Komplikasi Intrakranial
Komplikasi intrakranial terjadi pada
0.5% hingga 24% dari pasien yang dirawat
di rumah sakit akibat rinosinusitis.
Komplikasi intrakranial meliputi meningitis,
abses ekstradural, empiema subdural, abses
intraserebral, dan trombosis cavernous serta
sinus superior sagital (gambar 33.2A dan B).
Frekuensi relatif kejadian-kejadian ini
diperdebatkan dalam literatur. Infeksi sinus
paranasal dapat menyebar ke kompartemen
intrakranial secara langsung dengan proses
osteomielitis pada tengkorak, atau secara
retrograde thrombophlebitis dan septic
emboli, atau melalui defek post-traumatik,
kongenital, atau post-pembedahan yang
menghubungkan sinus dengan konten
intrakranial. Proporsi abses otak sekunder
yang disebabkan oleh penyebab otologik
atau sinogenik diperkirakan mendekati 2/3,
dan meskipun secara historis dikatakan lebih
banyak predominansi dari otologik, literatur
mensugestikan bahwa penyebab sinogenik
pun telah terjadi sama seringnya dengan
penyebab otologik. Meskipun telah banyak
kemajuan di bidang teknik pencitraan dalam
memfasilitasi deteksi dini serta
perkembangan obat-obatan dan
pembedahan, morbiditas serta mortalitas
dari komplikasi intrakranial masih tetap
stabil sejak tahun 1980an dengan angka
morbiditas 5% hingga 21% dan angka
mortalitas hingga 40%. Mobiditas yang
terjadi termasuk defisit neurologis jangka
Pasien anak sangat rentan terhadap
infeksi apapun karena sistem imun anak
sedang berevolusi dan mengalami maturasi.
Pasien anak sering mengalami infeksi
saluran napas atas sebanyak 6 hingga 8
episode per tahun, sementara pasien dewasa
umumnya hanya mengalami 1 hingga 3
episode per tahun. Konversi AVRS menjadi
ABRS adalah sebesar 0.5 hingga 2%, dan
anak-anak secara statistik terproyeksi
mengalami lebih banyak ABRS
dibandingkan pasien dewasa. Suatu
penelitian retrospektif skala besar yang
mengkaji pasien anak yang dirawat di rumah
sakit akibat kegagalan terapi ABRS berhasil
mengidentifikasi kelompok usia yang paling
sering mengalami kegagalan terapi adalah
antara usia 3 hingga 6 tahun. Hal ini
mungkin dapat dijelaskan karena usia itulah
anak pertama kali masuk ke lingkungan
penitipan anak, pre-school, dan TK,
sehingga terjadi paparan pertama terhadap
patogen yang dapat menyebabkan
rinosinusitis akut.
Pola komplikasi ABRS pada pasien Rinosinusitis merupakan penyakit
anak dapat dijelaskan dengan adanya yang sering dijumpai dan memiliki
perkembangan sinus dan juga maturasi sinus beban ekonomi yang besar di
pada masa kanak-kanak. Sinus maksila dan Amerika Serikat
labirin etmoid sudah ada pada saat lahir. Penyebab infeksi rinosinusitis akut
Karena komplikasi orbital dari sinusitis yang paling sering adalah virus.
sering diasosiasikan dengan terjadinya Kurang dari 5% infeksi oleh virus
sinusitis etmoid, anak-anak usia dini dapat berkembang menjadi ABRS.
sangatlah rentan untuk terjadi ekstensi Ketika ABRS terjadi, bakteri
orbital. Sinus sfenoid mulai mengalami patogenik yang sering menginfeksi
pneumatisasi pada usia 5 tahun, sementara adalah S. pneumoniae, M.
sinus frontal belum muncul hingga usia 7 catarrhalis, serta H. infiuenzae.
atau 8. Pada 5 tahun (atau lebih) kemudian, 3 gejala kardinal dari ABRS adalah
terjadi pneumatisasi dan mataurasi dari sinus discharge nasal purulen, obstruksi
frontal, dan pada usia itu pulalah terjadi nasal, dan/atau nyeri, tekanan, atau
komplikasi intrakranial, terutama yang rasa penuh pada wajah. Diagnosis
berhubungan dengan sinus frontal akan ABRS ditegakkan ketika ketiga
sering ditemukan pada usia pra-remaja dan gejala kardinal tersebut terjadi
usia remaja. selama 10 hari atau lebih setelah
awitan gejala gangguan saluran
napas atas, atau jika terjadi
Simpulan perburukan gejala sebanyak 2x
Meskipun ahli otolaringologi tidak (double-worsening) dalam 10 hari
sering menangani kasus AVRS dan ABRS sejak awitan.
tanpa komplikasi, namun perjalanan Endoskopi sinonasal diindikasikan
penyakitnya harus tetap diketahui. pada pasien ABRS simtomatik yang
Rinosinusitis akut bersifaat sering diterapi secara empiris namun tidak
ditemukan dan memiliki dampak ekonomi ada perbaikan, pada pasien yang
yang besar. Kepatuhan pada pedoman dalam dicurigai mengalami komplikasi,
menentukan rencana terapi dan evaluasi atau pada pasien imunokompromis
follow-up pasien rinosinusitis akut dan berisiko terjadi komplikasi.
diharapkan akan membantu meminimalisasi Pencitraan menggunakan CT pada
beban ekonomi dan beban kualitas sinus direkomendasikan jika
kehidupan terkait dengan penyakit ini, serta dicurigai adanya komplikasi ABRS
diharapkan dapat menghindari terjadinya atau jika dipertimbangkan ada
resistensi multi-obat ataupun bakteri dengan diagnosis alternatif. CT juga dapat
tingkat virulensi yang semakin tinggi. dilakukan ketika pasien memiliki
Pengetahuan terkait diagnosis dan komorbiditas yang menyebabkan
manajemen dari komplikasi ABRS yang predisposisi terjadinya komplikasi.
mengancam jiwa sangat diperlukan oleh ahli MRI merupakan modalitas
otolaringologi karena tentu saja akan pencitraan baku emas untuk
dilibatkan pada saat terjadi komplikasi. mendiagnosis ekstensi intrakranial
dari sinusitis.
Rekomendasi manajemen untuk
Highlight AVRS adalah analgesik dan
antipiretik, irigasi salin, serta
dekongestan topikal selama < 3 hari. terjadinya rinosinusitis kronis. Faktor
Kortikosteroid topikal dapat risiko terjadinya sekuele ABRS
digunakan sebagai tambahan dari adalah jenis kelamin laki-laki, usia
mukolitik atau antihistamin generasi 10 hingga 29 tahun, serta penyakit
ke-2 jika memang ada indikasi muncul pada bulan-bulan musim
secara klinis. dingin.
Antibiotik lini pertama untuk ABRS Komplikasi ABRS yang paling
adalah amoksisilin. Untuk pasien umum pada semua kelompok usia
dengan alergi penisilin, alternatif lini adalah ekstensi orbital, yang meliputi
pertama adalah trimetoprim- spektrum penyakit berupa selulitis
sulfametoksazol ataupun makrolid. preseptal hingga abses orbital.
Pasien yang mengkonsumsi Terdapat risiko kebutaan jika terjadi
antibiotik dalam 4 hingga 6 minggu ekstensi infeksi ke mata.
sebelumnya atau pasien yang Komplikasi intrakranial meliputi
memiliki anak yang dititipikan di meningitis, abses ekstradural, abses
penitipan anak memiliki risiko lebih subdural, abses intraparenkimal,
tinggi untuk terjadinya infeksi oleh trombosis kavernosus dan sinus
bakteri resisten, dan oleh karena itu sagital superior. Kejadian-kejadian
harus diberikan amoksisilin dosis ini memiliki risiko tinggi karena
tinggi, amoksisilin-klavulanat dosis memiliki angka morbiditas dan
tinggi, atau fluorokuinolon. mortalitas yang cukup tinggi dan
Hasil klinis yang mungkin terjadi memerlukan pendekatan agresif dan
pada ABRS adalah resolusi, multidisipliner.
terjadinya komplikasi, atau