Anda di halaman 1dari 37

PRESBIKUSIS

Dr. dr. Riskiana Djamin, Sp.T.H.T.K.L (K)


• CASE 1
Male, 65 years came to the clinic with chief complaint of
hearing loss in both of ears since 3 months ago,
accompanied by tinitus. No history of Hypertensi and
Diabetes Mellitus.
Physical examinations:
• General conditions: Good, not anemic. Height: 150 cm, Weight: 60 kg.
• Vital signs are within normal limit.
• Inspection : Auricel normal
• Palpation : No edema and no tenderness of tragus and retroauricel
• Otoskopi : Whitin normal limit
• Faringoscopy : Within normal limits
• Anterior Rhinoscopy: Nasal cavity, nasal septum and nasal turbinate normal
• Garputala examination
Rinne : right / left = positive/positive
Weber : no lateralitation
Swabach : right / left = shorted / shorted
Pure Tone Audiometri

Diagnosis : Presbikusis
BASED ON THE ABOVE CASE, EACH STUDENTS ARE
ASSIGNED TO :

• MAKE A MIND MAP OF PRESBICUSIS:


• ETIOLOGY OF PRESBICUSIS
• SIMPTOMS AND SIGN PRESBICUSIS
• SIMPOMS AND SIGN HEARING LOSS
• PATOPHYSIOLOGY OF PRESBICUSIS
• MANAGEMENT AND TREATMENT PRESBICUSIS
• PROGNOSIS PRESBICUSIS
• CATEGORY OF PRESBICUSIS
• DIFFERENTIAL DIAGNOSIS OF PRESBICUSIS
• PRESENT AND DISCUSS IN CLASS
MIND MAP
LATAR BELAKANG
• Presbiakusis adalah tuli sensorineural bilateral pada
frekuensi tinggi yang disebabkan oleh proses
degenerative. Umumnya terjadi mulai usia 65 tahun.
Presbiakusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau
lebih. (Soepardi: 2007)
• Presbikusis terjadi secara bertahap seiring dengan
bertambah tuanya umur setiap individu. Sering dikaitkan
dengan ketulian pada nada-nada tinggi atau frekuensi
tinggi, meskipun pada akhirnya juga akan mempengaruhi
nada ataupun frekuensi yang rendah.(Kopper: 2009,
Hain: 2010)
ANATOMI TELINGA DALAM
• Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai
labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu
labirin membran yang terisi endolimfe. Labirin membran dikelilingi oleh
cairan perilimfe yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. Labirin
tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan koklear. Bagian
vestibularis (pars superior) berhubungan dengan keseimbangan,
sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran
kita

• Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah
putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas
saraf dan suplai arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan
menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk
mencapai sel-sel sensorik organ corti. Organ corti terdiri dari satu baris
sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Bagian
vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan kanalis
semisirkularis.)

ANATOMI TELINGA DALAM


ETIOLOGI
• Kondisi Lokal
Kerusakan yang terjadi pada organ-organ pendengaran itu
sendiri, utamanya terjadi pada telinga dalam ataupun nervus
auditivus. Degenerasi dikaitkan dengan efek paparan suara
maupun penggunaan obat-obat yang ototoksik
• Kondisi Sistemik
Dikaitkan erat dengan beberapa penyakit yang dapat
mengakibatkan gangguan peredaran darah ke telinga, yakni :
hipertensi, aterosklerosis, hiperlipidemia, metabolic bone
disease, diabetes militus, hipotiroid dan penyakit alzheimer’s
Patofisiologi
Sistem pendengaran manusia menghantarkan dan mengubah gelombang suara
menjadi sinyal elektrofisiologis yang nantinya dilokalisasi dan dinterpretasikan
oleh otak. Degenerasi akibat penuaan, dapat mempengaruhi seluruh jalur
tersebut. Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan
NVIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-
sel rambut penunjang pada organ corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan
vaskular juga terjadi pada strain vaskularis.

Kerusakan yang terjadi pada koklea, akan berpengaruh sangat signifikan


terhadap penurunan maupun hilangnya pendengaran. Seiring dengan
bertambahnya usia, terjadi pengecilan pada ukuran serabut saraf disertai
dengan perubahan kimiawi pada serabut saraf. Hal tersebut mengakibatkan
jumlah dari neuron yang fungsional pada nucleus koklearis serta pusat
pendengaran di otak menjadi berkurang.
Patofisiologi
Beberapa penyakit vaskular yang menyertai penuaan, dapat
mempengaruhi jalur-jalur pendengaran. Hal ini mengakibatkan
gangguan pendengaran pula, tetapi dampaknya tidak sebesar
dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan pada koklea.

