Anda di halaman 1dari 19

Sabila Zasarosa

1102011249

LI 1. Mempelajari Makroskopis dan Mikroskopis Ureter , Vesika Urinaria dan Uretra


LO 1.1 Memahami dan menjelaskan Anatomi Ureter , Vesika Urinaria dan Uretra
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Syntopi ureter
Ureter kiri Ureter kanan
Duodenum pars
descendens
Ileum terminal
a/v. colica dextra
Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra a/v.ileocolica
a/v. testicularis/ovarica mesostenium
Anterior
Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral
dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri
dan bagian atas vagina

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-
inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior
dan inferior.
Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke
uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ
reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

1
Syntopi vesica urinaria
Vertex Lig. umbilical medial
Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri,
Superior excav. vesicouterina (perempuan)
Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Infero-posterior

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4,
yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu,
Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan
pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang
berada di bawah kendali volunter (somatis).

2
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di
bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan Histologi Ureter , Vesika Urinaria dan Uretra
Ureter
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan
mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional
ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid
(bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam
keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada
lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina
propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen
pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa
yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya
jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan
sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan
adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung
kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor
saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita
batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.

Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri atas
6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya.
Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis
yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat
jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar
melalui uretra.

Uretra
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3 bagian
yaitu:

3
A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih
hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran
yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.
B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka
pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus
uretra.
C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus
kavernosum dan bermuara pada glands penis.
Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis
pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel
goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat
fibro-elastis longgar.
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias
dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis silindris atau bertingkat hingga
berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun
serupa dengan ureter

LI 2. Mempelajari Fisiologi Berkemih


Proses Miksi
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana
kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah
proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi
otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan
kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine (Ganong 2002).
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan oleh
suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan penyebab dasar
berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk
proses mikturisi sebagai berikut :

1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex mikturisi,
dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan kontraksi
tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral
untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.

Mekanisme Berkemih
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam
penyimpanan dan pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra

4
proksimal menutup, dan tekanan intra uretra berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot
detrusor berelaksasisehingga tekanan kandung kemih tetap rendah.
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan kandung
kemih
1. Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi
tekanan intra vesikal kecuali pada saat miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi
sedikit peningkatan tekanan intra vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal
dan mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika urinaria.Mekanisme neural
ini termasuk refelk simpatis spinal yang mengatifkan reseptor pada vesika urinaria dan
menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor.
Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm H2O sedangkan tekanan intrauretra
dalam keadaan istirahat antar 50-100 cm H2O.
Selama pengisian vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat. Peningkatan pada saat
pengisian vesika urinaria cenderung kerah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.Refelek
simpatis juga meningkatkan stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan meningkatkan
kontraksi uretra pada saat pengisian vesika urinaria.

2. Fase miksi (Voiding phase)


Selama fase miksi terjadi penurunan tekanan uretra yang mendahului kontraksi otot detrusor.
Terjadi peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi distensi untuk miksi.Pusat miksi
terletak pada batang otak.Reflek simpatis dihambat, aktifitas efferent somatic pada oto lurik
spinchter dihambat dan aktifitas parasimpatis pada otot detrusor ditingkatkan.Semua ini
menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan
resistensi yang melibatkan otot lurik dan polos uretra.Terjadi penurunan leher vesika urinaria
dan terjadi aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk
meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika tertutup dan tekanan
detrusor menurun.

Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara sebagai berikut : Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung
kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan
dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara
bersamaan menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan,
dan menyisakan tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.
Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :
Pertambahan vol urine tek intra vesicalis keregangan dinding vesicalis (m.detrusor)
sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) untuk diteruskan kembali
ke saraf saraf spinal timbul refleks spinal melalui n. Pelvicus timbul perasaan tegang
pada vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih Ganong
2002 ).

Urin sekitar 300-400 ml -> peregangan otot vesica urinaria -> medulla spinalis S 2,3,4 ->
otak -> saraf parasimpatis (melalui n.splanchnicus pelvicus) -> dinding vesica urinaria->
diaphragma dan dinding anterior abdomen berkontraksi -> kenaikan tekanan intraabdomen->
m.pubococcygeus relaksasi-> cervix vesicae turun-> kontraksi m.detrussor vesicae->

5
memendekkan urethra-> melebarkan dan membuka OUI(Ostium urethra interna) -> urin
keluar dari VU.

Kontraksi m.pubococcygeus-> mengangkat cervix vesucae-> m.detrussor dan otot urethra


relaksasi-> urethra memanjang-> OUI menyempit dan menutup-> pengeluaran urin berhenti

LI 3. Mempelajari Infeksi Saluran Kemih


LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi
Menurut (Salma, 2011) Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering
terjadi. ISK dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran
kencing bagian luar (uretra).
LO 3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi

Kuman penyebab infeksi saluran air kemih :

- Kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus, dan


Pseudomonas.

- Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis, kuman anaerob, TBC, jamur, virus dan
bentuk L bakteri protoplas.

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata Escherichia
coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh Proteus sp., Klebsiella sp., Enterobacter
sp., dan Pseudomonas sp.,Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK,
antara lain dapat dilihat pada tabel berikut:

Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No. Mikroorganisme Persentase biakan

(%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela sp. atau Enterobacter sp. 10-40
3. Proteus sp. 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci sp. 2-10
7. Candida albicans 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2

Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat menyebabkan
sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah
brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tuberculosa . Candida sp merupakan
jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan
kateter urin, pasien dengan penyakit imunnocompromised, dan pasien yang mendapat

6
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah
Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran
kemih secara hematogen .

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :

a. Anomali kongenital

b. Batu saluran kemih

c. Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

a. Neurogenic bladder

b. Striktura uretra

5.Hygienitas

6. Instrumentasi

a. Kateter

b. Dilatasi uretra

c. Sitoskopi

LO 3.3 Memahami dan menjelaskan epidemiologi

ISK dapat mengenai semua orang, mulai dari bayi baru lahir sampai dengan orang dewasa,
baik laki-laki maupun perempuan.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK
adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di ginjal, saluran ginjal
(ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra).

ISK secara klinik timbul sebagai ISK bagian bawah dan ISK bagian atas. ISK bagian bawah
adalah ISK yang paling sering terjadi. ISK bagian atas biasanya sering disebabkan oleh
kuman yang sama dengan ISK bagian bawah, hal ini terjadi karena ISK bagian bawah tidak
diobati secara tepat sehingga kuman tersebut naik dari kandung kemih ke ginjal, dan dapat
menyebabkan infeksi yang serius dari ginjal.

Urin (air seni) merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Maka dalam urin
terdapat kuman tetapi dalam jumlah yang masih normal. Mengosongkan kandung kemih
adalah cara alami yang dilakukan tubuh agar jumlah kolonisasi kuman dapat ditekan,
sekaligus mencegah kuman naik ke saluran kemih bagian atas (ginjal). Di samping itu, tubuh

7
menjaga agar urin yang dikeluarkan memiliki tingkat osmolalitas tinggi, konsentrasi urea
tinggi, dan pH asam. Kondisi tersebut menyebabkan urin mempunyai 'efek antibakteri'.
Adanya gangguan terhadap mekanisme alami itulah yang memudahkan terjadinya ISK.
Contohnya adalah pasien diabetes melitus, dimana terjadi konsentrasi glukosa urin yang
meningkat menjadi media yang sangat baik bagi kolonisasi kuman.

ISK dapat mengenai semua orang, mulai dari bayi baru lahir sampai dengan orang dewasa,
baik laki-laki maupun perempuan. ISK lebih sering ditemukan pada bayi atau anak kecil
dibandingkan dengan dewasa. Pada bayi sampai umur tiga bulan, ISK lebih sering pada laki-
laki daripada perempuan, tetapi selanjutnya lebih sering pada perempuan daripada laki-laki.

Wanita lebih sering terkena ISK karena saluran kencing wanita lebih pendek dibanding pria.
Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung kemih karena saluran kencing lebih
dekat ke sumber bakteri seperti daerah dubur.

Pada wanita dengan seksualitas aktif, terdapat faktor lainnya untuk berkembang menjadi ISK,
seperti penggunakan kontrasepsi diafragma (kondom wanita) dan metode seksual yang
dilakukan.

Pada wanita hamil, dapat lebih sering terkena ISK karena adanya perubahan hormonal dan
perubahan dari posisi saluran kencing selama kehamilan.

Semasa hidup seseorang, risiko ISK meningkat 1-2%. Statistik menunjukkan prevalensi ISK
pada wanita muda yang semula hanya 1-2% akan meningkat menjadi 2,8-8,6% di usia 50-70
tahun. Pada pria, prevalensi ISK di atas usia 80 tahun juga tinggi, mencapai 20%.

Semakin tua seseorang, status imunnya akan semakin menurun. Maka, semakin mudah pula
orang tersebut mengalami infeksi. Kaum geriatrik (lansia) dengan gangguan mood dan
penurunan faal kognitif cenderung sulit merawat diri. Kebersihan tubuh terutama daerah
genital kurang terjaga. Akibatnya, kuman mudah berkoloni di daerah tersebut sehingga
terjadilah infeksi.

ISK dibagi menjadi 2 tipe yaitu tidak berkomplikasi (uncomplicated) dan berkomplikasi
(complicated).

Prinsipnya, semua ISK yang ditemukan pada pria tergolong ISK berkomplikasi, karena
struktur anatomi saluran kemih pria menyulitkan terjadinya ISK. Sebaliknya, definisi ISK
berkomplikasi pada perempuan lebih 'lunak' yaitu bila ditemukan adanya kelainan struktur
pada sistem saluran kemih, batu, retensi urin, abses, atau terjadi karena penyebaran melalui
aliran darah.

ISK pada usia lanjut sebagian besar adalah ISK berkomplikasi. Pada usia diatas 65 tahun,
ISK merupakan sebab dari 30% kasus bakteremia, dibandingkan dengan 16% pada usia
dibawah 65 tahun.

LO 3.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

8
a. Infeksi saluran kemih atas

1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

b. Infeksi saluran kemih bawah

1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril).

LO 3.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi dan pathogenesis


Patofisiologi

Menurut (Sjaifullah dan Ninik , 2006 ) Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
(neonatus) atau secara asending (anak-anak). Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-
balik vesikoureter (refluks vesikoureter), uropati obstruktif, kelainan kongenital buli-buli atau
ginjal, dan diaper rash. Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung
dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organismenya. Bakteri dalam urin
dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.

Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda
asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasal
dari tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri uropatogenik yang melekat pada
pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan
menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat
meningkatkan virulensi bakteri tersebut.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti
bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni
pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan.
Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis
cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila
hanya buli buli yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika
urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali
(frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang
dan perdarahan (hematuria).

Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak,
baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada
pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat
membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau

9
zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal
scarring).

Patogenesis

Saluran kemih merupakan area yang seharusnya bebas dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak di dalam media urin. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium
penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4
cara, yaitu:

1. ascending;

2. hematogen;

3. limfogen;

4. langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat
dari pemakaian instrumen.

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen. Namun, secara umum,
infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending, walapupun infeksi secara hematogen
dapat terjadi pada anak usia infant.

Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. (1)kolonisasi kuman di sekitar
uretra, (2)masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3)penempelan kuman pada dinding
buli-buli, (4)masuknya kuman melaui ureter ke ginjal6.

Infeksi Ascending

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:

a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina;

b. masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli;

c. multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih;

d. naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara


mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.

1. Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain :

10
a. Pertahanan lokal dari host;

b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.

Pertahanan lokal terhadap infeksi.

No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi


1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter
(wash out mechanism)
2. Derajat keasaman (pH) urin
3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4. Panjang uretra pada pria

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin,
yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin.
Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan
menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan dengan baik dengan aliran
urin yang adekuat adalah jika:

a. Jumlah urin cukup;

b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.

Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak
adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.

Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out
adalah adanya:

1. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluks sistem urinaria.
2. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.

2. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi
untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau
dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu :

a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin
(hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.

11
Hematogen

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan tubuh
yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang mendapatkan
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus
infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis,
Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/
jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran
hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus
dapat menimbulkan abses pada ginjal .

LO 3.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis

Penderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal berikut:

Sakit pada saat atau setelah kencing


Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)
Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
Nyeri pada pinggang
Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)

Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri bila buang
air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah biasanya panas tinggi, gejala gejala sistemik, nyeri di daerah
pinggang belakang. Namun demikian sulit membedakan infeksi saluran kemih bagian
atas dan bagian bawah berdasarkan gejala klinis saja.

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :

0-1 Bulan : Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang,


koma, panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan
pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras),
air kemih berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,
muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.
6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat
menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna

Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:

Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine,
nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge urethra

12
Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont:
hesitansi, aliran lemah).
Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam
menetap meskipun diobati dengan antibiotik.

LO 3.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding

Biakan air kemih :

Dikatakan infeksi positif apabila :

- Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman
105/ml, 2 kali berturut-turut.

- Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen yang
tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik digunakan sebagai
gold standar.

Dugaan infeksi :

- Pemeriksaan air kemih : ada kuman, piuria, torak leukosit

- Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test.

Mencari faktor resiko infeksi saluran kemih :

- Pemeriksaan ultrasonografi ginjal untuk mengetahui kelainan struktur ginjal


dan kandung kemih.

- Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi/MSU untuk mengetahui adanya refluks.

- Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi saluran
kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran kemih.

Diagnosa Banding

Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor
predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.

LO 3.8 Memahami dan menjelaskan tata laksana

Ada 3 prinsip penatalaksanaan infeksi saluran air kemih :

- Memberantas infeksi

13
- Menghilangkan faktor predisposisi

- Memberantas penyulit

Medikamentosa

Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan urin dan uji
kepekaan, untuk eradikasi infeksi akut diberikan antibiotik secara empirik selama 7-10 hari.
Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada lampiran.

Bedah

Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk menghilangkan
faktor predisposisi..

Suportif

Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan cukup, perawatan
higiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi.

Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)

Rujukan ke Bedah Urologi sesuai dengan kelainan yang ditemukan. Rujukan ke Unit
Rehabilitasi Medik untuk buli-buli neurogenik. Rujukan kepada SpA(K) bila ada faktor
risiko.

Pemantauan

Dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai gejala ISK umumnya
menghilang. Bila gejala belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain
sesuai dengan uji kepekaan antibiotik. Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin
ulang 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan
dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan.

Bila ditemukan ada kelainan anatomik maupun fungsional yang menyebabkan


obstruksi, maka setelah pengobatan fase akut selesai dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis
(lihat lampiran). Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus,
dan pielonefritis akut.

Jenis dan dosis antibiotik untuk terapi ISK

Tabel : Dosis antibiotika pareneteral (A), Oral (B), Profilaksis (C)


Obat Dosis mg/kgBB/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(A) Parenteral
tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
Ampisilin 100

14
tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)
Sefotaksim 150 dibagi setiap 6jam.

Gentamisin 5 tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)


tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)
Seftriakson 75 sekali sehari
Seftazidim 150 dibagi setiap 6 jam

Sefazolin 50 dibagi setiap 8 jam

Tobramisin 5 dibagi setiap 8 jam

Ticarsilin 100 dibagi setiap 6 jam

(B) Oral
Rawat jalan antibiotik oral (pengobatan standar)
Amoksisilin 20-40 mg/Kg/hari q8h

Ampisilin 50-100 mg/Kg/hari q6h

Amoksisilin-asam klafulanat 50 mg/Kg/hari q8h

Sefaleksin 50 mg/Kg/hari q6-8h


Sefiksim 4 mg/kg q12h

Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h

Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h

Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h

Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h


*
Tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja

15
(C) Terapi profilaksis
Nitrofurantoin* 1 -2 mg/kg

Sulfisoksazole* 50 mg/Kg
(1x malam hari)

Trimetoprim* 2mg/Kg

Sulfametoksazole 30-60 mg/kg

LO 3.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi

Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik
(Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi).

Infeksi berulang
Kerusakan ginjal permanen
Peningkatan risiko wanita melahirkan bayi prematur atau berat badan lahir rendah

LO 3.10 Memahami dan menjelaskan pencegahan

Perbanyak minum air


Berceboklah dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus
masuk ke vagina atau uretra.
Bersihkan alat vital Anda sebelum berhubungan
Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran
kencing
Jangan menahan kencing bila Anda ingin buang air kecil
Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub

LO 3.11 Memahami dan menjelaskan prognosis


Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan penyebab
terjadinya infeksi tersebut.

LI 4. Mempelajari Pemeriksaan Kultur Urin


Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan
urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

16
1. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari
kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang
penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang
akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu
dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.

2.Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini
juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung
kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh
dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1
3.Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan
yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan
tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan
menyebabkan kultur false-negative.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :


1.Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air
atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan
antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa
steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang
kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi
dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan
jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah
dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin
yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril
sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera
ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra.
Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air
sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi
dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan
daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
selesai.

17
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan
kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah
dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah
steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera
ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat
pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus
sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan
sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus
disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml
urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK.
Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri
yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara
uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan
kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan
urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi
pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang
terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

LI 5. Mempelajari Etika Membersihkan Alat Kelamin Menurut Pandangan Islam


Pengertian Istinja

. Sedangkan
Istinja menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, dari bahasa Arab
istinja menurut istilah syariat Islam ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil.

Cara Beristinja

Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar maupun
buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda selain air. Benda selain air yang dapat
digunakan untuk beristinja ialah benda yang keras dan kesat seperti batu, kertas atau daun-
daun yang sudah kering.

Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut:

1). Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan air
sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing.

18
2). Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu,
kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.

3). Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu
atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran air besar
atau air kecil ini sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki
tiga permukaan sampai bersih. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut:

:
,


Artinya: Sesungguhnya Nabi saw. melalui dua buah kuburan, kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam kubur itu sedang disiksa. Adapun salah
seorang dari keduanya sedang disiksa karena mengadu-ngadu orang, sedangkan yang
satunya sedang disiksa karena tidak menyucikan kencingnya. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Syarat-syarat istinja dengan menggunakan batu atau benda keras (kesat) terdiri dari enam
macam:

1. Batu atau benda itu keras (kesat) dan harus suci serta dapat dipakai untuk
membersihkan najis.
2. Batu atau benda itu tidak termasuk yang dihormati misalnya bahan makanan dan batu
masjid.
3. Sekurang-kurangnya dengan tiga kali usapan dan sampai bersih.
4. Najis yang akan dibersihkan belum sampai kering.
5. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya.
6. Najis itu tidak bercampur dengan benda lain, meskipun benda itu suci dan tidak
terpercik oleh air.

Daftar Pustaka
Ganong 2002 . buku ajar fisiologi kedokteran . edisi 20 . Jakarta : EGC
Salma 2011 . Infeksi saluran kemih (ISK) . http://majalahkesehatan.com/infeksi-saluran-
kemih-isk/ . diakses pada 9 April 22.04 WIB
Sjaifullah dan Ninik 2006 . Infeksi Saluran Kemih . www.pediatrik.com . diakses pada 9
April 22.10

19

Anda mungkin juga menyukai