Oleh:
dr. Made Ayu Mutiara Dewi, S.Ked
Pendamping:
dr. Ni Kade Pariasih, S.Ked
PUSKESMAS PUPUAN I
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Laporan Mini Project “Gambaran Sikap Terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja Pada Siswa-siswi SMA Negeri 1 Pupuan” ini dapat
diselesaikan. Laporan Mini Project ini disusun dalam rangka mengikuti Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) Angkatan Ke III Tahun 2019 Puskesmas
Pupuan I.
Semua tahapan laporan mini project dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ni Kade Pariasih, S.Ked selaku dokter pendamping, atas segala
nasehat, bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan laporan mini
project ini.
2. dr. Ida Bagus Surya Wira Andi, S.Ked selaku Kepala Puskesmas Pupuan I
atas bantuannya dalam kelancaran tugas-tugas kami di Puskesmas.
3. Seluruh pihak dari Puskesmas Pupuan satu dan SMA Negeri 1 Pupuan
yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas segala informasi
dan kerja sama terkait dengan pelaksanaan penyusunan laporan ini.
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
dan dapat menjadi Karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki penulis, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari semua pihak demi
perbaikan dari laporan ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Daftar Tabel.............................................................................................................v
Daftar Gambar........................................................................................................vi
Bab I Pendahuluan...................................................................................................7
2.1 Remaja.................................................................................................13
iii
4.7 Alur Penelitian....................................................................................32
5.2 Pembahasan.........................................................................................38
6.1 Kesimpulan.........................................................................................44
6.2 Saran....................................................................................................44
Daftar Pustaka........................................................................................................46
iv
DAFTAR TABEL
keseluruhan.........................................................................................35
berdasarkan usia..................................................................................35
berdasarkan kelas................................................................................35
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 4. Grafik persentase wanita usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan
27
32
vi
BAB I
PENDAHULUAN
(SUPAS) 2015 sebanyak 255,18 juta jiwa. Survey tersebut juga menunjukkan
bahwa bentuk piramida penduduk Indonesia tahun 2015 termasuk tipe ekspansif,
dimana sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda. Kelompok
usia remaja (10-24) tahun mencapai angka 66,3 juta jiwa atau sebanyak 39% dari
seksual dan dampak sosial yang dapat ditanggung oleh remaja tersebut.
menunjukkan terdapat 2% wanita dan 8% pria remaja usia 15-24 tahun pernah
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar nikah ini
7
justru terjadi paling banyak pada remaja usia sekolah, yaitu pada remaja wanita
usia 15-19 tahun sebanyak 59% dan pria usia 15-19 tahun sebanyak 74%. Angka
kehamilan tidak diinginkan terjadi pada 12% wanita yang pernah melakukan
hubungan seksual. Kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita usia 15-19 tahun
dua kali lebih besar (16%) dibandingkan kelompok 20-24 tahun (8%). Kehamilan
tidak diinginkan ini terjadi paling banyak pada wanita (21%) dengan Pendidikan
tidak tamat SMA. Persentase wanita hamil tidak diinginkan di pedesaan hampir 2
kali lebih besar (16%) dibandingkan di perkotaan (8%). Angka hasil SDKI 2017
Kondisi yang lebih buruk justru terjadi di Provini Bali. Sesuai data Indeks
yang meningkat lebih dari dua kali lipat dari 15% pada tahun 2015 menjadi 37%
pada tahun 2016, dan pernikahan usia anak mencapai 23 persen (Bappenas, 2017).
