Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN/WRAP UP

BLOK MEKANISME PENYAKIT II

“Demam”

KELOMPOK : B10
ANGGOTA :
1. ABIE KANZY (1102018281)
2. JIHAN FAADHILAH (1102018273)
3. M. BAGUS PRASETYO (1102018274)
4. FARZA IZATY (1102018275)
5. MUHAMMAD RAZIF AKBAR (1102018276)
6. SINTIA PRAMUDIA WARDANI (1102018277)
7. BIANCA NAILA NAJAH (1102018278)
8. TAUFAN PUTRA WIDODO (1102018279)
9. MUHAMMAD PANDU GIRI PRABOWO (1102018280)
10. WINITA (1102018341)

UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018

i
DAFTAR ISI
Skenario…………………………………………………………………………….... 1
Kata sulit.......……………………………………………………………………….... 1
Pertanyaan...………………………………………………………………………...... 1
Jawaban……………………………………………………………………………..... 2
Hipotesis........................................................................................................................ 5
Sasaran belajar…………………………………………………………………..…..... 6
Daftar pustaka……………………………………………………………………........ 19

ii
I. SKENARIO II
Demam

Seorang anak laki-laki, 12 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan 1 hari
demam. Demam sepanjang hari dan nafsu makan menurun. Buang air kecil dan besar tidak
ada keluhan. Pemeriksaan fisik diperoleh hasil nadi 96 kali per menit, suhu 39 °C, frekuensi
pernapasan 20 kali per menit, thorak dan abdomen tidak ada kelainan, serta tidak terdapat
tanda-tanda perdarahan pada kulit. Dokter memberikan obat penurun panas dan menyarankan
bila demam tidak sembuh dalam 3 hari, pasien diminta datang kembali untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Ibu pasien bertanya ke dokter, apakah pasien boleh berwudlu
karena sedang panas tinggi.
BRAINSTORMING
KATA SULIT
1. Demam : Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
(temperature rektal > 38 °C ) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus, peningkatan suhu ini akan berdampak buruk bagi
anak bahkan bisa mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran.
2. Berwudhu : Bentuk peribadatan kepada Allah Swt dengan mencuci
anggota tubuh tertentu dengan cara yang khusus.
3. Puskesmas : menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1991, Puskesmas
merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesahatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4. Obat penurun panas : Obat yang dapat menurunkan suhu tubuh agar lebih
normal
5. Denyut Nadi : Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada
arteri bila darah di pompa keluar jantung
6. Thorax : Bagian tubuh Antara leher dan diafragma yang dihubungkan oleh
iga
7. Abdomen : Rongga perut
8. Perdarahan : Keluarnya darah dari pembuluh darah yang terluka
9. Frekuensi Pernapasan : Intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara
per menit dari dalam ke luar tubuh atau sebaliknya.
PERTANYAAN
1. Apa penyebab demam?
2. Apa saja tipe-tipe demam?
3. Bagaimana mekanisme terjadi demam ?

1
4. Mengapa jika demam > 3 hari dilakukan pemeriksaan lab ?
5. Pemeriksaan apa saja untuk mengetahui terjadinya demam?
6. Bagaimana cara tubuh memproduksi panas?
7. Penatalaksanaan demam ?
8. Mengapa saat demam nafsu makan turun ?
9. Jenis vector yang menyebabkan demam ?
10. Cara bersuci apa jika pasien tidak boleh berwudhu ?
11. Mengapa demam bisa terjadi sepanjang hari
12. Bagaimana pola demam yang dapat menegakkan diagnosis ?
13. Klasifikasi demam berdasarkan suhu tubuh?
14. Berapa frekuensi suhu normal tubuh dan frekuensi suhu ditetapkannya
demam?
15. Obat yang pertama kali dikonsumsi saat demam?
16. Bagaimana mekanisme antiparetic?
17. Gejala atau tanda-tanda demam?
18. Apakah pasien boleh berwudhu pada saat demam?

JAWABAN
1. Penyebab demam :
1) Demam infeksi : Terjadi karena virus dan bacteri
2) Demam non – infeksi : Terjadi karena adanya tumor,kanker,dan
autoimun
3) Fisiologis tubuh : Terjadi karena cairan tubuh menurun dan suhu udara
panas
2. Tipe-tipe demam :
 Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali
normal saat pagi hari
 Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
 Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
 Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
 Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
3. Mekanisme Terjadi demam :
 Pirogen terbagi menjadi 2 : Eksogen dan endogen keduanya
merangsang hipotalamu menghasilkan prostaglandin sehingga
hipotalamu menaikkan set point suhu tubuh
4. Mengapa demam > 3 hari dilakukak pemeriksaan lab :
 Untuk Menunjang diagnosis Klinik
 Menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis
5. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya demam :
1) Pemeriksaaan Hematologi

2
 Hb
 LED
 Leukosit
 DIT
 Trombosit
2) Pmeriksaan Urine lengkap
 Pemeriksaan Malaria
 Pemeriksaan SGOT & SGPT
 Pemeriksaan Widal
 Pemeriksaan Tubex TF
 Pemeriksaan Salmonella Paru
 Rontgen paru
6. Bagaimana cara tubuh memproduksi panas:
 Metabolisme
7. Penatalaksanaan demam :
1. Kompres dengan air hangat agar pembuluh darah bervasodilatasi
sehingga panas akan keluar dari tubuh
2. Minum air putih yang banyak
3. Menjaga suhu ruangan
8. Mengapa saat demam nafsu makan turun :
1. Suhu tubuh memengaruhi nafsu makan
2. Denaturasi enzim
3. Kekurangan energy
4. Saat demam memengaruhi rongga mulut
9. Jenis vector yang menyebabkan demam :
 Nyamuk
 Cacing
 Lalat
10. Cara bersuci apa jika pasien tidakboleh berwudhu :
 Tyammum
 Ditayammumkan
 Diwudhukan
 Diusap air
11. Mengapa demam bisa terjadi sepanjang hari :
 Tergantung jenis infeksi/pathogen yang menyebabkan demam
12. Bagaimana pola demam yang dapat menegakkan diagnosis :
13. Klasifikasi demam berdasarkan suhu tubuh :
1. Normal : 35,8°C-37,1°C
2. Demam : 37,2°C-38°C

3
3. Hiperpireksia : >40°C
4. Normal pada rektal : 26,6°C-38°C
5. Normal Membran Timpani : 35,8°C-38°C
6. Normal Oral : 35,5°C-37,5°C
7. Aksila : 34,7°C-37,3°C
14. Berapa frekuensi suhu normal tubuh dan frekuensi suhu ditetapkannya
demam?
1. Normal : 35,8°C-37,1°C
2. Demam : 37,2°C-38°C
3. Hiperpireksia : >40°C
4. Normal pada rektal : 26,6°C-38°C
5. Normal Membran Timpani : 35,8°C-38°C
6. Normal Oral : 35,5°C-37,5°C
7. Aksila : 34,7°C-37,3°C
15. Obat yang pertama kali dikonsumsi saat demam:
1. Paracetamol
2. Aspirin
3. Ibu profen
16. Bagaimana mekanisme antiparetic:
 Menurunkan pusat pengatur suhu pada hipotalamus secara difusi ke
susunan plasma pusat,keadaan ini tercapai dengan menghambat siklo
oksigenase;enzim yang berperan pada sintesis prostaglandin.
17. Gejala atau tanda-tanda demam:
 Menggigil
 Dingin
 Panas
 Sakit kepala
 Dehidrasi
 Berkeringat
18. Apakah pasien boleh berwudhu pada saat demam:
 Boleh ,Karena masih menyanggupi dalam bersuci atau tidak
berdampak pada kesehatan.
 Tidak boleh jika membuat penyakit semakin parah

4
II. HIPOTESIS
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal (temperature rektal
> 38 °C ) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus,
peningkatan suhu ini akan berdampak buruk bagi anak bahkan bisa
mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran yang disebabkan oleh Demam
infeksi : Terjadi karena virus dan bacteri,Demam non – infeksi : Terjadi karena
adanya tumor,kanker,dan autoimun,dan Fisiologis tubuh : Terjadi karena cairan
tubuh menurun dan suhu udara panas,dengan cara Pirogen terbagi menjadi 2 :
Eksogen dan endogen keduanya merangsang hipotalamu menghasilkan
prostaglandin sehingga hipotalamu menaikkan set point suhu tubuh,ditandai
dengan Menggigil,Dingin ,Panas ,Sakit kepala ,Dehidrasi ,dan Berkeringat.Tipe-
tipe nya
 Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali
normal saat pagi hari
 Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
 Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
 Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
 Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
Untuk menegetahui penyebab demam dilakukan Pemeriksaan untuk mengetahui
adanya demam :
1) Pemeriksaaan Hematologi
 Hb
 LED
 Leukosit
 DIT
 Trombosit
2) Pmeriksaan Urine lengkap
 Pemeriksaan Malaria
 Pemeriksaan SGOT & SGPT
 Pemeriksaan Widal
 Pemeriksaan Tubex TF
 Pemeriksaan Salmonella Paru
 Rontgen paru

5
dan dapat ditanggulangi dengan Kompres air hangat agar pembuluh darah
bervasodilatasi sehingga panas akan keluar dari tubuh,Minum air putih yang
banyak,dan
Menjaga suhu ruangan.Pandangan islam terhadap bersuci saat demam Boleh
,Karena
masih menyanggupi dalam bersuci atau tidak berdampak pada kesehatan tetapi
Tidak boleh jika membuat penyakit semakin parah.

III. SASARAN BELAJAR


LO 1. Memahami dan Menjelaskan demam
1.1 Definisi Demam
1.2 Etiologi Demam
1.3 Patofisiologi Demam
1.4 Klasifikasi Demam
1.5 Manifestasi Klinis Demam
1.6 Diagnosis Penegakkan Demam
1.7 Penatalaksanaan Demam

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan islam bersuci saat sakit

LO 1. Memahami dan Menjelaskan demam


1.1 Definisi Demam
Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal hal ini dapat
disebabkan oleh stres fisiologik seperti pada ovulasi sekresi hormon tiroid
berlebihan atau olahraga berat oleh lesi sistem saraf pusat atau infeksi
mikroorganisme atau oleh sejumlah proses non infeksi, misalnya radang
atau pelepasan bahan tertentu (Dorland, 2012). Adapun menurut Guyton
dan Hall (2014) demam yang berarti suhu tubuh diatas batas normal dapat
disebabkan oleh kelainan didalam otak atau oleh bahan-bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu yang meliputi penyakit yang disebabkan oleh
bakeri, tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan
heatstroke.S h e r w o o d   ( 2 0 1 4 )   m e n y a t a k a n   b a h w a   d e m a m   m e r u p a
k a n  peningkatan suhu tubuh akibat infeksi dan peradangan. Sebagai respon terhadap
masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu
bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningktkan patokan thermostat
sehingga hypothalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang
baru dan tidak mempertahankanny di suhu normal. Demam adalah
peningkatan temperatur tubuh diatas normal (37⁰C)
(Newman,2012).D e m a m   a d a l a h   p e n i n g g i a n   s u h u   d a r i    a r i a s i   s u h u   n o

6
r m a l sehari hari yang berhubungan dengan peningkatan
titik patokan suhudi hypothalamus (Dinarello and Gelfand,2003).
1.2 Etiologi Demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Demam akibat infeksi, dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau
parasit.
1.1 Infeksi bakteri pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain
pneumonia, bronkitis, appendisitis, osteomyelitis, viral pneumonia, DBD,
Chikungunya, H1N1.
1.2 Infeksi jamur seperti coccidioides imitis, criptoccosis, dll.
1.3 Infeksi parasit seperti malaria, toksoplasmolisis, dan helmintiasis.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag atau
PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus.
Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasan, penyakit
kolagen, penyakit metabolic, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat
lain.

2. Demam akibat non-infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:


2.1 Tumbuh gigi
2.2 Gangguan hormone
2.3 Penyakit autoimun (arthritis, lupus)
2.4 Pemakaian obat-obatan (antibiotik)
2.5 Efek samping imunisasi
2.6 Gangguan sistem saraf pusat

1.3 Patofisiologi Demam


1.3 Patofisiologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang
hari, 0,5 0C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 0 C diatas normal pada malam hari.Suhu
tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan
normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 37 Celcius, setelah
informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point.

7
Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah
dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan
vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetapdi
pertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan
panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh
maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi
keringat.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri
menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk membuat
pyrogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor. Pirogen
endogen bekerjadi hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk
protaglandin selanjutnya prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu
pelepasan pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut
memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat
yang mengancam jiwa.
Pirogen dibagi menjadi 2, yaitu:
 pirogen endogen → IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN
 pirogen eksogen → toksin mikroorganisme

MEKANISME :

pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun

Stimulasi limfosit, monosit, neutrofil

Mengeluarkan pirogen endogen

Merangsang endotelium hipotalamus untuk mengeluarkan prostaglandin

meningkatkan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus

Hipotalamus akan menganggap suhu yg skrg lebih rendah dr pada patokan di
termostat

Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas, dan penurunan pengeluaran panas
(vasokonstriksi)

Suhu naik ke patokan yg baru

8

Demam

1.4 Klasifikasi Demam


1. Berdasarkan lama demam pada anak
1) Demam < 7 hari
Dengan tanda local yang jelas,diagnosis etiologic dapat ditegakkan secara
amnestik,pemeriksaan fisik,dan dengan atau tanpa laboratorium
2) Demam > 7 hari
Tanpa tanda local yang jelas,diagnosis etiologic tidak dapat ditegakka dengan
anamnesis,pemeriksaan fisis,namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium.
3) Demam yang tidak diketahui sebab nya
2. Berdasarkan Pola demam
1) Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali normal saat
pagi hari
2) Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
3) Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
4) Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
5) Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
6) Demam Undulan : Menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan
menetap hingga selama beberapa hari kemudian secara perlahan turun
menjadi normal.
7) Demam lama : Satu penyakit dengan lama demam melebhi yang diharapkan
untuk penyakitnya
8) Demam rekuren : Demam yang timbul kembali dengan interval irregular
pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama/system organ multiple
9) Demam bifasik : Demam yang menunjukka suatu penyakit dengan 2 episode
demam yang berbeda
10) Demam periodic : Demam yang ditandai oleh episode demam berulang
dengan interval regular/irregular.

1.5 Manifestasi Klinis Demam


Demam dapat diakibatkan oleh beberapa penyebab. Setiap penyebab demam memilik
manifestasi klinis yang berbeda pula sebagai berikut.
1.5.1 Demam Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara yang paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang
disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS). Manifestasi klinis mulai dari
infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan

9
demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109 /L dan
kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.2 Tiga tahap
presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan.
Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis,
dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah.4
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan tanda terdapat
demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif) dan derajat II yaitu
derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III
yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi.
1.5.2 Malaria
Sindrom klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung apakah pasien
tinggal di daerah dengan penularan malaria endemis yang stabil (terus menerus) atau
penularan stabil (kadang-kadang dan/atau jarang). Di daerah dengan penularan stabil,
penyakit mempengaruhi anak dan orang dewasa dengan cara yang berbeda. Anak
mengalami infeksi kronis dengan parasitemia berulang yang mengakibatkan anemia berat
dan sering kematian yang tahan hidup infeksi berulang ini dapat sebagian kekebalan pada
usia lima tahun dan kekebalan ini tetap tertahan pada masa dewasa. Orang dewasa
mengalami infeksi tanpa gejala
Gejala malaria terjadi dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(disebut peroksisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali
dari demam (di sebut periode laten). Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada
penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah,
mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual di ulu hati, atau muntah
(semua gejala awal disebut gejala prodolmal). Beberapa pasien kadang mengeluh nyeri
dada, batuk, nteri perut, nyeri sendi dan diare. Sakit biasanya berkembang menjadi panas
dingin berat dihubungkan dengan panas hebat disertai takikardi, mual, pusing, orthostatis
dan lemas berat. Dalam beberapa jam mereda, pasien berkeringat dan sangat lelah. Pada
anak-anak, bahkan pada anak-anak non imun sekalipun, gejala malaria tidaklah “klasik”
seperti yang ditemukan pada orang dewasa. Pada penderita anak, kenaikan panas badan
cendrung lebih tinggi sering disertai dengan muntahmuntah dan berkeringat. Anak-anak
yang lebih besar yang mempunyai lebih sedikit kekebalan kadang-kadang juga dapat
menderita demam, nyeri sendi, sakit kepala.oleh karena itu, gejala malaria pada anak bisa
menyerupai penyakit lain yang bisa menyebabkan demam. Begitu pula anemia yang
cendrung menjadi berat pada penderita anak. Malaria vivax yang biasanya memberi
gejala yang ringan, pada penderitanya anak sering menimbulkan gejala yang lebih berat.
Namun bisanya, malaria falciparum lah yang menyebabkan keadaan darurat pada
penderita anak.
1. Stadium frigoris (mengigil) stadium ini mulai dengan menggil dan perasaan
sangat dingin. Nadi penderita sangat cepat, tetapi lemah. Bibir dan jarijari

10
pucat kebiruan (sianotik). Kulitnyakering dan pucat, penderita mungkin dan
pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15
menit - 1 jam. 2.
2. Stadium akme (puncak demam) setelah menggigil/merasa dingin, pada
stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi
merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala bertambah keras, dan sering disertai rasa mual atau muntah-muntah.
Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa santan haus
dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 C. stadium ini berlangsung selama
2-4 jam. 3. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun) Pada stadium ini
penderita
3. berkeringat banyak sekali, sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu
badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah
normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa
lemah, tetapi tanpa gejala lain. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam.9
Gangguan fungsi ginjal ditunjukkan denagan oliguria, dan anuria dapat
terjadi. Sindrom nefrotik, berkaitan dengan plasmodium malariae apada anak
yang tinggal di daerah endemik malaria, prognosisnya jelek. Black water
fever, sekarang jarang ditemukan, dihibungkan dengan plasmodium
falciparum; hemoglobinuria akibat hemolisis intravascular berat dan
mendadak, dapat menyebabkan anuria dan kematian karena anemia.5
Hipoglikemi dapat dihubungkan dengan malaria falciparum. Pada infeksi
berat, dapat terjadi asidosis laktat, dengan gambaran konvulsi dan gangguan
kesadaran.5
4. Manifestasi Klinis Malaria Berat Malaria berat yaitu ditemukan plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manisfestasi klinis
dibawah ini (WHO,1997) :
1. Malaria dengan gangguan kesadaran (apatis, delirium, stupor dan koma) atau
GCS (Glasgow Coma Scale) < 5 untuk anak-anak. Gangguan kesadaran menetap >30
menit atau menetap setelah panas turun.
2. Malaria degan ikterus (bilirubin serum >3 mg %).
3. Malaria denagn gangguan fungsi ginjal (uliguria 3 mg%)
4. Malaria denagan anemia berat (Hb 5%). 5. Malaria dengan edema paru (sesak
nafas, gelisah).
6. Malaria dengan hipoglikemi (gula
darah <40 mg%).
7. Malaria dengan gangguan sirkulasi
atau syok (tekanan sistolik <70 mmhg

11
pada orang dewasa atau <50 mmhg
pada anak 1-5 tahun).
8. Malaria dengan hiperparasitemia
(plasmodium >5%).
9. Malaria dengan manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan/atau tanda-tanda
disseminated intravascular coagulation /DIC).
10. Malaria dengan kejang-kejang yang berulang, lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
11. Malaria dengan asidosis (ph darah< 15 mmo/L).
12. Malaria dengan hemoglobinuria makrosokpik.
13. Malaria dengan hipertermia (suhu badan >40 C).
14. Malaria dengan kelemahan yang ekstrem prostation); penderita tidak mampu
duduk atau berjalan, tanpa adanya kelainan neurologi tertentu.
1.5.3 Demam timfoid
Manifestasi gejala klinis demam tifoid dan derajat beratnya penyakit
bervariasi pada populasi yang berbeda. Sebagian besar pasien yang dirawat di
rumah sakit (RS) dengan demam tifoid berusia 5-25 tahun. Namun, beberapa
penelitian di komunitas menunjukkan bahwa demam tifoid dapat terjadi pada 2
Pemeriksaan Diagnostik Terkini untuk Demam Tifoid usia kurang dari 5 tahun
dengan gejala non-spesifik yang secara klinis tidak tampak seperti tifoid.
1Demam tifoid merupakan penyakit demam yang sering ditemukan di
negara berkembang. Pemberian antibiotik menyebabkan perubahan gejala klinis
demam tifoid sehingga gejala demam klasik yang meningkat secara perlahan
seperti stepladder dan toksisitas jarang ditemukan.
Namun resistensi antimikroba sering menyebabkan gejala penyakit
menjadi berat dan terjadi komplikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat
beratnya penyakit dan gejala klinis infeksi, yaitu lamanya penyakit sebelum
diberikan antimikroba yang tepat, pemilihan antimikroba, umur pasien, riwayat
imunisasi, virulensi strain bakteri, jumlah kuantitas inokulum yang tertelan, dan
beberapa faktor dari status imun pejamu.
Setelah seorang terinfeksi S. typhi, periode asimtomatik berlangsung 7
sampai 14 (kisaran 3-60) hari. Awitan bakteremia ditandai gejala demam dan
malaise. Pasien pada umumnya datang ke RS menjelang akhir minggu pertama
setelah terjadi gejala demam, gejala mirip influenza, nyeri kepala, anoreksia,
nausea, nyeri perut, batuk kering dan mialgia. Lidah kotor, nyeri abdomen, diare,
hepatomegali dan splenomegali sering ditemukan. Bradikardia relatif dan
konstipasi dapat ditemukan pada demam tifoid, namun bukan gejala yang

12
konsisten ditemukan di beberapa daerah geografis lainnya. Demam akan
meningkat secara progresif dan pada minggu kedua, demam seringkali tinggi dan
menetap (39-40 derajat celsius). Beberapa rose spot, lesi makulopapular dengan
diameter sekitar 2-4 mm, dilaporkan pada 5%-30% kasus yang tampak terutama
pada abdomen dan dada.
Komplikasi terjadi pada 10%-15% kasus yang menderita penyakit lebih
dari 2 minggu. Komplikasi yang sering terjadi adalah perforasi saluran cerna
(10%) dan ensefalopati tifoid (10-40%). Oleh karena itu, pemeriksaan diagnostik
baru memegang peran penting untuk mengetahui insidens kasus demam tifoid di
suatu negara dan program jadwal imunisasi disesuaikan dengan prevalens
penyakit di negara masing-masing. Perkembangan alat uji diagnostik untuk
demam tifoid yang murah dapat dipercaya dapat memberi manfaat jangka panjang
dalam mengendalikan dan mengobati penyakit tersebut.

1.5.4 Demam infeksi saluran kemih


Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung
pada usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan
beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik
dan umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, te-
rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik
tidak berlanjut menjadi pielonefritis.
1-3

Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesik dan


dapat berupa demam, nafsu makan berkurang, cen-
geng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen,
penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.
1-3
Infeksi
saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi
dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan
demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran
kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan
demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
11
Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan,
dapat berupa gejala lokal saluran kemih berupa pola-
kisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat
juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau
demam tinggi.
8
Setelah episode pertama, ISK dapat
berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien
dengan kelainan anatomi, seperti reuks vesikoureter,

13
hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
kemih, dan lain lain.
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung
pada usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan
beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik
dan umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, te-
rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik
tidak berlanjut menjadi pielonefritis.
1-3

Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesik dan


dapat berupa demam, nafsu makan berkurang, cen-
geng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen,
penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.
1-3
Infeksi
saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi
dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan
demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran
kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan
demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
11
Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan,
dapat berupa gejala lokal saluran kemih berupa pola-
kisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat
juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau
demam tinggi.
8
Setelah episode pertama, ISK dapat
berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien
dengan kelainan anatomi, seperti reuks vesikoureter,
hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
kemih, dan lain lain.
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung pada usia, tempat
infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi
peradangan. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya
ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan. Umumnya ISK
asimtomatik tidak berlanjut menjadi pielonefritis. Pada bayi, gejala klinik ISK
juga tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan berkurang, cen-geng,
kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen, penurunan berat badan, dan gagal
tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi dan anak
berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas penyebabnya.
Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan demam
tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.Pada anak besar gejala klinik biasanya
lebih ringan, dapat berupa gejala lokal saluran kemih berupa pola-kisuria, disuria,
14
urgency, frequency, ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang,
atau demam tinggi. Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40%
pasien terutama pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti reuks vesikoureter,
hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung kemih, dan lain lain.
1.5.5 Demam Kuning ( yellow fever)
Demam kuning mempunyai berbagai tanda klinis dari ringan sampai berat.
Padamanusia, demam kuning memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Fase akut, berlangsung selama 4-5 hari, dengan manifestasi klinis:
o demam mendadak
o sakit kepala atau sakit punggung
o nyeri otot
o mual
o muntah
o mata merah ( injeksio konjungtiva)
Pada fase ini demam kuning biasanya sulit dibedakan dengan penyakitlain
dengan manifestasi klinis yang sama.
• Fase toksik (toxic phase), terjadi pada 15% kasus, yang ditunjukkan
dengan tanda dan gejala:
o Ikterus/jaundice
o Urine berwarna gelap
o Produksi Urin berkurang (oliguria)
o Perdarahan dari hidung, gusi, atau pada tinja (melena)
o Muntah darah (hematemesis)
o Cegukan
o Diare
o Denyut nadi melambat

1.6 Pemeriksaan Laboratorium Secara Umum


1.6.1 ANAMNESIS
Tujuan dilakukan anamnesis pada pasien dengan demam yaitu untuk :

1.Mengetahui apakah infeksi mempunyai lokalisasi organ atau tidak. Gejala


penyakitdemam dapat dibagi menjadi
a.Konstitusi gejala yang terdiri dari kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu
makan,mual,sakit kepala, dll
b.Gejala sesuai keterlibatan organ tertentu :
•Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk, dan sakit saat menelan
•Maksilaris / Frontal sinus : rhinitis, hidung tersumbat, sakit kepala.
•Otak dan meninges : sakit kepala, muntah.
•Myopericardium : nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi
•Hati : muntah, nyeri epigastrium atau hypochondrial kanan, ikterus
•Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah

15
•Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang
•Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan.
•Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dansakit pada
jaringan lunak 
•Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitasBila
pada anamnesis tidak didapatkan focus organ infeksi,
1.6.2 PEMERIKSAAN FISIK 
 Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari pemeriksaan tanda vital yang mencakup tekanan 
darah, nadi, laju pernapasan, sertasuhu; keadaan umum; dan pemeriksaan
generalis yang dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berikut ini
pemeriksaan yang terkait dengan pasien dengan demam:
•Orientasi, kewaspadaan,
•Mata : Conjungtiva anemis, sclera ikterus, perdarahan sub-conjuctival berdarah,
•Hidung : Kelembutan sinus
•Mulut : Pembesaran tonsil, faring hiperemis,
 •Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk.
•Jantung : bunyi jantung, regurgitasi murmur 
•Paru-paru : suara nafas, wheezing dan ronchi, efusi pleura
•Abdomen : nyeriperut, organomegali (hepatomegaly, spleenomegali), nyeri 
ketuk CVA, nyeri tekan McBurney, bising usus, nyeri tekan suprapubik, asites,
pembesaranginjal (ballottement),
•Pemeriksaan genital bila dicurigai infeksi genitalia
•Ekstremitas : edema tungkai, petechiae, ruam.

1.6.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis pada pasien demam antara lain :
1. H t r e n d a h ( < 3 0 % ) d a p a t d i t e m u k a n p a d a a n e m i a , s i r o s i s h a t i ,
gagal
j a n t u n g ,  perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya 
adalah Ht <15%.3 ) L e u k o s i t   ( H i t u n g   t o t a l ) Interpretasi Hasil
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi ba
k t e r i ,   v i r u s ,  parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
leukositosis yaitu:
1) Anemia hemolitik 
2) Sirosis hati dengan nekrosis
3) Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
4) Keracunan berbagai macam zat O b a t
2. Neutrofil
berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah55-70% dari
leukosit. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kitalebih mudah
terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat
menyebabkann e u t r o p e n i a .   B e g i t u   j u g a ,   b e b e r a p a   j e n i s   o b a t   y a n g 

16
d i p a k a i   o l e h   O d h a (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus
sitomegalo) dan AZT (semacamARV).
3. Limfosit
sel-T yang menyerang dan membunuh k u m a n
, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B 
y a n g membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah
limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel
CD4, yangtertular dan dibunuh oleh HIV. Hitung darah lengkap tidak termasuk tes
CD4.

1.7 Penatalaksanaan Demam


Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan
titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan
suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan
demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi.
Akan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila
penderita dengan umur 38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C,
penderita dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72
jam (Kaneshiro & Zieve, 2010) 2.1.6.1.
Terapi non-farmakologi Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat
yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Kita
lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan
satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.
3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif
terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan
menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti (Kaneshiro &
Zieve, 2010).
Terapi farmakologi Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)
adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam
menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama (Graneto, 2010).
Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai antipiretik.
Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko
sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010).

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan islam bersuci saat sakit


1 . Seseorang yang kondisi sakitnya tergolong penyakit ringan, yaitu jika tetap
berwudhu menggunakan air tidak menimbulkan perburukan penyakit, serta tidak
memperberat rasa sakit atau akibat buruk lainnya. Yang seperti ini misalnya sakit
kepala dan sakit gigi. Begitu pula bagi mereka yang memungkinkan untuk
menggunakan air hangat dan tidak membahayakan baginya. Maka pada kedua
kondisi tersebut tidak diperbolehkan tayyamum. Karena diperbolehkannya tayyamum
adalah untuk menghilangkan kemudharatan sementara tidak terjadi kemudharatan

17
pada kondisi sakit tersebut. Karena dia mendapatkan air maka wajib baginya untuk
berwudhu.
2. Seseorang yang kondisi penyakitnya dikhawatirkan jika menggunakan air akan
menambah parah sakit pada dirinya atau pada anggota badannya, atau hilangnya
manfaat, maka dibolehkan baginya untuk bertayyamum. Hal ini karena Allah Ta’ala
berfirman, :
ً ‫وا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬
ْ ُ‫َوالَ تَ ْقتُل‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu “ (An Nisa’ :29)
3. Jika kondisi sakitnya tidak mampu untuk bergerak dan mengambil air, maka boleh
baginya untuk bertayyamum. Jika dia tidak mampu tayyamum, maka bisa dibantu
tayyamum oleh orang lain. Jika ada najis pada badannya, pakaiannya, maupun tempat
tidurnya dan tidak bisa untuk dihilangkan atau dibersihkan, maka boleh sholat dengan
tetap keadaan seperti itu, karena Allah Ta’ala berfirman,
‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu “ (At
Taghabun:16).
Tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya dalam kondisi apapun dengan alasan
tidak mampu bersuci atau menghilangkan najis.
4. Seseorang yang memiliki luka atau patah tulang atau bagian yang sakit yang jika
menggunakan air akan memberikan madharat baginya kemudian dia junub, maka
boleh baginya untuk tayyamum berdasarkan dalil sebelumnya. Jika memungkinkan
baginya untuk mandi pada sebagian tubuhnya yang sehat, maka wajib untuk tetap
mandi dan tayyamum pada sisa bagian tubuh yang lainnya.
5. Jika orang yang sedang sakit tidak mendapatkan air maupun debu dan tidak ada
yang bisa membantunya utuk mendapatkan air maupun debu, maka dia tetap shalat
dalam kondisi tersebut dan tidak boleh mengakhirkan shalat, karena Allah Ta’ala
berfirman, :
‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu “ (At
Taghabun:16).
6. Seseorang dengan penyakit tidak bisa menahan kencing atau yang terus
mengeluarkan darah atau tidak bisa menahan kentut dan tidak bisa diobati, maka
wajib baginya untuk berwudhu setiap kali hendak shalat setelah masuk waktunya dan
mencuci bagian tubuh dan pakaiannya, atau menggantinya dengan pakaian yang
bersih jika memungkinkan. Allah Ta’ala berfirman :

18
ٍ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الدِّي ِن ِم ْن َح َر‬
‫ج‬
“Allah sekali-kali tidak menjadikan kesulitan bagimu dalam beragama “ (Al Hajj:78).
Juga firman-Nya (yang artinya),
‫ي ُِري ُد هّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“
(Al Baqarah:185).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم‬
“Jika Aku memerintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian”
Dan hendaknya dia hati-hati menjaga dan mencegah dirinya, pakiannya, dan tempat
tidurnya dari air kencing dan darah.
Dia bisa menggunakan waktu shalat tersebut untuk membaca Al Qur’an sampai
waktu shalat selesai. Jika telah keluar waktu shalat dia harus mengulang wudhu atau
bertayyamum jika tidak mampu berwudhu. Karena Nabi memerintahkan bagi wanita
yang istihadhoh untuk berwudhu pada setiap waktu shalat dan ada padanya darah
yang bukan darah haid. Dalam kondisi seperti itu jika keluar kencing pada waktu
tersebut, tidak membatalkan wudhunya setelah dia berwudhu tatkala masuk waktu
sholat.
Jika dia diperban maka diusap pada bagian tersebut tatkala mandi atau wudhu, dan
bagian tubuh yang lainnya tetap terkena air. Namun jika hal tersebut membahayakan
dirinya maka cukup baginya untuk tayyamum saja. Tayyamum batal dengn
melakukan hal-hal yang membatalkan wudhu, adanya kemampuan untuk
menggunkan air,atau bisa mendapatkan air setelah sebelumnya tidak ada. Wallahu
waliyyut taufiq.
Mudah-mudahan penjelasan di atas bermanfaat bagi kaum muslimin, terutama yang
sedang ditimpa musibah sakit agar dapat melakukan tata cara bersuci yang benar saat
sakit. Hal ini juga perlu dipahami bagi keluaga pasien dan tenaga medis agar bisa
menuntun pasiennya untuk beribadah.

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Eko, Yuli. 2011. Analisis Permintaan Masyarakat akan Pusat KesehatanMasyarakat
di kota semarang . Diakses pada tanggal 8 Maret 2019 dengan situs
http://eprints.undip.ac.id/29523/1/jurnal.pdf
2. Wardiyah, Aryanti. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di
Ruang Alamanda RSUD dr.H.Abdul Moeloek. Diakses pada tanggal 8 Maret 2019
dengan situs http://malahayati.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Jurnal-Aryanti-
Setiawati-Umi-Romayati.pdf
3. Ismoedijanto. 2016. Demam Pada Anak. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan
situs https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967
4. Rosinta, 2015. Demam. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan situs
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/5157/06bab2_rosinta_1010
0111037_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
5. Mianoka,Adika. 2013. Tuntutan Bersuci Bagi Orang yang Sakit. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2019 diakses dari https://kesehatanmuslim.com/tuntunan-bersuci-
bagi-orang-sakit-2/
20
21

Anda mungkin juga menyukai