Anda di halaman 1dari 27

SKENARIO 1

BLOK MUSKULOSKELETAL
“NYERI SENDI KAKI”

KELOMPOK C-3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
KELOMPOK C – 3
KETUA : MUCH. HASYIM ASYARI (1102015142)
SEKRETARIS : DANYA MUTIARA LARASATI (1102017060)
ANGGOTA : BIANCA CATERINALISENDRA (1102014058)
HIELMY AULIYA HASYIM (1102015091)
DADI SATRIO WIBISONO RACHMAT (1102013067)
JIHAN NURAINI (1102017116)
AFIFAH NADYA PERDANIA (1102017008)
SALSABILA GIFITA (1102017209)
NURJANNAH NABILA MUTI SIREGAR (1102017171)
NYERI SENDI KAKI
Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke RS dengan keluhan
nyeri di sendi kaki kanan akibat terjatuh sewaktu bermain bola. Pada
pemeriksaan, kaki terlihat bengkak hiperemis dan nyeri pada saat
persendian kaki digerakkan. Pada pemeriksaan radiologi tidak
ditemukan tanda-tanda fraktur. Dokter mendiagnosis pasien ankle
sprain.
KATA SULIT
• Ankle Sprain: Cedera pada pergelangan kaki yang menyebabkan
robeknya ligament dan kapsul sendi.

• Hiperemis: Kemerahan.

• Fraktur: Pemecahan suatu bagian khususnya tulang. Terputusnya


struktur jaringan tulang / tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh trauma secara langsung dan tidak langsung.
PERTANYAAN
1. Mengapa kaki nyeri saat digerakkan ?
2. Mengapa ankle sprain dapat terjadi ?
3. Bagaimana cara menentukan derajat pada cedera ankle sprain ?
4. Bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada cedera ankle sprain ?
5. Jika pertolongan pertama sudah dilakukan lalu bagaimana tatalaksananya ?
6. Apakah ada efek jangka panjang jika seseorang terkena ankle sprain ?
7. Bagian organ mana yang terkena pada kasus ?
8. Bagaimana tanda / gejala terjadinya ankle sprain ?
9. Apa faktor resiko terjadinya ankle sprain ?
10. Menurut pandangan islam tata cara ibadah yang mengalami ankle sprain ?
11. Apakah pemeriksaan penunjang ankle sprain ?
JAWABAN
1. Trauma pada ligament sehingga menyebabkan inflamasi dan nyeri.
2. Kesalahan tumpuan, gerakan yang mendadak.
3. Derajat 1: mengalami ketegangan ligament. Derajat 2: ligament sebagian robek. Derajat 3:
robeknya total
4. Di balut bidai.
5. Non farmako : - perban, tirah baring, di kompres es. Farmako : NSAID
6. Kalau di tangani dengan benar tidak akan ada efek jangka panjang.
7. Tendo Achilles.
8. Nyeri, kemerahan, sulit bergerak, bengkak.
9. Kelemahan otot di sekitar pergelangan kaki, lemahnya / longgarnya ligament-ligamen, cedera
yang berulang, adanya fleksibelitas yang buruk, permukaan lapangan yang tidak rata,
pemakaian sepatu / alat yang tidak tepat, kurangnya pemanasan.
10. Kalau ga duduk, tidur dan ambil wudhu tayamum.
11. X-ray, MRI.
HIPOTESA
Ankle sparin terjadi adanya trauma pada ligament sehingga
menyebabkan inflamasi dan nyeri, di sebabkan Kesalahan tumpuan ,
gerakan yang mendadak, kelemahan otot di sekitar pergelangan kaki,
lemahnya / longgarnya ligament-ligamen, cedera yang berulang, yang di
tandai dengan gejala Nyeri, kemerahan, sulit bergerak, bengkak. Dapat
di tangani dengan balut bidai, Non farmako : - perban, tirah baring, di
kompres es dan Farmako : NSAID, untuk pemeriksaan penunjang X-ray
dan MRI.
LEARNING OBJECTIVE
1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi persendian fungsi alat gerak
1.1 Makro
1.2 Mikro

