PENDAHULUAN
Hampir semua makhluk hidup memiliki cara untuk mengontrol gerakan dan
lingkungan mereka. Pada vertebrata, hal tersebut sangat bergantung pada fungsi
dari sistem vestibular, sistem sensorik yang dimulai dari telinga bagian dalam
sebagai kumpulan detektor perifer untuk gerakan dan gravitasi serta berakhir di
antara sejumlah pusat saraf yang lebih tinggi di dalam sistem saraf pusat (SSP).
Pusat yang lebih tinggi ini memproses dan mengintegrasikan informasi pergerakan
dari perifer untuk memberikan persepsi tentang posisi kita dalam ruang dan secara
relatif terhadap objek lain, untuk mengkoordinasikan gerakan kita, dan untuk
dengan sistem pendengaran perifer melalui hubungan di telinga bagian dalam, dan
seperti sistem pendengaran, pada akhirnya merubah energi mekanik (yaitu rotasi,
translasi, dan / atau gaya gravitasi daripada energi suara) menjadi energi listrik yang
tubuh berada pada sel rambut vestibular yang sensitif terhadap rangsangan mekanik
bahwa kebutuhan akan sistem vestibular sangat penting, seringkali perannya tidak
dihargai kecuali jika terdapat kerusakan. Pada saat itu, orang menjadi sangat sadar
1
Fungsi keseimbangan normal bergantung pada informasi sensorik dari
visual, pendengaran, sistem vestibuler perifer dan somatosensori, serta
pendengaran. Informasi sensorik ini terintegrasi, dimodulasi dan 'ditafsirkan' di
dalam sistem saraf pusat untuk memungkinkan pengamatan dan stabilisasi postural
dan memberikan informasi mengenai gerakan diri dan lingkungan.2
sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mendiagnosis kerusakan pada sistem
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem vestibular dapat dibagi menjadi dua sistem utama : sistem pusat (otak
dan batang otak) dan sistem perifer (telinga bagian dalam dan jalur ke batang otak).
Telinga bagian dalam, yang dikenal sebagai labirin, berisi 2 struktur utama : yaitu
koklea, yang bertanggung jawab untuk mendengar, dan aparatus vestibular, yang
yaitu kanalis semisirkularis lateral, posterior dan superior yang berguna untuk
mendeteksi gerakan angular dan 2 organ otolithik, yaitu utrikulus dan sakulus, yang
perifer terletak pada telinga bagian dalam. Berbatasan lateral dengan telinga tengah
3
2.1.1. Labirin Vestibular
serangkaian tabung dan struktur berisi cairan yang mengandung organ akhir
sensorik yang berbeda untuk mendeteksi pergerakan angular dan percepatan linier
kepala dan tubuh. Pada mamalia, labirin vestibular membranosa berada di bawah
labirin tulang yang dibentuk oleh tulang keras dan padat dari kapsul otik, pada
bagian petrosa dari setiap tulang temporal. Cairan yang mirip dengan CSF yang
kaya natrium disebut perilimfe berada pada ruang di antara labirin tulang dan
endolimfe, yang kaya akan kalium dan sangat mirip dengan cairan intraseluler
Istilah labirin vestibular umumnya mengacu pada labirin kanan dan kiri
yang dipasangkan bersama-sama. Yang pada dasarnya adalah cermin satu sama
lain. Masing-masing sisi terdiri dari tiga kanalis semisirkularis ortogonal dan dua
struktur seperti kantung yang disebut utrikulus dan sakulus. Bagian utrikulus dan
4
Anatomi Sistem Vestibular
membentuk apa yang disebut ampula, ampulla ini diperkirakan diperbesar untuk
impuls sensorik ke pusat primer di batang otak dan cerebellum. Daerah ini
5
vestibulospinal, yang memungkinkan orientasi mata dan tubuh yang tepat sebagai
Sel rambut khusus yang terkandung dalam setiap ampula dan organ otolith
adalah sensor biologis yang mengkonversi pergeseran karena gerakan kepala. Sel
rambut yang berasal dari ampula yang melekat pada seberkas pembuluh darah,
serabut saraf, dan jaringan pendukung disebut crista ampullaris. Sel rambut
sacculus dan utrikulus, yang disebut makula, terletak di dinding medial sakulus dan
dasar utrikulus. Setiap sel rambut dipersarafi oleh neuron aferen yang terletak di
sistem vestibular dicapai oleh sel neuroepithelial khusus yang disebut sel rambut.
Kumpulan beberapa apeks dari sel rambut ini akan memberikan sensitivitas
mekanik baik pada sel rambut pendengaran dan vestibular. Atas dasar morfologi,
sel rambut tipe I dan sel rambut tipe II. Jenis sel rambut tipe II adalah prototipe,
berbentuk silindris dan menerima persarafan aferen dari sejumlah terminal bouton
bersama tepi basolateralnya. Sebaliknya, sel rambut tipe I berbentuk seperti tabung
dengan dasar yang bulat dan apeks terbatas pada leher, dan dipersarafi oleh terminal
kaliks afferen yang berbentuk seperti cangkir, yang hampir seluruhnya menyatukan
6
Anatomi dan Fisiologi Neuroepitelium Sensorik
keseimbangan dan sel-sel ini merupakan sel yang paling penting di telinga bagian
informasi untuk transmisi saraf ke otak. Konversi satu jenis energi ke bentuk yang
otolithic di utrikulus dan sakulus. Satu bundel rambut yang berasal dari sel-sel
7
rambut vestibular terdiri dari satu eksentris yang ditempati oleh kinocilium dan
beberapa baris dari stereosilia. Biasanya terdiri dari 20 sampai 100 stereosilia per
sel rambut. Kinocilium adalah struktur tertinggi dari bundel rambut dan posisinya
berada di tepi permukaan apeks dan struktur ini menunjukkan orientasi dari sel
Stereosilia terdiri dari ratusan inti filamen aktin yang dihubungkan oleh
fimbrin dan espin dan ditutupi oleh membran sel yang mengalami ekstensi.
Filamen aktin akan meruncing di dekat dasarnya dan struktur ini akan melekat pada
badan sel dan akan terbentuk suatu penebalan yang dikenal sebagai
bidang kutikula Sel-sel rambut kecil (steriosilia) dapat bergerak menuju sel rambut
besar atau menjauh dari sel rambut besar dalam menanggapi arah pergerakan dari
kupula. Informasi ini akan dirubah menjadi sinyal listrik yang akhirnya akan
yang disebut sel pendukung, disebut sel pendukung karena sel ini memberikan
dukungan baik pada struktural dan homeostasis dari epitel sensorik. Inti sel dan
sebagian besar sitoplasma sel pendukung dapat ditemukan diantara dasar sel rambut
dan membran basal. Dari daerah tersebut, sel ini akan berkembang ke atas di mana
sel ini akan menyelimuti kedua sel rambut dan neuron aferen. Sepanjang margin
apeks dari sel ini, sel pendukung akan bergabung dengan sel-sel rambut untuk
8
endolimfatik. Fungsi sel pendukung ini termasuk untuk penyerapan glutamat,
membentuk ampula dan membran otolithic. Jenis lain dari sel pendukung disebut
“dark cell” dan dapat ditemukan pada batas dari epitel transisi sekitar
neuroepithelium tersebut. Sel ini sangat penting dalam produksi dan pemeliharaan
Tiga tipe yang berbeda: bouton, calyx Atau dimorfik. Seperti yang ditunjukkan
Sebelumnya; neuron afferen calyx berakhir secara pada sel rambut tipe I. Neuron
afferen bouton berakhir sepanjang Membran basolateral hanya pada sel rambut tipe
II. Neuron aferen dimorfik adalah hibrida yang terdiri dari calyx yang berakhir pada
Sel rambut tipe I dan bouton yang berakhir pada sel rambut tipe II.
Pada mamalia, neuron aferen dimorfik mewakili Proporsi terbesar serat aferen pada
saraf vestibular.1
hanya terlihat pada neuron aferen bouton. Ada perbedaan anatomis lainnya yaitu
neuron aferen Calyx memiliki ciri khas akson tebal, sedangkan neuron aferen
bouton jauh lebih tipis. Pada utrikulus neuron afferen calyx berhenti di daerah
9
striolar, sedangkan akhiran afferen dimorfik terlihat di seluruh makula, dan neuron
Neuron tersebut berasal dari batang otak pada daerah yang berdekatan dengan
nukleus abducens dan genu nervus facialis. Neuron eferen dapat berakhir di
sepanjang pangkal sel rambut tipe II, pada terminal afferent bouton yang memiliki
sinaps di sel rambut tipe II, atau pada akson afferen calyx.
Persarafan efferen sel rambut tipe I jarang ditemukan karena sebagian besar
merangsang neuron aferen vestibular. Fungsi dari sistem eferen vestibular pada
2.1.6. Vaskularisasi
Arteri ini merupakan cabang dari arteri serebelaris anterior inferior atau langsung
dari arteri basilaris atau dari arteri vertebralis. Arteri auditiva interna kemudian
10
komunis kemudian bercabang menjadi arteri vestibulokohlearis dan arteri
Sel rambut yang berasal dari kanalis semisirkularis dan organ otoliths akan
otak kecil.
11
2.2.1 Organ Otolith
Organ otolith, yang diwakili pada kebanyakan mamalia dan manusia oleh
utrikulus dan sakulus, ditempatkan di ruang utama labirin vestibular yang disebut
vestibulum.
Setiap organ otolithik memiliki sel-sel rambut yang tertanam dalam bahan
agar-agar (seperti jelly) dengan kristal kalsium karbonat, yang disebut otokonia dan
menempel ke permukaan.4,6,11
di epitel sensorik utrikulus dan sakulus (alias makula). Ketika ada gerakan kepala,
bundel sel rambut. Stimulus mekanik ini diubah menjadi sinyal listrik oleh sel-sel
rambut makula dan ditransmisikan ke dalam sistem saraf pusat (SSP) melalui saraf
sebagai data mengenai posisi dan gerakan-gerakan, yang kemudian akan memulai
12
serangkaian respon sesuai tanggapan neuronal untuk menjaga keseimbangan
tubuh.5,11
percepatan linier. Makula utrikulus kira-kira sejajar dengan bumi dan sejajar
Letak Organ otolith. MS, Macular saccule; MU, macular utriculi; lA., lnteraural axis; NO,
nasal-occipital axis; RC, rostral-caudal axis.
dan sakulus sensitif terhadap gerakan pada bidang sagital. Secara keseluruhan,
organ otolit terorganisir untuk mendeteksi dan memantau percepatan linier pada 3
sumbu yang tegak lurus satu sama lain yaitu interaural, nasal-oksipital, dan rostral-
caudal.1
13
2.2.2 Kanalis Semisirkularis
otokonia di dalam kanalis semisirkularis. 3 buah kanal yang berada di telinga bagian
dalam membentuk sudut sekitar 90 derajat antara satu dengan yang lainnya. Setiap
kanalis semisirkularis pada ujungnya akan membentuk suatu bulatan yang disebut
ampula. Di dalam ampula terdapat suatu struktur seperti pembagi disebut kupula.
Di dalam kupula, terdapat beberapa sel-sel rambut dengan bundel rambut yang
memproyeksikan menjadi kupula. Dalam satu bundel rambut, ada satu rambut yang
panjang yang disebut kinosilium dan beberapa rambut yang pendek yang biasa
disebut steriosilia. Kupula akan didorong atau ditarik selama gerakan angular dari
satu sisi akan menyebabkan eksitasi sel rambut di sisi yang sama dan pada saat yang
14
Crista Ampullaris
sangat sesuai untuk memantau rotasi kepala. Sensitivitas kanalis terbesar terhadap
percepatan angular terjadi saat putaran kepala dilakukan di dalam bidang kanalis
sementara kepala tegak lurus. Kanalis vertikalis (yaitu, anterior dan posterior)
terletak pada sudut yang tepat terhadap kanalis horizontal dan satu sama lain. Jadi,
kira-kira 45 derajat dari sumbu midsagital dan 45 derajat anterior dari garis
interaural. Bidang kanal posterior juga berjarak 45 derajat dari garis tengah tapi
sejajar sekitar 45 derajat di belakang garis inter aural. Dengan demikian, kanalis
anterior di sebelah kiri pada dasarnya sejajar dengan kanalis posterior di sebelah
kanan. Kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri juga sejajar. Bidang yang
sejajar dengan kanalis anterior kiri dan kanalis posterior kanan melewati bagian
tengah kepala, tegak lurus terhadap bidang kanalis horizontal dan disebut sebagai
15
bidang LARP. Sebaliknya, bidang perpendicular baik terhadap bidang kanalis
horizontal dan bidang LARP, namun sejajar dengan bidang anterior kanan dan
posterior kiri disebut sebagai bidang RALP. Karena sistem pemasangan kanal ini
(yaitu HC-HC, LA-RP, dan RA-LP), gerakan yang merangsang satu kanal akan
menghambat tindakan yang lain yang membentuk dasar sistem push pull. Baik
sistem.1
terletak di medulla dan pons. Nukleus vestibuler terdiri dari empat bagian yaitu
16
desenden). Serabut aferen vestibuler memasuki batang otak di portomedullary
junction.1
vestibularis superior dan medial, dan selebihnya ke nucleus vestibuler lateral dan
dan inferior. Serabut aferen sakular juga diproyeksikan ke kelompok sel Y yang
Sedangkan didalam telinga dalam terdapat badan sel neuron tingkat pertama
yang disebut Ganglion Scarpa, ganglion ini terbagi dua yaitu superior dan inferior.
17
utrikulus. Bagian inferior mempersarafi kanalis semisirkularis posterior dan
sakulus.1
sedangkan nukleus medial berproyeksi pada FLM bilateral. Nuleus medial juga
vestibulospinalis dalam FLM desenden. Jadi input dan output dari nukleus
vestibularis superior dan medial merupakan dasar anatomic untuk nistagmus dan
antara aferen dan eferen nukleus lateralis merupakan dasar anatomi untuk respon
otot anti gravitasi terhadap perubahan posisi, tapi hubungannya dengan otot
Output sistem vestibular pusat menuju otot okular dan vertebra spinalis
Colic Reflex (VCR), dan Vestibulo Spinal Refleks (VSR). VOR menimbulkan
gerakan mata, yang dapat memperjelas penglihatan selama pergerakan kepala. VCR
18
kompensasi gerakan tubuh untuk mempertahankan stabilisasi kepala dan tubuh dan
dengan demikian mencegah agar tidak jatuh. Peranan VOR, VCR, VSR dimonitor
oleh sistem susunan saraf pusat dan diatur kembali oleh serebellum dan ditambah
mata dan gerakan kepala untuk menjaga agar tetap fokus pada suatu objek. VOR
adalah salah satu refleks tercepat dalam tubuh manusia. Gerakan kepala harus
dikompensasikan segera oleh mata dalam rangka untuk memiliki pandangan yang
jelas. Ini berarti ketika kepala kita bergerak ke satu arah, maka mata kita harus
bergerak dalam arah yang sama dan berlawanan di hampir kecepatan yang sama
untuk menjaga agar tetap fokus pada target. Sebagai contoh, ketika kita berjalan
kepala kita tidak tinggal diam. Bergerak dari satu sisi ke sisi yang lainnya dan naik
turun saat kita berjalan, namun objek tidak bergoyang atau melompat-lompat (jika
VOR tersebut bekerja dengan benar). VOR memicu mata kita untuk bergerak dalam
arah yang berlawanan dari kepala kita untuk menjaga agar tetap fokus pada suatu
objek. Jika terdapat gangguan VOR, maka kita mungkin akan mengalami
oscillopsia (objek tampak berbayang atau melompat) ketika kita sedang bergerak.
lateral yang ipsilateral dan menghambat kanal kontralateral. Lengkung refleks saraf
ke-3 termasuk nervus abducens (VI) dan nervus oculomotorius (III), akan
menstimulasi otot rektus lateral yang kontralateral dan menstimulasi otot rektus
medial yang ipsilateral. Otot-otot antagonis yang berhubungan (rektus medial yang
19
kontralateral dan rektus lateral yang ipsilateral) akan terhambat. MLF : Medial
postur tubuh dan menstabilkan tubuh untuk tetap berada dalam posisi tegak. Jika
terdapat suatu rangsangan atau impuls, maka impuls tersebut akan dikirim ke
sumsum tulang belakang untuk mengaktifkan otot-otot untuk membuat tubuh kita
tetap tegak.14
Misalnya, jika kita akan jatuh ke depan, maka otot-otot di sisi belakang akan
dalam upaya untuk membuat tubuh kita tegak kembali. Jika seseorang menabrak
kita dari sebelah kanan dan kita mulai jatuh ke kiri, maka kita perlu otot di kedua
sisi tubuh kita untuk aktif bekerja (mendorong dari satu sisi dan menarik dari sisi
20
2.4. Pemeriksaan Keseimbangan Perifer
Tes Nistagmus
kemungkinan perubahan pada fase akut atau kronis dari vertigo atau
dilakukan, jika ada asimetri yang jelas pada sistem vestibular. Jika
nistagmus posisional primer murni vertikal atau murni rotasi, maka terdapat
Nystagmus spontan yang berasal dari perifer secara khas berkurang oleh
Pemeriksaan ini. Dilakukan dalam keadaan mata terbuka dan mata tertutup.
Nistagmus spontal horizontal dapat terjadi pada lesi perifer atau sentral. Jika
21
Nistagmus
depan, 30o ke kiri, 30o ke bawah. Gerakan bola mata direkam selama 15 – 30
3. Headshake Nistagmus
(VOR). Saat kepala digerakkan ke arah kanan dan kiri pada posisi horizontal,
labirin yang intak menghasilkan respon yang lebih kuat dibandingkan sisi
lesi. Hal ini meningkatkan aktivitas sisi labirin intak dan menyebabkan
energi yang tersimpan ini menjadi terurai, menyebabkan respon fase lambat
22
yang menjauhi arah labirin yang intak, menghasilkan nistagmus fase cepat
Hasil yang paling sering didapatkan adalah fase cepat menjauhi sisi lesi
ditemukan adalah arah fase cepat nistagmus menuju arah lesi, dan timbul
sekitar 20 detik setelah gerakan, hal ini merupakan kompensasi dari sentral.
Fase ketiga yang timbul merupakan gabungan dari kedua fase tersebut
dimana fase cepat menjauhi arah lesi dan kemudian menuju arah lesi, hal ini
ini sesuai dengan Ewald’s second law yang menyatakan bahwa untuk
kecepatan rotasi kepala yang tinggi, eksitasi adalah stimulus yang lebih
yang terpusat pada rotasi menuju ke arah telinga yang baik (arah eksitasi)
adalah lebih besar pada rotasi kecepatan tinggi daripada penurunan aktifitas
vestibuler yang terpusat pada telinga yang terganggu (arah inhibisi). Efek
23
dari Ewald’s law ini ebih jelas ketika bidang kanalis semisirkularis yang
lesi sekunder pada sentral dapat meredam komponen vertical yang diikuti
ditemukan pada 50% subyek kontrol sehat, serta pada pasien tanpa asimetri
pasien dengan infark PICA unilateral. Oleh karena itu HSN harus ditafsirkan
vestibular.23,24
Pemeriksaan kontrol postural meliputi tes berikut: (1) Romberg Test, (2)
Pastpointing Test , (3) Tandem Gait Test , dan (4) Fukuda Stepping Test. Tes
24
kontrol postural dianggap memiliki sensitivitas dan spesifisitas ringan dalam
mengidentifikasi lesi. Bergantung pada sifat dan fase patologi, sisi lesi tidak dapat
dipercaya untuk diidentifikasi dari tes ini. Berlebihan bergoyang ke satu sisi dalam
tes Romberg, penyimpangan ke satu sisi dalam tes pastpointing atau rotasi ke satu
sisi dalam Fukuda stepping test semua mungkin menunjukkan adanya lesi paretik
pada labirin sisi tersebut atau lesi iritatif pada sisi yang berlawanan. . Pasien
mungkin menunjukkan goyangan, rotasi, atau penyimpangan ke arah sisi yang tidak
1. Romberg Test
Penderita diminta untuk berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar, lengan
test ini tanpa jatuh maka dapat dilakukan test romberg yang lebih sensitif
penderita berdiri dengan tumit salah satu kaki berada di depan ujung jari
kaki yang lain dengan kedua lengan dilipat di depan dada selama 30 detik
dengan mata terbuka dan dilanjutkan dengan mata tertutup selama 30 detik.
25
Romberg Test (kiri), Sharpened Romberg Test (kanan)
Interpretasi
penderita akan jatuh ke arah sisi yang sakit. Namun demikian ketidakstabilan
tersebut dipengaruhi juga oleh penyebab sensoris, motoris atau cerebellar dan
penilaian tes romberg sering tidak jelas pada keadaan gangguan vestibuler
subakut atau kronik. Pasien dengan lesi cerebellar cenderung jatuh ke arah
sisi yang sakit tetapi hanya sedikit perubahan pada saat mata tertutup. Pasien
dengan gangguan vestibuler sentral sering jatuh ke arah yang berbeda pada
26
2. Past-pointing Test
Tes ini dilakukan untuk menilai refleks vestibulo okular. Dimana fungsi
visual pasien akan dihilangkan pada saat diminta melakukan tes dengan cara
dokter. Pasien melakukan gerakan ini 2-3 kali dengan mata terbuka;
Past-pointing Test
27
satu sisi. Pastpointing akan selalu pada sisi yang sama dari target. Pada lesi
koordinasi; past pointing hanya terdapat pada lengan yang terlibat dan ke
arah sisi dari lesi atau secara tidak menentu pada sisi yang lain dari target.
Pada vestibulopathy pastpointing dengan kedua lengan ddan pada sisi yang
sama dari target, pada kelainan cerebellar hanya terdapat pada satu lengan
Lingkaran ini dibagi dalam beberapa bagian dengan garis lurus yang melalui
titik pusat dengan sudut 30 derajat. Penderita diminta untuk berdiri tegak
pada titik pusat lingkaran. Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata
tidak beranjak dari tempatnya selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi
gangguan sistem vestibuler. Hasil tes ini dianggap abnormal bila kedudukan
akhir penderita beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula, atau
Studi saat ini menemukan bahwa jumlah kasus yang sama dengan disfungsi
ke arah sisi lesi pada FST, menunjukkan bahwa FST selama tahap akut tidak
28
dapat diandalkan sebagai Indikator sisi lesi vestibular. Identifikasi sisi lesi
Romberg dipertajam, Romberg dengan menggunakan alas busa dan stepping test.
29
N N N N N N N 1
N N S F F F F 2
N N N N F F N 3
N N N N N F R 4
N N N N N F N 5
Head Thrust
dengan kecepatan rendah untuk membiasakan pasien dan relaksasi pada otot
leher. Dimulai dengan memposisikan kepala pasien pada 15-30 derajat lateral
dari garis tengah, kepala pasien di fokuskan pada target di tengah (biasanya focus
harus memperhatikan secara jeli mata pasien apakah mata terfiksasi pada satu
30
Head Thrust Test
fiksasi visual dan timbulnya gerakan sakadik pada gerakkan kepala fase cepat,
Dix Hallpike
BPPV yang dapat dilakukan bedside dan harus dianggap sebagai komponen
Manuver hallpike ini pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan. Perasat
dix-Hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan,
dan perasat Dix Hallpike kiri pada bidang posterior kiri. Untuk melakukan
perasat Dix-Hallpike kanan pasien duduk tegak pada meja pemeriksa dengan
kepala menoleh 45o ke kanan. dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala
31
tetap miring 45o ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20 – 30o pada
respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT pasien
dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 45o kekiri,
dengan demikian kanal posterior kiri dank anal anterior kanan berada dalam
bidang sejajar dengan bidang sagital kemudian secara cepat tubuh direbahkan
rebah terlentang maka kedua kanal vertical posterior kanal tidak terangsang,
posisi ini disebut Posisi Head Hanging Left (HHL), tunggu maksimal 40 detik
sampai respon abnormal hilang. Setelah gejala vertigo hilang pasien diminta
32
Dix-Hallpike Test
Respon Abnormal
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi
kebelakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbul lambat ±
40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
33
kanalithiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus
kedepan.3
Reposisi kanal dilakukan bersamaan dengan perasat Dix-Hallpike, bila pada tes
ini diketahui bahwa terjadi nistagmus yang kuat pada tes reposisi kanal. Dimana
Tes lain yang dapat digunakan untuk menilai VOR adalah dengan menggunakan
Snellen chart dan menilai ketepatan visual. Visual acuity adalah kemampuan pasien
34
membaca papan. Penurunan satu baris dianggap normal, sedangkan penurunan tiga
terakhir yang dapat dibaca dengan benar sebanyak 50% karakter dibandingkan
Snellen Chart
diinduksi pada sisi kanan dan kiri. Karena saluran telinga luar mendekati SCC
horizontal, sebagian besar asal mula respons berasal dari SCC horizontal. Oleh
karena itu, nistagmus bersifat horisontal. Gradien suhu yang dihasilkan oleh
35
Stimulus bithermal digunakan untuk irigasi telinga untuk mengevaluasi
fungsi dari kanalis semisirkularis lateral. Dikerjakan dengan cara melakukan irigasi
telinga kiri dan kanan masing-masing dengan air dingin 30o dan air panas selama
44o 30 detik dengan interval tiap-tiap tes sampai nistagmus atau vertigo hilang
biasanya 5 menit.
menghasilkan aliran endolymph dan perpindahan cupula. Dengan air dingin terjadi
sehingga terjadi inhibisi dari sisi yang terlibat. Gerakan lambat dari mata ke sisi
Dengan air hangat terjadi peningkatan cairan endolimfatik sehingga terjadi aliran
36
rambut menuju kinocillia sehingga terjadi eksitasi dari sisi yang terlibat. Gerakan
lambat dari mata ke arah sisi yang berlawanan dan kompensasi sakadik (cepat) ke
(L 30 + L 44) − (R 30 + R 44)
X 100 %
L 30 + L 44 + R 30 + R 44
Unilateral weakness bukanlah temuan lokalisasi dan mungkin disebabkan oleh lesi
dari labirin ke zona masuk akar saraf kranial kedelapan (yaitu nervus
(L 30 + R 44) − (L 44 + R 30)
X 100 %
L 30 + R 44 + L 44 + R 30
37
preponderance menunjukkan adanya bias dalam aktivitas tonik sistem vestibular.
dinamis antara neuron vestibular kiri dan kanan medial, yang bertentangan dengan
alasan di balik nistagmus spontan, yang tercermin dalam asimetri dalam aktivitas
istirahat. Directional preponderance adalah temuan lokalisasi yang buruk. Hal ini
dapat diamati pada lesi dari labirin ke korteks. Directional preponderance adalah
menuju lokasi lesi untuk lesi labirin dan saraf kedelapan, dan menuju lokasi yang
tidak terlibat untuk lesi pada batang otak dan korteks. Kontroversial bahwa
preponderance terisolasi memiliki lesi CNS. Kelompok pasien lain memiliki lesi
perifer atau tidak ada diagnosis yang pasti. Directional preponderance dan unilateral
weakness dapat diamati bersamaan, yang merupakan dugaan lesi perifer sepihak
namun tes ini mungkin tidak cukup sensitif untuk mengidentifikasi penurunan
Tes Posisi
Tujuan pengujian posisi adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai posisi kepala
stasioner (dan bukan gerakan kepala) pada gerakan mata. Asumsi dari tes ini adalah
bahwa nistagmus pasien dihasilkan sebagai akibat orientasi kepala pasien terhadap
38
gravitasi. Pasien diminta memakai kacamata Frenzel (atau tesnya bisa dilakukan
saat mata pasien tertutup), dan pasien dibawa perlahan ke posisi berikut: kepala
pasien (1) dibelokkan ke kanan dalam keadaan duduk, ( 2) diputar ke kanan dan
kemudian tertinggal dalam posisi terlentang, (3) diputar ke kanan dan kemudian
tertinggal dalam posisi decubitus, dan (4) menggantung lurus ke bawah. Setiap
nistagmus posisional bukanlah temuan lokalisasi karena dapat diamati pada pasien
dengan lesi perifer dan CNS. Dua ciri dapat membantu membedakan nistagmosis
posisional yang dihasilkan dari lesi perifer dari yang berasal dari lesi sentral: (1)
nistagmia posisional yang disebabkan oleh lesi perifer ditekan oleh fiksasi; (2) arah
persisten dicatat, harus diamati setidaknya selama 2 menit. Pengamatan ini sangat
setiap 2 menit. Ditemukan bahwa jenis nistagmus ini disebabkan oleh lesi CNS.10
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral. Tes ini dilakukan dengan memposisikan pasien dalam
39
posisi supinasi atau berbaring terlentang dengan kepala pada posisi netral diikuti
dengan rotasi kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati
mata pasien untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus mereda
(atau jika tidak ada nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas dalam posisi
derajat ke sisi yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa ada
tidaknya nistagmus.19
Bila pada putaran kepala searah jarum jam nistagmusnya lebih keras, maka
debris bergerak mendekati kupula kanal horizon kiri, pada reposisi kanal horizon
kepala harus diputar berlawanan supaya debris didorong kearah utrikulus. Bila
nistagmusnya yang kuat terjadi pada arah sebaliknya maka debris berada pada kanal
horizontal kanan.10
Terapi BPPV tergantung pada patofisologi dan jenis kanal yang terlibat.
Tujuan terapi adalah melepaskan otokonia dari dalam kanalis atau kupula,
Hipotensi ortostatik
Merupakan penurunan tekanan darah sistolik ±20 mmHg atau diastolik ±10
mmHg dalam waktu 3 menit dengan posisi berdiri. Tes ini merupakan gejala klinis
dan bukan penyakit. Pemeriksaan lain, dilakukan dengan pasien tidur posisi
terlentang, kepala diangkat 60 derajat dan dihitung perbedaan tekanan darah selama
3 menit. Tes ini harus memperhatikan variable yang dapat mempengaruhi diagnosis
40
seperti fungsi pencernaan, waktu pemeriksaan, status hidrasi, temperature
kelamin dan usia. Hipotensi ortostatik dapat dengan gejala atau tanpa gejala. Gejala
yang timbul pada hipotensi ortostatik dipengaruhi posisi berdiri atau pada saat
mengangkat kepala dan posisi menunduk atau mengadah. Gejala dapat berupa
kepala terasa melayang, mual, muntah, pusing, pandangan kabur dan nyeri pada
leher. Pengukuran tekanan darah ulang harus dilakukan bila pasien dengan
kecurigaan gejala tapi tidak ditemukan hipotensi ortostatik. Beberapa kasus, pasien
tidak mengalami perubahan tekanan darah hingga mereka berdiri ±10 menit.
– 10 menit, setelah itu pasien diminta berdiri dengan cepat, dan pengukuran tekanan
posisi berbaring selama 10 menit, setelah itu dilakukan pengukuran tekanan darah
dan denyut nadi. Pengukuran diulang pada menit ke 1, 5, dan 10 setelah pasien
berada dalam posisi berdiri. Hasil positif bila didapatkan penurunan tekanan sistolik
≥ 21 kali permenit.3,10
41
BAB III
KESIMPULAN
beberapa interaksi antara sinyal penglihatan, proprioseptif otot, dan sinyal sensorik
vestibularis. Dalam situasi kehidupan nyata, semua masukan sensorik ini berperan
dalam memelihara postur tubuh dan pandangan, serta adaptasi terhadap defisit
motorik, sensorik ata SSP. Saat menilai fungsi sistem vestibularis, adalah penting
untuk mengingat hal ini dan menggunakan rangsang pengujian yang tepat pada
berbagai kondisi eksperimen. Tidak ada uji fungsi vestibularis tunggal yang dapat
42
DAFTAR PUSTAKA
2007. p. 65-70.
43
10. Satar B. Vestibular Testing. In : Lalwani, ed. Current Diagnosis and
11. Yunxia WL, Yinfang Xu. Proteins Involved in Otoconia Formation and
12. Falls, Lai, Pothier, Rutka. Vestibular Balance and Disorder. In : Chan,
13. Oghalai, Brownell. Anatomy and Physiology of The Ear. In : Lalwani, ed.
Surgery 3rd Edition. United States of America; McGraw Hill Inc. 2012.
p. 599-610.
16. Scardillo, Davis, Hunsicker, Lee, Schulz. The Most Effective and Efficient
Bedside Exam For The Dizzy Patient in The Acute Care Setting: A
Latihan Brandt Darroff dan Modifikasi Manuver Epley Pada Vertigo Posisi
44
18. Edward, Roza. Diagnosis Dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Andalas. 2014.
2006. p. 409-414.
21. Zhang, Wang. Reliability Of The Fukuda Stepping Test To Determine The
Research. 2011.
24. Young Eun Huh, Ji Soo Kim. Patterns of Spontaneous and Head Shaking
45
46