STEP 1
STEP 2
STEP 3
Telinga Dalam
Embriologi
TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang
terdiri dari 3 bagian :
Vestibulum
Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
Berbentuk konus (seperti rumah keong)
Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar
seperti spiralis
Isinya ductus cochlearis
Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala
tympani dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ
atau organ dari Corti.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala
timpani dan skala vestibuli. Koklea terdiri dari:
i. Skala vestibuli: berisi perilimfe
ii. Skala media : berisi endolimfe
iii. Skala timpani: berisi perilimfe
Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
Anterior
Posterior
Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu
dengan lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula
Buku Petunjuk Praktikum Anatomi & Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007
Keseimbangan statis ini merupakan keseimbangan yang berhubungan dengan orientasi letak
kepala (badan) terhadap gravitasi bumi. Yang berperan pada keseimbangan statis ini adalah
sakulus dan utrikulus (pada kanalis semi sirkularis).Bila kepala miring ke satu arah, otolith
yang berat akan tertaut ke bawah oleh gravitasi bumi, hal ini akan menarik lapisan gelatin ke
bawah yang kemudian merangsang sel-sel rambut. Impuls keseimbangan ini kemudian
dijalarkan melalui bagian vestibularis dari syaraf ke VIII medula kemudian ke korteks otak.
Keseimbangan dinamis
Keseimbangan ini merupakan suatu upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap gerakan-
gerakan berbagai arahmisalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb.Bila kepala bergerak kesegala
arah, maka cairan didalam canalis semi sirkularis akan bergerak ke arah sebaliknya sehingga
akan menekukan cupula. Dengan demikian sel-sel rambut terangsang dan timbul ilmpuls
menuju syaraf ke VIII. Karena ketiga canalis semisircularis ini letaknya saling tegak lurus
maka gerakan kepala kesegala arah dapat terkontrol oleh alat keseimbangan
Shumway-Cook A, Woollacott MH. Motor Control: Theory and Practical Applications. Philadelphia:
Lippincott, Williams & Wilkins; 2001.
Teori neurohormonal
Tinitus :
Nada rendah :
Perasaan berputar.
Vertigo spontan : timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
endolimfa yang meninggi.
Vertigo posisi : timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo
timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris
(kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis) atau pada
kelainan servikal.
Vertigo kalori : vertigo yang terjadi pada saat tes kalori. Penting ditanyakan
agar pasien dapat membandingkan perasaan vertigo dengan serangan yang
dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya betul, bila beda, keluhan
vertigonya dapat diragukan.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Definisi
o Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai
macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling
tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang
dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa
(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang
bersangkutan dengan kelainan keseimbangan
MENIERE
meniere
Definisi
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang vertigo
(perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging).
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui.Penambahan volume endolimfe
diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada
membrane labirin.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh :
Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di
dalam telinga.
Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang) tetapi
semakin lama semakin memburuk.
Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun
selama serangan vertigo.
Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15%
penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum seangan vertigo.
Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis dipermudah dengan dilakukannya diagnosis, yaitu :
Bila gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit Meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila
dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan
ternyata terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli
senosrineural, kecuali pada penyakit Meniere.
Pemeriksaan penunjang
Dalam hal meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes
gliserin.Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan “shunt”. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Penatalaksanaan
Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke
tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat “shunt”.
Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternative dan juga
diberikan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI,
ed. VI.
Untuk meringankan vertigo bisa diberikan scopolamin, antihistamin, barbiturat atau
diazepam.
Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang berat, dilakukan
labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea (bagian dari telinga tengah yang mengatur
pendengaran) dan kanalis semisirkularis.
Sumber :http://medicastore.com/penyakit/826/Penyakit_Meniere.html
Pencegahan
Taktik perawatan diri tertentu dapat membantu mengurangi dampak penyakit Meniere.
Pertimbangkan tips ini:
1. Duduk atau berbaring segera ketika Anda merasa pusing. Selama episode vertigo,
hindari hal-hal yang dapat membuat tanda-tanda dan gejala lebih buruk, seperti
gerakan tiba-tiba, lampu-lampu terang, menonton televisi atau membaca.
2. Istirahat selama dan setelah serangan. Jangan terburu-buru untuk kembali ke kegiatan
normal.
3. Waspadalah terhadap kemungkinan kehilangan keseimbangan. Jatuh bisa
menyebabkan cedera serius. Gunakan pencahayaan yang baik jika Anda bangun di
malam hari. Pertimbangkan berjalan dengan tongkat untuk stabilitas jika Anda
mengalami masalah keseimbangan kronis.
4. Hindari mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin-mesin berat jika Anda sering
mengalami episode vertigo. Melakukan hal itu dapat menyebabkan kecelakaan dan
cedera.
Nistagmus
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu fase
lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap
rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus
merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler.
Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal dari satu sumber, meskipun
nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersama.
Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Ia dapat menentukan
normal tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga menduga adanya kelainan
vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai pegangan dalam menentukan
diagnosis adalah dengan tes nistagmus posisi.
Labirintitis vestibular
Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus pada telinga dalam
menyebabkan peradangan labirintitis. Gejalanya termasuk kehilangan pendengaran
tiba-tiba pada satu sisi bersamaan dengan nistagmus, vertigo, mual dan muntah.
Episode akut biasanya sembuh dalam 5-6 minggu jika diterapi oleh dokter. Jika
pasien tidak sepenuhnya sembuh, menggunakan terapi vestibuler dapat membantu
pasien untuk mengatur gejalanya.
Migraine vestibuler
Dengan atau tanpa nyeri kepala, dapat menyebabkan vertigo mulai dari hitungan
menit sampai berhari-hari. Serangan dapat dicetuskan oleh gerakan menoleh cepat,
berada dalam keramaian atau tempat yang membingungkan, mengendarai sebuah
kendaraan, atau bahkan hanya menonton pergerakan di televisi. Migraine vestibuler
juga menyebabkan ketidaktenangan, hilangnya pendengaran, dan telinga berdenging
(tinitus)
Fistula perilimfe
Bocornya cairan telinga dalam ke telinga tengah. Dapat muncul setelah trauma
kepala, latihan fisik, atau yang jarang, tanpa penyebab yang diketahui.
Cemas dan stres diketahui dapat memperparah gejala pusing telinga dalam. Cemas
dan stres juga merupakan penyebab tersering pusing yang tidak berhubungan dengan
telinga dalam. Penyebab lainnya termasuk masalah yang berhubungan dengan otak,
dan gangguan medis lainnya seperti tekanan darah rendah.
Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan
dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; h. 94-101
Vertigo,
1. Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingipasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar. Vertigo tidak selalusama dengan dizziness.
Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapatdikategorikan ke
dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness
dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh
berkurangnyaperfusi cerebral), light-headness, disequilibrium (perasaan
goyang atau tidak seimbangketika berdiri) (Sura et Newell, 2010).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan
keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau
bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang
merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
2. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak.
Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.
3. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan
vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian
dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi
tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal
antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional
vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit
meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan
hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak
normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
macam:
1. Vertigo spontan
Adalah vertigo yang timbul tanpa pemberian
rangsangan,rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri.misal,meniere
oleh sebab tekanan endolimfe yang meninggi.
2. Vertigo posisi
Adalah vertigo yang terjadi karena perubahan posisi kepala.
Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis
semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal.Debris sendiri
adalah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis.
3. Vertigo Kalori
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo,dan vertigo
ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan
sewaktu tes kalori,dan pasien supaya mengingat-ingat serangan
vertigo yang pernah dideritanya.Bila sama,maka keluhan
vertigonyabetul,dan juga dapat diketahui kekuatan
seranganya.Dibamdingkan dengan kekuatan vertigo kalori.
(BUKU AJAR TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK KEPALA
LEHER, ED.5, Dr.H.EFIATY ARSYAD SOEPARDI, Sp.THT, FK
UI)
Tahambahan :
macam macam vertigo
Cold sweat
Pallor
Nausea (Mual)
vomitus (Muntah)
Hipersaliva.
*Gejala otonom ++ +
*Gangguan pendengaran + -
(tinitus, tuli)
5. Patogenesis
6. Patofisiologi + Etiologi
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan
nistagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus
vestibularis. Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang sama
disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya
terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik (Chain,2009) .
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
Farmakologi
diazepam, lorazepam
Non farmakologi
Berbaring diam dalam ruang yang gelap pada 1-2 hari pertama.
Relaksasi mental.
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum
dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat
efek samping ini memberikan dampak yang positif.
- Betahistin
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.
ANTAGONIS KALSIUM
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15
– 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
- Khlorpromazine (Largactil)
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo
ialah efedrin.
- Efedrin
- Lorazepam
- Diazepam
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin
dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg –
0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
CNS depressant lainnya) (labuguen, 2006).
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
Keterangan Gambar:
- Ambil posisi duduk.
- Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
- Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
- Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet
rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang
efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi
dengan shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika
penyakit ini resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.
Iskemik Vascular
Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan
kejadian melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol,
mengurangi merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin,
clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau
cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan
meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin
jika keluhan dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper off dan latihan
rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.
Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan
stenosis arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis.
Perdarahan pada cerebellum dan batang otak member risiko
kompresi sehingga diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.
LABIRINTIS
Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda :
Etiologi
Klasifikasi
Labirintis serosa
a. Labirinitis serosa difus
b. Labirinitis serosa sirkumkripta
Labirintis supuratif
a. Labirinitis akut difus
b. Labirinitis kronik difus
(Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 6. Jakarta : FKUI.)
Gejala umum
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli
saraf ringan.Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang lebih berat
disertai nausea dan muntah dan terdapat nistagmus horizontal.
(PENATALAKSANAAN PENYAKIT DAN KELAINAN THT, FKUI,
1992)
Gejala klinis
labirinitis serosa
- labirinitis serosa difus
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo
spontan dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit.
Kadang-kadang disertai mual dan muntah, ataksia, dan tuli saraf.
- labirinitis serosa sirkumskripta.
labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit diikuti dengan
vertigo yang berat, mual, muntah, ataksia , dan nistagmus spontan ke
arah telinga yang sehat.
- labirinitis supuratif kronik difus.
dimulai, segera sesudah gejala vestibuler akut berkurang.Hal ini mulai
dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.
Penatalaksanaan
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan
juga dreinase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis.
Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan
otitis media kronik.
Terapi
labirinitis serosa
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring total,
diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis
yang adekuat. Drenase telinga tengah harus dipertahankan .
pembedahan merupakan indikasi kontra. Pada stadium lanjut dari
OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana.
labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
Diperlukan tirah baring total selama fase akut, yang dapat berlangsung
sampai 6 minggu.Perbaikan terjadi bertahap, mulai dari hari
pertama.Sedatif ringan mungkin diperlukan pada periode
awal.Fenobarbitas 32 mg(1/2 grain) yang diberikan 3xsehari, biasanya
cukup memuaskan.
Dosis antibiotika yang adekuat harus diberikan selama suatu periode
baik untuk mencegah komplikasi intrakranial, maupun untuk
mengobati labirinitisnya.Harus dilakukan kultur untuk identifikasi
kuman dan untuk tes sensiviyas kuman.Antibiotika penisilin harus
segera diberikan sebelum hasil tes resistensi didapat, jika alergi
terhadap penisilin dapat diberikan tetrasiklin, dengan dosis tinggi
secara parenteral.Respons klinik lebih utama dari tes sensivitas kuman
dalam menentukan jenis antibiotika.Dengan adanya sisa pendengaran
walaupun sedikit, dan menjadi indikasi kontra operasi.Dranase, atau
membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan bila terdapat
komplikasi intrakranial dan tidak memberi respon terhadap
pengobatan dengan antibiotika.
- labirinitis supuratif kronik difus.
Pengobatan.Terapi lokal harus ditujukan ke setiap infeksi yang
mungkin ada.Dranase bedah atau eksenterasi labirin tidak
diindikasikan, kecuali suetu fokos di labirin atau daerah perilabirin
telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur intrakranial dan
tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika.
Prognosis
labirinitis serosa
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan
dan kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf
temporer yang berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila tidak
diobati dengan baik.
labirinitis supuratif
- labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam
baik.Dengan antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses
diobati,sehingga harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum
tindakan operasi.Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi intrakranial
yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adekuat dengan
antibiotika,drenase labirin akan memberi prognosis lebih baik
daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.
Mastoiditis
Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang
sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal
yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti
demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang
timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang
lainnya)
Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien
muda dan pasien dengan gangguan system imu.
Patofisiologi / Etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang
didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah
beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah
disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari
system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak
yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah
sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S.
Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan
ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu
sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di
bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya
seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.
Gejala
Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga
tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan
timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian
antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan
setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih
parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang
masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat
timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Tatalaksana
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan
dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi
pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil
resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.
Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan
pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.
Mastoiditis Akut
DEFINISI
Mastoiditis Akut adalah suat infeksi bakteri pada prosesus mastoideus
(tulang yang menonjol di belakang telinga).
PENYEBAB
Penyakit ini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati
secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu
prosesus mastoideus.
GEJALA
Biasanya gejalamuncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis
media akut, dimana penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari
prosesus mastoideus.
Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta
keluarnya cairan kental dari telinga.
Nyeri cenderung menetap dan berdenyut.
PENGOBATAN
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2
minggu.
PENCEGAHAN
Obati infeksi telinga secara tuntas.
Ondansetron
Ondansetron adalah derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan dengan serotonin dan
merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang berada di CTZ dan juga pada aferen
vagal saluran cerna, tanpa mempengaruhi reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun
kolinergik. Obat ini memilki efek neurologikal yang lebih kecil dibanding dengan Droperidol
ataupun Metoklopramid.
1. Blokade sentral di CTZ pada area postrema dan nukleus traktus solitaries sebagai kompetitif
selektif reseptor 5-HT3
2. Memblok reseptor 5-HT3 di perifer pada ujung saraf vagus di sel enterokromafin di traktus
gastrointestinal
Kontraindikasi Ondansetron adalah selain pada pasien yang hipersensitivitas terhadap obat
ini, juga pada ibu hamil ataupun yang sedang menyusui karena mungkin disekresi dalam asi.
Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada pasien yang
mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman.
ANTIEMETIKA (ANTIMUNTAH)
A. Definisi
Obat antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.
B. Pengolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan enam kelompok sebagai berikut :
1. Antikolinergik
Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin (siklizin,
meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat- obatan ini efektif terhadap
segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan
(antihistaminika) efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga
blokade reseptor H1 di CTZ.
2. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping. Mekanisme
kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan
blokade reseptor dopamine.
4. Kortikosteroida
Contoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Pengunaannya
sering sekali bersamaan suatu antagonis serotonin.
5. Benzodiazepine
Mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan
hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein terhadap peristiwa muntah.
Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah.
6. Kanabinoida
Contohnya antara lain : marihuana, THC. Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika.
5. Domperidon : motilium
Senyawa benzimdazolinum ini adalah propulsivum yang berkhasiat menstimulasi
peristalstik dan pengosongan lambun, selian berdaya anti emetis, digunakan pada
relflux-esofagus dan pada muntah akibat khemoterapi dan pada migraine.
Dosis : 3-4 dd 10-20 mg a.c; anak-anak 3-4 dd0,3 mg/kg, rectal anak-anak sampai 2
tahun2-4 dd 10 mg; i.m/i.v 0,1 -0,2 mg per kg berat badan dengan maksimum 1
mg/kg berat badan sehari.
6. Ondansetron : zolfran
Senyawa carbazol ini adalah antagonis serotonin selektif (dari reseptor 5HT3).
Berkerja anti emetis kuat dengan mengantagoniskan refleks muntah dari usus halus
dan stimulasi CTZ, yang keduanya diakibatkan dengan pemberian dosis tunggal
deksametason (20 mg/ infuse ) sebelum kemoterapi dimulai. Selain pada kemo dan
radioterapi juga sering diberikan untuk profilaksis, gejala-gejala demikian setelah
pebedahan ginekologi.
Efek sampingnya berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka dan perut bagian
atas,, jarang sekali gangguan ekstra pyramidal dan reaksi hipersensitivas.
Dosis : 1-2 jam sebelum mejalankan kemoterapi 8 mg, lalu tiap 12 jam 8 mg selama 5
hari. i.v 4-8 mg (perlahan).
sumber : Tjay, Tan Han and Kirana Raharja.2002. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya.Edisi ke V.Elex Media Komputindo:
Jakarta.
STEP 4
Gangguan
keseimbangan
perifer proprioseptik
sentral
BPPP
Non BPPP
STEP 7
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata.Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak.Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam
dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles
response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon
dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
3) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas.Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya
peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun
beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat berhubungan
dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem
saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.Sehingga semakin
banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan
otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan.
5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi.
Repository.usu.ac.id
Gambar 1. Perangkat vestibularis2
Fisiologi Keseimbangan
Kanalis Semisirkularis
Gambar 2. Krista ampularis dan makula2
Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau
deselerasi anguler atau
rotasional kepala, seperti
berjungkir balik, memutar
kepala, atau berhenti
memutar. Terdapat tiga
kanalis semisirkularis yang
secara tiga dimensi tersusun
dalam bidang yang saling
tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di
atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam
pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai kupula. Kupula menonjol ke
dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai dengan arah
gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada
satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut.
Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam kanalis, yang mula-mula diam
tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi tertinggal di belakang
karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap bergerak
kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut
menyebabkan kupula condong ke arah berlawanan dengna arah gerak kepala,
membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika
gerakan berlanjut, cairan endolimfe juga akan tetap bergerak bersama kepala
dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula. Sewaktu kepala berhenti
bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi sementara
kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya
secara sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan
dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara
bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. 1
Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh
stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium,
kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium,
terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara
kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-
aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis untuk
membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial Gambar aksi, sedangkan
3. Unit reseptor
1 2
hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi. utrikulus dan sakulus
Organ Otolit
DAFTAR PUSTAKA
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan (Gb. 3).
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mem- pengaruhi sistim saraf otonom
yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim
saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa
pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan
letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan
tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris,
kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan
terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau
leher.1
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar
oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif
biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem
muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga
dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit
sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke
rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat
nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif
traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang
lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2
Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar,
penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan
N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan
tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera
leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat
berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan
artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien
artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut.
Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan
terjadinya tinitus.
Patofisiologi
Mual
Gangguan pada sistem vestibularis, yang terdiri dari cerebellum,
batang otak, danapparatus vestibularis di telinga; mengakibatkan
teraktivasinya reseptor trigger zone yang terdapat pada pons (batang
otak) sehingga menimbulkan rasa tidak enak di epigastrium, lalu
keluar suara tidak enak (retching) selanjutnya yang terjadi adalah
muntah.
Tinitus :
Nada rendah :
Nada tinggi :
Vertigo
Kupiya Timbul Wahyudi
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis