BLOK MUSKULOSKELETAL
NYERI SENDI SIKU
KELOMPOK A11
Ketua :
Magma Sanggiri
(1102015124)
Anggota :
1. Diyah Fathonah
2. Gigih Usahawan
3. Ayu Suci Nurmalasari
4. Dandy Abdi Cita Gemilang
5. Daniah Khairunnisa
6. Destia Ananda
7. Gufta Safira Aliya Alif
8. Indira Maycella
(1102014078)
(1102014116)
(1102015041)
(1102015051)
(1102015052)
(1102015056)
(1102015087)
(1102015098)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2015
DAFTAR ISI
SKENARIO.............................................................................................................3
KATA SULIT..4
PERTANYAAN DAN JAWABAN4
HIPOTESA..6
SASARAN BELAJAR....7
LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Persendian dan Fungsi
Persendian
LO 1.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Makroskopis
Persendian.8
LO 1.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Mikroskopis
Persendian18
LO 1.3 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Fungsi
Persendian21
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Tentang Metabolisme dan Ekskresi Asam Urat
LO 2.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan Metabolisme Asam
Urat..22
LO 2.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan Ekskresi Asam
Urat..23
LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Gout Arthritis
LO
3.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Definisi Gout
Arthritis.24
LO 3.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Epidemiologi Gout
Arthritis..24
LO 3.3 Dapat memahami dan Menjelaskan tentang Etiologi Gout
Arthritis.25
LO 3.4 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Patofisiologi dan
Patogenesis dari Gout Arthritis.27
LO 3.5 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Manifestasi Klinis
Gout Arthritis..31
LO 3.6 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Diagnosis dan
Diagnosis Banding Gout Arthritis..32
LO 3.7 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Tatalaksana Gout
Arthritis..38
LO 3.8 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Komplikasi Gout
Arthritis..46
LO 3.9 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Prognosis Gout
Arhtritis..46
LO 3.10 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Pencegahan Gout
Arthritis..47
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Uricosuric
LO 4.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Probenesid...50
LO 4.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Kolkisin...50
LO 4.3 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Sulfinpirazon...51
DAFTAR PUSTAKA.53
SKENARIO
NYERI SENDI SIKU
Seorang laki-laki 50 tahun, dating ke Rumah Sakit dengan keluhan sendi siku
dirasakan nyeri dan berdenyut serta mengganggu rentang gerak ( Range Of
Movement / ROM) sejak 2 bulan ini. Riwayat pernah bengkak kemerahan pada
metatarsophalangeal I dialami 5 bulan yang lalu dan berkurang setelah meminum
obat anti nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bengkak kemerahan pada
sekitar olecranon. Hasil pemeriksaan laboratorium didapati hyperurecemia.
Dokter memberikan nonsteroid antiinflammasi drug (NSAID) dan uricosuric pada
pasien.
KATA SULIT
1. Range Of Movement
: Seberapa jauh sendi dapat bergerak bebas
2. Metatarsophalangeal I
: Sendi antara tulang metatarsal dengan
phalanx bagian proximal
3. Olecranon
: Penonjolan tulang ulna pada siku
4. Hyperurecemia
: Keadaan kelainan metabolic dimana kadar
asam urat dalam darah tinggi. Pada hyperurecemia primer disebabkan
karenan kelainan pada metabolisme purin, sedangkan pada hyperurecemia
sekunder disebabkan oleh penyakit seperti kanker. ( Kadar normal asam
urat pada wanita ( 2,6 6 mg/dl) pada laki-laki ( 3,5-7 mg/dl).
PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan rasa nyeri dan berdenyut pada sendi siku ?
2. Mengapa dokter meresepkan NSAID dan Uricosuric?
3. Kenapa pada pemeriksaan fisik didapatkan bengkak kemerahan disekitar
olecranon ?
4. Apa penyebab asam urat tinggi ?
5. Rentang gerak apa yang terganggu pada penderita asam urat?
6. Pemeriksaan apa yang dapat membantu menegakkan diagnosis?
7. Apa kebiasaan yang menyebabkan gangguan pada ROM ?
8. Apa yang menjadi Gold Standart dapat ditegakkannya diagnosis ?
9. Apa hubungan bengkak kemerahan pada metatarsalphalangeal I dengan
bengkak kemerahan pada sekitar olecranon ?
10. Adakah dampak dari asam urat yang tinggi selain nyeri sendi ?
JAWABAN
1. Karena kadar asam urat tinggi sehinggan terjadi penumpukan pada sendi
dan siku yang menyebabkan reaksi inflamasi yang menyebabkan rasa
nyeri dan berdenyut ( penumpukan garam asam urat hasil dari metabolism
purin yang berlebih)
2. Karena sesuai fungsinya. Fungsi dari uricosuric adalah untuk mengurangi
asam urat dalam tubuh sedangkan fungsi dari NSAID adalah obat anti
inflamasi.
3. Karena adanya inflamasi dan asam urat hanya bisa menumpuk pada sendi
yang kecil.
4. Penumpukan garam asam urat serta ekskresi asam urat yang terganggu.
5. Fleksi dan ekstensi
6. Anamnesis : Faktor keturunan, penyakit lain sebagai penyebab sekunder,
minum alcohol atau obat-obatan tertentu kah secara teratur
Pemeriksaan Fisik : tanda-tanda anemia, perbesaran organ lymphoid,
kelianan pada sendi
Penunjang : Darah rutin dan urin rutin
7. sering mengangkat beban yang terlalu berat dan adanya cedera. Selain itu
penumpukan asam urat pada sendi juga dapat menyebabkan gangguan
pada ROM, ada pun kebiasaan yang dapat meningkatkan asam urat seperti
pola hidup tidak sehat yang sering mengkonsumsi makanan yang kaya
akan purin.
8. Ditemukannya tofus pada pemeriksaan cairan sendi
9. Hubungannya adalah karena sama-sama disebabkan oleh garam asam urat
yang menempel pada sendi-sendi yang kecil.
10. Gangguan pada ginjal (nefropati urat dan pembentukan batu urat),
menghambat peredaran darah serta metabolism, kelainan arthritis pirai dan
munculnya tofus.
HIPOTESA
Pola hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi makanan yang mengandung
purin tinggi atau adanya factor genetic menyebabkan peningkatan purin dalam
tubuh yang mengakibatkan peningkatan kadar asam urat yang menumpuk pada
persendian kecil sehingga menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini dapat
menyebaban terbatasnya ROM. Untuk menegakkan diagnosis perlu di lakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang dan juga ditemukannya tofus pada cairan sendi.
Asam Urat yang tinggi dapat ditanganin dengan pemberian NSAID dan
Uricosuric.
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Persendian dan Fungsi
Alat Gerak
LO 1.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Makro
Persendian
LO 1.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Mikro
Persendian
LO 1.3 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Fungsi Alat Gerak
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Tentang Metabolisme dan Ekskresi Asam
Urat
LO 2.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan Metabolisme Asam Urat
LO 2.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan Ekskresi Asam Urat
LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Gout Arthritis
LO 3.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Definisi Gout Arthritis
LO 3.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Epidemiologi Gout
Arthritis
LO 3.3 Dapat memahami dan Menjelaskan tentang Etiologi Gout Arthritis
LO 3.4 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Patofisiologi dan
Patogenesis dari Gout Arthritis
LO 3.5 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Manifestasi Klinis
Gout Arthritis
LO 3.6 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Diagnosis dan
Diagnosis Banding Gout Arthritis
LO 3.7 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Tatalaksana Gout
Arthritis
LO 3.8 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Komplikasi Gout
Arthritis
LO 3.9 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Prognosis Gout
Arhtritis
LO 3.10 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Pencegahan Gout
Arthritis
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Uricosuric
LO 4.1 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Probenesid
LO 4.2 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Kolkisin
LO 4.3 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Sulfinpirazon
1. Synarthrosis
Sendi yang tidak bergerak sama sekali. Sendi ini
dipersatukan oeh jaringan ikat padat fibrosa. Salah satu contohnya
sutura, yang tidak bersifat permanen karena dapat digantikan
nantinya oleh tulang dikemudian hari, disebut sinostosis. Jika
sendi pada tulang dipersatukan dengan dengan lebih banyak
jaringan fibrosa, disebut syndesmosis. Contohnya sydesmosis
radio-ulnaris dan tibio-ulnaris.
Macam yang ketiga yaitu gamphosis, sendi yang terbatas
hanya pada gigi dalam maksila dan mandibula. Ada yang bernama
synchondrosis, diantara tulang terdapat tulang rawan. Contoh:
symphysis pubis dan symphysis manubriosternalis.n Schindelysis,
satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang seperti pada
reostrum sphenoidale masuk ke dalam Os vomer.
2. Ampiarthosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan
sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
a. Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat
serabut dan ligamen. Contoh: persendian antara fibula dan
tibia.
3. Diarthrosis
Sendi yang dapat bergerak bebas. Merupakan sendi yang
terdapat rongga diantara kedua tulang. Pada articulation synovialis
terdapat: Cartilago articularis, Cavitas articularis, Discus
articularis, Meniscus articularis, Labrum articulare, Capsula
articularis, Membrana fibrosa, Membaran synovialis, Plica
synovialis, Villi synovialis, Synovia, Ligamenta terdiri dari:
Ligamentum extracapsularis, Ligamentum capsularis, dan
Ligamentum intracapsularis. Dapat dikelempokkan menjadi:
a. Sendi peluru
: persendian yang memungkinkan
pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang
lengan atas dengan tulang belikat.
b. Sendi pelana
: persendian yang memungkinkan
beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
c. Sendi putar
: persendian yang memungkinkan
gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang
tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
d. Sendi luncur
: persendian yang memungkinkan
gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan
tulang pergerlangan kaki.
e. Sendi engsel
: persendian yang memungkinkan
gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang lengan
atas dan tulang hasta.
Articulatio diarthrosis dapat dibagi atas:
Berdasarkan jumlah tulang yang bersendi:
a. articulatio Simplex
: terdiri dari satu sendi
b. articulation Compsita : terdiri lebih dari satu sendi
Berdasarkan bentuk permukaan sendi:
a. Arthroidea (gliding) disebut juga sendi luncur
Persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu
bidang datar. Kepala sendi dan lekuk sendi rata. Contoh: art.
Intercapales, art. Intertarsales, art. Sternoclavicularis, hubungan
tulang pergerlangan kaki.
10
11
f.
g.
h.
i.
Elevasi
: gerakmengangkat
Supinasi
: gerak menengadahkan tangan
Pronasi
: menelungkupkan tangan
Inversi
: gerak memiringkan telapak kaki ke arah dalam
tubuh
j. Eversi : gerak memiringkan telapak kaki ke arah luar
Gerak berputar dibidang transversal, dapat berupa :
a. Endorotasi : gerak berputar dari lateral ke medial
b. Eksorotasi : gerak berputar medial ke lateral.
c. Laterofleksi : gerak flexi ke arah samping
d. Sirkumdiksi : gabungan dari gerakan rotasi fleksi,
laterofleksi, dan ekstensi
Dasar-dasar gerak sendi
a. Sistem pengungkit (lever system) semakin pendek
lengan bawah semakin kuat untuk mendorong, berarti
lengan bawah yang pendek baik untuk mendorong.
b. Sistem pengungkit II kaki yang pendek akan lebih
menguntungkan terutama tuber calcanei yang panjang.
c. Sistem pengungkit III ukuran lengan gaya tidak
dapat dirubah, sebaliknya lengan beban dapat dirubah.
12
1. Articulatio Glenohumeralis
a. Tulang
: Caput humeri dengan gleinoidalis sertalabrum
gleinoidale
b. Jenis Sendi : Articulatio Sphreoidea , bersumbu tiga
c. Gerak sendi : Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, RotasiMedialis,
Rotasi Lateralis
2. Articulatio Cubiti (Articulatio humero ulnaris & art. Humeroradialis)
a. Tulang
: Incissura throclearis ulna, trochlea humeri
danantara fovea caput articularis radii dan capitulum humeri .
b. Gerak Sendi : Fleksi dan ekstensi.
Otot- otot Shunt : Otot yang mempunyai origo dekat dengan sendi
daninsertio jauh dari sendi (contoh : M. Brachioradialis).
Otot- otot Spurt : Otot yang mempunyai origo jauh dari sendi dan
insertiodekat dengan sendi (contoh : M. Biceps brachii)Otot- otot
shunt lebih berfungsi sebagai stabilitator daripada rotator,
13
Radius
dan
6. Articulatio carpometacarpales
1) Articulatio carpometacarpales I
a. Tulang
: Antara Metacarpales 1 dan trapezium
b. Gerak sendi: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi dan
reposisi
2) Articulatio carpometacarpales II
a. Tulang
: Antara Metacarpale
Carpideretan distalis
b. Gerak sendi : Geser
II
V dengan
Os.
7. Articulatio Metacarpophalangealis
1) Articulatio Metacarpophalangealis I
a. Tulang
: Antara Os metacarpal I dan phalanx I
b. Gerak sendi : Fleksi, ekstensi, sedikit abduksi dan adduksi
2) Art. Metacarpophalangealis II sampai V
a. Tulang : Antara OS metacarpal II dan V dengan PhalanxII
dan V
b. Gerak sendi
: Fleksi, ekstesi, abduksi, adduksi dan
sirkumdiksi
8. Articulationes interphalangealis
a. Tulang
: Antar phalanges
b. Gerak sendi : Fleksi dan ekstensi
Tulang tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas :
1. Humerus atau tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang
atau pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang
14
2.
3.
4.
5.
15
16
a. Tulang
: Antara trochleatali dan lengkung yang dibentuk
oleh maleoli ossa cruris
b. Gerak sendi : Plantar Flexi, Dorsi Flexi, Inversio and Eversio
5. Articulatio Pedis
1) Articulatio talocalcanea
a. Tulang
: Os talus dan Os calcaneus
b. Gerak sendi : gliding
2) Articulatio talocalcaneonavicularis
a. Tulang
: Os talus, Os calcaneus dan Os cuboideum
b. Gerak sendi : Geser dan rotasi
3) Articulatio calcaneocuboidea
a. Tulang
: Os calcaneus dan Os cuboideum
b. Gerak sendi : Geser dan sedikit rotasi
4) Articulatio tarsometatarsales
a. Tulang
: Os tarsi dan Os metatarsi
b. Geraksendi
: Plana
5) Articulatio Metatarsophalangeales
a. Tulang
: Os metatarsi dan Os phalangeales
b. Gerak sendi : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi
6) Articulationes Interphalangeales Pedis
a. Tulang
: Inter phalangeales
b. Gerak sendi : fleksi dan ekstensi
Tulang-tulang anggota gerak bawah disusun oleh :
1. Femur atau tulang paha.Termasuk kelompok tulang panjang, terletak
mulai dari gelang panggul sampai ke lutut.