Daerah Bali tahun 2017 di Kota Denpasar pada remaja usia 10-24 tahun bahkan
Kejadian kehamilan pada remaja usia dibawah 20 tahun juga relatif tinggi
kohort kehamilan Puskesmas Pupuan 1 dari tahun 2017-2019, dari 7 desa, yaitu
Desa Pujungan, Desa Pupuan, Desa Bantiran, Desa Sai, Desa Pajahan, Desa
Munduk Temu, dan Desa Belatungan, angka kehamilan remaja usia dibawah 20
8
tahun sebanyak 115 kehamilan, mencakup 16,8% dari seluruh angka kehamilan di
ketujuh desa tersebut. Bahkan terdapat 2 kehamilan pada usia 14 tahun dan 11
kehamilan terjadi pada usia 15 tahun, dimana pada usia tersebut masih berada
wanita dan 37% pria remaja yang tahu secara benar mengenai masa subur seorang
wanita dan resiko kehamilan dengan berhubungan seksual, sisanya adalah mereka
yang tahu tetapi salah (61% wanita dan 55% pria), dan tidak tahu (6% wanita dan
menggunakan kondom justru tergolong lebih rendah pada usia 15-19 tahun
(wanita 45.9% dan pria 53.7%) jika dibanding pada kelompok usia 20-24 tahun
bahkan jauh lebih rendah, yaitu pada wanita hanya sebesar 12,8% (usia 15-19
tahun) dan 21.8% (usia 20-24 tahun) serta pada pria bahkan lebih rendah yaitu
10.6% (15-19 tahun) dan 16.4% (20-24 tahun). Hal yang sama juga terjadi pada
tergolong tinggi (68% pada wanita dan 86 persen pada pria), namun pengetahuan
mengenai penyakit IMS lain masih sangat rendah. Sebanyak 34% wanita dan 33%
pria mengetahui mengenai gonorea; 21% wanita dan 12% pria mengetahui
9
Chancroid, dan Chlamydia hanya di bawah 5% pada wanita dan pria (BKKBN,
2017).
materi terkait kesehatan reproduksi dan remaja ada dalam mata pelajaran biologi,
kesehatan jasmani dan agama. Belum ada kebijakan terkait kurikulum kesehatan
reproduksi sesuai dengan kapasitas dan fasilitas masing-masing sekolah. Hal ini
memungkinkan adanya variasi dan tidak adanya standar yang sama dalam
arus informasi mengenai kesehatan reproduksi juga dapat diperoleh baik secara
langsung melalui orang tua dan pergaulan remaja serta secara tidak langsung dari
media cetak dan media digital. Semakin banyaknya sumber informasi tersebut
tujuan utama bagi remaja dari ketujuh desa di atas untuk melanjutkan
10
gambaran sikap siswa SMA Negeri 1 Pupuan terhadap kesehatan reproduksi.
gambaran sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja pada siswa di SMA Negeri
1 Pupuan.
11
Sebagai panduan dan evaluasi mengenai peran sekolah dalam memperbaiki
selanjutya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. BKKBN menyebutkan rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2015).
yang pesat baik secara fisik, psikologis, dan intelektual. Sifat khas remaja
serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin
harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai
masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja
perkembangan seks primer dan sekunder. Perubahan seks primer ditandai dengan
terjadinya menarke (menstruasi pertama) pada wanita dan mimpi basah (keluarnya
13
sperma) pada laki-laki. Perubahan seks sekunder pada wanita berbeda dengan pria
a) Anatomi
labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum vagina, serta glandula vestibularis
mayor (kelenjar Bartholin) dan minor (Gambar 2.2). Genitalia interna terdiri dari
vagina, uterus, tuba uterina, dan ovarium (Gambar 2.3). Ovarium berperan dalam
14
Gambar 2. . Organ genitalia interna pada wanita (Paulsen & Waschke, 2013)
b) Fisiologi
(LH) yang disekresikan oleh pituitari anterior, serta (3) estrogen dan progesterone
yang dihasilkan oleh ovarium. Sekresi GnRH merangsang sekresi FSH dan LH
oleh kelenjar pituitari anterior, yang kemudian merangsang produksi estrogen dan
sekresi endometrium serta memberi umpan balik negatif bagi sekresi FSH.