Penuaan juga dapat mepengaruhi perangkat konduktif dari system


pendengaran. Penyebabnya adalah kerusakan pada kartilago di
kanalis auditorik eksternus maupun kekakuan pada membrane
timpani. Namun, perubahan ini tidak berpengaruh cukup signifikan
pada tuli akibat penuaan.
Ambang batas pendengaran Derajat Kemampuan Memahami
pada telinga normal Kerusakan Percakapan
0-25 dB Tidak Signifikan Tidak ada kesulitan dalam
mendengar bisikan.

26-40 dB Ringan Kesulitan dalam mendengar


bisikan.

41-55 dB Sedang Kesulitan dalam mendengarkan


percakapan normal.
56-70 dB Sedang Berat Kesulitan mendengar, walaupun
dengan suara yang keras.
71-91 dB Berat Hanya mampu memahami
teriakan.
Above 91 dB Profunda Kadang-kadang tidak mampu
memahami percakapan walaupun
telah mendengarkan teriakan.
KLASIFIKASI
1. Presbiakusis tipe sensoris
Pada keadaan ini penurunan pendengara terjadi awalnya di frekuensi tinggi dan
bersifat bilateral simetris sehingga frekuensi percakapan tidak terganggu,
kemudian ambang dengar menurun secara kontinyu dan akhirnya mengenai
frekuensi rendah sehingga mengakibatkan kesulitan komunikasi. Secara
histologist ditemukan degenerasi/ atrofi organ korti pada daerah basiler
kemudian berjalan progresif kearah apical.

Gambar 2. Audiogram Presbiakusis Tipe Sensorik


2. Presbiakusis tipe neural
Keluhan utama tipe ini adalah sulit mengartikan/mengikuti pembicaraan.
Pada audiometri tampak penurunan pendengaran sedang yang hampir
sama untuk seluruh frekuensi. Berkurangnya skor diskriminasi bicara
dengan ambang dengar nada murni yang stabil disebut phonemic
regression. Secara histologist tampak atrofi sel ganglion spiralis dan
organ korti, kehilangan neuron tampak pada seluruh koklea terutama
daerah basilar tetapi sangat sedikit, sehingga tidak terlihat adanya
penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi.

Gambar 3. Audiogram Presbiakusis Tipe Neural


3. Presbiakusis tipe strial
Pada audiometric tampak penurunan pendengaran dengan gambaran
flat pada seluruh frekuensi karena melibatkan seluruh daerah koklea
dan diskriminasi bicara dipertahankan dengan baik. Secara
histologist pada koklea terlihat atrofi di daerah stria vaskularis.
Proses ini berjalan sangat lambat dan diturunkan secara genetic.

Gambar 4. Audiogram Presbiakusis Tipe Strial


4. Presbiakusis tipe konduksi koklear/mekanikal
Pada tipe ini terjadi penebalan dan pengerasan membrane basalis koklea
sehingga terjadi penurunan mobilitas yang menyebabkan gambaran
penurunan pendengaran dengan pola menurun pada frekuensi tinggi
secara lurus pada pemeriksaan audiometric disertai penurunan skor
diskriminasi bicara. Secara histologist tampak hialinisasi dan kalsifikasi
membrane basalis, degenerasi kistik elemen strial, atrofi ligament
spiralis, pengurangan selularitas ligament secara progresif.

Gambar 5. Audiogram Presbiakusis Tipe Mekanik


GAMBARAN KLINIS
• Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga.
• Pertama-tama terjadi sedikit demi sedikit kekurangan pendengaran pada
frekuensi tinggi, dan kemudian diikuti oleh tidak bisa mendengar dengan
jelas akibat sukarnya menangkap huruf konsonan yang bersuara
mendesis (S, SH, Z, C dan T).
• Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi).
• Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan
latar belakang yang ramai (cocktail party deafness).
• Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini
disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Telinga (Otoskopi)
3. Tes Pendengaran : Tes penala, PTA, Audiometri bicara
DIGNOSIS BANDING
1. Tuli persepsi pada otosklerosis stadium lanjut
Penyakit ini merupakan kelainan tulang yang kebetulan pada "foot
plate" dari tulang pendengaran stapes.
2. Penyakit Meniere
Penyakit yang ditandai dengan vertigo, tinitus dan gejala- gejala
sistem saraf otonom seperti muntah-muntah, keringat dingin, muka
pucat sampai dengan diare
3. Trauma akustik
Ketulian sebab kebisingan atau suara-suara keras.
4. Ototoksik
Ketulian yang disebabkan oleh obat-obat ototoksik.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Vasodilator
2. Obat lipoproteinolitik
3. Hormon, Pernah dicoba dengan hormon hipofise secara intravena.
Mungkin tinitusnya berkurang atau pendengaran subjektif sedikit
membaik, tapi secara objektif masih diragukan.
4. Vitamin , Vitamin B kompleks memberikan 43,5% kemajuan dalam
pendengaran. Vitamin A banyak dicoba dengan hasil yang lebih
memuaskan.
Rehabilitasi
Menggunakan Alat Bantu Dengar

