Anda di halaman 1dari 30

WRAP UP SKENARIO I

MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI

KELOMPOK
Ketua

: Salsabil Almas Khairana

Rossalia Visser
Anggota

B2
(1102015213) Sekretaris

(1102015209)

: Rhea Renata A

(1102012243)

Meike Marsa

(1102015130)

Much. Hasyim Asyari

(1102015142)

Natasya Puspita Dewi

(1102015162)

Rangga Izzaturrahman Hilmi(1102015188)


Salshabila La Rose Puspita (1102015214)

BLOK MEKANISME PERTAHANAN TUBUH


UNIVERSITAS YARSI
2016

DAFTAR ISI
SKENARIO.........................................................................................2
KATA SULIT.......................................................................................3
PERTANYAAN...................................................................................3

JAWABAN..........................................................................................4
HIPOTESIS.........................................................................................5
LEARNING OBJECTIVE...................................................................6
LO 1 Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus........................7
LI 1.1 Anatomi Organ Limfoid........................................................7
LI 1.2 Makroskopis........................................................................11
LI 1.3 Mikroskopis........................................................................12
LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun..............................17
LI 2.1 Definisi Sistem Imun...........................................................17
LI 2.2 Klasifikasi Sistem Imun......................................................17
LI 2.3 Mekanisme Sistem Imun.....................................................20
LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Antibodi....................................23
LI 3.1 Definisi Antibodi.................................................................23
LI 3.2 Klasifikasi dan sifat antibodi...............................................23
LI 3.3 Struktur Antibodi.................................................................24
LO. 4 Memahami dan Menjelaskan Antigen......................................25
LI 4.1 Definisi Antigen..................................................................25
LI 4.2 Jenis-jenis Antigen..............................................................25
LI 4.3 Sifat dan Fungsi Antigen.....................................................27
LO. 5 Memahami dan Menjelaskan Vaksin.......................................28
LI 5.1 Definisi Vaksin....................................................................28
LI 5.2 Jenis-jenis dan Fungsi Vaksin..............................................28
LI 5.3 Perbedaan Vaksin dan Imunisasi.........................................30
LO. 6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Vaksin31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................33

SKENARIO

Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi


Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan
atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu
kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak
kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus
limfatikus di regio axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap
antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.

KATA SULIT
1. Vaksin: suspensi mikroorganisme (bakteri, virus, rickettsia) yang dilemahkan /
dimatikan atau suspensi protein antigenik yang berasal dari mikroorganisme
tersebut yang diberikan untuk mencegah, meringankan atau mengobati penyakit
menular.
2. Vaksinasi BCG: vaksin Galur Miobacterium bovis yang dilemahkan dan
digunakan RMI pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis.
3. Antigen: Zat yang mampu menginduksi respon imun spesifik dan bereaksi dengan
produk-produk respon tersebut, yaitu dengan antibodi spesifik atau limfosit yang
disensitisasi secara khusus.
4. Regio Axillaris Dextra: Regio dada di sekitar fossa axillaris tubuh bagian kanan
5. Imun: Ditandai oleh pembentukan antibody humoral atau imunitas seluler dan
dihasilkan sebagai respon terhadap pajanan antigenic.
6. Regio: Tata nama anatomis umum untuk daerah tertentu
7. Nodus Limfatikus: Salah satu akumulasi jaringan limfosit yang diatur sebagai
organ limfosit yang terdiri dari korteks dan medulla berperan sebagai sumber
utama dari limfosit darah dan pembentukan antibodi.

PERTANYAAN
1. Apa saja sistem imunitas dalam tubuh ?
2. Mengapa setelah pemberian vaksin terdapat reaksi terhadap antigen?
3. Kapan pada umumnya vaksin BCG diberikan ?
4. Bagaimana mekanisme terbentuknya antibody ?
5. Material apa yang terdapat dalam vaksin ?
6. Organ apa saja yang berperan dalam sistem imun ?
7. Mengapa benjolan muncul setelah 4 minggu ?
8. Mengapa benjolan terjadi di region axillaris dextra ?
9. Bagaimana teknik dan lokasi injeksi untuk memasukkan vaksin ?
10. Siapa saja yang tidak boleh mendapatkan vaksin BCG?
11. Apa kelebihan dan kekurangan diberikannya vaksin ?
12. Apa saja respon tubuh terhadap antigen ?
13. Bagaimana memelihara imun tubuh ?
14. Apa saja jenis-jenis vaksin ?

JAWABAN
1. Limfe, limfonodus, dan organ-organ

2. Karena antigen pada vaksin dianggap sebagai zat asing oleh tubuh sehingga harus
dilawan oleh antibody
3. Pada umumnya optimal diberikan pada umur 2-3 bulan.
4. Vaksin masuk
vaksin difagosit oleh makrofag
makrofag
menyajikan antigen dan virus tersebut pada MHC class 2
merespon
limfosit sel T dan sel B untuk merekam informasi virus dan memperbanyak diri
banyak menghasilkan sel memori
limfosit sel B menstimulasi
pembentukan sel plasma
sel plasma akan membentuk antibody spesifik
terhadap antigen.
5. Material yang terkandung dalam vaksin, tergantung jenisnya.
Contoh :
-inactive vaksin : materi yang diambil dari virus yang dimatikan
-active vaksin : materi yang diambil dari virus yang dilemahkan
-

: materi yang diambil dari bagian tubuh virus/antigen

- masih dalam proses : materi yang diambil dari DNA virus


6. Limfonodus, Lien, Tonsil, Tymus, sumsum tulang.
7. Karena tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap antigen dan vaksin.
Vaksin BCG : 4-6 minggu.
8. Karena injeksi diberikan pada lengan kanan atas. Jika diberikan di paha, benjolan
muncul pada region inguinalis.
9. Lengan atas : Intrakutan (BCG)
Vaksin lain :
10. Bayi yang mengalami gangguan sistem imun / imuna defisiensi.
Contoh : penderita HIV, Ibu hamil, bayi yang terkena TB
11. Kelebihan : bisa membentuk antibody
Kekurangan : bisa menimbulkan efek samping seperti alergi, demam, reaksi lokal
dan reaksi regional.
12. Sama dengan kekurangan nomor 11
13. Makan makanan yang bergizi, mengkonsumsi vitamin, olahraga yang teratur,
istirahat yang cukup, minum air putih.
14. Sama dengan nomor 5

HIPOTESIS
Imunitas tubh dibangun oleh sistem imun yang terdiri dari organ-organ yaitu
Limfonodus, Lien, Tonsil, Tymus, sumsum tulang. Jika ada patogen yang masuk
akan menimbulkan reaksi respon imun misalnya pada pemberian vaksin. Pada
pemberian vaksin akan memicu terjadinya reaksi antigen antibodi dengan
mekanisme fagositosis oleh makrofag, respon limfosit B dan T, poliferasi sel
memori, hingga pembentukan sel plasma untuk membentuk antibodi spesifik.
4

Proses yang terjadi dalam tubuh ini akan menimbulkan respon seperti alergi,
demam, reaksi lokal dan reaksi regional.

LEARNING OBJECTIVE
1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus
1.1 Anatomi Organ Limfoid
1.2 Makroskopis
1.3 Mikroskopis
2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun
2.1 Definisi Sistem Imun
2.2 Klasifikasi Sistem Imun
2.3 Mekanisme Sistem Imun
3. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
3.1 Definisi Antibodi
3.2 Klasifikasi dan Sifat Antibodi
3.3 Struktur Antibodi
4. Memahami dan Menjelaskan Antigen
4.1 Definisi Antigen
4.2 Jenis-jenis Antigen
4.3 Sifat dan Fungsi Antigen
5. Memahami dan Menjelaskan Vaksin
5.1 Definisi Vaksin
5.2 Jenis-jenis dan Fungsi Vaksin
5.3 Perbedaan Vaksin dan Imunisasi
6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Vaksin

LO 1 Memahami dan Menjelaskan Sistem Limfatikus


LI 1.1 Anatomi Organ Limfoid
Organ-organ limfoid dibagi menjadi 2:
Organ Limfoid Primer
Organ limfoid primer terdiri dari thymus dan Sumsum tulang belakang. Sumsum
tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot
lemak, dimana rongga sumsum tulang memiliki kompartemen 50% lemak. Organ
limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B
sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel hematopoietik yang
diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke
sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.
o Thymus
Thymus ini akan tumbuh terus hingga manusia mengalami pubertas. Dan pada
saat pubertas ini, thymus akan mulai mengalami involusi dan mengecil seiring
umur kadang sampai tidak ditemukan akan tetapi masih berfungsi untuk
memproduksi Limfosit T yang baru dan darah. Thymus mempunyai struktur pipih,
berlobus dua atau tiga, mempunyai bagian korteks dan medulla, berbentuk
segitiga, gepeng kemerahan, dan terletak diantara sternum dan pericardium dalam
mediastinum superior / rongga thorax. Thymus memilki 2 batasan, yaitu :
Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV. Batasan atas : Regio
colli inferior (trachea).
Perdarahan : Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan
mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria
interna.
Thymus pada bayi
Thymus pada dewasa

o Sumsum
Tulang
Belakang
Terdapat
pada
sternum,
vertebra,
tulang
iliaka,
dan tulang
iga.
Sel
stem
hematopoetik ak
an
membentuk selsel darah.
Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas
dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang
kemudian menjadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya
menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell
Receptor ) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive
yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid
sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah

menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya


menuju timus.
Organ Limfoid Sekunder
Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempresentasikan
antigen yang ditangkapnya dibagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk
poliferasi dan diferensiasi limfosit.
o Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit
dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran
limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam
aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran
infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang
merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang
membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki
limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung
(hillus)
Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher,
axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

o
o
o

o Lien / Limpa
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna
kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran
limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan
leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.
Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10,
dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren
sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 912.
Ukuran : Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah : Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri
lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.

o Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila
yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil
tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of
Waldeyer hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra.
Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang
biasa disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung
membentuk arcus yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
Tonsila lingualis
Adalah susunan jaringan lymphoid dibawah mukosa 1/3 posterior lidah, tidak
mempunyai papila yang menyebabkan permukaannya berbenjol-benjol tidak
teratur. Lidah diperdarahi oleh arteri lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis dan a.
Pharyngea ascendens, vena-venanya bermuara ke vena jugularis interna.
Tonsila pharyngealis
9

Tonsila pharyngealis merupakan kelompok jaringan lymphoid dibawah epitel atap


nasopharynx di dinding posteriornya. Perdarahan tonsilla pharyengealis diberikan
oleh A. Maxillaris dan A.facialis. Vena-venanya sesuai dengan nama arterinya
yang semuanya akan bermuara ke plexus venosus pharyngeal.
Perdarahan : Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang
dari arteri maxillaris externa
(fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

LI
1.2
Sistem
oleh :
A. Lymph
Lymph
jernih yang

Makroskopis
Limfatikus ini

dibentuk

merupakan
cairan
dibawa
mengalir
dalam
pembuluh Lymph
pada
sistem
Lymphaticus. Cairan
intraselular
(cairan yang
berada di antara
rongga2) yang
masuk
ke
kapiler
lymph
dan
nantinya
akan
mengalami
filtrasi
untuk masuk ke pembuluh
lymph yang nantinya beredar/ bersirkulasi keseluruh tubuh yang kemudian akan
masuk ke pembuluh darah. Lymph seperti plasma tetapi memiliki kadar protein
yang lebih kecil. Kelenjar-Kelenjar Lymph menambahkan Lymphocytes pada
Lymph. Lymph dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot rangka (skelet)
seperti di ekstremitas inferior (disebut skeletl muscle pump), oleh otot polos dan
adanya katup untuk lymphatic yang lebih besar, jga dibantu oleh gerakan respirasi
pada pembuuh lymph di thorax, disebut dengan respiratory pump.
B. Pembuluh Lymph (kapiler Lymph, Lymphatic, Ductus Lymphaticus)
Pembuluh Lymph berdinding tipis dan mempunyai katup seperti pembuluh darah
vena. Pembuluh lymph mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai dari yang
paling kecil yaitu Kapiler lymph, pembuluh lyph yang lebih besa disebu
lymphatic dan pembuluh yang paing besar disebut Ductus Lymphaticus.
Kapiler Lymph berada diseluruh tubuh, kecuali susunan saraf pusat, meninges,
bola mata (kecuali conjunctiva), lobulus hepar, pulpa lien, parenkim ren dan
semua cartilago/ tulang rawan.
Ductus Lymphaticus terdiri atas 2:
Ductus Lymphaticus Dextra
Ductur Lymphaticus Dextra merupakan pembuluh lymph yang pendek. Ductus ini
menerima aliran lymph dari kepala dan leher kanan, ekstremitas superior dextra
(lengan kanan) dan thorax dextra.

10

Ductus Lymphaticus Sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus


Ductus Lymphaticus sinistra / Ductus Lymphaticus thoracicus ini merupakan
duktus yang panjang. Ductus lymphaticus sinistra ini menerima aliran lymph dari
kepala dan leher kiri, ekstremitas superior sinistra, thorax sinistra, seluruh
abdomen dan kedua ekstremitas inferior. Ductus lymphaticus sinistra juga
menerima aliran lymph dan chyle dari cysterna chyle.
Cysterna Chyle ini menerima chyle dari lacteal / chyliferous (kapiler lymph pada
vili-vili intestinal tenue / usus halus), dan menerima aliran lymph dari kedua
ekstremitas inferior, dinding dan viscera abdomen & pelvis. Lacteal juga
menyerap lemak yang sudah di emulsikan, asam lemak dan vitamin A, D, E, K.

LI 1.3 Mikroskopis
A. Pembuluh limfe.
Secara mikroskopik, pembuluh limfe terlhat lebih tipis dindingnya dan lebih luas
dan kosong lumennya dibandingkan pembuluh darah vena dan arteri. Walaupun
berjalan bersamaan. Pembuluh limfe pada mikroskopik terlihat lebih tipis karena
tidak mempunyai serat elastin yang banyak seperti pembuluh darah arteri yang
memiliki dinding yang tebal.

B. Organ-organ limfoid.
Thymus
thymus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri dari serat
kolagen dan elsatin. Memiliki suatu simpai jringan ikat yang masuk ke dalam
parenkim yang nantinya akan membagi thymus menjadi lobulus. Thymus terbagi

11

menjadi 2 lobulus, yang didalamnya terdapat cortex dan medulla and no nodus
lymphaticus. Pada bagian Cortex merupakan bagian perifir lobulus dan dipenuhi
oleh limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan sel retikular yang tersebar.
Pada bagian Medulla, mengandung sel retikular dan limfosit (jumlah sedikit),
terdapat badan hassal tersusun dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang
mengalami degenerasi hialin dan mengandung granula keratohialin.

Limfonodus / nodus limfatikus


Limfonodus berfungsi menyaring aliran limfe sebelum dicurahkan kedalam aliran
darah melalui duktur thoracicus. Limfonodus dibagi daerah koteks dan sinusoid.
Daerah Korteks dibagi menjadi 2 bagian:
- Korteks luar
Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel retikular dan serat
retikular yang dipenuhi oleh limfosit B. Terdapat struktur berbentuk sferis yang
disebut nodulus limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona
(dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum germinativum (dibentuk
dari susunan sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B
menjadi sel plasma). Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang
dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular.
- Korteks dalam
Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan
mengandung limfosit T.
Kalau daerah Medulla, Terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang
merupakan perluasan korteks dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada
sentrum germinativum. Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler
yang berdilatasi yang disebut sebagai sinus limfoid medularis yang mengandung
cairan limfe.

12

Lien
Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh
kapsula fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula,
keduanya merupakan jaringan ikat padat. Lien dibentuk oleh jaringan retikular
yang mengandung sel limfoid, makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus
oleh simpai jaringan ikat padat yang menjulur (trabekula) yang membagi
parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang tidak sempurna, tidak
terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis.
Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu :
- Pulpa alba/putih
Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan arteri
sentralis/folikularis yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T
dan membentuk selubung periarteri. Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh zona
marginalis. Zona marginalis terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah
yang banyak. Sel limfosit (jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang
banyak). Banyak terdapat antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis
limpa.
- Pulpa rubra/merah
Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri
dari sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan
granulaosit).
Fungsi limpa :
- Pembentukan limfosit. Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke pulpa rubra dan
masuk dalam aliran darah
- Destruksi eritrosit. Oleh makrofag dalam korda pula merah
- Pertahanan organisme. Oleh karena kandungan limfost T, limfosit B, dan Antigen
Presenting cell

13

Tonsil
Tonsil lingualis
Terdapat pada 1/3 bagian posterior lidah, tepat dibelakang papila sirkumvalata,
bercampur dengan muskular skelet. Limfonodulus umumnya mempunyai
germinal center yang umumnya terisi limfosit dan sel plasma.
Tonsil palatina
Tonsila palatina tidak terdapat muskular dan pada kriptus banyak terdapat debris
yang

disebut benda liur.


Tonsila faringea atau adenoid
Terdapat pada permukaan medial dari dinding dorsal nasofaring. Epitel yang
meliputi jaringan limfoid ini adalah epitel bertingkat torak bersili
Tonsila palatina

14

Tonsila

lingualis

LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun


LI 2.1 Definisi Sistem Imun
Sekumpulan molekul, sel, jaringan dan organ yang secara bersamaan memiliki
fungsi untuk memelihara imunitas atau sebagai pertahanan dalam melawan
organisme.
LI 2.2 Klasifikasi Sistem Imun
Klasifikasi sistem imun dibagi menjadi 2:
2.2.1 Sistem Imun non-spesifik
Imunitas non spesifik ini disebut juga sistem imun alamiah. Dimana sistem imun
ini merupakan komponen normal dalam tubuh, selalu ditemukan pada individu
15

a.

b.
1.

2.

yang sehat dan siap mencegah mikroba yang masuk ke dalam tubuh dengan cepat
menyingkirkannya. Imunitas non spesifik ini dikatakan nonspesifik karena tidak
menyingkirkan mikroba tertenu dan sudah ada sejak lahir. Sistem tersebut
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba
dan dapat memberikan respon langsung.
Pertahanan fisik / mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran
nafas, batuk dan bersin merupakana garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.
Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak
dapat di tembus kebanyakan mikroba.Kulit yang rusak akibat luka bakar dan
selaput lendir saluran nafas yang rusak oleh asap rokok akan meningktakan resiko
infeksi.
Pertahanan larut
Pertahanan biokimia
Kebanyak mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat
masuk kedalam tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Ph asam
keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepaskan kulit
mempunyai efek denaturasi terhadapa protein membran sel sehingga dapat
mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit.
Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, air susu ibu , melindungi tubuh terhadap
berbagai kuman positif gram, oleh karena dapat menghancurkan lapisan
peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga mengandung laktooksidase dan
asam neraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhdapa e.coli dan stafilokok.
Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel
mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi
serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba.
Asam Hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu
dalam usus halus membantu menciptkan lingkungan yang dapat mencegah
infeksi dari mikroba. Ph yang rendah dalam vagina, spermin dalam smen dan
jaringan lain dampat mencegah tumbuhnya bakteri gram positif. Pembilasan oleh
urin dapat menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam
serum,mengikat besi yang merupakana metabolit esensial untuk hidup beberapa
jenis mikroba seperti pseudumonas.
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas (enzim dan antibodi) dan telinga
berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi.Mukus yang kental
melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang
selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Polusi, asap rokok, alkohol dapat
merusak mekanisme tersebut sehingga memudahkan terjadinya infeksi
oportunistik.
Pertahanan humoral
Sistem imun nonspesifik menggynakan berbagai molekul larut.Molekul larut
tertentu diproduksi di tempat infeksi atau cedera dan berfungsi lokal.
Komplemen
Bebagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon , CRP dan komplemen
berperan dalam pertahanan humoral.Serum normal dapat memusnahkan dan
mengahncurkan beberapa bakteri gram negatif atas kerjasama antara antibodi dan
komplemen yang ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada
pemanasan 56 derajat celcius selama 30 menit. Komplemen terdiri atas sejumlah

16

besar protein yang bila diaktifkan akan memberika proteksi terhadapa infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi.Komplemen berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan fagosistosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit. Antibodi dengan bantuan komplemen dapat
menghancurkan membran lapisan lipopolisakarida dinding sel.Bila lapisan LPS
melemah , lisozim, mukopeptida daalm serum dapat masuk menembus membran
bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida.
Protein fase akut
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa protein dalam
serum yang disebut APP. Yang akhir merupakan bahan antimikrobial dalam serum
yang meningkat dengan cepat setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan.Protein
yang meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan
dalam pertahanan dini.Aprp diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera
atau infeksi melalui darah.Hati merupakan tempat sintesis APRP.
a.
C-Reactive Protein
b.
Lektin
c.
Protein fase akut lain
Mediator asal fosfolipid
Metabolisme fofolipid diperlukan untuk produksi prostaglandin dan
leukotrin.Keduanya meningkatkan respons inflamsi melalui peningkatan
permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
Sitokin IL-1, IL-6, TNF-
Selama terjadi infeksi , produk bakteri seperti Lipopolisakarida mengaktifkan
makrofag dan sel lain untuk memproduksidan melepaskan berbagai sitokin seperti
IL-1 yang merupakan pirogen endogen,TNF- dan IL-6.Ketiga sitokin tesebut
disebut sitokun proinflamasi, merangsang hati untuk mensintesis dan melepas
sejumlah
3. Pertahanan seluler
Fagosit,sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik
seluler.Sel-sel Imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.
Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil ,
eosinofil,basofil, monosit, Sel T, sel B, Sel NK, sel darah merah dan trombosit.
2.2.2 Sistem Imun spesifik

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang


dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh
segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan
sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan
dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.Sistem imun spesifik dapat bekerja
tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya tejali kerjasam a
yang baik antara sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik.Sistem imun
spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular.
Sistem Imun Spesifik Humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel
B.humor berarti cairan tubuh.Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum
tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi,
17

berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi anti


bodi.Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum.Fungsi utama antibodi
ialah pertahanan infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan
toksinnya.
Sistem Imun Spesifik Selular
Limfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun spesifik seluler.Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk
di dalam sumsum tulang , tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam
kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus.90-95 % dari semua sel T
dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10 % menjadi matang dan selanjutnya
meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi. Faktor timus yang disebut
timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat
mempengaruhi diferensiasi sel T di perifer.Fungsi utama sistem imun spesifik
seluler ialah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur ,
parasit dan keganasan.

LI 2.3 Mekanisme Sistem Imun


2.3.1 Tahapan awal
Respons inflamasi tubuh merupakan salah satu sel tubuh yang timbul sebagai
akibat invasi mikroba pada jaringan. Respons ini terdiri dari aktivitas sel-sel
inflamasi, antara lain sel leukosit (polimorfonuklear, limfosit, monosit), sel
makrofag, sel mast, sel natural killer, serta suatu sistem mediator kimia yang
kompleks baik yang dihasilkan oleh sel (sitokin) maupun yang terdapat dalam
plasma. Sel fagosit, mononuklear maupun polimorfonuklear (lihat bab tentang
fagosit) berfungsi pada proses awal untuk membunuh mikroba, dan mediator
kimia dapat meningkatkan fungsi ini. Mediator kimia ini akan berinteraksi satu
dengan lainnya, juga dengan sel radang seperti komponen sistem imun serta
fagosit, baik mononuklear maupun polimorfonuklear untuk memfagosit dan
melisis mikroba. Mediator tersebut antara lain adalah histamin, kinin/bradikinin,
komplemen, prostaglandin, leukotrien dan limfokin. Respons inflamasi ini
bertujuan untuk mengeliminasi dan menghambat penyebaran mikroba.
Histamin yang dilepaskan sel mast akibat stimulasi anafilatoksin akan
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular untuk
memfasilitasi peningkatan aliran darah dan keluarnya sel radang intravaskular ke
jaringan tempat mikroba berada. Kinin/bradikinin adalah peptida yang diproduksi
sebagai hasil kerja enzim protease kalikrein pada kininogen. Mediator ini juga
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Faktor
Hageman yang diaktifkan oleh karena adanya kerusakan pembuluh darah serta
endotoksin bakteri gram negatif, juga sel dalam menginduksi mediator kimia
lainnya.
Produk aktivasi komplemen yang pada mulanya melalui jalur alternatif dapat
meningkatkan aliran darah, permeabilitas pembuluh darah, keinotaksis dan
fagositosis, serta hasil akhir aktivasi komplemen adalah lisis mikroba.
Prostaglandin, leukotrien dan fosfolipid lainnya yaitu mediator yang merupakan

18

hasil metabolit asam arakidonat dapat menstimulasi motilitas leukosit yang


dibutuhkan untuk memfagosit mikroba dan merangsang agregasi trombosit untuk
memperbaiki kerusakan pembuluh darah yang ada. Prostaglandin juga dapat
bekerja sebagai pirogen melalui pusat termoregulator di hipotalamus. Dikatakan
bahwa panas juga merupakan mekanisme sel tubuh, tetapi sukar dibuktikan.
Mikroba tertentu memang tidak dapat hidup pada suhu panas tetapi suhu tubuh
yang tinggi akan memberikan dampak yang buruk pada pejamu.
Protein fase akut seperti C-reactive protein (CRP), protein yang mengikat
lipopolisakarida, protein amiloid A, transferin dan 1-antitripsin akan dilepaskan
oleh hati sebagai respons terhadap inflamasi. Peranannya dapat sebagai stimulator
atau inhibisi. Protein 1-antitripsin misalnya akan menghambat protease yang
merangsang produksi kinin. Transferin yang mempunyai daya ikat terhadap besi,
akan menghambat proliferasi dan pertumbuhan mikroba. Protein yang mengikat
lipopolisakarida akan menginaktifkan endotoksin bakteri Gram negatif.
Limfokin, yaitu sitokin yang dihasilkan limfosit, merupakan mediator yang kuat
dalam respons inflamasi. Limfokin ini dan sebagian diantaranya juga disekresi
oleh makrofag akan meningkatkan permeabilitas vaskular dan koagulasi,
merangsang produksi prostaglandin dan faktor kemotaksis, merangsang
diferensiasi sel induk hematopoietik dan meningkatkan pertumbuhan serta
diferensiasi sel hematopoietik, serta mengaktivasi neutrofil dan sel endotel. Sel
radang yang ada akan memfagosit mikroba, sedangkan monosit dan makrofag
juga akan memfagosit debris pejamu dan patogen yang tinggal sebagai hasil
penyerangan enzim neutrofil dan enzim lainnya. Fungsi makrofag akan
ditingkatkan oleh faktor aktivasi makrofag seperti komponen C3b, interferon
dan faktor aktivasi makrofag yang disekresi limfosit.
2.3.2 Tahapan kedua
Jika mikroba berhasil melampaui mekanisme sel nonspesifik, terjadi tahapan
kedua berupa pertahanan spesifik yang dirangsang oleh antigen mikroba itu
sendiri, atau oleh antigen yang dipresentasikan makrofag. Tahapan ini terdiri atas
imunitas humoral dan imunitas selular.
Imunitas humoral yang diperankan oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma
sebagai hasil aktivasi antigen mikroba terhadap limfosit B, akan menetralkan
toksin yang dilepaskan mikroba sehingga tidak menjadi toksis lagi. Antibodi juga
akan menetralkan mikroba sehingga tidak infeksius lagi. Antibodi juga bersifat
sebagai opsonin, sehingga memudahkan proses fagositosis mikroba (lihat bab
tentang imunitas humoral). Antibodi juga berperan dalam proses ADCC (Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity) baik oleh sel Tc maupun sel NK sehingga terjadi
lisis sel yang telah dihuni mikroba. Antibodi juga dapat mengaktifkan komplemen
untuk melisis mikroba. Imunitas selular yang diperankan oleh limfosit T melalui
limfokin yang dilepas sel T akan meningkatkan produksi antibodi oleh sel plasma,
fungsi sel fagosit untuk memfagosit mikroba; dan sel NK untuk melisis sel yang
dihuni virus (lihat Bab 3). Limfokin juga meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi sel prekursor Tc serta fungsi sel Tc untuk melisis sel yang dihuni
mikroba. Inteleukin (IL)- 2, IL-12 dan IFN- meningkatkan imunitas selular.
Imunitas selular adalah mekanisme utama tubuh untuk terminasi infeksi mikroba
intraselular seperti infeksi virus, parasit dan bakteri intraselular.
2.3.3 Tahapan akhir
19

Tahapan terakhir ini terdiri atas peningkatan respons imun baik melalui aktivasi
komplemen jalur klasik maupun peningkatan kemotaksis, opsonisasi dan
fagositosis. Sel makrofag dan limfosit T terus memproduksi faktor yang
selanjutnya akan meningkatkan lagi respons inflamasi melalui ekspresi molekul
adesi pada endotel serta merangsang kemotaksis, pemrosesan antigen,
pemusnahan intraselular, fagositosis dan lisis, sehingga infeksi dapat teratasi.
Respons imun yang terkoordinasi yang melibatkan sel T, antibodi, sel makrofag,
sel PMN, komplemen dan pertahanan nonspesifik lainnya akan terjadi pada
kebanyakan penyakit infeksi.

LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Antibodi


LI 3.1 Definisi Antibodi
Antibodi adalah molekul imunoglobulin yang mempunyai suatu rantai asam
amino spesifik, yang hanya berinteraksi dengan antigen yang menginduksi sintesis
molekul ini di dalam sel seri limfoid (khususnya sel plasma), atau dengan antigen
yang sangat erat hubungannya dengan antigen tersebut. Antibodi digolongkan
menurut cara kerjanya, seperti aglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin,
presipitin, dll.
LI 3.2 Klasifikasi dan sifat antibodi
IgG1-4

IgA

IgM

IgD

IgE

20

Sifat utama

Paling banyak
ditemukan
dalam
cairan
tubuh terutama
ekstravaskular
untuk
memerangi
mikroorganisme
dan toksinnya

Ig
utama
dalam
sekresi
seromukosa
untuk
menjaga
permukaan
luar tubuh

Aglutinator
yang sangat
efektif.
Diproduksi
dini
pada
respons
imun.
Pertahanan
terdepan
terhadap
bakteremia

Fungsi

Opsonisasi
ADCC
Imunitas
neonatal

Mengikat
komplemen
Opsonin
baik

Ikatan sel

Mononuklear
Limfosit
Neutrofil
Trombosit

Ditemukan
dalam
sekresi
(asam
lambung).
Proteksi
terhadap
mukosa
disekresi
dalam
air
susu
Limfosit
Neutrofil

Limfosit
Reseptor
Reseptor sel sel B
B

Sel mast
Basofil
Limfosit

++
++

+
-

+++
-

+++

+++

Fiksasi
komplemen
Klasik
Alternatif
Lewat plasenta
Sensitisasi
sel
mast dan basofil
Ikatan
dengan
makrofag
dan
polimorfisme

Umumny
a
ditemuka
n pada
permuka
an
limfosit

Pengerah
an agens
anti
mikrobia
l.
Meningk
at pada
infeksi
parasit.
Berperan
pada
gejala
alergi
atopi
Menimb
ulkan
alergi,
syok
anafilaks
is.
Pertahan
an
terhadap
parasit.

LI 3.3 Struktur Antibodi


Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar yang terdiri
dari 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang identik.
21

Ada 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang terdiri atas 230 asam amino
serta 5 jenis rantai berat yang tergantung pda kelima jenis imunoglobulin, yaitu
IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Rantai berat terdiri atas 450-600 asam amino,
sehingga berat dan panang rantai berat tersebut dua kali rantai ringan.
Berikut contohnya :
IgG
: Komponen utama imunoglobulin serum, dengan berat molekul
160.000 Terdiri dari dua rantai L dan dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan
disulfida (rumus molekul ). IgG terdiri dari 4 kelas yaitu IgG1,IgG2,IgG3,IgG4.
iGg4 dapat di ikat oleh sel mast dan basofil.
IgM : Imunoglobin utama yang dihasilkan pada awal respon imun primer yang
terdiri dari lima unit (masing-masing serupa dengan satu unit IgG) dan satu
molekul rantai J (joining).
IgA
: Jumlahnya sedikit dalam terum tetapi banyak pada IgA sekretori
seperti pada susu,saliva dan air mata serta pada sekresi saluran pernafasan dan
genital. Setiap molekul IgA sekreotip(BM 400.00) terdiri dari dua unit dan satu
molekul rantai J dan komponen sekreotip.komponen sel sekreotip adalah suatu
protein yang berasal dali pemecahan reseptor poli-Ig.
IgE
: IgE ditemukan sangat sedikit didalam serum. IgE mudah di ikat
mastosit,basofil,eosinofil,makrofag dan trombosit yang pada permukaannya
memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE.
IgD
: Ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah (1%
imunoglobulin dalam serum).IgD tidak mengikat komplemen .

LO. 4 Memahami dan Menjelaskan Antigen


LI 4.1 Definisi Antigen
Antigen adalah setiap zat yang mampu, dalam kondisi yang sesuai, menginduksi
suatu respons imun spesifik dan bereaksi dengan produk respons tersebut, yakni
dengan antibodi spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara khusus, atau
keduanya. Antigen dapat berupa zat yang terlarut, seperti toksin dan protein asing,
atau partikel, seperti bakteri dan sel jaringan; akan tetapi, hanya sebagian molekul
protein atau polisakaridanya saja, yang diketahui sebagai antigenic determinant,
yang bergabung dengan antibodi atau suatu reseptor spesifik pada suatu limfosit.
LI 4.2 Jenis-jenis Antigen
Antigen dibagi menurut epitop (bagian dari antigen yang membuat kontak fisik
dengan reseptor) , spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi.
N
o
1

Epitop

Unideterminan, multivalen

Unideterminan, univalen

Hanya satu jenis determinan/epitop


pada stu molekul
Hanya satu jenis determinan tetapi

22

Multi determinan, univalen

Multideterminan, multivalen

dua atau lebih determinan tersebut


ditemukan pada satu molekul
Banyak epitop yang bermacammacam tapi hanya satu dari setiap
macamnya (protein mendominasi)
Banyak macam determinan &
banyak dari setiap macam pada satu
molekul (antigen berat molekul
tinggi dan komleks secara kimiawi)

No Spesifisitas
No Ketergantungan terhadap
sel T
Sifat kimiawi
1 1 Heteroantigen
Dimiliki
spesies oleh sel T
T dependen
Perlubanyak
pengenalan
terlebih
dahulu
untuk
2
Xenoantigen
Hanya dimiliki spesies tertentu
menimbulkan respons antibodi.
3
Aloantigen (isoantigen)
Spesifik
untuk individu
Kebanyakan
antigendalam
proteinsatu
yang
spesies
termasuk golongan ini
4 2 Antigen
organ spesifik
Hanya
dimilikinorgan
T independen
Merangsang
sel Btertentu
tanpa bantuan
sel T untuk membentuk antibodi.
Golongan ini kebanyakan berupa
5
Autoantigen
Dimiliki alat tubuh sendiri
molekul besar polimerik yang
dipecah dalam tubuh secara
perlahan, misal polisakarida,
ficoll, dekstran, levan dan flagelin
polimerik bakteri
No
1
Hidrat arang (polisakarida)
Umumnya
imunogenik.
Glikoprotein permukaan sel banyak
mikroorganisme,
menimbulkan
respons imun terutama pembentukan
antibodi. Contoh lainnya adalah
respons imun yang ditimbulkan
golongan darah ABO, sifat antigen
dan spesifisitas imunnya berasal dari
polisakarida pada permukaan sel
darah merah
2
Lipid
Tidak imunogenik, tapi menjadi
imunogenik bila diikat protein
pembawa. Dianggap sebagai hapten,
contohnya sfingolipid
3
Asam nukleat
Tidak imunogenik, tapi dapat
menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA
heliksnya
biasanya
tidak
imunogenik. Imun terhadap DNA
terjadi pada penderita LES
4
Protein
Kebanyakan imunogenik dan pada 23
umumnya multideterminan dan
univalen

LI 4.3 Sifat dan Fungsi Antigen


4.3.1 Fungsi

4.3.2

Merangsang respon imun, secara spesifik antigen dapat merangsang sel B atau sel
T atau keduanya.
Berinteraksi dengan produk respons imun (antibodi dan/ T-cell receptor).
Menginduksi baik respon imun dan bereaksi dengan produknya. (antigen lengkap)
.
Sifat
Immunogenitas yang dapat merangsang pembentukan antibody khusus dan
kreativitas yang dapat bereaksi khusus. Tidak mudah hancur dan terurai oleh
cairan-cairan tubuh (darah, dll).
Selalu merupakan protein yang mempunyai berat molekulnya lebih dari 10.000
protein.
LO. 5 Memahami dan Menjelaskan Vaksin
LI 5.1 Definisi Vaksin
Vaksinasi atau Imunisasi adalah produser untuk meingkatkan derajat imunitas
tubuh, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori
terhadap patogen tertentu / toksin dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen / nontoksin.
LI 5.2 Jenis-jenis dan Fungsi Vaksin
Jenis Vaksin

Penyakit

Keuntungan

Kerugian

Vaksin hidup

Campak,
parotitis, Polio,
Virus
rota,
rubella,
varisella, yellow
fever,
tuberculosis.

Respon
imun
kuat,
sering
seumur hidup
dengan
beberapa dosis.

Memerlukan
alat pendingin
untuk
menyimpan dan
dapat berubah
menjadi bentuk
virulen.

Kolera,
influenza,
Vaksin
yang hepatitis A, pes,
berisi
mikro rabies,
polio
organisme tak (salk).
hidup
namun
masih terdapat
antigen
yang
dapat
merangsang

Stabil,
aman
disbanding
vaksin
hidup,
tidak
memerlukan alat
pendingin.

Respon
imun
lemah, biasanya
diperlukan
suntikan
booster.

Vaksin
yang
berisi
mikro
organisme hidup
namun
dilemahkan atau
di buat avirulen.
Vaksin mati

24

antibody.

Toksoid
Vaksin
yang
mengandung
toksin
bakteri
yang
diinaktifkan
dengan
formalin.

Difteri, tetanus

Respon
imun
dipacu
untuk
mengenal toksin
bakteri.

Subunit.

Hepatitis
B, Antigen spesifik Sulit
untuk
pertussis,
menurunkan
dikembangkan.
Vaksin
yang S.pneumoni.
kemungkinan
menggunakan
efek samping.
bagian terbaik
dari
antigen
untuk
merangsang
system imun.
Konjugat

H.influenza tipe Memacu system


B, S.pneumoni
imun
tubuh
Vaksin
yang
untuk mengenal
dibuat
dari
kuman tertentu.
polisakarida
kapsul bakteri
yang
dikonjugasikan
dengan protein
pembawa.
DNA

Dalam uji klinis. Respon


imun Belum
humoral
dan diperoleh.
Vaksin
yang
selular
kuat,
terdiri
dari
relative
tidak
plasmid bakteri
mahal
untuk
yang
manufaktur.
mengandung
DNA
yang
menyandi
protein antigen.

25

Vector
rekombinan.

Dalam uji klinis. Menyerupai


Belum
infeksi alamiah, diperoleh.
menghasilkan
Vaksin
yang
respon
imun
dibuat
kuat.
menggunakan
virus
atau
bakteri
yang
dimodifikasi
untuk
menghantarkan
gen
(sebagai
vector)
yang
menyandi
antigen mikroba
ke sel tubuh.

LI 5.3 Perbedaan Vaksin dan Imunisasi


Vaksinasi adalah menginjeksikan organisme yang mati/telah dilemahkan yang
membuat tubuh menghasilkan imunitas untuk melawan organisme tersebut
Imunisasi adalah proses dimana seseorang/binatang menjadi terlindungi dari suatu
penyakit.
Jadi, vaksinasi menyebabkan terjadinya imunisasi.

26

LO. 6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Vaksin


Terdapat dua dalil yang berhubungan dengan Hukum/ pendapat:
1. Boleh dalam kondisi darurat.

Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya


atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- Anam
[6]:119)
2. Tidak boleh secara mutlak.
Sesungguhnya allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan
jangan berobat dengan benda haram (ash-Shohihah:4/174)

Hukum (halal & haram)


Fatwa
MUI
(Majelis
Ulama
Indonesia)
Majelis Ulama Indonesia dalam rapat pada 1 Syaban 1423H, setelah
mendiskusikan
masalah
ini
mereka menetapkan :
Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari atau
mengandung- benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise,
pada saat ini, dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.
Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)
Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk kepada
permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi
27

dengan menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses


pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah
gambaran permasalahan yang sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?
Dhorurat dalam Obat
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman,
yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang
larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada
badannya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah
dikatakan
:
Darurat

itu

membolehkan

suatu

yang

dilarang

Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya
yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.
Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya seorang
terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan
jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.
Kemudahan Saat Kesempitan
Sesungguhnya syariat islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalildalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: Dalil-dalil
tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti.
Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan
kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafii tatkala berkata :
Kaidah syariat itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila
sempit maka menjadi luas.

28

DAFTAR PUSTAKA

Abdul abbas K, Andrew H., Shiv Pillai. 2014.Basic immunology: functions and
disorders of the immune system 4th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar Edisi 11. Jakarta: FKUI.
F. Paulsen, J. waschke. 2011.Sobotta Atlas of Human Anatomy
15th.Elsevier:Germany
Victor P. Eroschenko.2008.Di Fiore's atlas of histology with functional
correlations 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
https://muslim.or.id/7073-pro-kontra-hukum-imunisasi-dan-vaksinasi.html
[diakses pada tanggal 01-05-2016, pukul 17:33]
http://www.vaccines.gov/more_info/types/ [diakses pada tanggal 01-05-2016,
pukul 13:07]

29

Anda mungkin juga menyukai