Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK : A-4

KETUA : Airin Bismarullah Putri (1102018166)

SEKRETARIS : Yuyun Khairunnisa (1102018037)

ANGGOTA :
- Halimatus Sadiyah (1102018034)
- Farrel Athariq Athallah (1102018036)
- Ratu Bionika (1102018044)
- Farsya Umari Latuconsina (1102018046)
- Hanun Hanifah (1102018047)
- Shafa Zhafira Arianda (1102018038)
- Laras Amanda Putri (1102018040)
- Dika Utama (1102018171)

SKENARIO 1
Mencegah penyakit dengan vaksinasi

Seorang pada usia 23 tahun yang akan mendaftarkan rencana pernikahan di KUA (Kantor
Urusan Agama) harus mendapatkan Surat Layak Kawin dari Puskesmas berdasarkan
Peraturan Gubernur DKI No. 185 tahun 2017 tentang konseling dan pemeriksaan bagi Calon
pengantin. Salah satu proses surat tersebut, yang bersangkutan hanya mendapatkan vaksinasi
Toksoid Tetanus (TT) guna memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus bagi bayi
yang akan di lahirkannya. Dari hasil pemeriksaan yang di lakukan hasilnya baik dan terapi
yang bersangkutan tetap harus vaksinasi TT.

KATA SULIT
1. Vaksinasi: proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan
kekebalan.

2. Konseling: proses pemberian bantuan yang di lakukan oleh seorang ahli individu yang
mengalami suatu masalah.

3. Vaksinasi Toksoid Tetanus: vaksin yang di berikan untuk mencegah penyakit tetanus.

4. Tetanus: penyakit akibat infeksi luka oleh bakteri Clostridium tetani dengan gejala
kejang – kejang.

5. Kekekalan tubuh: sel – sel dari banyak struktur biologi lainnya yang bertanggung
jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dan
pengaruh biologis imun.

BRAINSTORMING

1. Apa manfaat vaksinasi?


2. Macam – macam vaksin?
3. Efek samping vaksin?
4. Mengapa pemberian vaksin bisa memberikan kekebalan tubuh?
5. Bagaimana bakteri Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh?
6. Perbedaan vaksinasi dengan imunisasi?
7. Apa saja fungsi system imun?
8. Macam - macam sistem imun?
9. Berapa kali vaksin di lakukan?
10. Mengapa pemberian vaksin di lakukan berulang?
11. Mengapa vaksin TT harus di lakukan meskipun hasilnya baik?
12. Pemeriksaan apa saja yang harus di lakukan untuk mendapat surat layak kawin?
13. Sel apa yang berperan dalam system imun?
14. Hukum pemeriksaan vaksin dan menurut pandangan islam?
JAWABAN

1. Membangun kekebalan tubuh atau antibody sebagai upaya pencegahan terhadap


infeksi.
2. Vaksin polio, campak, TT, HPV, varisela, MMR.
Type: vaksin Aktif dan vaksin Inaktif.
3. Di daerah yang di suntikkan bengkak, merah, nyeri, gejala flu seperti demam dan
sakit kepala.
4. Karena vaksinasi merupakan imunitas bentuk aktif yang di berikan secara injeksi
sehingga tubuh dapat menghafal virus tersebut dengan sel memori.
5. Karena tusukan paku atau jarum, kecelakaan lalu lintas, terbakar, dan gigitan hewan
yang terkontamisi oleh bakteri clostridium tetani.
6. Vaksinasi: kegiatan yang memicu tubuh menghasilkan antibody
Imunisasi: di berikan antibody dari luar.
7. Tehan melawan infeksi, mengaktifkan sel limfosit dan makrofag, terapi imun untuk
melawan kanker.
8. Non Spesifik: sudah ada dalam tubuh
Spesifik: harus terpapar terlebih dahulu baru tubuh dapat memberikan kekebalan
terhadap penyakit tersebut.
9. Pertama: dosis 0,5ml
Kedua: di berikan setelah 4 minggu (memberikan perlindungan 3 tahun)
Ketiga: 6 bulan setelah pemberian kedua ( perlindungan 5 tahun)
Keempat: 1 tahun setelah pemberian ketiga (perlindungan 10 tahun)
Kelima: 1 tahun setelah pemberin keempat (perlindungan 25 tahun)
10. Agar mencegah perlindungan yang maksimal ( respon imun sekunder )
11. Untuk mencegah penyakit tetanus untuk ibu dan calon bayi.
12. Pemeriksaan darah lengkap, IMS ( Infeksi Menular Seksual ), Hepatitis B dan
TORCH.
13. Sel myeloid dan sel limfosit.
14. Menurut ulama, ada yang memperbolehkan dan ada yang tidak memperbolehkan.
Haram: karena bahannya haram, banyak efek samping.
Halal: karena dapat mencegah penyakit.
HIPOTESIS

System imun berfungsi untuk tahan melawan infeksi, mengaktifkan sel limfosit
dan makrofag, terapi imun untuk melawan kanker. Terbagi atas Spesifik (sudah ada
dalam tubuh) dan Non spesifik (harus terpapar terlebih dahulu baru tubuh dapat
memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut) , sel yang berperan adalah sel
myeloid dan sel limfosit. Untuk mendapatkan kekekalan tubuh di lakukan imunisasi
yang di bagi menjadi aktif dan pasif, imunisasi aktif berupa vaksinasi. Vaksin yang
dapat di berikan vaksin polio, campak, TT, HPV, varisela, dan MMR dan di lakukan
secara berulang untuk mencegah perlindungan yang maksimal. Menurut pandangan
islam mengenai vaksin yaitu ada yang memperbolehkan ada yang tidak di perbolehkan.
LO1. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM IMUN TUBUH

1.1. Definisi
Imunitas : kemampuan tubuh untuk melindungi dirinya sendiri dengan menahan /
menghilangkan benda asing (seperti bakteri / virus) ataupun sel abnormal (sel kanker) yang
berpotensi merugikan dengan cara:
 Perlawanan melawan patogen invasif (mikroorganisme penyebab penyakit).
 Menyingkirkan sel & jaringan yang rusakboleh trauma / penyakit.
 Mengenali & menghancurkan sel abnormal yang berasal dari tubuh.
Sasaran utama sistem imun: bakteri & virus.
(Sherwood, edisi 8)

Imunitas: resisten terhadap penyakit, terutama infeksi. Gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan pada proses ini disebut: Sistem Imun. Reaksi yang dikoordinasi oleh sel-sel dan
molekul-molekul imun lainnya terhadap mikroba disebut: Respon Imun. Sementara Imunologi
adalah ilmu yang mempelajari imunitas / kekebalan yang terjadi setelah organisme kontak
dengan mikroba / bahan asing lainnya.
(Imunologi dasar Prof. Karnen Baratawidjaja & dr. Iris rengganis)

1.2. Klasifikasi
A. Imunitas Alami (non-spesifik)
 Memberikan perlingdungan segera setelah terpapar infeksi (waktu pemberian
perlindungan antara menit-jam).
 Selalu ada pada individu-individu sehat dan disiapkan untuk menghambat masuknya
mikroba dan untuk mengeliminasi mikroba yang berhasil memasuki jaringan inang
(host) secara cepat.
 Sistem imun alami memberikan respon yang sama terhadap pemaparan kembali
dengan suatu mikroba
 Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh:

❖ Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa,
yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan
terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
❖ Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung
berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia.
Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
❖ Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat
memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme
di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim
lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga
pecah sehingga bakteri mati.
❖ Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit
dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan
bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.

B. Imunitas Adaptif (Spesifik)


 Imunitas adaptif bekerja lebih lambat namun memberikan perlindungan yang lebih
spesialisyik terhadap infeksi (waktu pemberian perlindungan bisa berhari-hari).
 Kelebihan sistem imum adaptif adalah respon nya yang intens dan dapat menjadi
perlindungan yang lebih baik pada pajanan berikutnya.
 Kekurangan dari sistem imun adaptif adalah respon nya yang lambat dan tidak siap
sampai terpajan patogen.
 Imunitas ini membaik oleh infeksi berikutnya (memori). Memori ini menetap dan
memberikan respon lebih cepat / lebih besar pada infeksi serupa berikutnya sehinggaa
perlindungan lebih baik.
 Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

❖ Limfosit
a. Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi
:
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta
menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b. Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi
di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara
menyerang sel penghasil antigen secara langsung.

b. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta
mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
❖ Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa
protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin
atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses
kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen
dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag.

1.3. Mekanisme
A. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah
dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan
membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen.
Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian
respons ini disebut respons kekebalan primer. Apabila antigen yang sama masuk kembali
dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma
yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih
besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu
kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.

B. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh
yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel
asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak
membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan
respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.

LO2. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANTIGEN DAN ANTIBODI

2.1. Definisi
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan dengan
bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau polipeptida,
yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak sebagai benda asing
atau nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi.

2.2. Klasifikasi

Pembagian antigen menurut epitop :


a Unideterminan, univalen : hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul
b Unideterminan, multivalen : hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan
tersebut pada satu molekul.
c.Multideterminan, univalen : banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari
setiap macamnya (kebanyakan protein).
d.Multideterminan, multivalen : banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam
pada satu molekul.

1. Pembagian antigen menurut spesitisitas :


a.Heteroantinogen , yang dimiliki oleh banyak spesies
b.Xenoantinogen , yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu.
c.Aloantinogen , yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
dAntigen organ spesifik , yang hanya dimiliki organ tertentu.
e.Autoantigen , yang dimiliki alat tubuh sendiri

2. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :


a.T dependen , yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan
respon antibodi.
b.T independen , yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk
antibodi.

3. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :


a.Hidrat arang
B. Lipid
C. Asam nukleat
D. Protein

ANTIBODI

2.1. Definisi
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang
masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul
antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon
terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan permukaan antigen itu sekaligus
bereaksi dengannya

2.2. Klasifikasi

A. Imunoglobulin G (IgG)

IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum yaitu 75% dari seluruh imunoglobulin
serum. Berat molekulnya 160.000 dalton dan kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml. IgG
merupakan imunoglobulin yang paling Banyak ditemukan di dalam plasma dan cairan
ekstraseluler.
a. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi sampai umur
6-9 bulan.
b. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin (memudahkan fagositosis)
pada pemusnahan antigen.
c. IgG juga berperan pada imunitas selular karena dapat merusak antigen sel melalui interaksi
dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik sel NK, eosinofil, netrofil. Kadar IgG
meninggi pada infeksi kronis dan penyakit autoimun.(Karnen Garna, 2004)
B. Imunoglobulin A
IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan jumlah sedikit,
tetapi kadarnya dalam cairan sekresi saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, air mata,
keringat, ludah dan ASI lebih tinggi dalam bentuk IgA sekretori. (Karnen Garna, 2004)
Waktu paruh IgA adalah 6 hari dan yang aktif adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang
monomer (y) tidak aktif. Jaringan-jaringan yang mensekresi bentuk-bentuk dimer adalah sel
epitel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk
kedalam lumen. (Darmono, 2006)

C. Imunoglobulin M

IgM ditemukan pada permukaan sel B yang matang dan mempunyai waktu paruh biologi 10
hari. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh fetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan
adanya infeksi baru atau adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM merupakan aglutinin yang
efisien dan merupakan isohemaglutinin alamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan
komplemen.(Darmono, 2006) IgM mempunyai struktur pentamer dan merupakan
imunoglobulin terbesar. IgM merupakan paling aktif dalam aktivasi komplemen jalur klasik.

D. Imunoglobulin D

Dalam serum IgD ditemukan dalam kadar yang sangat rendah. Hal ini mungkin disebabkan
oleh karena IgD tidak dilepas plasma dan rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik.
IgD merupakan komponen permukaan utama sel B dan petanda dari diferensiasi sel B yang
matang. IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada membran
sel B berasa IgD yang dapat berfungsi sebagai reseptor antigen pada aktifasi sel. IgD tidak
mengikat komplemen, mempunyai aktifitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan
autoantigen seperti komponen nukleus. IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi
imun bila sel dihadapkan pada antigen, tetapi belum jelas mekanismenya. (Karnen Garna,
2004)

E. Imunoglobulin E

Dalam serum IgE ditemukan dalam kadar rendah yang meningkat pada penyakit alergi seperti
asma, rinitis alergi, dan dermatitis atopi. IgEmempunyaI berat molekul 200.000 dalton. Sampai
sekarang belum ditemukan subkelas IgE. IgE disebut pula reagin dan merupakan Ig dengan
jumlah paling sedikit dalam serum tetapi efeknya sangat efisien.

2.3 Proses Antigen Menstimulasi Kekebalan

Reaksi Antigen dengan Antibodi


Reaksi yang terjadi pada antigen dan antibodi akan terjadi apabila terdapat zat kuman atau
bakteri (antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Pada awalnya, ketika ada zat asing masuk, maka
monosit akan langsung menyerang zat tersebut dengan bantuan neutrophil.
Selanjutnya monosit yang sudah membunuh zat tersebut langsung mengantarkannya ke
limfosit B untuk didata dan dibuatkan antibodi untuk jenis zat asing yang sudah mati tersebut.
Setelah antibodi terbentuk, maka giliran limfosit T yang akan berperang untuk memastikan
antibodi tersebut sudah tertanam pada permukaan sel-sel tubuh.

Pada saat ada zat asing baru masuk, diperlukan waktu 10 hingga 14 hari agar antibodi zat itu
benar-benar terbentuk. Antibodi dapat dijumpai dalam darah, dan cairan nonseluler. Masing-
masing antigen yang terbentuk pasti mempunyai kesesuaian dengan zat asing (antigen) yang
sempurna. Tempat melekatnya antigen pada antibodi dinamakan dengan variabel, sedangkan
tempat melekatnya antibodi pada antigen dinamakan epitope.
Mekanisme pembentukan antibodi
Pembentukan antibodi menurut teori Seleksi Klonal (clonal selection theory) yang dikemukan
oleh Jerne & Burnet (1978): bahwa pada setiap organisme terdapat berjuta-juta prekursor
limfosit, kurang lebih ada sekitar 108-1012 jenis sel limfosit B.
Dengan adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh suatu organisme, maka akan merangsang
interaksi antara antigen determinan (epitope) dengan sel limfosit B yang sesuai yang kemudian
akan memacu diferensiasi dan proliferasi dari sel tersebut menjadi sel plasma yang memiliki
kemampuan menghasilkan antibodi (immunoglobulin).
Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma ini disekresikan langsung ke cairan tubuh, oleh
karena itu disebut sebagai kekebalan humoral. Selain itu, limposit B akan berdiferensiasi
menjadi sel memori yang mampu menyimpan ingatan terhadap antigen sejenis.

LO3. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN VAKSIN DAN IMUNISASI

VAKSIN

Vaksin sendiri merupakan di definisikan sebagai sediaan biologis yang menimbulkan suatu
kekebalan terhadap penyakit. Di dalam sebuah vaksin, umumnya terkandung sejumlah kecil
bahan yang menyerupai organisme pathogen yang mampu menginduksi system imun. System
imun akan mengenalnya sebagai benda asing, menghancurkannya, kemudian menyimpannya
dalam memori sel imun sehinggal system imun tubuh dapat mengenalinya dan
menghancurkannya jika terpapar kembali oleh pathogen yang sama.

Tipe vaksin

 Virus yg di lemahkan (live attenued virus)


Polio sabin, mumps, rubella, varicella, yellow fever.

 Bakteri yg di lemahkan (live attenued bacterium)


BCG, Ty21a (vaksin oral tifoid)

 Virus yg telah di lemahkan (killed whole virus)


Polio salk, influenza, hepatitis A

 Sel bakteri yang di matikan (killed whole bacterium)


Portussis, cholera, antraks.

 Toxoid
Difteria dan tetanus.

 Mollecular vaccine: protein


Acellular pertussis, subunit influenza, hepatitis B.

 Mollecular vaccine: karbohidrat


Haemophilus influenza type B (HIB), VI tifoid, meningokok penumonak.

 Molecular vaccine, carybo – protein – conjugate.


Difteri pertussis tetanus (DPT), measles mumps rubella (MMR), DPT Hib.

Berdasarkan pendekatan baru dlm pembuatannya.

 Vaksin rekombinan.
Berprinsip pada penyisipan satu lebih gen yang mengkode determinan imunitas yang
penting pd mikroorganisme. Vector yang sering di gunakan adalah virus (poxvirus
vaccinia) dan bakteri (salmonella). Ex: hepapatis B

 Vaksin DNA berasal dari asam nukleat yang mengkode antigen penting. Vaksin ini
masih dlm penelitian dan di kembangkan un tuk memproduksi vaksin influenza,
HIVdan herpes simpleks.

Persiapan pasien

1. Menilai HALO pasien


Vaksinasi yang akan di berikan kepada pasien akan di tentukan oleh kondisi HALO
yaitu: Health (kondiisi kesehatan saat itu), Age, Lifestyle, Occupation (pekerjaan
pasien)
 Factor health, di nilai berdasarkan adanya kondisi penyakit kronis, hamil
riwayat STD (sexuallu transmitted disease), atau penurunan imun termasuk
HIV.
 Factor age, di nilai berdasarkan apakah pasien tergolong dewasa muda atau di
atas 50 tahu, karena masing – masing kelompok memerlukan vaksinasi
tersendiri.

 Factor lifestyle, di pertimbangkan berdasarkan adanya perilaku seks bebas,


homo seksual, penggunaan narkoba suntikan, atau hobi wisata manca negara.
 Factor occupation, di nilai berdasarkan adanya factor resiko penyakit tertentu
pada oekerjan pasien, misalnya pelajar, pekerja kesehatan, pekerja pembuangan
sampah dan narapidana.

2. Menentukan riawayat vaksinasi sebelumnya


Riwayat vaksinasi sebelumnya dan penyakit apa yang membuat pasien telah mendapat
kekekalan tubuh perlu di ketahui sebelum menentukan vaksin apa yang akan di berikan.

3. Penyaringan terhadap kontraindikasi dan perhatian khusus.


Semua pasien sebaiknya di saring untuk mencari ada tidaknya kontraindikasi dan
kondisi berkaitan dengan imunisasi yang akan di berikan. Penyaringan dapat di lakukan
dengan menggunakan “kuesioner penyaringan untuk imunisasi dewasa, yang di isi oleh
pasien sebelum imunisasi.

4. Komunikasi mengenai keamanan dan resiko imunasi keuntungan dan resiko imunisasi
perlu di diskusikan antara petugas kesehatan dan pasien agar dapat mengevaluasi
informasi yang pernah di dapat, mendiskusikan permasalahan imunisasi, dan membuat
keputusan berkaitan dengan imunisasi.
5. Persiapan perlengkapan penangan reaksi anafilaksis perlu di katakana pengecekan
ketersediaan protocol, peralatan, dan obat 0 obatan untuk penanganan reaksi anafilaksis
sebelum pemberian vaksin.

6. Posisi dan kenyamanan.


Dalam menentukan posisi pasien, petugas kesehatan perlu mengakomodasi
kenyamanan, keamanan, usia, tingkat aktivitas pasien, dan lokasi penyuntikan. Posisi
terbaik saat penyuntikan adalah duduk. Posisi tersebut dapat mencegah pasien terjatuh
bila pasien merasa pusing setelah penyuntikan.

7. Control nyeri.
Anastesi topical dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri pada tempat suntikan. Bila
di dapatkan demam setelah vaksinasi, dapat di berikan analgesic nonaspirin untuk
mengurangi ketidaknyamanan.

8. Kontrol infeksi.
Untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit pada pemberian imunasi maka petugas
kesehatan harus mengikuti standard precaution berupa:
 Mencuci tangan dengan sabun/air/alcohol pembersih setiap kali kontak dengan
pasien.
 Memakai sarung tangan untuk mengurangi resiko kontak dengan cairan tubuh
infeksius dan melindungi lesi terbuka di tangan.

 Memakai jarum suntik dan semprit steril dan sekali pakai.


 Tidak perlu mengganti jarum setelah mengambil vaksin dari vialnya.
 Tidak mencampur vaksin yang berbeda dalam semprit yang sama, kecuali di
bolehkan oleh petunjuk, dan
 Membuang jarum dan semprit yang di gunakan pada container yang tidak
tembus jarum untuk mencegah cedera tertusuk jarum/penggunaan ulang.

Persiapan vaksin

1. Pemeriksaaan vaksin.
Setiap vial vaksin harus di periksa untuk memastikan apakah terdapat kerusakan atau
kontaminasi sebelum di gunakan. Pemeriksaan berupa deteksi ada/tidaknya partikel
asing maupun perubahan warna sebelum pemberian, serta memastikan tanggal
kadaluwarsa yang tercetak di vial/kotak. Bila terdapat kelinan pada hal tersebut, maka
vaksin tidak boleh di gunakan.

2. Pengenceran / pelarutan vaksin.


Terdapat beberapa vaksin yang memerlukan pelarutan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Pelarutan di lakukan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat, dengan
menggunakan pelarut yang di sediakan.

3. Vaksin yang sudah di persiapkan dalam alat suntik.


Vaksin harus di suntikkan segera setelah di siapkan. Pengisian vaksin dalam alat suntik
jauh sebelum penyuntikkan tidak di sarankan karena akan sulit di identifikasi jenis atau
merknya. Selain itu banyak vaksin yang akhirnya tidak terpakai, dan kemungkinan akan
terjadi kontaminasi bakteri pada vaksin yang tidak mengandung pengawet.
 Pelabelan.
o Pelabelan alat suntik di lakukan dengan cara meletakkan alat suntik dekat vial
vaksin, meletakkan alat suntik pad arak berlabel yang terpisah,
j=menggunakan label berwarna atau label yang terlah di cetak vsksin.

4. Strategi mencegah kesalahan dalam pemberian imunisasi.


 Pelatihan staf mengenai penggunaan dan pemberian vaksin
 Penyediaan materi referensi terbaru untuk setiap vaksin. Referensi dapat
berupa lembar petunjuk berisi waktu dan jeda oemberian vaksin, cara
pemberian, tempat penyuntikkan, panjang jarum suntik yang di perlukan, serta
petunjuk lainnya.
 Penyusunan vaksin dengan cara vaksin yang mendekati tanggal kadaluwarsa
terletak di bagian depan unit penyimpanan.

Indikasi

1. Riwayat pajanan: tetanus toksoid, rabies.


2. Resiko penularan: influenza, hepatitis A, tifoid, MMR.
3. Usia lanjut: pneumokok: influenza.
4. Resiko pekerjaan: rabies, hepatitis B.
5. Rencana bepergian: Japanese B ensefalitis, yellow fever, tifoid, hepatitis A.
6. Jamaah haji: meningokok ACYW 135, influenza

Waktu Pemberian
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pemberian vaksin maupun yaitu :
1. Penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, HIV, akibat
penggunaan obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
2. Sakit.
3. Bayi dengan berat badan kurang dari batas vaksin/imunisasi
IMUNISASI

Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi
aktif) maupun dengan pemberian antibodi (imunisasi pasif). Imunisasi aktif menstimulasi
sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang melawan agen
penginfeksi, sedangkan imunisasi pasif menyediakan proteksi sementara melalui pemberian
antibodi yang diproduksi secara eksogen maupun transmisi transplasenta dari ibu ke janin .

Imunisasi di definisikan sebagai induksi agar terjadi pembentukan imunitas dengan berbagai
cara, baik aktif maupun pasif. Sementara vaksinasi merupakan tindakan pemberian suatu
vaksin. Vaksinasi belum tentu sebuah tindakan imunisasi, dan imunisasi tidak selalu
melibatkan vaksin.

Vaksinasi, yang merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan
sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang
peka, antibodi, maupun sel memori .

Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan imunoglobulin yang berasal dari plasma donor
Pemberian imunisasi pasif hanya memberikan kekebalan sementara karena imunoglobulin
yang diberikan akan dimetabolisme oleh tubuh.

Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain (IgM, IgA, IgE,
 IgD)
memiliki waktu paruh yang lebih pendek . Oleh karena itu, imunisasi yang rutin diberikan pada
anak adalah imunisasi aktif yaitu vaksinasi.

Imunisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu imunisasi pasif dan aktif.

1. Imunisasi Pasif


Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain yang
telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu yang
sebelumnya imun inkompeten, disebut transfer adoptif. Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui
antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.

a. Imunisasi pasif alamiah


1) Imunitas maternal melalui plasenta
 Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif
kepada janin. IgG dapat berfungsi sitotoksik, antivirus dan antibakterial terhadap H. Influenza
B atau S. agalacti B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif kepada
janin dan bayi.

2) Imunitas maternal melalui kolostrum
 ASI mengandung berbagai komponen sistem imun.
Beberapa di antaranya berupa Echancement Growth Factor untuk bakteri yang diperlukan
dalam usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu (lisozim,
laktoferin, interferon, makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibodi ditemukan dalam ASI dan
kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum (ASI pertama segera setelah partus).

b. Imunisasi pasif buatan

1) Immune Serum Globulin nonspesifik


2) Immune Serum Globulin spesifik: Hepatitis B Immune Globulin, ISG Hepatitis A, ISG
Campak, Human Rabes Immune Globulin, Human Varicella-Zoster Immune Globulin,
Antisera terhadap virus Sitomegalo, Antibodi Rhogam, Tetanus Immune Globulin, dan
Vaccina Immune Globulin.