Operatif
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah implantasi koklea
Prognosis
Ada dua bentuk presbiakusis yang berbeda dalam
prognosisnya.
1. Slowly increasing deafness.
Ini yang lebih sering, jarang sampai terjadi tuli total atau
tuli yang berat.
2. Apoplectiform increase.
Ketulian sangat mendadak dan sangat berat. Sebabnya
diperkirakan perdarahan atau thrombosis.
Serumen Obturans
CASE 2
A Boy, C, 12 years came to the clinic with chief complaint
of hearing disturbance in both of ears since 2 days ago after
swimming, accompanied by tinitus in both of ears. No
History of othorre.
Physical examinations:
General conditions: Good, not anemic. Height: 140 cm, Weight: 40 kg.
Vital signs are within normal limit.
• Inspection : Auricel normal
• Palpation : No edema and no tenderness of tragus and retroauricel
• Otoskopi : visible ear wax in both of ears.
Faringoscopy : Within normal limits
Anterior Rhinoscopy : Nasal cavity, nasal septum and nasal turbinate
normal

Diagnosis : Serumen obturans right and left


Therapy : Extraction ear wax
EACH STUDENTS ARE ASSIGNED TO :

• MAKE A MIND MAP OF SERUMEN OBTURANS:


• SYMPTOMS AND SIGNS OF HEARING
DISTURBANCE
• EXPLAIN THE ETIOLOGY AND
PATOFISIOLOGY OF SERUMEN OBTURANS.
• EXPLAIN THE TREATMENT, AND PROGNOSIS.
• PRESENT AND DISCUSS IN CLASS
Mind Map
Latar belakang
• Gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyebab, salah satunya yang paling sering adalah serumen
obturan. Serumen obturans merupakan salah satu kelainan telinga,
dimana pada liang telinga terdapat sumbatan oleh serumen.
• Sumbatan yang disebabkan oleh serumen obturans dapat
menyebabkan gangguan pendengaran.
• Penelitian mengenai insidensi serumen obturans di Indonesia belum
begitu banyak, mungkin hal ini disebabkan karena serumen obturans
ini dianggap bukan suatu permasalahan yang terlalu serius.
Anatomi telinga Luar
Etiologi
• Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen
untuk melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan
partikel asing yang dapat menyebabkan kerusakan pada
telinga.
• Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan keluar dari telinga
atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga.
• Jumlah serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap
orang.
• Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran
telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa
memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat
membersihkan telinga.
Patofisiologi
Sebagian orang menghasilkan amat banyak serumen, serumen dapat
mengeras dan membentuk sumbatan yang padat. Telinga akan terasa
tersumbat atau tertekan.

Bila suatu sumbatan serumen yang padat menjadi lembab ,misalnya


setelah mandi ,maka sumbatan tersebut dapat mengembang dan
menyebabkan gangguan pendengaran sementara.
Patofisiologi
Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan
terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi
impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan
atau kehilangan pendengaran

Pada proses mendengar, ada proses dimana suara tersebut dihantarkan


lewat udara dan lewat tulang-tulang pendengaran,dan melalui saraf
rangsang suara ini dihantarkan ke otak. Pada kasus serumen obturans
terjadi hambatan pada hantaran suara (conductive hearing loss), yang
berakibat pada berkurangnya pendengaran.
Gejala klinis
• Serumen yang sudah menyumbat rapat atau serumen
obturans dapat memperlihatkan gejala klinik berupa
gangguan pendengaran, rasa nyeri bila serumen keras
menekan dinding liang telinga, telinga berdengung
(tinitus) dan pusing (vertigo) bila serumen menekan
membran timpani.
• Gangguan pendengaran pada seorang anak tentunya akan
menunjukkan 3 hal penting, yaitu kelainan
perkembangan, menurunnya hasil belajar, dan kesulitan
dalam penyesuaian pergaulan
Penatalaksanaan
• Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas
yang dililitkan oleh aplikator pelilit)
• Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan
dengan alat pengait.
• Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga
mendekati mebran timpani, dapat dikeluarkan dengan
mengirigasi liang telinga (spooling).
• Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan
terlebih dahulu dengan karbol gliserin 10 %, 3 kali 3 tetes
sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu
dibersihkan dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).
Teknik irigasi
• Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa
hal yang harus diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum
melakukan tindakan tersebut, antara lain :
• Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture
gendang telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat
trauma gendang telinga.
• Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).
Komplikasi Irigasi
• Penyumbatan liang telinga
• Otitis eksterna
• Perikondritis (inf tl.rawan : kartilago)
• Trauma gendang telinga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai