“Demam”
KELOMPOK : B10
ANGGOTA :
1. ABIE KANZY (1102018281)
2. JIHAN FAADHILAH (1102018273)
3. M. BAGUS PRASETYO (1102018274)
4. FARZA IZATY (1102018275)
5. MUHAMMAD RAZIF AKBAR (1102018276)
6. SINTIA PRAMUDIA WARDANI (1102018277)
7. BIANCA NAILA NAJAH (1102018278)
8. TAUFAN PUTRA WIDODO (1102018279)
9. MUHAMMAD PANDU GIRI PRABOWO (1102018280)
10. WINITA (1102018341)
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
i
DAFTAR ISI
Skenario…………………………………………………………………………….... 1
Kata sulit.......……………………………………………………………………….... 1
Pertanyaan...………………………………………………………………………...... 1
Jawaban……………………………………………………………………………..... 2
Hipotesis........................................................................................................................ 5
Sasaran belajar…………………………………………………………………..…..... 6
Daftar pustaka……………………………………………………………………........ 19
ii
I. SKENARIO II
Demam
Seorang anak laki-laki, 12 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan 1 hari
demam. Demam sepanjang hari dan nafsu makan menurun. Buang air kecil dan besar tidak
ada keluhan. Pemeriksaan fisik diperoleh hasil nadi 96 kali per menit, suhu 39 °C, frekuensi
pernapasan 20 kali per menit, thorak dan abdomen tidak ada kelainan, serta tidak terdapat
tanda-tanda perdarahan pada kulit. Dokter memberikan obat penurun panas dan menyarankan
bila demam tidak sembuh dalam 3 hari, pasien diminta datang kembali untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Ibu pasien bertanya ke dokter, apakah pasien boleh berwudlu
karena sedang panas tinggi.
BRAINSTORMING
KATA SULIT
1. Demam : Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
(temperature rektal > 38 °C ) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus, peningkatan suhu ini akan berdampak buruk bagi
anak bahkan bisa mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran.
2. Berwudhu : Bentuk peribadatan kepada Allah Swt dengan mencuci
anggota tubuh tertentu dengan cara yang khusus.
3. Puskesmas : menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1991, Puskesmas
merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesahatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4. Obat penurun panas : Obat yang dapat menurunkan suhu tubuh agar lebih
normal
5. Denyut Nadi : Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada
arteri bila darah di pompa keluar jantung
6. Thorax : Bagian tubuh Antara leher dan diafragma yang dihubungkan oleh
iga
7. Abdomen : Rongga perut
8. Perdarahan : Keluarnya darah dari pembuluh darah yang terluka
9. Frekuensi Pernapasan : Intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara
per menit dari dalam ke luar tubuh atau sebaliknya.
PERTANYAAN
1. Apa penyebab demam?
2. Apa saja tipe-tipe demam?
3. Bagaimana mekanisme terjadi demam ?
1
4. Mengapa jika demam > 3 hari dilakukan pemeriksaan lab ?
5. Pemeriksaan apa saja untuk mengetahui terjadinya demam?
6. Bagaimana cara tubuh memproduksi panas?
7. Penatalaksanaan demam ?
8. Mengapa saat demam nafsu makan turun ?
9. Jenis vector yang menyebabkan demam ?
10. Cara bersuci apa jika pasien tidak boleh berwudhu ?
11. Mengapa demam bisa terjadi sepanjang hari
12. Bagaimana pola demam yang dapat menegakkan diagnosis ?
13. Klasifikasi demam berdasarkan suhu tubuh?
14. Berapa frekuensi suhu normal tubuh dan frekuensi suhu ditetapkannya
demam?