2. Memahami dan menjelaskan tentang ankle sprain


1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
1.4 Patofisiologi
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Diagnosis dan diagnosis banding
1.7 Tatalaksana
1.8 Pencegahan
1.9 Prognosis
1. Memahami dan menjelaskan tentang
anatomi persendian fungsi alat gerak
1.1 Makroskopik
• EKSTREMITAS BAWAH
a) Articulatio inferioris liberi (articulatio coxae)
Tulang: Acetabulum dan caput femuri.
Gerak sendi: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, endorotasi, eksorotasi.
b) Articulatio genus
Tulang: Condylus medialis femoris dan condylus medialis tibiae.
Gerak sendi: Fleksi, ekstensi , rotasi medialis, fleksi lateralis.
c) Articulatio tibio fibularis
Tulang: Facies articularis fibularis dengan facies articularis capitis fibulae.
Gerak sendi: Gesekan ke atas dan ke bawah.
d) Articulatio talocrulalis
Tulang: Antara trochleatali dan lengkung yang dibentuk oleh maleoli ossa cruris
Geraksendi: Plantar Flexi, Dorsi Flexi, Inversio and Eversio.
e) Articulatio Pedis
• Articulatio talocalcaneal • Articulatio tarsometatarsales
tulang: Os talus dan Os calcaneus. tulang: Os tarsi dan Os metatarsi
gerak sendi: gliding.
gerak sendi: Plana
• Articulatio
• Articulatio Metatarsophalangeales
talocalcaneonavicularis
tulang: Os metatarsi dan Os
tulang: Os talus, Os calcaneus dan phalangeales
Os cuboideum.
gerak sendi: fleksi, ekstensi,
gerak sendi: Geser dan rotasi. abduksi, adduksi
• Articulatio calcaneocuboidea • Articulationes
tulang: Os calcaneus dan Os Interphalangeales Pedis
cuboideum. tulang: Inter phalangeales
gerak sendi: Geser dan sedikit rotasi. gerak sendi: fleksi dan ekstensi
1.2 Mikro
Sendi
Tempat bertemu dua atau tiga unsur rangka, baik tulang maupun tulang
rawan, dikatakan sebagai sendi atau artikulasi. Sendi merupakan suatu engsel
yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik.
Sendi dibagi menjadi:
a. Sendi Fibrosa: Dipersatukan oleh jaringan ikat padat fibrosa. Sendi pada
tulang yang dipersatukan oleh banyak jaringan ikat fibrosa terdapat di
sutura disebut sindesmosis. Contohnya : sendi radioulnar (gerak terbatas)
b. Sendi Tulang rawan: Sering disebut sebagai sendi kartilaginosa
sekunder. Permukaan tulang yang berhadapan dilapisi tulang rawan hialin
secara erat disatukan  lempeng fibrokartilago. Contoh sendi
kartilaginosa sekunder : simfisis (Sendi pubis dan manubriosternal)
c. Sendi Sinovial
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang
bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin.
• lapisan luar simpai  jaringan ikat padat kolagen yang menyatu dengan
periosteum.
• lapisan dalam simpai  membran sinovial (membatasi rongga sendi).
2. Memahami dan menjelaskan tentang ankle
sprain
• 2.1 Definisi
Cedera pergelangan kaki (cedera ankle) terjadi ketika ligamen, yang
mendukung tulang-tulang pergelangan kaki teregang atau robek. Sprain
atau keseleo merupakan keadaan ruptur total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi
sesudah gerakan memuntuir yang tajam. (Kowalak, 2011).
Etiologi
Sprain ankle dapat terjadi pada atlet maupun non atlet, anak-anak
maupun orang dewasa. Sprain ankle dapat terjadi ketika sedang
berolahraga, aktivitas fisik, melangkah di permukaan yang tidak rata,
perputaran kaki ke dalam atau ke luar yang berlebihan yang
menyebabkan kerobekan ligament lateral kompleks ankle.
Sprain pada ligamentum lateral complex dihasilkan oleh gaya
inversi dan plantar fleksi ankle yang tiba-tiba, dimana seringkali terjadi
selama olahraga atletik atau exercise ketika berat tubuh yang diterima
oleh kaki saat menumpuh tidak sempurna diatas permukaan yang tidak
rata menyebabkan tapak kaki (dorsum kaki) dalam posisi inversi saat
gaya tersebut terjadi. Akibatnya, ligamentum lateral complex
mengalami overstretch.
Klasifikasi
• Tingkat I
Merupakan robekan dari beberapa ligamen akan tetapi tidak
menghilangkan dan menurunkan fungsi sendi tersebut. Masa penyembuhan antara
2-6 minggu. Terjadi sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal.

• Tingkat II
Terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai terjadi
putus total.

• Tingkat III
Terjadi rupture komplit dari ligamen sehingga terjadi pemisahan komplit
ligamen dari tulang. Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi
dan fisioterapi dan rata-rata memakan waktu 8-10 minggu.
Patofisiologi
Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan
ke sisi luar/samping (lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari
pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara invesi
yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe
ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangan kaki.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi
belah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik.
Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan
kaki tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan
menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki
(Arheim, 1985; 473).
Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi terjadinya Ankle Sprain yaitu:
• Nyeri
• Pembengkakan
• Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
Diagnosa dan diagnosa banding
• Anamnesis
Untuk mengevaluasi ankle sprain, tiga hal penting yang perlu ketahui adalah:
1. Situasi dan mekanisme dari cedera, seperti kapan, dimana dan bagaimana
terjadinya.
2. Kemampuan berjalan pasien setelah cedera untuk menyingkirkan adanya
fraktur.
3. Riwayat cedera ankle sebelumnya dan riwayat penyakit dahulu.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ankle sprain adalah look, feel,
move secara umum dan special test.
Look: Perhatikan adanya deformitas, bengkak dan memar untuk menentukan tingkat
keparahan dari ankle sprain serta kecenderungan terjadi fraktur.
Feel: Lakukan palpasi pada seluruh fibula, distal tibia, kaki dan tendon Achilles
untuk menyingkirkan adanya fraktur terutama fraktur Maisonneuve yang sering
dikaitkan dengan cedera sindesmotik.
Move: Perhatikan adanya nyeri pada gerakan pasif inversi dan eversi.
• Special Test
Pemeriksaan istimewa dari ankle sprain terdiri dari 4 pemeriksaan utama
yaitu:
1. Squeeze Test: Pemeriksaan kompresi fibular digunakan apabila terdapat
kecurigaan terjadinya cedera sindesmotik atau fibular.
2. External Rotation Test: Pemeriksaan rotasi eksternal dilakukan untuk
menentukan integritas dari ligamen sindesmotik. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 20% dan spesifisitas 84.5% dalam mendiagnosis cedera
sindesmotik.
3. Anterior Drawer: Pemeriksaan anterior drawer dilakukan untuk memeriksa
stabilitas dari ankle khususnya pada Anterior Talofibular Ligament.
4. Talar Tilt: Digunakan untuk melihat adanya gerakan inversi yang berlebih pada
ankle dan menentukan adanya robekan dari ligamen ada pada ligamen
calcaneofibular.
Diagnosa banding
• Ruptur Tendon Achilles: Tanda dan gejala dari ruptur tendon achilles dapat
menyerupai ankle sprain seperti memar, bengkak dan nyeri
pada ankle. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membedakan adalah
Thompson Test dan lihat adanya gap di antara tendon achilles.

• Ankle Impingement Syndrome: Ankle impingement syndrome merupakan


suatu kondisi yang disebabkan oleh friksi dari jaringan sendi yang
umumnya didahului oleh cedera pada ankle. Perlu diperhatikan adanya
sindrom ini apabila nyeri masih menetap setelah dilakukan rehabilitasi.

• Fraktur: Hal utama yang dapat membedakan pasien ankle sprain dan fraktur
adalah kemampuan untuk berjalan. Pasien dengan ankle sprain masih dapat
berjalan meskipun disertai dengan nyeri, berbeda dengan pasien fraktur
yang umumnya sudah tidak dapat berjalan yang disertai dengan nyeri pada
tulang, krepitus dan deformitas pada tulang.
Tata Laksana
Perawatan yang digunakan dinamakan metode RICE, yaitu:
Rest (istirahat), Ice(pemakain es), Compression(pengomperasan), dan
Elevation(elevasi). Pemakaian metode RICE untuk mengatasi keseleo
ringan, biasanya berlanjut selama 2 sampai 3 hari, kemudian dapat
diikuti dengan melakukan olahraga lari kembali secara bertahap.
Pencegahan
Untuk menghindari cedera keseleo alangkah baiknya melakukan
pencegahan dengan melakukan streatching, pemanasan, latihan
penguatan ligament-ligament sendi, otot dan tendon yang melintasi
sendi, latihan pergelangan kaki, serta melakukan pembebatan
pergelangan kaki, pada saat latihan maupun pertandingan.
Prognosis
Tingkat pemulihan tergantung pada keparahan keseleo dan usia
dan kesehatan pasien. Kebanyakan orang pulih sepenuhnya dari keseleo,
terutama Grade I dan II, kembali ke kegiatan olahraga atau normal dapat
terjadi pada 2-6 minggu dengan manajemen yang tepat dan pengobatan.
Pasien dengan cedera lebih parah (misalnya lengkap pecah – Grade III)
akan memerlukan waktu lebih lama untuk rehabilitasi sehingga dapat
berfungsi optimal. Setelah keseleo signifikan terjadi, sendi mungkin
tidak sekuat sebelum cedera. Dengan latihan rehabilitasi yang tepat,
beberapa kekuatan dan stabilitas mungkin kembali.
DAFTAR PUSTAKA
• https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/viewFile/2556/2609
• https://www.academia.edu/8297833/Sprain_Ankle
• https://www.alomedika.com/penyakit/kedokteran-olahraga/ankle-sprain/penatalaksanaan
• https://www.alomedika.com/penyakit/kedokteran-olahraga/ankle-sprain/diagnosis
• Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
• Putz,R.Pabst. (2014). Sobotta : atlas anatomi manusia ed.23. jilid 1 & 2. Jakarta : EGC
• Sudoyo AW,dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI Jilid III. Jakarta :
Interna Publishing.
• Syamsir,HM.(2015). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta : FKUY
• Leeson, C.Roland. Anthony A. Paparo. (1996). Buku Ajar Histologi Ed V. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai