Anda di halaman 1dari 90

LBM 2 THT

Aduh, kepalaku pusing tujuh keliling

STEP 1

 Sistem vestibuler : sistem yang bertanggung jawab untuk menjaga


keseimbangan , postur dan orientasi ruang. Berhubungan dengan refleks
perubahan posisi tubuh.
Diperankan oleh organ telinga dalam yaitu labirin.
 Vertigo : suatu gejala dimana seseorang memiliki
perasaan berputar di sekitar terhadap dirinya (vertigo objektif) maupun
dirinya terhadap sekitar (vertigo subjektif).
Adanya sensasi gerakan atau rasa gerak oleh tubuh atau lingkungan
sekitar dengan gejala yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan keseimbangan tubuh dari berbagai penyakit.

STEP 2

1. Jelaskan anatomi , histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?
4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan
yg lalu , sembuh tanpa diberi obat?
5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?
7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis
obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana klasifikasi dari vertigo?
10.Bagiamana alur penegakan diagnosis?
11.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
12.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
13.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?
14.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
15.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?

STEP 3

1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
ANATOMI

Telinga Dalam

Embriologi

TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang
terdiri dari 3 bagian :
Vestibulum
 Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
 Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
Berbentuk konus (seperti rumah keong)
 Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar
seperti spiralis
 Isinya ductus cochlearis
 Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala
tympani dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
 Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ
atau organ dari Corti.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala
timpani dan skala vestibuli. Koklea terdiri dari:
i. Skala vestibuli: berisi perilimfe
ii. Skala media : berisi endolimfe
iii. Skala timpani: berisi perilimfe

Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
 Anterior
 Posterior
 Lateral
 Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu
dengan lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
 Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
 Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula

Buku Petunjuk Praktikum Anatomi & Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007

Sistem yang berfungsi untuk mempertahankan posisi tubuh dan keseimbangan:


 Vestibuler
 somatosensoris (terutama proprioseptif)
sistem penglihatan

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan


tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki,
berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan merupakan interaksi yang
kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik
termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang
dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area
asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.
Keseimbangan statis dan dinamis
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional
kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar
kepala. Tiap – tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi
tersusun dalam bidang –bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di
setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula,
suatu pembesaran dipangkal kanalis. Rambut – rambut terbenam dalam suatu lapisan
gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam
ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti
arah gelombang air.
Pada kanalis semisirkularis polarisasi sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis
dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lurus
satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang
yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis;
horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan, posterior kiri –anterior kanan.
Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya akan
terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam
bidang horisontal yang menimbulkan rotasi ke kanan maka serabu-serabut aferen dari kanalis
horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika
rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan maka kanalis anterior kiri dan kanan
kedua sisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.
Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke segala
arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak disalah satu kanalis semisirkularis
karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran tulang
dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan
kepala.namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula – mula tidak ikut
bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia (kelembaman).
(karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak, kecuali jika ada suatu gaya luar yang bekerja padanya dan menyebabkan
perubahan) ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak
sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan
dengan arah gerakan kepala (serupa dengan tubuh anda yang miring ke kanan sewaktu mobil
yang anda tumpangi berbelok ke kiri). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong
kearah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut – rambut
sensorik yang terbenam di bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan
gerakan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut
– rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan
yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan
rotasi kepala, sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan rambut-
rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu
berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara
bertahap berhenti, rambut – rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis
mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala
tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada organ
otolit. Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 -50 stereosilia yaitu
mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut
berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika
stereosilianya membengkok kearah kinosilium; pembengkokan kearah yang berlawanan
menyebabkan hiperpolarisasi sel.sel – sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi
dengan ujung – ujung terminal neuron aferen yang akson – aksonnya menyatu dengan akson
struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf
auditorius dari koklea untuk membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi diserat – serat aferen; sebaliknya, ketika
sel – sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi diserat aferen menurun.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan
rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi
kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan liniear
(bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah).
Utrikulus dan sarkulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang yang terdapat diantara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut – rambut pada sel –
sel rambut reseptif di organ – organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa
diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat – otolit
(batu telinga) – yang terbenam dalam lapisan gelatinosa, sehingga lapisan tersebut lebih berat
dan lebih lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi
tegak, rambut- rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut- rambut
sarkulus berjajar secara horizontal.
Masa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan membengkokan rambut
– rambut dalam dua cara :
1. Ketika kepala digerakkan ke segala arah selain vertikal (yaitu selain tegak dan menunduk),
rambut –rambut membengkok sesuai dengan arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang
mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap – tiap telinga,
sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi
mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus.
Dengan demikian SSP menerima pola – pola aktivitas saraf yang berlainan tergantung pada
posisi kepala dalam kaitannya dengan gravitasi)
2. Rambut – rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier
horizontal (misalnya bergerak lurus kedepan, kebelakang, atau kesamping). Ketika seseorang
mulai berjalan kedepan, bagian atas membran otolit yang berat mula – mula tertinggal di
belakang endolimfe dan sel – sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan
demikian rambut – rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah
gerakan kepala yang kedepan. Jika kecepatan berjalan di pertahankan lapisan gelatinosa
segera “menyusul” dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga
rambut – rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit
secara singkat terus bergerak kedepan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokan
rambut –rambut kearah depan. Denga demikian sel – sel rambut utrikulus mendeteksi
akselerasi atau deselerasi linier horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai
gerakan lurus yang berjalan konstan.
Sakulus mempunyai fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespon secara
selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat
tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi liner vertikal (misalnya meloncat – loncat atau
berada dalam elevator).
Sinyal – sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis dibawa melalui
saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok badan sel saraf di batang
otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari
permukaan kulit, mata, sendi, dan otot, untuk :
1. mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan;
2. mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang sama walaupun
kepala bergerak; dan
3. mempersepsikan gerakan dan orientasi.
Keseimbangan statis

Keseimbangan statis ini merupakan keseimbangan yang berhubungan dengan orientasi letak
kepala (badan) terhadap gravitasi bumi. Yang berperan pada keseimbangan statis ini adalah
sakulus dan utrikulus (pada kanalis semi sirkularis).Bila kepala miring ke satu arah, otolith
yang berat akan tertaut ke bawah oleh gravitasi bumi, hal ini akan menarik lapisan gelatin ke
bawah yang kemudian merangsang sel-sel rambut. Impuls keseimbangan ini kemudian
dijalarkan melalui bagian vestibularis dari syaraf ke VIII medula kemudian ke korteks otak.

Keseimbangan dinamis

Keseimbangan ini merupakan suatu upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap gerakan-
gerakan berbagai arahmisalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb.Bila kepala bergerak kesegala
arah, maka cairan didalam canalis semi sirkularis akan bergerak ke arah sebaliknya sehingga
akan menekukan cupula. Dengan demikian sel-sel rambut terangsang dan timbul ilmpuls
menuju syaraf ke VIII. Karena ketiga canalis semisircularis ini letaknya saling tegak lurus
maka gerakan kepala kesegala arah dapat terkontrol oleh alat keseimbangan
Shumway-Cook A, Woollacott MH. Motor Control: Theory and Practical Applications. Philadelphia:
Lippincott, Williams & Wilkins; 2001.

Neurotransmitter eksitator untuk keseimbangan ?


 Sejumlah neurotransmiter yang turut berkontribusi dalam timbulnya mekanisme-
mekanisme vestibuler sental dan perifer
 Eksitatorik asam amino glutamat menjadi neurotansmiter pada sinaps aferen dari
vestibular hair cell–vestibular nerve dan pada sinaps yang terbentuk antara nervus
vestibularis dengan nukleus vestibuler medial (medial vestibular nucleus; MVN).
 Neurotransmiter inhibitorik, (gammaaminobutyric acid; GABA) memiliki sebuah
peranan dalam labirin vestibuler.
Neurotransmiter yang dijumpai pada serabut eferen vestibuler yang menghubungkan
batang otak dengan hair cells adalah asetilkolin.
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)
disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
 Vertigo :
Vertigo spontan  tekanan endolimfe yang meninggi  depolarisasi
terus – menerus  vertigo
Vertigo posisi  adanya debris pada kupula canalis semisirkularis
Vertigo kalori  Penyakit kalori
- Teori neurohormonal
Pengeluaran CRF hipotalamus  sekresi hormon >>>  pengaruh 3
jalur
Parasimpatis (n. Vagus) : muntah
Hipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo

 Telinga berdenging (tinitus):


Penyebab :
- Tumpukan serumen
- Kelainan Endolimfe
- Kelainan saraf
- Penyakit sistemik
- Kelainan pembuluh darah
- psikogenik
- NSAID
 Kurang pendengaran:
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?
- Muntah

Teori neurohormonal

Pengeluaran CRF hipotalamus  sekresi hormon >>> 


pengaruh 3 jalur
Parasimpatis (n. Vagus) : muntah
Hipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo

- Kurang pendengaran pada nada rendah

Tinitus :

Nada rendah :

Gangguan konduksi  bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan


inflamasi  tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di
liang telinga

Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran  tumor glomus jugulare


Nada tinggi :

4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan


yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?

Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2;


berulang

sentral  kontinu, perlahan-lahan

5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?


Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, jam, harian;serangan tiba2;
berulang, nistagmus horizontal, gangguan telinga dalam, pengaruh
terhadap posisi kepala, disertai tinitus dan kurang pendengaran
Penyakit:
- Benigna paroksismal positional vertigo : mendadak, < 1 menit
- Menier : pelebaran ruptur periodik endolimfatik telinga dalam
Vertigo, tinitus dan ganguan pendengaran
- Vertigo akibat obat : diuretik loop, NSAID
Central  kontinu, perlahan-lahan, berlangsung lama, tidak ada pengaruh
terhadap posisi kepala, tidak disertai tinitus dan kurang pendengaran,
nistagmus horizontal dan vertikal, gangguan SSP
Penyakit:
- Penyakit : stroke, multiple sclerosis, tumor, trauma kepala,
penyakit akibat kemunduran fungsi saraf yg menimbulkan
akibat di otak kecil

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?


Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda baik
benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah benda
tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk mendistribusikan massa benda
secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka
tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh maka
titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan gangguan
keseimbangan (Unstable). Titik pusat gravitasi selalu berpindah secara otomatis
sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of gravity terletak di dalam
dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan
terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat
pada 1 inchi di depan vertebrae Sacrum 2 (Bishop & Hay, 2009).
Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan
antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu).

Bidang tumpu (Base of Support-BOS)


Base of Support (BOS) merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan
permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh
dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang
tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri
dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.
Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tinggi (Wen Chang Yi et al., 2009).
Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan
tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secaca statis.
Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat
merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat
maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti
berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya.
UNUD, Fisiologi Keseimbangan.

7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis


8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat
trauma, penyakit sistemik  pemeriksaan fisik : nistagmus
vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger + 
pemeriksaan penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
- Nistagmus
Horizontal
Vertikal
Fase cepat  kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran
- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.
- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo,
- Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2
- Migrain vestibuler
- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa :
trauma
11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada
beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
a. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
b. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum
dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik
dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai
penyebab.
c. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori
ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-
ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak
lagi timbul gejala.
d. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan.
e. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamine (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
f. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor);
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
(Vertigo: Aspek Neurologi-Cermin Dunia Kedokteran)

12. Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?


Pemeriksaan
neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
• Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
Tandem Gait
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang,
dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Past-pointing test  (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah
lesi.
Uji Babinsky-Weil 
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang. Pemeriksaan ini terutama untuk
menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
• Fungsi Oto Neurologis
Uji Dix Hallpike
• Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri Kepala putar ke
samping Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi
terlentang). Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa
• Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau
sentral.
• Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten
2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang
bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
• Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit,
bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan
air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan
di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan
directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus
yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesisentral.
Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.
Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara obyektif
dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan
gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler,
maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan
dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan
keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh
sehingga perlu berpegangan.
• Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari alas
sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform, komputer graficoder, busa
dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input proprioseptif, disket data
digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran.
• Teknik pemeriksaan :
• Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat, mata memandang ke
satu titik di muka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-
masing selama 60 detik. (1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik
tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama, (2) Berdiri di atas
alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual diganggu, (3) Berdiri di atas
alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam keadaan ini
input proprioseptif diganggu, (4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata
tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ
vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi
gangguan keseimbangan.
Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan
dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; h. 94-101
13. Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
VERTIGO

Perasaan berputar.
 Vertigo spontan : timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
endolimfa yang meninggi.
 Vertigo posisi : timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo
timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris
(kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis) atau pada
kelainan servikal.
 Vertigo kalori : vertigo yang terjadi pada saat tes kalori. Penting ditanyakan
agar pasien dapat membandingkan perasaan vertigo dengan serangan yang
dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya betul, bila beda, keluhan
vertigonya dapat diragukan.

Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.

Definisi
o Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai
macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling
tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang
dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa
(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang
bersangkutan dengan kelainan keseimbangan
MENIERE

meniere
Definisi
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang vertigo
(perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging).
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui.Penambahan volume endolimfe
diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada
membrane labirin.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh :

 Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.


 Berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler.
 Meningkatnya tekanan osmotic di ekstrakapielr.
 Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfa.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan pelebaran dan perubahan


morfologi pada membrane Reissner.Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibule, terutama
si daerah apeks koklea Helikotrema, sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus.Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari derah apeks koklea, kemungkinan
dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.Hal ini yang dapat menjelaskan
terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit Meniere.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Manifestasi klinis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural
terutama nada rendah.Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertau rasa
muntah.Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa berptar, mual dan terus muntah lagi.Hal
ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meskipun keadaannya berangsur
semakin baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit bisa hilang sama
sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan, tidak seperti
serangan yang pertama kali.Pada penyakit Meniere vertigonya periodic yang makin mereda
pada serangan-serangan berikutnya.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Gejalanya berupa seangan vertigo, mual dan muntah mendadak, yang berlangsung selama 3-
24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.

Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di
dalam telinga.

Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang) tetapi
semakin lama semakin memburuk.

Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun
selama serangan vertigo.

Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15%
penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.

Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum seangan vertigo.
Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis dipermudah dengan dilakukannya diagnosis, yaitu :

1. Vertigo hilang timbul


2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari senral, misalnya tumor n. VII.

Bila gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit Meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila
dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan
ternyata terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli
senosrineural, kecuali pada penyakit Meniere.
Pemeriksaan penunjang
Dalam hal meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes
gliserin.Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan “shunt”. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Penatalaksanaan
Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke
tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat “shunt”.
Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternative dan juga
diberikan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Untuk meringankan vertigo bisa diberikan scopolamin, antihistamin, barbiturat atau
diazepam.

Tindakan pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah neurektomi vestibuler, dimana


dilakukan pemotongn saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis (bagian dari telinga tengah
yang mengatur keseimbangan).

Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang berat, dilakukan
labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea (bagian dari telinga tengah yang mengatur
pendengaran) dan kanalis semisirkularis.
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Pencegahan
Taktik perawatan diri tertentu dapat membantu mengurangi dampak penyakit Meniere.
Pertimbangkan tips ini:
1. Duduk atau berbaring segera ketika Anda merasa pusing. Selama episode vertigo,
hindari hal-hal yang dapat membuat tanda-tanda dan gejala lebih buruk, seperti
gerakan tiba-tiba, lampu-lampu terang, menonton televisi atau membaca.
2. Istirahat selama dan setelah serangan. Jangan terburu-buru untuk kembali ke kegiatan
normal.
3. Waspadalah terhadap kemungkinan kehilangan keseimbangan. Jatuh bisa
menyebabkan cedera serius. Gunakan pencahayaan yang baik jika Anda bangun di
malam hari. Pertimbangkan berjalan dengan tongkat untuk stabilitas jika Anda
mengalami masalah keseimbangan kronis.
4. Hindari mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin-mesin berat jika Anda sering
mengalami episode vertigo. Melakukan hal itu dapat menyebabkan kecelakaan dan
cedera.

Macam2 gangguan keseimbangan:

Nistagmus
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu fase
lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap
rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus
merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler.
Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal dari satu sumber, meskipun
nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersama.
Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Ia dapat menentukan
normal tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga menduga adanya kelainan
vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai pegangan dalam menentukan
diagnosis adalah dengan tes nistagmus posisi.

Labirintitis vestibular
Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus pada telinga dalam
menyebabkan peradangan labirintitis. Gejalanya termasuk kehilangan pendengaran
tiba-tiba pada satu sisi bersamaan dengan nistagmus, vertigo, mual dan muntah.
Episode akut biasanya sembuh dalam 5-6 minggu jika diterapi oleh dokter. Jika
pasien tidak sepenuhnya sembuh, menggunakan terapi vestibuler dapat membantu
pasien untuk mengatur gejalanya.

Penyakit Meniere, vertigo episodik


Penyakit Meniere adalah gangguan telinga dalam akibat tekanan fluktuatif pada cairan
telinga dalam. Gejalanya dapat berupa vertigo, perasaan penuh atau tekanan di dalam
telinga, tinitus (bising dalam telinga), dan tingkat pendengaran fluktuatif. Tidak
seperti BPPV, vertigo yang muncul pada Penyakit Meniere dapat muncul sewaktu-
waktu, tidak peduli bagaimanapun posisi pasien dan dapat bertahan selama beberapa
jam.

Disfungsi vestibuler unilateral


Ini merupakan kelemahan pada sisi sistem vestibuler. Gejala yang dialami dapat
berupa ketidakseimbangan dan atau pusing ketika menolehkan kepala. Pada stadium
awal gejala dapat berupa vertigo dan sensasi berputar. Rehabilitasi vestibuler dapat
memberikan keuntungan penting pada pasien dengan gejala-gejala ini.

Disfungsi vestibuler bilateral


Kelemahan pada kedua sisi sistem vestibuler. Seseorang dengan gangguan ini dapat
mengalami ketidakseimbangan dan atau pusing ketika menolehkan kepala. Mereka
juga dapat mengalami osilopsia, atau ilusi benda-benda yang memantul ke atas dan ke
bawah dengan bergerak. Ada keuntungan pasti pada pasien dengan gangguan ini bila
menggunakan terapi vestibuler. Latihan keseimbangan dan teknik kompensasi.

Migraine vestibuler
Dengan atau tanpa nyeri kepala, dapat menyebabkan vertigo mulai dari hitungan
menit sampai berhari-hari. Serangan dapat dicetuskan oleh gerakan menoleh cepat,
berada dalam keramaian atau tempat yang membingungkan, mengendarai sebuah
kendaraan, atau bahkan hanya menonton pergerakan di televisi. Migraine vestibuler
juga menyebabkan ketidaktenangan, hilangnya pendengaran, dan telinga berdenging
(tinitus)

Fistula perilimfe
Bocornya cairan telinga dalam ke telinga tengah. Dapat muncul setelah trauma
kepala, latihan fisik, atau yang jarang, tanpa penyebab yang diketahui.
Cemas dan stres diketahui dapat memperparah gejala pusing telinga dalam. Cemas
dan stres juga merupakan penyebab tersering pusing yang tidak berhubungan dengan
telinga dalam. Penyebab lainnya termasuk masalah yang berhubungan dengan otak,
dan gangguan medis lainnya seperti tekanan darah rendah.
Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan
dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; h. 94-101

Vertigo,
1. Definisi
 Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingipasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar. Vertigo tidak selalusama dengan dizziness.
Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapatdikategorikan ke
dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness
dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh
berkurangnyaperfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan
goyang atau tidak seimbangketika berdiri) (Sura et Newell, 2010).
 Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau
bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang
merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

2. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak.
Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.

Penyebab umum dari vertigo:


1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara
karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada
arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di teling
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau
keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.

1.Penyebab Sentral, keluhan tujuh keliling berasal dari kelainan di


sistem saraf pusat misalnya penyakit pembuluh darah otak, tumor
otak atau pascacedera kepala;

2. Penyebab Perifer, pusing tujuh keliling berasal dari kelainan lokal


di telinga seperti komplikasi intra kranial radang telinga tengah
kronis, benign paroksismal postlional vertigo dan infeksi virus;

3. Penyebab Sistemik, gejala tujuh keliling timbul akibat adanya


penyakit yang bersifat sistemik seperti diabetes mellitus,
intoksikasi zat atau obat;

4. Penyebab lain seperti kelainan refraksi dan masih banyak lagi


penyebab lain.

3. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan
vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian
dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi
tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal
antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional
vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit
meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan
hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak
normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

macam:
1. Vertigo spontan
Adalah vertigo yang timbul tanpa pemberian
rangsangan,rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri.misal,meniere
oleh sebab tekanan endolimfe yang meninggi.
2. Vertigo posisi
Adalah vertigo yang terjadi karena perubahan posisi kepala.
Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis
semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal.Debris sendiri
adalah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis.
3. Vertigo Kalori
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo,dan vertigo
ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan
sewaktu tes kalori,dan pasien supaya mengingat-ingat serangan
vertigo yang pernah dideritanya.Bila sama,maka keluhan
vertigonyabetul,dan juga dapat diketahui kekuatan
seranganya.Dibamdingkan dengan kekuatan vertigo kalori.
(BUKU AJAR TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK KEPALA
LEHER, ED.5, Dr.H.EFIATY ARSYAD SOEPARDI, Sp.THT, FK
UI)

Tahambahan :
macam macam vertigo

Vertigo sentral Vertigo perifer


-mulainya pelan -mulainya mendadak dan
-kontinyu dan berlangsung lama episodik
-terhadap perubahan sikapidak -berlangsung singkat beberpa
berpengaruh menit sampai jam
-tidak disertai tinitus dan KP -menghebat pada perubhan
-nygtagmus horizontal dan sikap
vertikal -tinitus dan KP (+)
-disertai tanda SSP yang lainya -Nygtasmus horizontal
Tanpa adanya tanda tanda
keterlibtan SSP yang lainya

(ilmu penyakit THT undip)


4. Manifestasi klinis
Peningkatan aktivitas simpatis menimbulkan :

Cold sweat

Pallor

Nausea (Mual)

Peningkatan aktivitas parasimpatik menimbulkan :

vomitus (Muntah)

Hipersaliva.

Vertigo. Badan Penerbit Universitas Diponegoro


Manifestasi klinik
Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

GejalaVertigo Vestibular Perifer Vestibular


Sentral

*Bangkitan vertigo mendadak lambat

*Derajat vertigo berat ringan

*Pengaruh gerakan kepala + +/-

*Gejala otonom ++ +

(mual, muntah, keringat)

*Gangguan pendengaran + -

(tinitus, tuli)

*Tanda fokal otak - +

5. Patogenesis

6. Patofisiologi + Etiologi

Berbagai kondisis penyakit dapat memeberikan gejala vertigo. dan menetukan


adanya ketulian atau tanda CNS, dapat memnatu mempersempit diagnosis
banding .

Seperti yang disebutkan diatas vertigo dapat disebabkan oleh sentral


ataupun perifer. Penyebab vertigo perifer yang sering adalah Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), Ménière’s disease, vestibular neuritis,.
Sedangkan penyebab sentral migraine, Vertebrobasilar insufficiency, dan tumor
intracranial
Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada
beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
g. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
h. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum
dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik
dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai
penyebab.
i. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori
ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-
ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak
lagi timbul gejala.
j. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan.
k. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamine (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
l. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor);
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
(Vertigo: Aspek Neurologi-Cermin Dunia Kedokteran)

2.1.1. Penyebab perifer Vertigo


 Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan
penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-
rata 51 tahun (Mark, 2008).

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh


pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal
ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan
gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan
horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat
yang berasal dari utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi
klinik vertigo dan nistagmus (Kovar, et al, 2006).
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya
idiopatik tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga,
operasi dan neuritis vestibular sebelumny, meskipun gejala benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun
setelah episode neuronitis (Mark, 2008).
 Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten
diikuti dengan keluhan pendengaran (Chain, 2009). Gangguan
pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris pada
fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga
(Swartz et Longwell, 2005). Ménière’s disease terjadi pada sekitar
15% pada kasus vertigo otologik (Mark, 2008).
Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi
endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin
bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam dengan
peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau
sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan
metabolic (Mark, 2008).

 Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan
nistagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus
vestibularis. Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang sama
disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya
terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik (Chain,2009) .

2.1.2. Penyebab Sentral Vertigo


 Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala
yang sering dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine..
Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian dari aura (selain kabur,
penglihatan ganda dan disarthria) untuk basilar migraine dimana
juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah. Verigo pada migraine
lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali membaik
dengan terapi yang digunakan untuk migraine (Mark, 2008).
 Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode
rekuren dari suatu vertigo dengan onset aku dsn spontan pada
kebanyakan pasien terjadi beberapa detik sampai beberapa menit.
Lebih sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki factor resiko
cerebrovascular disease. Sering juga berhungan dengan gejala visual
meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah (Swartz et Longwell, 2005).
Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal (mark, 2008).
 Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo
dikarenakan kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada
waktu untuk kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah
penurunan pendengaran atau gejala neurologis . Tumor pada fossa
posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari
malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI
untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai
dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan
riwayat gejala neurologia yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala
neurologia lainnya.

7. Diagnosis

8. Penatalaksanaan

 Farmakologi

Obat simtomatik anti vertigo :

anti histamin misalnya diphenhidramine.

anti cholinergik misalnya scopolamine

agen simpatomimetik misalnya ephedrine, amphetamine.

diazepam, lorazepam

antagonis kalsium misalnya flumarizine.

 Non farmakologi

Berbaring diam dalam ruang yang gelap pada 1-2 hari pertama.

Relaksasi mental.

Pemberian cairan i.v untuk mencegah dehidrasi.

Latihan-latihan vestibular, fisioterapi.

Vertigo. Badan Penerbit Universitas Diponegoro


2.1.3. Prinsip umum terapi Vertigo
 Medikasi

Medikasi merupakan terapi yang paling berguna untuk megobati


vertigo akut dari beberapa jam sampai beberapa hari (table 3). Nmaun
terapi medic tidak terlalu berguna pada pasien BPPv, karena episode
vertigo biasanya kurang dari 1 meni. Vertigo yang berlangsung selama
lebih dari beberapa hari mengarah ke cedera vestibular yang permanen
(labuguen, 2006).
Berbagai obat-obatan digunakan untuk terapi vertigo dan
seringkali untuk mual dan muntah. Obat-obatan ini dapat berupa
kombinasi asetilkolin antagonist, dopamine antagonist, dan antagonis
reseptor histamine. American Gastroenterologivcal Association
merekomendasikan antikolinergik dan antihistamin untuk terapi mual
yang bersamaan dengan vertigo atau motion sickness (labuguen, 2006).
Gamma-aminobutyric acid (GABA) menghambat neurotransmitter
pada system vestibular. Bezodiazpine meningkatkat aksi GABA system
saraf pusat dan efektif menyembuhkan vertigo dan kecemasan. Pada
pasien yang lebih tua seringkali berkaitan dnegan efek samping dari
pengobata supresi dari vestibular (misalnya sedasi, meningkatkan resiko
jatuh, retensi urin). Pasien seperti ini juga lebih mudah terjadi interaksi
obat (misalnya efek addiktif dengan Terapi simptomatik
(medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :

ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum
dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat
efek samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan


sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala
vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa
enek, dan sesekali “rash” di kulit.
 Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
 Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg


(1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.

ANTAGONIS KALSIUM

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis


kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis
kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan
antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15
– 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.

FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati


vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat


dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet)
– 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo
ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4


kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung
berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.

OBAT PENENANG MINOR


Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

OBAT ANTI KHOLINERGIK


Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin
dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg –
0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
CNS depressant lainnya) (labuguen, 2006).

 Latihan Rehabilitasi Vestibular


Latihan rehabilitasi vestibular seringkali dimasukkan ke dalam terapi
vertigo. Latihan ini melatih otak untuk menggunakan visual dan propioseptif
alternative untuk menjaga keseimbangan dan jalan. Hal ini penting pada
pasien yang sering mengalami vertigo berulang oleh sebab itu, otak dapat
beradaptasi ke fungsi dasar vestibular yang baru.

2.1.4. Terapi fisik


Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat
atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-
kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.

Terapi Fisik Brand-Darrof


Ada berbagai macam latihan fisik, salah
satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar:
- Ambil posisi duduk.
- Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
- Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
- Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

2.1.5. Terapi Spesifik


 BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo
dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan
deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi
reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien
perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,
 Vestibular neuronitis dan Labirynthis
Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang
mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi
vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali
sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan
obat-obatan.

 Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet
rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang
efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi
dengan shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika
penyakit ini resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.
 Iskemik Vascular
Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan
kejadian melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol,
mengurangi merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin,
clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau
cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan
meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin
jika keluhan dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper off dan latihan
rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.
Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan
stenosis arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis.
Perdarahan pada cerebellum dan batang otak member risiko
kompresi sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.

LABIRINTIS

Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda :

 mengenai seluruh bagian labirin : dengan labirinitis umum ( general ),


dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat
 mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut labirinitis terbatas
( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli
saraf saja.

Etiologi

Labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.

Terdapat dua bentuk labirinitis,

yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif.

 Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan


labirinitis serosa sirkumskripta.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin
tanpa invasi sel radang,
 Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus
dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin.,
sehingga terjadi kerusakan yan iereversibel, seperti fibrosa dan
osifikasi.

Klasifikasi

Berdasarkan gejala yang muncul :


 Labirinitis umum (general) : dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf
berat
 Labirinitis terbatas (labirinitis sirkumskripta) : menyebabkan terjadinya
vertigo saja atau tuli saraf

Berdasarkan penyebaran infeksi ke ruang perilimfa :

 Labirintis serosa
a. Labirinitis serosa difus
b. Labirinitis serosa sirkumkripta
 Labirintis supuratif
a. Labirinitis akut difus
b. Labirinitis kronik difus
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 6. Jakarta : FKUI.)

Gejala umum
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli
saraf ringan.Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang lebih berat
disertai nausea dan muntah dan terdapat nistagmus horizontal.
(PENATALAKSANAAN PENYAKIT DAN KELAINAN THT, FKUI,
1992)

Gejala klinis
 labirinitis serosa
- labirinitis serosa difus
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo
spontan dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit.
Kadang-kadang disertai mual dan muntah, ataksia, dan tuli saraf.
- labirinitis serosa sirkumskripta.
 labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit diikuti dengan
vertigo yang berat, mual, muntah, ataksia , dan nistagmus spontan ke
arah telinga yang sehat.
- labirinitis supuratif kronik difus.
dimulai, segera sesudah gejala vestibuler akut berkurang.Hal ini mulai
dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.

Gejala.Terjadi tuli total di sisi yang sakit.Vertigo ringan nistagmus


spontan biasanya ke arah telinga yang sehat dapat menetap sampai
beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang berfungsi dapat
mengkompensasinya.Tes kalori tidak menimbulkan respons di sisi
yang sakit dan tes fistulapun negatif, walaupun terdapat fistula.

Penatalaksanaan

Penderita segera dirujuk ke rumah sakit untuk :

 Operasi menghilangkan infeksi telinga tengah dan menutup fistel


 Pemberian antibiotika spectrum luas,yang baik untuk kuman aerob dan
anaerob.
 Obat simtomatis,antivertigo
 Adaptasi dalam rangka rehabilitasi.
(PENATALAKSANAAN PENYAKIT DAN KELAINAN THT, FKUI,
1992)

Penatalaksanaan secara umum

Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan
juga dreinase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis.
Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan
otitis media kronik.

Terapi

 labirinitis serosa
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring total,
diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis
yang adekuat. Drenase telinga tengah harus dipertahankan .
pembedahan merupakan indikasi kontra. Pada stadium lanjut dari
OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana.

 labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
Diperlukan tirah baring total selama fase akut, yang dapat berlangsung
sampai 6 minggu.Perbaikan terjadi bertahap, mulai dari hari
pertama.Sedatif ringan mungkin diperlukan pada periode
awal.Fenobarbitas 32 mg(1/2 grain) yang diberikan 3xsehari, biasanya
cukup memuaskan.
Dosis antibiotika yang adekuat harus diberikan selama suatu periode
baik untuk mencegah komplikasi intrakranial, maupun untuk
mengobati labirinitisnya.Harus dilakukan kultur untuk identifikasi
kuman dan untuk tes sensiviyas kuman.Antibiotika penisilin harus
segera diberikan sebelum hasil tes resistensi didapat, jika alergi
terhadap penisilin dapat diberikan tetrasiklin, dengan dosis tinggi
secara parenteral.Respons klinik lebih utama dari tes sensivitas kuman
dalam menentukan jenis antibiotika.Dengan adanya sisa pendengaran
walaupun sedikit, dan menjadi indikasi kontra operasi.Dranase, atau
membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan bila terdapat
komplikasi intrakranial dan tidak memberi respon terhadap
pengobatan dengan antibiotika.
- labirinitis supuratif kronik difus.
Pengobatan.Terapi lokal harus ditujukan ke setiap infeksi yang
mungkin ada.Dranase bedah atau eksenterasi labirin tidak
diindikasikan, kecuali suetu fokos di labirin atau daerah perilabirin
telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur intrakranial dan
tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika.

Bila ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi.Bila dicurigai ada


fokus infeksi di labirin atau di ospetrosus, dapat dilakukan drenase
labirin dengan salah satu operasi labirinj.
Setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya
trauma N VII.Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan
kompresi saraf tersebut.
Bila dilakukan operasi tulang temporal, maka harus diberikan
antibiotika sebelum dan sesudah operasi.

Prognosis

 labirinitis serosa
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan
dan kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf
temporer yang berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila tidak
diobati dengan baik.

 labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam
baik.Dengan antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses
diobati,sehingga harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum
tindakan operasi.Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi intrakranial
yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adekuat dengan
antibiotika,drenase labirin akan memberi prognosis lebih baik
daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.

Mastoiditis

Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada  sel- sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang
sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal
yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti
demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang
timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang
lainnya)

Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien
muda dan pasien dengan gangguan system imu.

Patofisiologi / Etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang
didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah
beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah
disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari
system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak
yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah
sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S.
Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan
ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu
sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di
bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya
seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit.  Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri,  pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.

Gejala
Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga
tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan
timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian
antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan
setelah pemberian antibiotik  maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang
masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat
timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
            Dari pemeriksaan fisik didapatkan

 Kemerahan pada kompleks mastoid


 Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung
dari bakteri)
 Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
 Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
 Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.
 Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur


mikrobiologi, pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang
menandakan adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan
adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya
adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.

Tatalaksana
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan
dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.  Tetapi
pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil
resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.
Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan
pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

Mastoiditis Akut

DEFINISI
Mastoiditis Akut adalah suat infeksi bakteri pada prosesus mastoideus
(tulang yang menonjol di belakang telinga).

PENYEBAB
Penyakit ini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati
secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu
prosesus mastoideus.

GEJALA
Biasanya gejalamuncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis
media akut, dimana penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari
prosesus mastoideus.
Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).

Kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak


dan nyeri bila ditekan.
Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.

Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta
keluarnya cairan kental dari telinga.
Nyeri cenderung menetap dan berdenyut.

Terjadi ketulian yang berkembang secara progresif.


Jika tidak diobati bisa terjadi ketulian, sepsis, meningitis, abses otak atau
kematian.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Dengan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus


mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara)
dan melebar.
Contoh cairan dari telingan dibiakkan di laboratorium untuk mengetahui
organisme penyebabnya.

PENGOBATAN
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2
minggu.

Jika pemberian antibiotik tidak berhasil mengatasi keadaan ini, dilakukan


mastoidektomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).

PENCEGAHAN
Obati infeksi telinga secara tuntas.

14. Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?

Ondansetron

Ondansetron adalah derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan dengan serotonin dan
merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang berada di CTZ dan juga pada aferen
vagal saluran cerna, tanpa mempengaruhi reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun
kolinergik. Obat ini memilki efek neurologikal yang lebih kecil dibanding dengan Droperidol
ataupun Metoklopramid.

Efek antiemetik ondansetron ini didapat melalui :

1. Blokade sentral di CTZ pada area postrema dan nukleus traktus solitaries sebagai kompetitif
selektif reseptor 5-HT3

2. Memblok reseptor 5-HT3 di perifer pada ujung saraf vagus di sel enterokromafin di traktus
gastrointestinal

Kontraindikasi Ondansetron adalah selain pada pasien yang hipersensitivitas terhadap obat
ini, juga pada ibu hamil ataupun yang sedang menyusui karena mungkin disekresi dalam asi.
Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada pasien yang
mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman.

ANTIEMETIKA (ANTIMUNTAH)
A.    Definisi
Obat  antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.
B.     Pengolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan enam kelompok sebagai berikut :
  1.  Antikolinergik
Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin (siklizin,
meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat- obatan ini efektif terhadap
segala jenis muntah, dan  banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan
(antihistaminika) efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga
blokade reseptor H1 di CTZ.

2. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping. Mekanisme
kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan
blokade reseptor dopamine.

 Propulsive (prokinetika) : metoklopramida dan domperidon banyak sekali


digunakan. Pada dosis tinggi, metoklopramida menimbulkan efek-efek antikolinergis
lebih kuat daripada neuroleptika.Alizaprida  (litican) menghambat refleks muntah
secara sentral dan bersifa  anksiolitis.
Derivate fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazintorecan).
Derivate butirofenon : haloperidol dan droperidol terutama digunakan pada muntah-
muntah akibat gangguan neurologis dan setelah pembedahan.
3.  Antagonis
Contoh obatnya antara lain: granisetron, ondansetron, dan tripisetron. Mekanisme
kerja kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas, tetapi mungkin karena blokade
serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ.
Terutama efektif selama hari pertama dari teraapi dengan sitostika yang bersifat
emetogen kuat, juga pada radioterapi.

4. Kortikosteroida
Contoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Pengunaannya
sering sekali bersamaan suatu antagonis serotonin.
5. Benzodiazepine
Mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan
hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein terhadap peristiwa muntah.
Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah.

6. Kanabinoida
Contohnya antara lain : marihuana, THC. Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika.

Obat (Mabuk Darat)


1. Skopolamin : hyosiamin, scopoldern TTS (transdermal)
Zat ini dianggap sebagai yang paling efektif untuk profilaksis dan penanganan mbauk
darat. Efek samping tersering adalah gejala antikolinergis umum: mulut kering, lebih
jarang rasa kantuk, gangguan penglihatan , obstipasi dan iritasi kulit. Sampai 3 hari
penggunaan juga mula dan muntah, nyeri kepala dan gangguan keseimbangan.
2.  Antihistaminika
Obat ini terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat
mabuk darat serta pada gangguan tujuh keliling (vertigo).
Siklizin dan dimenhidrinat diresorpsi baik, kerjanya cepat dan dapat bertahan 4-5
jam. Meklizin baru berkerja setelah 1-2 jam, tetapi efeknya lebih lama, antara 12 dan
24 jam.
Efek sampingnya berupa perasaan mengantuk dan efek antikolinergis yang agak
sering dilaporkan pada dimenhidrinat, jarang pada siklizin dan meklizin.
3. Neuroleptika
Sejumlah neuroleptika juga berdaya anti-emetis khususnya derivate fenotiazin
=,  seperti perfenazin, proklorperazin, dan tietilperazin. Begitu pula derivate
butirofenon. Pada proklorperazin dan lebih-lebih pada tietilperazin, efek anti
emetisnya yang menonjol, sehingga digunakan khusus sebagai anti emetika pada
kemo dan radioterapi. Efek samping yang terpenting adalah gejala ekstrapiramidal,
efek antikolinergis, dan sedasi, yang paling ringan pada tietilperazin.
Dosis masing-masing adalah sebagai berikut:
·  Haloperidol (haldol) : 2-3 dd 0,5 mg.
· Perfenazin (trilafon) : 3 dd 4-8 mg, i.m 5 mg.
· Proklorperazin (stemetil) : 2-4 dd 5-10 mg, rectal 1-2 dd 25 mg.
· Tietilperazin (torecan)  : oral dan rectal 2-4 dd 6,5mg, s.c/i.m 6,5 mg sekali.
4.  Metoklopramida : primperan, opram
Derivate aminoklorbenzamida ini berkhasiat  anti emetis kuat berdasarkan pertama-
tama blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu, zat ini juga
memperkuat  pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua jenis
muntah, termasuk akibat radio/khemoterapi dan migraine, pada mabuk darat oat ini
tidak ampuh.
Efek sampingnya yang terpenting adalah sedasi dan gelisah berhubung rintangan
darah otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung usus serta gangguan
ekstrapiramidal, terutama pada anak-anak kecil.
Dosis : 3-4 dd 5-10 mg, anak-anak maksimal 0,5 mg/kg/sehari. Rectal 2-3  dd 20 mg.

5. Domperidon : motilium
Senyawa benzimdazolinum ini adalah propulsivum yang berkhasiat menstimulasi
peristalstik dan pengosongan lambun, selian berdaya anti emetis, digunakan pada
relflux-esofagus  dan pada muntah akibat khemoterapi dan pada migraine.
Dosis : 3-4 dd 10-20 mg a.c; anak-anak 3-4 dd0,3 mg/kg, rectal anak-anak sampai 2
tahun2-4 dd 10 mg; i.m/i.v 0,1 -0,2 mg per kg berat badan dengan maksimum 1
mg/kg berat badan sehari.

6.  Ondansetron : zolfran
Senyawa carbazol ini adalah antagonis serotonin selektif (dari reseptor 5HT3).
Berkerja anti emetis kuat dengan mengantagoniskan refleks muntah dari usus halus
dan stimulasi CTZ, yang keduanya diakibatkan dengan pemberian dosis tunggal
deksametason (20 mg/ infuse ) sebelum kemoterapi dimulai. Selain pada kemo dan
radioterapi juga sering diberikan untuk profilaksis, gejala-gejala demikian setelah
pebedahan ginekologi.
Efek sampingnya berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka dan perut bagian
atas,, jarang sekali gangguan ekstra pyramidal dan reaksi hipersensitivas.
Dosis : 1-2 jam sebelum mejalankan kemoterapi 8 mg, lalu tiap 12 jam 8 mg selama 5
hari. i.v 4-8 mg (perlahan).
sumber : Tjay, Tan Han and Kirana Raharja.2002. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya.Edisi ke V.Elex Media Komputindo:
Jakarta.

STEP 4

Gangguan
keseimbangan

vestibuler Non vestibuler

perifer proprioseptik
sentral

BPPP

Non BPPP
STEP 7

1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras


keseimbangan ?
Anatomi :

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

1)       Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata.Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak.Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam
dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2)       Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles
response synergies)
                Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon
dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
 
3)       Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas.Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya
peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun
beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat berhubungan
dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem
saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin
banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. 
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan
otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4)       Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan.
 
5)       Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi.
 
Repository.usu.ac.id
Gambar 1. Perangkat vestibularis2
Fisiologi Keseimbangan

Komponen telinga yang memilik fungsi keseimbangan


adalah aparatus vestibularis. Aparatus
vestibularais terdiri dari dua struktur, yaitu
kanalis semisirkularis dan organ otolit-
utrikulus dan sakulus. Struktur yang terdapa
di aparatus vestibularis memiliki struktur yang
sama dengan koklea, seperti adanya endolimfe
yang dikelilingi oleh perilimfe. Terdapat juga
sel-sel rambut yang ebrespon oleh gerakan-
gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ
pendengaran, sebagian informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak
mencapai tingkat kesadaran.1

Kanalis Semisirkularis
Gambar 2. Krista ampularis dan makula2
Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau
deselerasi anguler atau
rotasional kepala, seperti
berjungkir balik, memutar
kepala, atau berhenti
memutar. Terdapat tiga
kanalis semisirkularis yang
secara tiga dimensi tersusun
dalam bidang yang saling
tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di
atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam
pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai kupula. Kupula menonjol ke
dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai dengan arah
gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada
satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut.
Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam kanalis, yang mula-mula diam
tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi tertinggal di belakang
karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap bergerak
kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut
menyebabkan kupula condong ke arah berlawanan dengna arah gerak kepala,
membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika
gerakan berlanjut, cairan endolimfe juga akan tetap bergerak bersama kepala
dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula. Sewaktu kepala berhenti
bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi sementara
kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya
secara sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan
dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara
bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. 1

Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh
stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium,
kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium,
terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara
kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-
aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis untuk
membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial Gambar aksi, sedangkan
3. Unit reseptor
1 2
hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi. utrikulus dan sakulus

Organ Otolit

Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relative terhadap


gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus
dan sakulus adalah struktur seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang
yang terdapat di antara kanils semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada

sel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu gelatinosa,


yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat- otolit (batu
telinga) yang terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat
dan lembam. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut
dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus secara horizontal.1

Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat membengkokkan


rambut-rambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus dapat berubah posisi
akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal (misalkan bergerak
lurus ke depan, ke belakang, atau ke samping). Ketika seseorang berjalan ke
depan, bagian atas membrane otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang
endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih besar. Dengan demikian,
rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah
gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan
gelatinosa degera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
kepala sehingga rambut-rambt tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut
berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika
kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut kea rah depan.
Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi
linier horizontal tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus
yang berjalan konstan. Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical,
rambut-rambut membengkok sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi
yang mendesak bagian atas lapisan geatinosa yang berat. Dalam utrikulus tiap-
tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami
depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada
dalam segala posisi selain tegak lurus.

Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons


secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan
terhadap akselerasi linier vertical seperti loncat-loncat dan saat berada di
elevator.1
Gambar 4. jaras vestibularis3
Jaras Saraf

Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap


sisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap n.
vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral
dan di lobus flokulonodularis serebelum. Serat dari
kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian
superior dan medial nucleus vestibularis dan
sebagian besar menuju nuclei yang mengatur gerakan
bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir
terutama di bagian lateral (Deiter’s nucleus), yang
menuju medulla spinalis. Serat ini juga berakhir di
nucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum
dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan
dari sini menuju ke kedua bagian korteks somatosensorik.3

Informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata,


sendi, dan otot untuk1:

1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan


2. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik
yang sama walaupun kepala bergerak
3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.

DAFTAR PUSTAKA

 Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. Hal. 186-9.
 Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology.
11th edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006. p. 693.
 Ganong, William F. Review of Medical Physiology. 22nd edition. 2005

2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo)


disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat


keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi
tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf
pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri
masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha
koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom.(Gb.2)
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan
terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul
gejala.

4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan (Gb. 3).
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mem- pengaruhi sistim saraf otonom
yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim
saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

Vertigo: Aspek Neurologi


Budi Riyanto Wreksoatmodjo
Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Bogor, Indonesia
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa
sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar
dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan
unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut
periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih
berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat menetap.
Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat
mengganggu kegiatan sehari-harinya. Terkadang dapat menyebabkan
timbulnya keinginan untuk bunuh diri.1,3
Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.
Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat
didengar oleh penderita.1,2

Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan
letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan
tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris,
kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan
terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau
leher.1
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar
oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif
biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem
muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga
dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit
sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke
rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat
nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif
traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang
lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa,


tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara
denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-
hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular
ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan
sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut
jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising
klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua
tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.
b. Tinitus Nonpulsatil
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang
dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering,
berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien
mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama
siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari
dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.4

Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar,
penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan
N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan
tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera
leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat
berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan
artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien
artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut.
Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan
terjadinya tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis


Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada
n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression
syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal.
MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari
pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vaskular


Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan
didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung.
Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-
bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah
kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah
menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi
sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler
pada pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara
koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga
dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor
glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah
yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan
gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolik


Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan
hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah)
dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal
dengan tinitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah
defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan
hiperlipidemia.

5. Tinitus akibat kelainan neurologis


Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple
sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang
mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis dapat
menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot,
indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan
keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Tinitus akibat kelainan psikogenik


Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang
bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya
hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang
memungkinkan tinitus untuk muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan


Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-
obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol,
tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin,
Mechlorethamine, methotrexate,
vinkristin
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik


Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif,
misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita
bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta
otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan
oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga
dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara
dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya


a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan
kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas
bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan
adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai
dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi
yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun,
simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz
atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif.
Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki
disbanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops
endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan
biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane
labirin1,4,5,6

Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus


Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg

Patofisiologi

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang


menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan
berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal
dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls
abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah
seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat
terus menerus atau hilang timbul.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat
juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika
disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi,
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor,
tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan
nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan
gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler.
Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan
aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus
objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius,
serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada
gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body
tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-
streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada
tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi
endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang
stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus
dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal
kembali.1,4,6

1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008
2. Anonim. Tinitus. Dalam : http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus. 2008.
Diakses pada : Juli 29 2009.
3.Anonim.http://books.google.co.id/books?
id=xa_ne2pMEUYC&pg=PA118&lpg=PA118&dq=tinitus+dan+bunuh
+diri&source=bl&ots=Dxk5U-
kZmi&sig=LkgsLBKZaJi_TQxprMFapjoO6Cs&hl=id&ei=mYdxSoGT
CMGdkAXUxI2FDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7
diakses pada : Juli 30 2009
4. Hain TC. Tinnitus. http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm. Diakses pada Juli 30 2009
5. Hain TC. Microvascular compression syndrome, Vestibular
Paroxysmia, and Quick Spins.
http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/unilat/microvascular.htm. Diakses pada Juli 30
2009
6. Tinnitus and Deafness.
http://www.wrongdiagnosis.com/w/wolframs_disease/book-diseases-
4a.htm. Diakses pada: Juli 30 2009
7. Saunders WB. http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.html.
Diakses pada: Juli 31 2009
8. Syartika L. Tinitus Telinga Berdenging. http://www.santosa-
hospital.com/document/tinnitus_drlisa_5_page_8.pdf. Diakses pada:
Agustus 3 2009
9. Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf.
Diakses pada: 3 Agustus 2009

3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada


rendah?

Mual
Gangguan pada sistem vestibularis, yang terdiri dari cerebellum,
batang otak, danapparatus vestibularis di telinga; mengakibatkan
teraktivasinya reseptor trigger zone yang terdapat pada pons (batang
otak) sehingga menimbulkan rasa tidak enak di epigastrium, lalu
keluar suara tidak enak (retching) selanjutnya yang terjadi adalah
muntah.

- Kurang pendengaran pada nada rendah

Tinitus :

Nada rendah :

Gangguan konduksi  bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan


inflamasi  tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di
liang telinga

Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran  tumor glomus jugulare

Nada tinggi :

4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan


yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?
Perifer  akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2;
berulang

sentral  kontinu, perlahan-lahan

5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?

Vertigo
Kupiya Timbul Wahyudi
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?


- Pusat gravitasi (COG)
Titik gravitasi pada benda hidup dan mati, manusisa beberapa
inchi di os sacrum. Jika postur tubuh berubah  COG berubah
(unstable)
- Garis gravitasi (LOG)
Berada vertikal melalui pusat gravitasi.
- Bidang tumpu
Stabilitas tubuh dibentuk LOG dan COG, serta bidang tumpu
Ketika LOG di tumpuan  seimbang
Stablitas bidang tumpu tergantung luas area bidang tumpu.
- Kekuatan otot
Kontraksi dan relaksasi otot tak seimbang  gangguan
keseimbangan.

7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis


obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?
Simtomatik sedatif
Untuk menurunkan cemas, berputar,muntah
Calsium entry blocker  menurunkan aktivitas eksitator ssp dan bekerja
langsung sbg depresor labirin
Anti histamin :
Untuk mendapatkan efek anti kolinergik, merangsang monoaminergik
inhibitory  inhibisi n. vestibularis
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat
trauma, penyakit sistemik  pemeriksaan fisik : nistagmus
vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger + 
pemeriksaan penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?
- Nistagmus
Horizontal
Vertikal
Fase cepat  kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran
- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.
- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo,
- Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2
- Migrain vestibuler
- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa :
trauma
11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?
12.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?

Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi

e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis

a. Uji Dix Hallpike

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke


belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan
lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau
sentral.Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus
timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang
dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue).Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_144_tht.pdf.

13.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?

Penyakit Etiologi Onset Vertigo Gejala khas


benign Benign vertigo yang tidak terjadi
paroxysmal paroxysmal ditandai dengan
gangguan
positional positional episode berulang
vertigo vertigo (BPPV) singkat pendengaran atau
merupakan
telinga berdenging
vertigo yang
ditandai dengan (tinnitus).
episode berulang
singkat yang
dipicu oleh
perubahan posisi
kepala. BPPV
merupakan
penyebab
tersering dari
vertigo berulang
dan vertigo ini
disebabkan oleh
stimulasi
abnormal dari
cupula karena
adanya “free-
floating otoliths
( canalolithiasis)
” atau otolith
yang telah
beradhesi
dengan cupula
(cupulolithiasis)
dalam satu dari
tiga kanal
semisirkular.

penyakit • Etiologi Vertigo pertama Trias / sindrom


meniere penyakit ini sangat berat meniere :
belum diketahui disertai mual 1. Vertigo
secara pasti muntah. 2. Tinnitus
• Patologi utama berlangsung dari 3. Tuli sensorineural
dari penyakit ini beberapa hari terutama nada
adalah sampai beberapa rendah
pengembungan minggu,
system meskipun
endolimfatik keadaannya
akibat berangsur baik.
peningkatan Pada serangan
volume kedua dan
endolimfe selanjutnya
• Beberapa dirasakan lebih
faktor etiologi : ringan.
1. Kegagalan Pada tiap
penyerapan oleh serangan
kantong biasanya disertai
endolimf, gangguan
2. Gangguan pendengaran.
vasomotor
3. Alergi
4. Genetik
5. Anatomi dan
infeksi virus
vestibular virus Jam - hari Vertigo 7 – 10 hari
neuritis Nistagmus
dan bakteri atau Jam - hari Keluhan dari penyakit
labyrinthitis virus yang ini berupa gangguan
biasanya vestibular, vertigo dan
merupakan gangguan fungsi
komplikasi pendengaran
penyakit telinga sensorineural hearing
tengah atau loss derajat ringan
komplikasi hingga menengah secara
infeksi tiba-tiba
virus dari
berbagai
penyakit.

14.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?

Anda mungkin juga menyukai