3) Serum asal hewan


2. Imunisasi Aktif


Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan
atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca
ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan
booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi. Keuntungan dari
pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan
pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi alamiah. Vaksin yang
dilemahkan diproduksi dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat
merupakan pembawa gen dari mikroorganisme lain yang sulit untuk dilemahkan.

JENIS IMUNISASI

1. Imunisasi Dasar

 BCG


BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali
sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan.
 Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.


- Cara pemberian : Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur
kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 mL.
 .


- Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita
infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:

1. 
 Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan
parut.

2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

- Komplikasi yang mungkin timbul adalah
 Pembentukan abses (penimbunan nanah) di


tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan
aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu
tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2- 6 bulan.

 DPT


Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
 Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
 Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri
pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan
serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan
otak.
 Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta
kejang.


Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari
7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha


- Cara pemberian : munisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2
bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-
6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan
DT, bukan DPT.
 Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan
booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya
memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir
85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen
pertusis di dalam vaksin.
 Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi
berikut: demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius), kejang, kejang demam (resiko lebih tinggi pada
anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam
keluarganya), syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik
atau kejangnya bisa dikendalikan.


1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri
di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan

 Polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri
otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian.


Terdapat 2 macam vaksin polio :

1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan melalui suntikan


2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua
bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.


 Cara pemberian : munisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio
IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.


Kontra indikasi pemberian vaksin polio:


1) Diare berat


 2) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)


 3) Kehamilan


 Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
 Dosis pertama
dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga
dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang
tertinggi.


 Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu
dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana
polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan
imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang
yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin,
polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia,
kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang
sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan
lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-
benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

 
 Campak


Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi
campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian
luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.


Kontra indikasi pemberian vaksin campak :


1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsius


2) Gangguan sistem kekebalan


3) Pemakaian obat imunosupresan
 4) Alergi terhadap protein telur


5) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin


 6) Wanita hamil


Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala
kataral serta ensefalitis (jarang).


2. IMUNISASI LANJUTAN

 DT

Memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan
tetanus.
 Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh
atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri
dan tetanus.


Cara pemberian : imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam inggi.

Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.


 TT
 (Tetanus Toxoid)

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.
ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit tetanus.

Cara Pemberian : Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan
sebanyak 0,5 mL.

Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.


3. IMUNISASI PILIHAN

 MMR


Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler
dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun
kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan
juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak
Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah
bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada
bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa
menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara
autisme dengan pemberian vaksin MMR.


 Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12
bulan.


Cara Pemberian : Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu
diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada
saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau
lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali
suntikan MMR sebelum masuk SD.

Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan
karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan
seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan
untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:


 1) Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam
kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan
MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.


 2) Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah
rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
menerima suntikan MMR.


 3) Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit
yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan
MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan
sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR,
tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan
sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul).


 4) Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi
pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima
suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada
tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun
jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa
mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2
minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.


- Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang
ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa
menimbulkan komplikasi yang sangat serius.


Perhatian : Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR
sebaiknya tidak diberikan kepada:


 1) Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin


2) Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin


3) Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma
maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati
imunosupresan.


 4) Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

 Hib


Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.


Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang
bisa menyebabkan anak tersedak.


Cara pemberian : Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak
berumur 2, 4 dan 6 bulan.


Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan
ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk
keropeng yang akan mengelupas.
 Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang
mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin
dengan selang waktu 4-8 minggu.


Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat
ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius
sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.


Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang
menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya
ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan
250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
 Vaksin
varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin
juga seumur hidup.


Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa :


1) Demam
2) Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
3) Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.


Efek samping yang lebih berat adalah :


1) Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
pneumonia.


2) Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata,
bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang
terjadi.

3) Ensefalitis

 4) Penurunan koordinasi otot.


Kontra Indikasi :


1) Wanita hamil atau wanita menyusui


2) Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang
memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan


 3) Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin
karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut


4) Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan
sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
5) 
 Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
 6) Setiap
orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
 7) Anak-
anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

 HBV


Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi
hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Cara pemberian :

- Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif,
bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali
dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan
antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan
HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

- Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan
kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan
pada saat anak berumur 6 bulan.
 d. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya
tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera
diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada
anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat
diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis
(demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam
beberapa hari.
 11. Pneumokokus Konjugata
 a. Imunisasi pneumokokus konjugata
melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini
juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi
darah).

Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-
anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

LO4. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM


MENGENAI HUKUM VAKSIN

PEMBERIAN VAKSIN
Masalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :
1. Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Ibnu Hazm. Di
antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah :
‫ص َل َوقَد‬َّ َ‫ط ِررتُم َما إِ َّّل َعلَي ُكم َح َّر َم َما لَ ُكم ف‬ ُ ‫إِلَي ِه اض‬
“ Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya....” (QS. Al-An’am [6]:119)
Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit, Nabi
membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya, dan bolehnya orang
yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada penyakit di rambutnya.
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari
penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
‫صبَّ َح َمن‬ َ َ ‫ت‬ َّ
‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫م‬ ‫و‬‫ي‬
َ ‫ع‬ َ َ‫ب‬‫س‬ ‫ت‬ِ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫م‬َ ‫ت‬
َ َ َ َ ‫ة‬‫و‬ ‫ج‬‫ع‬ ‫م‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ه‬‫ُر‬
َّ ‫ض‬ ‫ي‬
َ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ َ ‫ذ‬ ‫ل‬
َ‫ِك‬ ‫م‬
ِ ‫و‬‫ي‬
َ ‫ال‬ ‫م‬ ‫س‬
ُ َ ‫ّل‬‫و‬َ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫س‬
ِ
“Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar
sehari itu dari racun dan sihir” (HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk
membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalua dikhawatirkan terjadi
wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala
terkena penyakit.
2. Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah. Di antara dalil
mereka adalah sabda Nabi :
‫بِ َح َرام تَدَ َاووا َوّلَ فَتَدَ َاووا دَ َواء دَاء ِل ُك ِل َو َجعَ َل َوالد ََّوا َء‬
“Sesungguhnya allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan
jangan berobat dengan benda haram” (ash-Shohihah : 4/174).
Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib menurut jumhur ulama, dan
karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang yakin.
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri
dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
‫صبَّ َح َمن‬ َ َ‫سب َع يَوم ُك َّل ت‬ َ ‫ت‬ ِ ‫سم اليَو ِم لِكَ ذَ فِي يَض َُّرهُ لَم َعج َوة تَ َم َرا‬
ُ َ‫ِسحر َوّل‬
“Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar
sehari itu dari racun dan sihir” (HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab
untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalua
dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya
boleh berobat tatkala terkena penyakit. Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah :
‫ص َل َوقَد‬ ُ ‫ِإلَي ِه اض‬
َّ َ‫ط ِررتُم َما ِإ َّّل َعلَي ُكم َح َّر َم َما لَ ُكم ف‬
“…Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6] : 119)
Kutipkan fatwa yang diterbitkan oleh lembaga fatwa Syabakah Islamiyah di bawah bimbingan
Dr. Abdullah al-Faqih mengenai pemberian vaksin :
‫المسلمين األطباء من واألمناء الثقات مراجعة فيمكن التطعيم به يكون الذي الدواء مكونات في شك وقع إن‬
1. Jika masih ada keraguan mengenai kandungan obat yang digunakan untuk vaksin, maka
bisa merujuk kepada para dokter yang ahli dan amanah di bidangnya.
‫كاملة استحالة استحال قد النجس هذا يكن لم ما به التطعيم يجوز ّل أنه فاألصل النجاسات من شيء على اشتماله ثبت فإن‬
‫ أثر له يبق لم بحيث‬، ‫باّلستحالة النجسة األعيان طهارة على الفقهاء نص فقد‬
2. Jika dipastikan obat itu mengandung sesuatu yang najis, maka hukum asalnya tidak boleh
digunakan untuk vaksinasi, selama najis itu tidak mengalami istihalah (perubahan unsur)
secara sempurna, dimana sudah tidak lagi tersisa unsur najisnya (karena sudah berubah
menjadi unsur yang lain). Para ulama telah menegaskan bahwa benda najis bisa menjadi
suci karena mengalami istihalah (perubahan unsur).
‫هو استعماله يجوز فال مباح بديل عنه وجد فإن يستحل لم إذا وأما‬
3. Apabila tidak mengalami istihalah secara sempurna, jika dijumpai ada pengganti yang
mubah, maka tidak boleh menggunakan vaksin yang najis ini.
‫تفصيال المسألة في أن فالظاهر المباح البديل يوجد لم إذا وإما‬
4. Jika tidak ada pengganti vaksin yang mubah, yang lebih tepat ada rincian dalam masalah
ini,
‫أن يخشى بحيث خطيرا مرضا حصوله المخوف المرض وكان راجحا احتماّل تطعيمهم يتم لم من إصابة احتمال كان فإن‬
‫يقول وعال جل وهللا الملجئة الضرورة من تقترب الحالة هذه أن فالظاهر دائمة إعاقة أو وفاة يسبب‬
5. Jika orang yang tidak diberi imunisasi berpeluang besar terkena wabah penyakit, sementara
wabah penyakit yang dikhawatirkan terjadi adalah wabah yang membahayakan, dimana
dikhawatirkan menimbulkan kematian atau cacat permanen, yang lebih tepat, pada keadaan
ini mendekati kondisi darurat yang mulji’ (tidak ada pilihan lain).
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika
seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut
niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau
kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan: “Darurat itu membolehkan suatu
yang dilarang.” Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti
lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja. Oleh
karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : “Seandainya seorang terdesak untuk
makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan
lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.”
Kemudahan Saat Kesempitan :
Sesungguhnya syari’atislam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang
mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: “Dalil-dalil tentang kemudahan
bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti”. Semua syari’at itu mudah. Namun,
apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya
ucapan Imam asy-Syafi’I tatkala berkata : “Kaidah syari’at itu dibangun (di
atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.” Perlukah
Vaksin? Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang
dewasa yang mengalami gangguan system imun dan syaraf, interaktif, kelemahan daya ingat,
asma, sindrom keletihan kronis, lupus, arthritis reumatiod, sclerosis
multiple, dan bahkan epilepsy. Hal itu disampaikan oleh Presiden Pusat Informasi Vaksin
Nasional Amerika, Barbara Loe. Sementara itu, dr. Muhammad Ali Toha
Assegaf, Anggota IDI, Anggaota Ikatan Dokter Akupuntur Indonesia menyatakan
kegelisahannya terhadap vaksin, Halalkah vaksin yang ada di negeri ini / perlukah vaksinasi?
Dan amankah? Ini adalah kegelisahan saya sebagai dokter dan kegelisahan jutaan orang
yang menyakini sabda Rasulullah SAW. : “Allah tidak menciptakan kesembuhan dari hal
yang diharamkan atas kalian”. Juga Allah SWT tidak menjadikan barang haram sebagai
obat bagi umatku”.
Pendapat Kontra :
a) Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah
orang tertular penyakit infeksi yang pengguna alkohol, obat bius, dll.

b) Efek samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal,


aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu
autism, cacat otak, dll.
c) Lebih banyak bahaya daripada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
d) Konspirasi dan akal-akalan Negara barat untuk memperbodoh dan meracuni negara
berkembang dan Negara muslim dengan menghancurkan generasi muda.
e) Menyingkirkan metode pengobatan & pencegahan dari Negara-negara
berkembang dan Negara muslim seperti minum madu, minyak
zaitun, kurma, & habbatussauda.
Pendapat Pro :
a) Mencegah para bayi tertular dari sang ibu, yang membawa virus
toksoplasma, rubella, hepatitis B yang dapat membahayakan ibu dan janin.
b) Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi
wabah seperti kolera, diphteri, & polio.
c) Efek samping yang membahayakan bisa diminimalisirkan dengan tanggap
terhadap kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu
tentang jenis merek vaksin serta jadwal yang benar sesuai kondisi setiap orang.
d) Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Contoh fatwa MUI yang
menyatakan halal. Dan jika haram, makat tetap diperbolehkan karena mengingat
keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah. Percampuran benda
najis atau haram dengan benda suci Kemudian juga ada istilah
“istihlak” yaitu bercampurnya benda najis atau haram pada benda yang
suci sehingga mengalahkannya sifat najis baik rasa, warna dan baunya. Misalnya
hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak. Maka tidak membuat
haram air tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Air itu
suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun.” (Bulughul Maram, Bab miyah no.2).

“Jika air mencapai dua qullah tidak mengandung najis – diriwayat yang lain- tidak
najis” (Bulughul Maram, Bab miyah no.5). Maka enzim babi vaksin yang
hanya sekedar katalisator yang sudah hilang melalui proses pencucian,
pemurnian dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya. Jika kita masih
berkeyakinan bahwa vaksin haram, mari kita kaji lebih lanjut. Bahwa ada kaidah
fiqhiyah, “Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”

Kaidah ini dengan syarat:


 Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.
 Digunakan sekadar mancukupi saja untuk memenuhi kebutuhan.
Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat :
 Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya
Adapun yang berdalil dengan daya tahan tubuh bisa dengan jamu, habbatussauda, madu
(bukan berarti kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional), maka kita jawab itu
adalah pengobatan yang bersifat umum tidak spesifik, sebagaimana jika kita
mengobati virus tertentu, maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan
daya tahan tubuh, akan tetapi bisa sangat lama dan banyak faktor. Bisa
saja ia mati sebelum daya tahan tubuh meningkat. Apalagi untuk jamaah haji syarat satu-
satunya adalah vaksin. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar
penggunaannya saja.
Jika ada yang berdalil dengan, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya.
Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani, hasan)
Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan
benda-benda haram kecuali dalam kondisi darurat, dengan syarat :
1. Penyakit tersebut penyakit yang harus diobati
2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.
3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.
Hal ini berlandaskan pada kaidah fiqhiyah, ” Jika ada dua mudharat (bahaya)
saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan“
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, edisi 8
2. Imunologi dasar Prof. Karnen Baratawidjaja & dr. Iris rengganis
3. Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. (2014) Imunologi Dasar Edisi ke-
11. Jakarta, Badan Penerbit FKUI.
4. Brooks,G.F., K.C.Carroll, et al (2010) Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz, Melnick, &
Adelberg) Edisi 25. Jakarta, EGC.
5. Dorland, W. A. N. (2010). Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31. Jakarta: EGC
6. Dari artikel Pro Kontra Hukum Imunisasi dan Vaksinasi — Muslim.Or.Id –
Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah dan
https://kesehatanmuslim.com/imunisasi-dalam-pandangan-syariat/
7. Eroschenko, Victor P. (2010). Atlas Histologi diFiore ed. 11. Jakarta : EGC
8. Garna Baratawidjaja, Karnen dan Iris Rengganis. (2014). Imunologi Dasar. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
9. Sherwood, Lauralee. (2015) Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta,
EGC.
10. Zulhamidah, Yeni. 2014. Sistema Lymphaticus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
11. https://konsultasisyariah.com/32277-hukum-imunisasi-yang-mengandung-babi.html
12. http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.html
13. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.
id/dspace/bitstream/123456789/2109/1/LAUKHA%2520MAHFUDLOH-
FKIK.pdf&ved=2ahUKEwj1qdOht9fhAhW1mOYKHR8UDyMQFjAAegQIBhAB&
usg=AOvVaw1Z6-zlNUtI33FpHc_chsCk&cshid=1555514577723
14. Respository.uinjkt.ac.id

Anda mungkin juga menyukai