTA Lorog-Cemetuk 8 9 8
9. Samasi 33 SMA Lorog-Cemetuk 5 5 9
10. Sutimah 36 SMP Lorog-Cemetuk 8 8 8
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
14. Tabel Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di
Desa Pundungrejo Posyandu Mekarsari VI
Tabel 37. Tingkat Pendidikan Responden dan Nilai Hasil Kuesioner di Desa Pundungrejo
Posyandu Mekarsari VI
No. Nama Umur Pend. Desa-Posyandu K. K. K.
Terakhir DBD Chikungunya Perilaku
1. Ika 22 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 8 8
2. Yuliani 24 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 7 9
3. Parmi 26 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 8 8 9
4. Wantiyem 31 SD Pundungrejo-Mekarsari VI 5 9 9
5. Waliyah Fitriani 26 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 7 9 8
6. Siti Maryanti 30 SD Pundungrejo-Mekarsari VI 7 7 5
7. Anirahman 28 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 7 6 9
8. Sutrisno 37 SMP Pundungrejo-Mekarsari VI 5 8 9
9. Farida 29 D3 Pundungrejo-Mekarsari VI 9 9 10
10. Wagiyem 47 - Pundungrejo-Mekarsari VI 3 5 8
Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009
15. Tabel Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam
Berdarah Dengue Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang
Tidak Disuluh
Tabel 38. Perbandingan Case Processing Summary Nilai Postest Demam Berdarah Dengue
Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
Kelompok Penelitian N Percent N Percent N Percent
Postest K. Eksperimen 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
DBD K. Kontrol 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009


16. Tabel Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Berdarah
Dengue Antara Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak
Disuluh
Tabel 39. Perbandingan Descriptives Nilai Postest Demam Berdarah Dengue Antara Pada
Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Descriptives

Std.
Kelompok Penelitian Statistic Error
Postest K. Eksperimen Mean 7,50 ,140
DBD 95% Confidence Lower Bound 7,22
Interval for Mean Upper Bound
7,78

5% Trimmed Mean
7,54
Median 8,00
Variance 1,169
Std. Deviation 1,081
Minimum 5
Maximum 10
Range 5
Interquartile Range
1
Skewness -,374 ,309
Kurtosis ,062 ,608
K. Kontrol Mean 7,02 ,185
95% Confidence Lower Bound 6,65
Interval for Mean Upper Bound
7,39

5% Trimmed Mean
7,07
Median 7,00
Variance 2,051
Std. Deviation 1,432
Minimum 3
Maximum 10
Range 7
Interquartile Range
2
Skewness -,424 ,309
Kurtosis ,989 ,608

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009


17. Tabel T-Test Group Statistic Demam Berdarah Dengue
Tabel 40. Hasil T-Test Group Statistic Postest Demam Berdarah Dengue Antara Pada Desa
yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Group Statistics

Std. Error
Kelompok Penelitian N Mean Std. Deviation Mean
Postest DBD K. Eksperimen 60 7,50 1,081 ,140
K. Kontrol 60 7,02 1,432 ,185

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

18. Tabel T-Test Independent Sample Test Demam Berdarah Dengue


Tabel 41. Hasil T-Test Independent Sample Test Postest Demam Berdarah Dengue Antara
Pada Desa yang Disuluh Dengan Desa yang Tidak Disuluh

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Sig. Mean Std. Error


F Sig. t df (2-tailed) Difference Difference
Postest Equal
DBD variances ,849 ,359 2,086 118 ,039 ,483 ,232
assumed
Equal
variances
2,086 109,78 ,039 ,483 ,232
not
assumed

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

19. Gambar Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa


yang Disuluh (Kelompok Eksperimen)
Gambar 2. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang Disuluh
(Kelompok Eksperimen)
Histogram

for Kel_Penelitian= K. Eksperimen


25

20
Frequency

15

10

Mean = 7.5
0 Std. Dev. =
5 6 7 8 9 10 1.081
N = 60
Postest DBD

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009

20. Gambar Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa


yang Tidak Disuluh (Kelompok Kontrol)
Gambar 3. Histogram T-Test Demam Berdarah Dengue Untuk Desa yang Tidak Disuluh
(Kelompok Kontrol)
Histogram

for Kel_Penelitian= K. Kontrol


20

15
Frequency

10

0 Mean = 7.02
Std. Dev. = 1.432
4 6 8 10 N = 60
Postest DBD

Sumber : Kelompok C3 PBL II 2009


CHIKUNGUNYA

A. DEFINISI CHIKUNGUNYA

CHIKUNGUNYA berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi hebat.
Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, aedes albapictus dengan gejala utama demam
mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki
sehinga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang
sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu.
Mash banyak angapan dikalangan masyarakat, bahwa demam chikungunya atau flu tulang
atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehinga membuat panik. Tidak jarang
pula meyakini bahwa penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan.

B. EPIDEMOLOGI

Virus chikungunya pertama kali diidentifikasikan di afrika timur tahun 1952. virus ini terus
menimbulkan epidemic di wilayah tropis asia dan afrika. Di Indonesia demam chikungunya
dilaporkan pertama kali di samarinda tahun 1973. kemudian kemudian berjangkit di kuala
tungkal, jambi, tahun 1980. tahun 1983 merebak di martapura, ternate dan Yogyakarta.
Setelah vakum hamper 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa demam chikungunya
terjadi di muara enim, Sumatra selatan dan aceh. Disusul bogor bulan oktober. Demam
chikungunya berjangkit lagi di bekasi jawa barat, puworjo dan klaten jawa tengah tahun
2002.
Penyakit seperti chikungunya pernah dilaporkan pada tahun 1779 di batafia. Selanjutnya
tahun 1953 dilaporkan di afrika dan seluruh dunia khususnya didaerah tropis. Di Indonesia
penyakit ini dilaporkan kembali tahun 1973 di Kalimantan timur dan Jakarta tahun 1978.
kejadian luar biasa pertama dilaporkan dari jambi dan Sumatera selatan pada tahun 1982,
yogya th 1983 dan sejak th 1985 seuruh wilayah Indonesia pernah melaporkan kejadian
penyakit ini.
Sekitar 200-300 th lalu chikungunya merupakan virus pada hewan primate di tengah hutan
atau savanna di afrika. Satwa primate yg dinilai sebagai pelestari bangsa baboon,
cercopithecus sp. Siklus di hutan di antara satwa primate dilakukan oleh nyamuk aedes sp.
Pembuktian ilmiah yg meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan krtika
terjadi wabah di Tanzania 1952-1953.
Setelah beberapa lama, karakteristik chikungunya virus yang senula bersiklus dari satwa
primata-nyamuk-satw pyramid, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak
semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permikiman, siklus
virus chikungunya di Bantu oleh nyamuk aedes aegepti.

C. GEJALA DAN MANISFESTASI KLINIKS

Demam tinggi mendadak selama 2-4 hari, disertai nyeri sendi, bengkak kemerahan didaerah
lutut, pergelangan kaki, pingul, siku dan jari jari kaki maupun tangan. Bila bergerak rasa
sakit pada sendi bertambah banyak.
Gejalanya adalah muka kemerahan, nyeri dibelakang bola mata dan konjungtifa kemerahan.
Nyeri kepala, nyeri otot dan terdapat pembesaran kelenjar didaerah leher.
Gejala lain yang dapat timbul adalah mual, muntah, bintik bintik kemerahan seluruh tubuh,
bias di sertai gatal. Gejala nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian. Dalam beberapa kasus didapat
juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala yang sama sekali atau silent virus
chikungunya.
Secara mendadak penderita akan mengalami damam tingi selama lima hari, sehingga
dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak,
kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hr. mata biasanya merah
disertai tanda-tanda seperti flu. Sering di jumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih
besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesararan
getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominant dan sampe
menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang kadang timbul
rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlansung selama 3 hr
dgn tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.
Meskipun ditularkan oleh nyamuk yg sama dgn penyakit demam berdarah, tetapi
karakteristik penyakit ini berbeda. Bedanya dgn demam berdarah dengue, pada
chikungunya tdk ada perdarahan hebat, shock maupun kematian. Dengan istirahat cukup,
obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya
sembuh sendiri dalam 7 hr. setelah terjadi infeksi virus initubuh penderita akan membentuk
antibiotic yg akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari.
Dengan demikian, dalam jangka panjang penderita relative kebal terhadap penyakit virus
ini.
Penyakit ini tdk sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tdk akan
menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat 5 hr, demam akan berangsur angsur reda, rasa
ngilu maupun nyri pada persendian dan oton berkuran, dan penderita akan sembuh seperti
semula. Penderita dlm beberapa waktu kemudian bias mengerakan tubuhnya seperti sedia
kala. Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal beberapa hari
sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yg sebelumnya
menpunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.

D. PENULARAN DAN PENYEBARAN PENYAKIT

Penyebaran chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dapat menjadi
berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit penyakit chukungunya. Kera dan
binatang buas lainya juga diduga dapat sebagai perantara penyakit ini. Nyamuk yg
terinfeksi akan menularkan penyakit bila menggit manusia yg sehat. Mengingat penyebaran
chikungunya antara Negara relative pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring
dengan perpindahan nyamuk.

E. DIAGNOSIS

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologic antara lain uji hambatan
aglutinasi, serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis dan
penelitian, tidak bermanfaat utk kepentingan praktis klinis sehari-hari.

F. CARA PENCEGAHAN
A. Jangan biarkan jentik-jentik nyamuk berkembang biak dilingkunggan perumahan.
Lakukan pemberantasan sarang nyamuk dgn melakukan “3 M”. lindungi diri anda jangan
sampai tergigit nyamuk pada siang hari dgn mengunakan repellent, obat nyamuk coil,
memakai kelambu atau memasang kawat kasa dirumah.
B. Pencegahan indifidu dapat dilakukan dgn cara khusus seperti penggunaan obat oleskulit
yg menggandung DEET atau zat aktif EOA lainya.
C. Seranga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yg menggantung
seperti baju-baju yg ada di belakang pintu kamar. Selain itu nyamuk ini juga menyenangi
tempat yg gelap dan pengap.
D. Mengingat penyebaran penyakit ini adalah nyamuk aedes aegeypti maka cara terbaik utk
memutuskan rantai penularan adalah dgn memberantas nyamuk tersebut.
E. Malation dipakai dgn cara penggasapan bukan dgn menyemprotkan di dinding,
melainkan di benda benda yg menggelantung.
F. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda benda yg memungkinkan
menampung air bersih saat musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap
hari mulai pagi sampe sore agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk.
G. Kabar baiknya penyakit ini sulit menyerang penderita yg sama. Dengan demikian kecil
kemungkinan bagi mereka utk kena lagi.

G. PENANGANAN

Demam chikungnya termasuk, self limiting disease atau penyakit yang sembuh dgn
sendirinya. Tdk ada faksin maupun obat khusus utk penyakit ini. Pengobatan yg diberikan
hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitya. Seperti, obat penghilang
rasa sakit ayau demam seperti golongan parasetamol, sebaiknya dihindarkan penggunaan
obat sejenis asetosal. Antibiotika tdk diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika
dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tdk bermanfat.
Jadi, jangan panic apabila terdapat anggota keluarga yg menderitapenyakit ini, sebab tidak
sampai terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tdk sampai
menyebabkan kematian. Ngilu pada persendian itu tdk menyebabkan kematian.

Bila menemukan penyakit chikungunya lakukan:

1. Segera laporkan ke puskesmas/ dinas kesehatan setempat.


2. Hindari penderita dari gigitan nyamuk agar tdk menyebar ke orang lain.
3. Anjurkan penderita untuk beristirahat selama fase akut.
4. Pada keadaan KLB perlu dilakukan penyemprotan/penggasapan.
5. Lakukan pemeriksaan jentik di rumah dan sekitar rumah.

Diposkan oleh wiwi_cute di 04.57 0 komentar


Saya mengompres dengan air biasa dan memberi minum air putih yang cukup banyak pada
saudara saya yang sedang menderita demam

Anda mungkin juga menyukai