Adanya peningkatan kadar estrogen yang cepat juga memberi umpan balik positif
pada kelenjar pituitari anterior dan mungkin juga hipotalamus, sehingga terjadi
estrogen lagi. Jika ovum tidak difertilisasi, korpus luteum akan mengalami
degradasi sehingga terjadi penurunan drastis estrogen dan progesteron. Hal ini
15
estrogen dan progesteron menyebabkan FSH disekresikan kembali dan memulai
2016).
a) Anatomi
Organ reproduksi utama pada pria adalah testis, yang merupakan tempat
terjadinya produksi sperma. Testis yang berisi hingga 900 lilitan tubulus
sekitar 6 meter. Dari epididmis, sperma masuk ke vas deferens, yang membesar
menjadi ampula vas deferens sebelum melewati kelenjar prostat. Kelenjar prostat,
berperan dalam menghasilkan sekret untuk nutrisi sperma. Sperma lalu masuk ke
uretra dan dikeluarkan dari penis saat terjadi ejakulasi (Hall & Guyton, 2016).
16
Gambar 2. . Organ genitalia pada pria (Hall & Guyton, 2016)
b) Fisiologi
diproduksi oleh sel-sel intersisial Leydig yang berada dalam testis. Sel-sel ini
hampir tidak ada pada masa anak-anak, namun terdapat jumlah yang besar pada
masa neonatus dan pubertas. Regulasi produksi testosteron mirip dengan yang
terjadi pada wanita, yakni dipengaruhi oleh GnRH, FSH, dan LH. Produksi
testosteron oleh sel Leydig hanya terjadi jika terdapat stimulasi oleh LH.
17
menghasilkan sperma yang dapat keluar melalui ketika terjadi ejakulasi. FSH
memberikan umpan balik negatif bagi kelenjar pituitari anterior sehingga terjadi
antara lain: (1) peningkatan pertumbuhan rambut pada pubis, wajah, dada, dan
(3) meningkatkan sekresi kelenjar sebasea, (4) meningkatkan massa otot, (4)
pesat pada saat remaja, serta (5) meningkatkan laju metabolisme basal hingga 5-
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Kemenkes RI, 2015). Pada
dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan penting dalam
kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, kesehatan
reproduksi.
18
Menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and
keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan
sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan
luas didefinisikan sebagai konstelasi metode, teknik dan pelayanan yang berkaitan
kesehatan reproduksi.
konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang
Ketiga, dapat mengontrol akses seksual orang lain terhadapnya. Keempat, dapat
19
b) Terlindung dari praktek reproduksi yang berbahaya
yang aman
yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit
yang tersisih. Karena proses reprouksi terjadi melalui hubungan seksual, definisi
peningkatan kualitas hidup dan hubungan antara individu, jadi bukan hanya
konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan
penting mengingat dampaknya juga terasa dalam kualitas hidup pada generasi
kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masak anak,
20
Menurut Program Kerja WHO ke IX (1996-2001) pada Mei 1994,
tidak aman.
lanjut lainnya.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
21
a) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain,dsb).
c) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja, depresi
d) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular
perilaku seksual yang bertanggung jawab dan reproduksi yang sehat, termasuk
disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan pelayanan yang layak dan
konseling yang sesuai secara spesifik untuk umur mereka. Penekana kehamilan
remaja secara umum juga diharapkan. Hal-hal yang ada seputar kesehatan
22
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan lat-alat
mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri haid
yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga
dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-laki antara
lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak lengkap dan
cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang pemarah.
bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang
c) Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika seseorang
Bahaya onani adalah apabila dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya
23
menggunakan alat yang bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani juga bisa
Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman
mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat dilihat
bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti
berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil
dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi
et al., 2009).
seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai terinfeksi HIV
Hasil SDKI 2017 menunjukkan 7 persen wanita umur 15-19 tahun sudah
menjadi ibu: 5 persen sudah pernah melahirkan dan 2 persen sedang hamil anak
pertama. Persentase remaja wanita di perdesaan yang telah menjadi ibu lebih
tinggi tingkat pendidikan dan kuintil kekayaan, semakin rendah persentase remaja
24
Persentase wanita usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan
atau sedang hamil anak pertama
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Tidak tamat Tamat SD Tidak tamat Tamat Perguruan
SD SLTA SLTA tinggi
Gambar 2. . Grafik persentase wanita usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan
atau sedang hamil anak pertama (BKKBN, 2017)
dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal
25
BAB III
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Adapun faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, dan sumber informasi,
26
3.2 Kerangka Konsep
27