15. Obat yang pertama kali dikonsumsi saat demam?
16. Bagaimana mekanisme antiparetic?
17. Gejala atau tanda-tanda demam?
18. Apakah pasien boleh berwudhu pada saat demam?
JAWABAN
1. Penyebab demam :
1) Demam infeksi : Terjadi karena virus dan bacteri
2) Demam non – infeksi : Terjadi karena adanya tumor,kanker,dan
autoimun
3) Fisiologis tubuh : Terjadi karena cairan tubuh menurun dan suhu udara
panas
2. Tipe-tipe demam :
Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali
normal saat pagi hari
Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
3. Mekanisme Terjadi demam :
Pirogen terbagi menjadi 2 : Eksogen dan endogen keduanya
merangsang hipotalamu menghasilkan prostaglandin sehingga
hipotalamu menaikkan set point suhu tubuh
4. Mengapa demam > 3 hari dilakukak pemeriksaan lab :
Untuk Menunjang diagnosis Klinik
Menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis
5. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya demam :
1) Pemeriksaaan Hematologi
2
Hb
LED
Leukosit
DIT
Trombosit
2) Pmeriksaan Urine lengkap
Pemeriksaan Malaria
Pemeriksaan SGOT & SGPT
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Tubex TF
Pemeriksaan Salmonella Paru
Rontgen paru
6. Bagaimana cara tubuh memproduksi panas:
Metabolisme
7. Penatalaksanaan demam :
1. Kompres dengan air hangat agar pembuluh darah bervasodilatasi
sehingga panas akan keluar dari tubuh
2. Minum air putih yang banyak
3. Menjaga suhu ruangan
8. Mengapa saat demam nafsu makan turun :
1. Suhu tubuh memengaruhi nafsu makan
2. Denaturasi enzim
3. Kekurangan energy
4. Saat demam memengaruhi rongga mulut
9. Jenis vector yang menyebabkan demam :
Nyamuk
Cacing
Lalat
10. Cara bersuci apa jika pasien tidakboleh berwudhu :
Tyammum
Ditayammumkan
Diwudhukan
Diusap air
11. Mengapa demam bisa terjadi sepanjang hari :
Tergantung jenis infeksi/pathogen yang menyebabkan demam
12. Bagaimana pola demam yang dapat menegakkan diagnosis :
13. Klasifikasi demam berdasarkan suhu tubuh :
1. Normal : 35,8°C-37,1°C
2. Demam : 37,2°C-38°C
3
3. Hiperpireksia : >40°C
4. Normal pada rektal : 26,6°C-38°C
5. Normal Membran Timpani : 35,8°C-38°C
6. Normal Oral : 35,5°C-37,5°C
7. Aksila : 34,7°C-37,3°C
14. Berapa frekuensi suhu normal tubuh dan frekuensi suhu ditetapkannya
demam?
1. Normal : 35,8°C-37,1°C
2. Demam : 37,2°C-38°C
3. Hiperpireksia : >40°C
4. Normal pada rektal : 26,6°C-38°C
5. Normal Membran Timpani : 35,8°C-38°C
6. Normal Oral : 35,5°C-37,5°C
7. Aksila : 34,7°C-37,3°C
15. Obat yang pertama kali dikonsumsi saat demam:
1. Paracetamol
2. Aspirin
3. Ibu profen
16. Bagaimana mekanisme antiparetic:
Menurunkan pusat pengatur suhu pada hipotalamus secara difusi ke
susunan plasma pusat,keadaan ini tercapai dengan menghambat siklo
oksigenase;enzim yang berperan pada sintesis prostaglandin.
17. Gejala atau tanda-tanda demam:
Menggigil
Dingin
Panas
Sakit kepala
Dehidrasi
Berkeringat
18. Apakah pasien boleh berwudhu pada saat demam:
Boleh ,Karena masih menyanggupi dalam bersuci atau tidak
berdampak pada kesehatan.
Tidak boleh jika membuat penyakit semakin parah
4
II. HIPOTESIS
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal (temperature rektal
> 38 °C ) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus,
peningkatan suhu ini akan berdampak buruk bagi anak bahkan bisa
mengakibatkan kejang dan penurunan kesadaran yang disebabkan oleh Demam
infeksi : Terjadi karena virus dan bacteri,Demam non – infeksi : Terjadi karena
adanya tumor,kanker,dan autoimun,dan Fisiologis tubuh : Terjadi karena cairan
tubuh menurun dan suhu udara panas,dengan cara Pirogen terbagi menjadi 2 :
Eksogen dan endogen keduanya merangsang hipotalamu menghasilkan
prostaglandin sehingga hipotalamu menaikkan set point suhu tubuh,ditandai
dengan Menggigil,Dingin ,Panas ,Sakit kepala ,Dehidrasi ,dan Berkeringat.Tipe-
tipe nya
Demam Septik : Pada malam hari,suhu tubuh tinggi dan kembali
normal saat pagi hari
Demam remitten : Turun setiap hari tapi tidak pernah sampai normal
Demam Intermitten : Normal dalam beberapa jam
Demam Kontinu : Variasi suhu tubuh tidak menentu
Demam Siklik : Kenaikan suhu tubuh tidak menentu
Untuk menegetahui penyebab demam dilakukan Pemeriksaan untuk mengetahui
adanya demam :
1) Pemeriksaaan Hematologi
Hb
LED
Leukosit
DIT
Trombosit
2) Pmeriksaan Urine lengkap
Pemeriksaan Malaria
Pemeriksaan SGOT & SGPT
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Tubex TF
Pemeriksaan Salmonella Paru
Rontgen paru
5
dan dapat ditanggulangi dengan Kompres air hangat agar pembuluh darah
bervasodilatasi sehingga panas akan keluar dari tubuh,Minum air putih yang
banyak,dan
Menjaga suhu ruangan.Pandangan islam terhadap bersuci saat demam Boleh
,Karena
masih menyanggupi dalam bersuci atau tidak berdampak pada kesehatan tetapi
Tidak boleh jika membuat penyakit semakin parah.
6
r m a l sehari hari yang berhubungan dengan peningkatan
titik patokan suhudi hypothalamus (Dinarello and Gelfand,2003).
1.2 Etiologi Demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.
Demam dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Demam akibat infeksi, dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau
parasit.
1.1 Infeksi bakteri pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain
pneumonia, bronkitis, appendisitis, osteomyelitis, viral pneumonia, DBD,
Chikungunya, H1N1.
1.2 Infeksi jamur seperti coccidioides imitis, criptoccosis, dll.
1.3 Infeksi parasit seperti malaria, toksoplasmolisis, dan helmintiasis.
Demam pada infeksi terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag atau
PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus.
Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasan, penyakit
kolagen, penyakit metabolic, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat
lain.
7
Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah
dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan
vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetapdi
pertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan
panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh
maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi
keringat.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri
menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk membuat
pyrogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor. Pirogen
endogen bekerjadi hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk
protaglandin selanjutnya prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu
pelepasan pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut
memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat
yang mengancam jiwa.
Pirogen dibagi menjadi 2, yaitu:
pirogen endogen → IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN
pirogen eksogen → toksin mikroorganisme
MEKANISME :
pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun
↓
Stimulasi limfosit, monosit, neutrofil
↓
Mengeluarkan pirogen endogen
↓
Merangsang endotelium hipotalamus untuk mengeluarkan prostaglandin
↓
meningkatkan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus
↓
Hipotalamus akan menganggap suhu yg skrg lebih rendah dr pada patokan di
termostat
↓
Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas, dan penurunan pengeluaran panas
(vasokonstriksi)
↓
Suhu naik ke patokan yg baru
8
↓
Demam
9
demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109 /L dan
kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.2 Tiga tahap
presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan.
Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis,
dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah.4
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan tanda terdapat
demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif) dan derajat II yaitu
derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III
yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi.
1.5.2 Malaria
Sindrom klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung apakah pasien
tinggal di daerah dengan penularan malaria endemis yang stabil (terus menerus) atau
penularan stabil (kadang-kadang dan/atau jarang). Di daerah dengan penularan stabil,
penyakit mempengaruhi anak dan orang dewasa dengan cara yang berbeda. Anak
mengalami infeksi kronis dengan parasitemia berulang yang mengakibatkan anemia berat
dan sering kematian yang tahan hidup infeksi berulang ini dapat sebagian kekebalan pada
usia lima tahun dan kekebalan ini tetap tertahan pada masa dewasa. Orang dewasa
mengalami infeksi tanpa gejala
Gejala malaria terjadi dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(disebut peroksisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali
dari demam (di sebut periode laten). Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada
penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah,
mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual di ulu hati, atau muntah
(semua gejala awal disebut gejala prodolmal). Beberapa pasien kadang mengeluh nyeri
dada, batuk, nteri perut, nyeri sendi dan diare. Sakit biasanya berkembang menjadi panas
dingin berat dihubungkan dengan panas hebat disertai takikardi, mual, pusing, orthostatis
dan lemas berat. Dalam beberapa jam mereda, pasien berkeringat dan sangat lelah. Pada
anak-anak, bahkan pada anak-anak non imun sekalipun, gejala malaria tidaklah “klasik”
seperti yang ditemukan pada orang dewasa. Pada penderita anak, kenaikan panas badan
cendrung lebih tinggi sering disertai dengan muntahmuntah dan berkeringat. Anak-anak
yang lebih besar yang mempunyai lebih sedikit kekebalan kadang-kadang juga dapat
menderita demam, nyeri sendi, sakit kepala.oleh karena itu, gejala malaria pada anak bisa
menyerupai penyakit lain yang bisa menyebabkan demam. Begitu pula anemia yang
cendrung menjadi berat pada penderita anak. Malaria vivax yang biasanya memberi
gejala yang ringan, pada penderitanya anak sering menimbulkan gejala yang lebih berat.
Namun bisanya, malaria falciparum lah yang menyebabkan keadaan darurat pada
penderita anak.
1. Stadium frigoris (mengigil) stadium ini mulai dengan menggil dan perasaan
sangat dingin. Nadi penderita sangat cepat, tetapi lemah. Bibir dan jarijari
10
pucat kebiruan (sianotik). Kulitnyakering dan pucat, penderita mungkin dan
pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15
menit - 1 jam. 2.
2. Stadium akme (puncak demam) setelah menggigil/merasa dingin, pada
stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi
merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala bertambah keras, dan sering disertai rasa mual atau muntah-muntah.
Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa santan haus
dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 C. stadium ini berlangsung selama
2-4 jam. 3. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun) Pada stadium ini
penderita
3. berkeringat banyak sekali, sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu
badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah
normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa
lemah, tetapi tanpa gejala lain. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam.9
Gangguan fungsi ginjal ditunjukkan denagan oliguria, dan anuria dapat
terjadi. Sindrom nefrotik, berkaitan dengan plasmodium malariae apada anak
yang tinggal di daerah endemik malaria, prognosisnya jelek. Black water
fever, sekarang jarang ditemukan, dihibungkan dengan plasmodium
falciparum; hemoglobinuria akibat hemolisis intravascular berat dan
mendadak, dapat menyebabkan anuria dan kematian karena anemia.5
Hipoglikemi dapat dihubungkan dengan malaria falciparum. Pada infeksi
berat, dapat terjadi asidosis laktat, dengan gambaran konvulsi dan gangguan
kesadaran.5
4. Manifestasi Klinis Malaria Berat Malaria berat yaitu ditemukan plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manisfestasi klinis
dibawah ini (WHO,1997) :
1. Malaria dengan gangguan kesadaran (apatis, delirium, stupor dan koma) atau
GCS (Glasgow Coma Scale) < 5 untuk anak-anak. Gangguan kesadaran menetap >30
menit atau menetap setelah panas turun.
2. Malaria degan ikterus (bilirubin serum >3 mg %).
3. Malaria denagn gangguan fungsi ginjal (uliguria 3 mg%)
4. Malaria denagan anemia berat (Hb 5%). 5. Malaria dengan edema paru (sesak
nafas, gelisah).
6. Malaria dengan hipoglikemi (gula
darah <40 mg%).
7. Malaria dengan gangguan sirkulasi
atau syok (tekanan sistolik <70 mmhg
11
pada orang dewasa atau <50 mmhg
pada anak 1-5 tahun).
8. Malaria dengan hiperparasitemia
(plasmodium >5%).
9. Malaria dengan manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan/atau tanda-tanda
disseminated intravascular coagulation /DIC).
10. Malaria dengan kejang-kejang yang berulang, lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
11. Malaria dengan asidosis (ph darah< 15 mmo/L).
12. Malaria dengan hemoglobinuria makrosokpik.
13. Malaria dengan hipertermia (suhu badan >40 C).
14. Malaria dengan kelemahan yang ekstrem prostation); penderita tidak mampu
duduk atau berjalan, tanpa adanya kelainan neurologi tertentu.
1.5.3 Demam timfoid
Manifestasi gejala klinis demam tifoid dan derajat beratnya penyakit
bervariasi pada populasi yang berbeda. Sebagian besar pasien yang dirawat di
rumah sakit (RS) dengan demam tifoid berusia 5-25 tahun. Namun, beberapa
penelitian di komunitas menunjukkan bahwa demam tifoid dapat terjadi pada 2
Pemeriksaan Diagnostik Terkini untuk Demam Tifoid usia kurang dari 5 tahun
dengan gejala non-spesifik yang secara klinis tidak tampak seperti tifoid.
1Demam tifoid merupakan penyakit demam yang sering ditemukan di
negara berkembang. Pemberian antibiotik menyebabkan perubahan gejala klinis
demam tifoid sehingga gejala demam klasik yang meningkat secara perlahan
seperti stepladder dan toksisitas jarang ditemukan.
Namun resistensi antimikroba sering menyebabkan gejala penyakit
menjadi berat dan terjadi komplikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat
beratnya penyakit dan gejala klinis infeksi, yaitu lamanya penyakit sebelum
diberikan antimikroba yang tepat, pemilihan antimikroba, umur pasien, riwayat
imunisasi, virulensi strain bakteri, jumlah kuantitas inokulum yang tertelan, dan
beberapa faktor dari status imun pejamu.
Setelah seorang terinfeksi S. typhi, periode asimtomatik berlangsung 7
sampai 14 (kisaran 3-60) hari. Awitan bakteremia ditandai gejala demam dan
malaise. Pasien pada umumnya datang ke RS menjelang akhir minggu pertama
setelah terjadi gejala demam, gejala mirip influenza, nyeri kepala, anoreksia,
nausea, nyeri perut, batuk kering dan mialgia. Lidah kotor, nyeri abdomen, diare,
hepatomegali dan splenomegali sering ditemukan. Bradikardia relatif dan
konstipasi dapat ditemukan pada demam tifoid, namun bukan gejala yang
12
konsisten ditemukan di beberapa daerah geografis lainnya. Demam akan
meningkat secara progresif dan pada minggu kedua, demam seringkali tinggi dan
menetap (39-40 derajat celsius). Beberapa rose spot, lesi makulopapular dengan
diameter sekitar 2-4 mm, dilaporkan pada 5%-30% kasus yang tampak terutama
pada abdomen dan dada.
Komplikasi terjadi pada 10%-15% kasus yang menderita penyakit lebih
dari 2 minggu. Komplikasi yang sering terjadi adalah perforasi saluran cerna
(10%) dan ensefalopati tifoid (10-40%). Oleh karena itu, pemeriksaan diagnostik
baru memegang peran penting untuk mengetahui insidens kasus demam tifoid di
suatu negara dan program jadwal imunisasi disesuaikan dengan prevalens
penyakit di negara masing-masing. Perkembangan alat uji diagnostik untuk
demam tifoid yang murah dapat dipercaya dapat memberi manfaat jangka panjang
dalam mengendalikan dan mengobati penyakit tersebut.
13
hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
kemih, dan lain lain.
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung
pada usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan
beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik
dan umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, te-
rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik
tidak berlanjut menjadi pielonefritis.
1-3
15
•Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang
•Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan.
•Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dansakit pada
jaringan lunak
•Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitasBila
pada anamnesis tidak didapatkan focus organ infeksi,
1.6.2 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari pemeriksaan tanda vital yang mencakup tekanan
darah, nadi, laju pernapasan, sertasuhu; keadaan umum; dan pemeriksaan
generalis yang dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berikut ini
pemeriksaan yang terkait dengan pasien dengan demam:
•Orientasi, kewaspadaan,
•Mata : Conjungtiva anemis, sclera ikterus, perdarahan sub-conjuctival berdarah,
•Hidung : Kelembutan sinus
•Mulut : Pembesaran tonsil, faring hiperemis,
•Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk.
•Jantung : bunyi jantung, regurgitasi murmur
•Paru-paru : suara nafas, wheezing dan ronchi, efusi pleura
•Abdomen : nyeriperut, organomegali (hepatomegaly, spleenomegali), nyeri
ketuk CVA, nyeri tekan McBurney, bising usus, nyeri tekan suprapubik, asites,
pembesaranginjal (ballottement),
•Pemeriksaan genital bila dicurigai infeksi genitalia
•Ekstremitas : edema tungkai, petechiae, ruam.
16
d i p a k a i o l e h O d h a (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus
sitomegalo) dan AZT (semacamARV).
3. Limfosit
sel-T yang menyerang dan membunuh k u m a n
, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B
y a n g membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah
limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel
CD4, yangtertular dan dibunuh oleh HIV. Hitung darah lengkap tidak termasuk tes
CD4.
17
pada kondisi sakit tersebut. Karena dia mendapatkan air maka wajib baginya untuk
berwudhu.
2. Seseorang yang kondisi penyakitnya dikhawatirkan jika menggunakan air akan
menambah parah sakit pada dirinya atau pada anggota badannya, atau hilangnya
manfaat, maka dibolehkan baginya untuk bertayyamum. Hal ini karena Allah Ta’ala
berfirman, :
ً وا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما
ْ َُوالَ تَ ْقتُل
18
ٍ َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الدِّي ِن ِم ْن َح َر
ج
“Allah sekali-kali tidak menjadikan kesulitan bagimu dalam beragama “ (Al Hajj:78).
Juga firman-Nya (yang artinya),
ي ُِري ُد هّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“
(Al Baqarah:185).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم
“Jika Aku memerintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian”
Dan hendaknya dia hati-hati menjaga dan mencegah dirinya, pakiannya, dan tempat
tidurnya dari air kencing dan darah.
Dia bisa menggunakan waktu shalat tersebut untuk membaca Al Qur’an sampai
waktu shalat selesai. Jika telah keluar waktu shalat dia harus mengulang wudhu atau
bertayyamum jika tidak mampu berwudhu. Karena Nabi memerintahkan bagi wanita
yang istihadhoh untuk berwudhu pada setiap waktu shalat dan ada padanya darah
yang bukan darah haid. Dalam kondisi seperti itu jika keluar kencing pada waktu
tersebut, tidak membatalkan wudhunya setelah dia berwudhu tatkala masuk waktu
sholat.
Jika dia diperban maka diusap pada bagian tersebut tatkala mandi atau wudhu, dan
bagian tubuh yang lainnya tetap terkena air. Namun jika hal tersebut membahayakan
dirinya maka cukup baginya untuk tayyamum saja. Tayyamum batal dengn
melakukan hal-hal yang membatalkan wudhu, adanya kemampuan untuk
menggunkan air,atau bisa mendapatkan air setelah sebelumnya tidak ada. Wallahu
waliyyut taufiq.
Mudah-mudahan penjelasan di atas bermanfaat bagi kaum muslimin, terutama yang
sedang ditimpa musibah sakit agar dapat melakukan tata cara bersuci yang benar saat
sakit. Hal ini juga perlu dipahami bagi keluaga pasien dan tenaga medis agar bisa
menuntun pasiennya untuk beribadah.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Eko, Yuli. 2011. Analisis Permintaan Masyarakat akan Pusat KesehatanMasyarakat
di kota semarang . Diakses pada tanggal 8 Maret 2019 dengan situs
http://eprints.undip.ac.id/29523/1/jurnal.pdf
2. Wardiyah, Aryanti. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di
Ruang Alamanda RSUD dr.H.Abdul Moeloek. Diakses pada tanggal 8 Maret 2019
dengan situs http://malahayati.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Jurnal-Aryanti-
Setiawati-Umi-Romayati.pdf
3. Ismoedijanto. 2016. Demam Pada Anak. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan
situs https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967
4. Rosinta, 2015. Demam. Diakses pada tanggal 7 Maret 2019 dengan situs
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/5157/06bab2_rosinta_1010
0111037_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
5. Mianoka,Adika. 2013. Tuntutan Bersuci Bagi Orang yang Sakit. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2019 diakses dari https://kesehatanmuslim.com/tuntunan-bersuci-
bagi-orang-sakit-2/
20
21