2. Tibia dan fibula atau tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal
berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan
kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dibandingkan tulang betis karena
berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan
tempat melekatnya beberapa otot.
3. Patela atau tempurung lutut, terletak antara femur dengan tibia, bentuk
segitiga. Patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan
kekuatan pada tendon yang membentuk lutut.
4. Tarsal atau Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan
tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.
5. Metatarsal atau Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang
tersesun mendatar.
6. Palanges atau tulang jari-jari tangan. Setiap jari tersusun atas 3 tulang
kecuali tulang ibu jari atas 14 tulang.
17
Klasifikasi Persendian
1.
Sendi Fibrosa
18
19
20
21
22
23
24
penduduk menderita asam urat. Dan untuk di Indonesia sendiri, asam urat
banyak dijumpai pada etnis Minahasa, Toraja Dan Batak. Prevalensi
tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi yaitu daerah
Manado-Minahasa, ini dikarenakan kebiasaan mereka mengkonsumsi
alkohol dalam jumlah besar.
Prevalensi artritis gout di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi
pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%, meliputi pria sebanyak
1,7% dan wanita 0,05%. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian artritis
gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50%
penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah
keadaan menjadi lebih parah. Satu study yang lama di Massachusetts
(Farmingham study) mendapatkan lebih dari 1% dari populasi dengan
kadar asam urat kurang dari 7 mg/100ml pernah mendapat serangan gout
akut.
LO 3.3 Dapat memahami dan Menjelaskan tentang Etiologi Gout Arthritis
Hiperurisemia dan Gout primer
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas
diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia
primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena
produksi yang berlebih (10-20%).
Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu
karena peningkatan aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase
(PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine
phosporibosyltransferase (HPRT).
Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan
oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat yang
menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang
berlebihan diperkirakan terdapat 3 mekanisme.
1. kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine monopospate (IMP)
atau purine nucleotide yang mempunyai efek feedback inhibition proses
biosintesis de novo.
2. penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang
tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis
de novo meningkat.
3. kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa diubah
kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi hipoxantine
menjadi asam urat.
Hiperurisemia dan Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
25
26
27
gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya
dengan penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten.
Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa
gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan
artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan
(kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya
makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang,
serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang
sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan
keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan
tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak
akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
28
29
Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediatormediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu
mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan
protease. Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
30
sekitar sendi serta di tempat lain. Seiring waktu, tulang rawan sendi
mengalami kerusakan dan fungsi sendi terganggu.
LO 3.5 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Manifestasi Klinis
Gout Arthritis
A. Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa
adanya manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul
serangan akut gout arthritis, atau urolithiasis dan biasanya setelah 20 tahun
keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 10-40% pasien dengan gout
mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal, sebelum adanya
serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi ketika asam urat yang
tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang melumasi
lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan sendi yang
menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal tersebut dapat membentuk tofi
- benjolan di sendi dan jaringan sekitarnya.
B. Gout arthritis stadium akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien
tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan
keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling
sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra. Apabila proses
penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki,
lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian
obat diuretik dan lain-lain.
C. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat
ditemukan tanda- tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan
kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus
berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
31
32
33
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai
20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode
asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal
yaitu 5000 10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat
selama
serangan
akut.
Peningkatan
kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses
inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal
seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam
urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat
maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari
800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan peses atau tisu toilet selama waktu
pengumpulan.
Biasanya
diet
purin
normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami
inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi
menggunakan
jarum
kristal
urat
yang
tajam,
memberikan diagnosis definitif gout. Merupakan gold
standard untuk diagnose gout.
Pemeriksaan radiologi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pemerikasaan X-Ray
Pemeriksaan MRI
34
35
36
Pseudogout
Pseudogout adalah suatu bentuk radang sendi yang ditandai dengan
pembengkakan mendadak pada satu atau beberapa sendi yang diakibatkan
oleh penggumpalan Kristal calcium pyrophosphate dehydrogenase crystal
(CPPD). Kejadian ini dapat berlangsung selama berhari-hari atau
berminggu-minggu. Pseudogout biasanya terjadi pada orang dewasa yang
lebih tua, lebih sering mengenai perempuan dan paling sering
mempengaruhi lutut.
Gejala-gejalanya mirip dengan gout, penyebab pseudogout tibatiba, sakit parah dalam bersama, dipicu oleh kristal di lapisan sendi. Tapi
tidak seperti gout, yang biasanya mempengaruhi sendi jempol kaki,
biasanya pseudogout mempengaruhi sendi besar ekstremitas (lutut,
pergelangan kaki dan tangan, siki dan bahu). Gejala pseudogout juga mirip
dengan arthritis rheumatoid seperti melibatkan beberapa sendi simetris,
kekakuan pagi hari, penebalan sinovium dan peningkatan laju endap
darah.
3. Septic arthritis
Septic arthritis adalah infeksi yang sangat menyakitkan pada sendi. Bakteri
atau jamur dapat menyebar dari daerah lain dalam tubuh ke dalam sendi.
Kadang-kadang bakteri hanya menginfeksi sendi saja tanpa mengganggu
daerah tubuh lain.
Pada septic arthritis, kuman menyusup ke dalam sendi dan menyebabkan
nyeri yang parah disertai pembengkakan. Biasanya kuman hanya menyerang
satu sendi. Bakteri paling sering menyerang lutut, meskipun sendi lain juga
dapat terkena, termasuk pinggul, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan,
dan bahu.
Anak-anak dan orang dewasa paling mungkin terserang septic arthritis.
Jika diobati dalam seminggu setelah gejala pertama muncul, kebanyakan
penderitanya dapat benar-benar pulih.
Septic arthritis biasanya menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan
menggerakkan sendi yang terkena. Tanda dan gejalanya antara lain:
1. Demam
2. Nyeri parah pada sendi yang terkena, terutama ketika menggerakkan sendi
3. Pembengkakan sendi yang terkena
4. Hangat di daerah sendi yang terkena
Pada anak-anak, gejala tambahannya dapat berupa;
1. Hilang nafsu makan
37
1. Non Farmakologi
38
39
2. Terapeutik
Bukan sebagai jalan terakhir. Memerlukan pengalaman Chirurgis
untuk memutuskan dan menentukan waktu yang tepat. Jenis
operasi :
1) Osteotomi : Mengembalikan kesegarisan sendi
2) Arthroplasty :Rekonstruksi sendi
3) Arthrodesis : Membuat sendi kaku, nyeri hilang tapi
gerakan terbatas
4) Operasi jaringan lunak, melakukan release dari otot-otot
yang tegang (Neurektomi) tetapi hilangnya rasa sakit
hanya untuk sementara.
2. Farmakologi
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati
dan dikontrol. Gejala-gejala dalam 24 jam biasanya akan
hilang setelah mulai pengobatan.
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan
akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3
tahapan dalam terapi penyakit ini:
a. Mengatasi serangan akut
b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal
urat pada jaringan, terutama persendian
c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
A. Serangan Gout Arthritis Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya indometasin
200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID.
Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin berkompetisi dengan asam urat
dan dapat memperparah serangan akut gout. Sebagai alternatif, merupakan terapi
lini kedua, adalah kolkisin (colchicine). Keputusan memilih NSAID atau kolkisin
tergantung pada keadaan pasien, misalnya adanya penyakit penyerta lain/ko
morbid, obat lain yang juga diberikan pada pasien pada saat yang sama, dan
fungsi ginjal. Tidak ada studi terkontrol yang membandingkan kolkisin dengan
NSAID untuk penanganan gout. Kolkisin mrupakan obat pilihan jika pasien juga
menderita penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi, pasien yang mendapat
diuretik untuk gagal jantung dan pasien yang mengalami toksisitas
gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau gangguan fungsi ginjal.
Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan akut. Pasien biasanya sudah mengalami hiperurisemia selama bertahun
tahun sehingga tidak ada perlunya memberikan terapi segera untuk
hiperurisemianya. Lagipula, obatobat tersebut dapat menyebabkan mobilisasi
simpanan asam urat ketika kadar asam urat dalam serum berkurang. Mobilisasi
asam urat ini akan memeprpanjang durasi serangan akut atau menyebabkan
serangan artritis lainnya. Namun, jika pasien sudah terstabilkan/ menggunakan
40
allopurinol pada saat terjadi serangan akut, allopurinol tetap terus diberikan.
NSAID
NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan
terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi
NSAID mulai diberikan.
NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 2448
jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Dosis yang lebih rendah harus
diberikan sampai semua gejala reda. NSAID biasanya memerlukan waktu 2448
jam untuk bekerja, walaupun untuk menghilangkan secara sempurna semua gejala
gout biasanya diperlukan 5 hari terapi. Pasien gout sebaiknya selalu membawa
persediaan NSAID untuk mengatasi serangan akut.
Indometasin banyak diresepkan untuk serangan akut artritis gout, dengan
dosis awal 75100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari
bersamaan dengan meredanya gejala serangan akut. Efek samping indometasin
antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan.
Azapropazon adalah obat lain yang juga baik untuk mengatasi serangan
akut. NSAID ini menurunkan kadar urat serum, mekanisme pastinya belum
diketahui dengan jelas. Komite Keamana Obat (CSM) membatasi penggunaan
azapropazon untuk gout akut saja jika NSAID sudah dicoba tapi tidak berhasil.
Penggunaannya dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat ulkus peptik,
pada ganggunan fungsi ginjal menengah sampai berat dan pada pasien lanjut usia
dengan gangguan fungsi ginjal ringan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut
adalah:
a. Naproxen awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
b. Piroxicam awal 40 mg, kemudian 10 20 mg/hari
c. Diclofenac awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam,
kemudian 50 mg dua kali/hari selama 8 hari.
COX-2 inhibitor
Etoricoxib merupakan satusatunya COX2 inhibitor yang dilisensikan untuk
mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat
terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID
nonselektif.
COX2 inhibitor mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas
yang lebih rendah disbanding NSAID nonselektif. Banyak laporan mengenai
keamanan kardiovaskular obat golongan ini, terutama setelah penarikan rofecoxib
41
dari peredaran. Review dari Eropa dan CSM mengenai keamanan COX2
inhibitor mengkonfirmasi bahwa obat golongan ini memang meningkatkan resiko
thrombosis (misalnya infark miokard dan stroke) lebih tinggi dibanding NSAID
nonselektif dan plasebo. CSM menganjurkan untuk tidak meresepkan COX2
inhibitor untuk pasien dengan penyakit iskemik, serebrovaskuler atau gagal
jantung menengah dan berat. Untuk semua pasien, resiko gastrointestinal dan
kardiovaskuler harus dipertimbangkan sebelum meresepkan golongan obat COX
2 inhibitor ini.
CSM juga menyatakan bahwa ada keterkaitan antara etoricoxib dengan efek
pada tekanan darah yang lebih sering terjadi dan lebih parah dibanding COX2
inhibitor lain dan NSAID nonselektif, terutama pada dosis tinggi. Oleh karena
itu, etoricoxib sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang hipertensinya belum
terkontrol dan jika pasien yang mendapat etoricoxib maka tekanan darah harus
terus dimonitor.
Colchicine
Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut.
Namun, dibanding NSAID kurang populer karena mula kerjanya (onset) lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
Colchicine oral tadinya merupakan terapi lini pertama untuk gout akut,
Satu studi double blind placebocontrolled menunjukkan baha duapertiga pasien
yang diterapi dengan colchicine membaik kondisinya dalam 48 jam dibanding
sepertiga pada kelompok plasebo.
Agar efektif, kolkisin oral harus diberikan sesegera mungkin pada saat
gejala timbul karena pada perkembangan gejala berikutnya colchicine kurang
efektif. Biasanya, dosis awal 1 mg yang kemudian diikuti dengan 0.5 mg setiap 2
3 jam selama serangan akut sampai nyeri sendi mereda, pasien mengalami efek
samping gastrointestinal atau jika dosis maksimum 6 mg telah diberikan. Untuk
mentitrasi dosis antara dosis terapetik dan sebelum gejala toksik pada
gastrointestinal muncul sulit dilakukan karena dosis terapeutik sangat berdekatan
dengan dosis toksik gastrointestinal. Kematian dilaporkan terjadi pada pasien
yang menerima 5 mg colchicine. Beberapa pengarang barubaru ini menganjurkan
untuk menggunakan dosis lebih rendah 0,5 mg tiap 8 jam untuk mengurangi
resiko toksik tersebut, terutama untuk pasien lanjut usia dan pasien dengan
gangguan ginjal.
Untuk menghindari efek toksik, pemberian colchicine tidak boleh diulang
dalam 3 hari jika sebelumnya telah digunakan.
Colchicine intravena tidak lagi dilisensikan karena sangat toksik. Tapi
laporan terakhir menyatakan bahwa toksisitas disebabkan karena penggunaan
yang tidak tepat dan biasanya karena kesalahan dosis.
Efek samping colchicine per oral adalah mual dan muntah, diare dan nyeri
42
abdomen yang terjadi pada 80% pasien. Komplikasi utama terapi ini adalah
dehidrasi. Efek samping lain adalah kejang, depresi nafas, hepatik dan nekrosis
otot, kerusakan ginjal, demam, granulositopenia, anemia aplastik, koagulasi
intravaskuler yang menyebar dan alopesia. Banyak efek samping serius terjadi
pada pasien dengan disfungsi hati atau ginjal.
Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian steroid
intraartikular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1
atau 2 sendi yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat
diferensial diagnosis antara arthritis sepsis dan gout akut karena pemberian steroid
intra artikular akan memperburuk infeksi. Pasien dengan respon suboptimal
terhadap NSAID mungkin akan mendapat manfaat dengan pemberian steroid
intraartikular.
Steroid sistemik juga dapat digunakan untuk gout akut. Pada beberapa
pasien, misalnya yang mengalami serangan yang berata atau poliartikular atau
pasien dengan penyakit ginjal atau gagal jantung yang tidak dapat menggunakan
NSAID dan kolkisin, dapat diberi prednisolon awal 2040 mg/hari. Obat ini
memerlukan 12 jam untuk dapat bekerja dan durasi terapi yang dianjurkan adalah
13 minggu. Alternatif lain, metilprednisolon intravena 50150 mg/hari atau
triamsinolon intramuskular 40100 mg/hari dan diturunkan (tapering) dalam 5
hari.
Langkah- langkah terapinya adalah
1. Konfirmasi diagnosis
2. Awali terapi dengan NSAID dosis penuh (full dose) segera pada saat
serangan, kecuali jika kontraindikasi.
3. Berikan colchicine jika NSAID tidak dapat diberikan. Gunakan dalam 24
48 jam serangan akut.
4. Gunakan colchicine dengan hatihati karena toksisk, dan monitor respon.
5. Jika serangan melibatkan 12 sendi, berikan steroid intraartikular.
6. Jika penyakit parah atau NSAID/ colchicine tidak ditoleransi baik berikan
steroid sistemik.
7. Hiperurisemia pada saat serangan akut jangan diterapi.
B. Serangan Gout Arthritis Kronik
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, gout tophaceous kronik, keterlibatan
ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai diberikan obat penurun
kadar asam urat masih kontroversi.
Serangan awal gout biasanya jarang dan sembuh dengan sendirinya, terapi
jangka panjang seringkali tidak diindikasikan. Beberapa menganjurkan terapi
43
mulai diberikan hanya jika pasien mengalami lebih dari 4 kali serangan dalam
setahun, sedangkan ahli lainnya menganjurkan untuk memulai terapi pada pasien
yang mengalami serangan sekali dalam setahun. Pendapat para ahli mendukung
pemberian terapi hipourisemik jangka panjang pada pasien yang mengalami
serangan gout lebih dari dua kali dalam setahun. Para ahli juga menyarankan obat
penurun asam urat sebaiknya tidak diberikan selama serangan akut. Pemberian
obat jangka panjang juga tidak dianjurkan untuk hiperurisemia asimptomatis, atau
untuk melindungi fungsi ginjal atau resiko kardiovaskular pada pasien
asimptomatis.
Allopurinol
Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain
mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal.
Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat
enzim xantin oksidase. Allopurinol tidak aktif tetapi 6070% obat ini mengalami
konversi di hati menjadi metabolit aktif oksipurinol. Waktu paruh allopurinol
berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 1230 jam pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan
ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua.
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh
melebihi 300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan dosis
100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya
100=600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari menurunkan urat serum menjadi normal
pada 85% pasien. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan
kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah
710 hari. Kadar urat dalam serum harus dicek setelah 23 minggu penggunaan
allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar urat.
Allopurinol dapat memperpanjang durasi serangan akut atau
mengakibatkan serangan lain sehingga allopurinol hanya diberikan jika serangan
akut telah mereda terlebih dahulu. Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi
dengan pemberian bersama NSAID atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan
pertama sebagai terapi kronik.
Dosis Allopurinol untuk pasien dengan kelainan fingsi ginjal adalah
sebagai berikut :
44
alergi ini akan reda jika obat dihentikan. Jika terapi dilanjutkan, dapat terjadi
dermatitis eksfoliatif berat, abnormalitas hematologi, hepatomegali, jaundice,
nekrosis hepatik dan kerusakan ginjal.
Banyak pasien dengan reaksi yang berat mengalami penurunan fungsi
ginjal jika dosis allopurinol terlalu tinggi. Sindrom biasanya muncul dalam 2
bulan pertama terapi, tapi bisa juga setelah itu. Pasien dengan hipersensitivitas
minor dapat diberikan terapi desensitisasi di mana dosis allopurinol ditingkatkan
secara bertahap dalam 34 minggu.
Allopurinol biasanya ditoleransi dengan baik, Efek samping yang terjadi
pada 2% pasien biasanya disebabkan karena dosis yang tidak tepat terutama pada
pasien dengan kelainan fungsi ginjal. Fungsi ginjal harus dicek sebelum terapi
allopurinol mulai diberikan dan dosis disesuaikan.
Allopurinol meningkatkan toksisitas beberapa obat sitotoksik yang
dimetabolisme xantin oksidase. Dosis obat sitotoksis (misalnya azatioprin) harus
diturunkan jika digunakan bersama dengan allopurinol. Allopurinol juga
meningkatkan toksisitas siklofosfamid terhadap sumsum tulang.
Obat urikosurik
Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obay
urikosurik. Urikoirik seperti probenesid (500 mg1g 2kali/hari) dan
sulfinpirazon (100 mg 34 kali/hari) merupakan alternative
allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadapa
allopurinol.
Urikosurik harus dihindari pada pasien dengan nefropati
urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak
efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens
kreatinin <2030 mL/menit). Sekitar 5% pasien yang
menggunakan probenesid jangka lama mengalami munal, nyeri
ulu hati, kembung atau konstipasi. Ruam pruritis ringan, demam
dan gangguan ginjal juga dapat terjadi Salah satu kekurangan
obat ini adalah ketidakefektifannya yang disebabkan karena
45
LO
46
Sendi yang sakit dan dibebani dapat timbul rasa nyeri yang parah,
gerakan sendi berkurang, dan terjadi kekakuan. Berlanjut menjadi Low back
pain lebih sering terjadi pada usia lanjut. Mortalitas meningkat pada
obesitas, komplikasi meliputi hipertensi, infark miokard, diabetes melitus,
resiko paskapembedahan, hernia, batu empedu, hernia hiatus, varises vena,
dan osteoarthritis. Pada wanita terjadi peningkatan insidensi hirsutisme dan
kanker payudara serta endometrium.
LO 3.10 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Pencegahan Gout
Arthritis
Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin.
Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna
bagi tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol
penting bagi prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf,
hormon steroid, garam-garaman empendu dan membran sel.Orang yang
kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang
telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap halhal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi
purin dan memilih yang rendah purin.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak
mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan
purin:
A. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100
gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi
(tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
B. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi,
kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
C. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100
gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Adapun pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan :
a. Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita
gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena
hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein
maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan
adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet
normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
47
48
49
50
B. Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna baik. Obat ini didistribusi secara luas
dalam jaringan tubuh; volume distribusinya 49,5 + 9,5 L. Kadar tinggi
didapat ginjalm hati, limpa dan saluran cerna; tetapi tidak terdapat di otot
rangka, jantung dan otak. Sebagian besar obat ini diekskresi dalam bentuk
utuh melalui tinja, 10-20% diekskresi melalui urin
C. Indikasi & Kontra Indikasi
Pemberian kolkisin harus dimulai secepatnya pada awal serangan dan
diteruskan gejala hilang atau timbul efek samping yang mengganggu. Bla
terapi terlambat maka efektivitas obat berkurang. Sebagai profilaksis
serangan penyakit pirai atau untuk mengurangi beratnyaserangan, dengan
dosis kecil. Mencegah serangan yang dicetuskan oleh obat urikosurik
(probenesid dansufinpirazon) dan alupurinol. Pemberian bersama-sama
dengan alopurinol guna mencegah serangan akut
D. Dosis
Dosis awal 1 mg yang kemudian diikuti dengan 0.5 mg setiap 23 jam
selama serangan akut sampai nyeri sendi mereda
E. Efek Samping
Efek samping kolkisin yang paling sering adalah muntah, mual, dan diare,
dapat sangat mengganggu terutama dengan dosis maksimal. Nila efek ini
terjadi, pengobatan harus dihentikan walaupun efek terapi belum tercapai
LO 4.3 Dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Sulfinpirazon
A. Farmakodinamik
Sulfinpyrazone digunakan untuk mengobati arthritis gout. Ia
bekerja dengan menurunkan jumlah asam urat dalam darah dan mencegah
serangan gout. Sulfinpirazon mempengaruhi tempat-tempat pengangkutan
aktif ini sehingga reabsorbsi bersih dari asam urat dalam tubulus proksimal
dikurangi.
B. Farmakokinetik
Sulfinpyrazone diekresikan dengan cepat oleh ginjal. Diabsorpsi
dengan baik setelah pemberian oral. Pendistribusian menembus plasenta.
Dimetabolisme oleh hati. Waktu Paruh 4-17 jam
C. Indikasi & Kontra Indikasi
Mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi penyakit pirai kronik .
Sulfinpiraazon tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat ulkus
peptic. Sulfinpirazon dapat meningkatkan efek insulin dan obat
hipoglikemik oral sehingga harus diberikan dengan pengawasan ketat bila
diberikan bersama dengan obat-obat tersebut (fenilbutazon dan
oksifenbutazon).
D. Dosis
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Abhishek & Saigal, Renu. 2015. Journal of The Association of
Physicians of India Vol. 63: Pathogenesis and Clinical Management of Gouty
Arthritis.
Anastesya W. 2009. Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Terj Annisa Rahmalia & Cut
Novianty R. Jakarta: Erlangga.
Doherty, Michael. 2009. New insights into the epidemiology of gout, Available
from: rheumatology.oxfordjournals.org : diakses pada 18 Agustus 13.00
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5.
Jakarta : FKUI .
Johnstone, Annete. 2008. Journal Reading : GOUT Farmakologi.
Klippel JH,. Gout, epidemiology, pathology and pathogenesis. In : Primer on the
rheumatic disease. Edisi 12. Atlanta: Arthritis foundation; 2001. p. 307-24.
Leeson, C.Roland. Anthony A. Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi Ed V. Jakarta:
EGC.
Luk A J and Simkin PA. 2005. Epidemiologi of Hyperuricemia and Gout, The
American Journal of Managed Care, Vol 11, : 11 : 435 442.
Misnadiarly. 2007. Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Murray,Robert.K, dkk. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC
Paulsen, Friedrich & Waschke, Jens. 2015. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia ed.23
jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia. A dan Wilson, Lorraine.M. 2005. PATOFISIOLOGI Edisi 6. Jakarta
: EGC.
Raka Putra, Tjokorda. 2009. Hiperurisemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-5 Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 2550-2559.
Syamsir, HM. 2016. Anatomi Muskuloskeletal Gerak Tubuh Manusia. Jakarta :
FKUY.
53
54