BLOK MUSKULOSKELETAL
Kelompok : A6
Ketua :
Sekretaris :
Anggota :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
Daftar Isi
SKENARIO 3
KATA SULIT 4
PERTANYAAN 5
JAWABAN 7
HIPOTESIS 10
SASARAN BELAJAR 11
Daftar Pustaka 37
2
SKENARIO
3
KATA SULIT
1.
2.
3.
4
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5
JAWABAN
1.
6
HIPOTESIS
7
SASARAN BELAJAR
LO 1.
LO 2.
8
Struktur pergelangan kaki
A. Sendi
2. Articulatio Coxae
Atau sendi paha. Persendian antara acetabulum os coxae dengan caput femoris.
3. Articulatio genu
Jenis sendi : engsel
Tulang : condylus femoris, ujung atas tibia, patella.
6. Articulation talocalcaneonavicularis
Tulang : os talus, os calcaneus, dan os cuboideum
Jenis sendi : gliding
Gerak sendi : geser dan rotasi
9
Tulang : os calcaneus, os cuboideum
Jenis sendi : plana
Gerak sendi : geser dan sedikit rotasi
Memperkuat sendi : Ligamentum calcaneocuboideum dorsale et plantare
ligamentum plantare longum dan Articulationes tarso metatarsals.
8. Articulatio tarsometatarsales
Tulang : ossa tarsi dan oss metatarsi
Jenis sendi : plana
Penguat sendi : Ligamentumtarsometatarsaliadorsalia, ligamentum
tarsometatarsalis plantaris, dan ligament
cunemetatarsalis interossea
9. Articulationes metatarsophalangeales
Tulang : ossa metatarsi dan ossa phalangeales
Jenis sendi : condyloidea/ellipsoidea
Gerak sendi : fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi
Penguat sendi ligament collateralis, ligament plantaria dan lagamentum
metatarsale transversum profundum.
B. Ligamen
1. Posterior talofibular ligament : ligamen yang melekat pada posterior tulang talus dan
fibula
2. Calcaneofibular ligament : ligamen yang melekat pada tulang calcaneus dan fibula.
3. Anterior talofibular ligament : ligamen yang melekat pada anterior tulang talus dan
fibula.
4. Posterior tibiotalar ligament : ligamen pada posterior tulang tibia.
5. Tibiocalcaneal ligament : ligamen yang melekat pada tulang tibia dan calcaneus.
6. Tibionavicular ligament : ligamen yang melekat pada tulang tibia dan navicular.
7. Anterior tibiotalar ligament : ligament yang melekat pada anterior tulang tibia dan talus.
10
1.2 Anatomi Mikro
1.2.1 Tulang
TULANG RAWAN
Bentuk jaringan ikat khusus (penyokong), komponen sistem kerangka tubuh, terdiri
dari :
Tulang rawan umumnya mendapat nutrien dan O2 secara difusi dari kapiler yg
berdekatan (perikondrium), tulang rawan tidak mempunyai pembuluh darah, saluran
limfe atau saraf Tulang rawan pada persendian, perikondrium mendapat nutrien dan
O2 dari cairan sinovial dalam rongga sendi
11
FUNGSI
SEL CHONDROSIT
• Populasi : sel mulai menempati bagian di bawah perichondrium, berbentuk pipih dan
berdiri sendiri-sendiri. Makin ke arah pusat, sel makin berbentuk bulat, sesuai dengan
bentuk lacuna , yaitu rongga yang terbentuk oleh matrik padat yang ditempati oleh
kondrosit. Dalam lacuna sel masih dapat bereproduksi, sehingga dapat dijumpai sel
isogen (seketurunan) terdiri atas 2 – 4 buah sel
MATRIKS
Sifat fisik yang kompak dan elastis, kuat terhadap tekanan dan regangan
PERICHONDRIUM
12
Selubung jar. Ikat padat yg mengelilingi kartilago
13
TULANG RAWAN HYALIN
DISTRIBUSI:
STRUKTUR:
14
TULANG RAWAN ELASTIS
DISTRIBUSI:
STRUKTUR:
15
TULANG RAWAN FIBROSA
DISTRIBUSI:
STRUKTUR:
TULANG KERAS
sangat keras.
Komponen organik yaitu serat kolagen tipe I dan substansi dasar amorf yang
mengandung proteoglikan
16
Fungsi:
Bila tulang dihilangkan CA nya ( unsur anorganiknya ) maka tulang akan lentur
seperti tendon, bila bagian organikya menghilang maka mudah pecah dan hancur
Pertukaran nutrien, O2 dan metabolit antara osteosit dan kapiler terjadi melalui
kanalikuli (saluran kecil yg menembus matriks).
Nutrisi jaringan tulang Persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan
perbaikan atau pertumbuhan tulang
17
SEL TULANG
1. Sel osteoprogenitor
(sel osteogenik) Berasal dari mesenkim Sel ini mempunyai kemampuan untuk
berkembang menjadi osteoblas yg kemudian menjadi osteosit. Bentuk seperti
gelendong, berinti gepeng,kromatin inti halus, sitoplasmanya bercabang. Letak
dipermukaan tulang pada lapisan dalam periosteum dan endosteum.
2. Osteoblas
Sel berbentuk kubis atau seperti piramid. Berinti besar, mempunyai anak inti 1.
sitoplasma sangat basofilik. Terdapat tonjolan sitoplasma yg berhubungan dengan
tonjolan sitoplasma yg berdekatan. Terletak dipermukaan tulang. Mensintesis
komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan dan glikoprotein)
dan mengendapkan komponen anorganik matrik tulang.
3. Osteosit
Berasal dari osteoblas yg sudah berubah menjadi osteosit dan sudah dikelilingi
matriks. Bentuknya seperti buah kenari,gepeng. Sitoplasma sedikit basofilik.
Terletak dalam lakuna yg berbentuk lonjong diantara 2 lamel matrik. Tiap lakuna
berisi satu osteosit. Tonjolan sitoplasma osteosit, terletak dalam kanalikuli yg
memancar keluar dari lakuna. Tonjolan tersebut saling berhubungan satu sama lain
melalui taut rekah (gap junction) sehingga nutrien dapat sampai ke sel-sel tulang
tersebut. Pertukaran zat antara osteosit dan pembuluh darah juga terjadi sedikit
18
melalui substansi yg terletak diantara osteosit dan matriks tulang. Osteosit
mempertahankan matriks tulang terus menerus. Bila osteosit mati maka terjadi
resorbsi matriks oleh osteoklas.
4. Osteoklas
Adalah sel sangat besar/raksasa, dapat bergerak, berinti banyak, berasal dari
monosit yg menyatu. Sitoplasma biasanya asidofilik. Cabang sitoplasmanya
banyak dan bervariasi tebal serta bentuknya. Terletak dekat permukaan daerah
tulang yg sedang mengalami proses resorbsi dalam lekukan matriks yg disebut
lakuna howship. >>> pada endosteum Mensekresi asam kolagenase dan enzim
proteolitik lainnya, yg menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi
dasar yang mengapur Secara aktif menghilangkan debris yg terbentuk
19
1.2.2 Otot
1. Otot Rangka
Otot rangka adalah otot lurik,volunter dan melekat pada rangka,otot rangka dimulai dan
berakhir pada tendon yang melekat pada tulang,setiap serat otot merupakan 1 sel otot
yang dilapisi sarkolema yang banyak motikondria,granula glikogen dan myoglobin,di
dlam 1 serat otot banyak mengandung myofibril ada yang tebal dan tipis.
20
Pada gambar diatas merupakan kontraksi otot yang terdiri dari :
1.Pita A yang lebih gelap (anisotropik,atau mampu mempolarisasi cahaya) terdiri dari susunan
vertikal moifilamen tebal yang berselang seling dengan miofilamen tipis
2.Pita I yang lebih terang (isotropik atau nonpolarisasi)terbentuk dari miofilamen aktin tipis
yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal.
3.Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu di
sepanjang miofibril
4.Zona H adalah area yang lebih terang dari pada pita A miofilamen miosin yang tidak tembus
filamen tipis.
5.Garis M membagi dua pusat zona H,pembagian ini merupakan kerja protein penunjang lain
yang menahan miofilamen tetap tebal bersatu dalam susunan
b.filamen aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A,mempersempit dan
menghalangi pita H.
c.panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z yang lain) memendek saat kontraksi
d.pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan keseluruhan otot.
21
2.molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan
melapisi sisi yang berikatan dengan crossbridge miosin
4.jika kalsium (Ca2+) tidak ada.tropomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan aktin
dan miosin
- Mekanisme Kontraksi
1.sel otot dirgs -> depolarisasi membran sel -> potensi aksi
2.penyebaran impuls melalui sistem T sampai TRIAD
3.terminal cisterna melepaskan ion kalsium ke sarkoplasma
4.kalsium berdifusi ke myofibril dan berikatan dengan troponin C
5.ikatan troponin I dan molekul aktin terlepas ->tropomiosin ke lateral
6.”binding’ umtuk kepala miosin terbuka
7.ion kalsium diikat oleh troponin C ->kepala miosin mendekati aktin ->crossbridge
dengan aktin
8.enzim miosin ATPase diaktifkan ->hidrolisis ATP ADP + energi
9.proses pergerakan kepala miosin yang mengikat dan melepaskan molekul aktin
->slinding of myifilamen
10.proses mulai depolarisasi sampai terjadi kontraksi “exeitation contraction coupling”
11.segera setelah melepaskan ion kalsium,retikulum sarkoplasma mulai menarik
kembali ion kalsium(transport aktif) kedalam tubulus longitudinal R.S ->terminal
cisternae -> konsentrasi ion kalsium menurun ->interaksi miosin dan aktin terhenti
->relaksasi otot
otot polos memiliki sifat kimia dan mekanis yang sama dengan otot rangka,tetapi berbeda
karakteristiknya yang khas,otot polos memiliki miofilamen aktin dan miosin (susunan struktur
tidak jelas),retikulum sarkoplasma tidak berkembang dengan baik,dan terbagi menjadi 2 yaitu
otot polos viseral dan otot polos unit ganda(multi unit).
22
Ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau visera.Otot polos visera
adalah otot yang dapat berinteraksi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untk berkontraksi.pembentukan potensial aksi mandiri tersebut merupakan
hasil dari aktivitas listrik spontan akibat daya listrik sel- sel otot polos dalam lapisan disatukan
memlaluin sambungan celah (gap junction) komunikasi yang dengan cepat menyebarkan
potensial aksi keseluruh sel yang terhubung.
3.Otot Jantung
otot jantung merupakan kombinasi anatara oto rangka dan otot polos,pada otot ini setiap sel
mempunyai satu inti,banayk mitokondria dan terdapat miofibril yang mengandung aktin dan
miosin,proses kontrkasi merupakan proses kontraksi otot rangka,garis Z pada miokardium
terlihat sebagai daerah gelap.Hubungan antara 2sel tersebut adalah tahanan listrik rendah -.
memudahkan penyebaran impuls listrik,bila salah satu sel miokardium terangsang maka
potensial aksi akan diteruskan ke sekuruh miokardium (mengikuti hukum gagal atau tuntas).
otot jantung adalah otot miogenik dan adapt memicu potensial aksinya sendiri tanpa
memerlukan stimulasi saraf,gap juction terletak pada diskus terinterkalasi saling
menghubungkan sel otot jantung dan meningkatkan penyebaran depolarisasi ke seluruh
jantung.Saraf otonom yang berakhir pada otot jantung jika bersama hormon tertentu dapat
memodifikasi frekuensi dan kekuatan kontraksi.
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari
tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila ada impuls atau rangsangan
yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Kemampuan melakukan
gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil
23
kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak, seperti rangka (tulang), persendian,
dan otot.
Tulang
Tulang merupakan alat gerak pasif karena digerakan oleh otot yang merupakan alat
gerak aktif. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Dari segi bentuk,
tulang dapat dibagi menjadi tulang pipa (seperti tulang hasta dan tibia), tulang pipih
(seperti tulang rusuk, tulang dada), dan tulang pendek (tulang-tulang telapak tangan,
pergelangan tangan).Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkorak (bagian
kepala), dan rangka badan.
Sendi
Persendian adalah tempat bertemunya dua atau tiga unsur rangka, baik tulang ataupun
tulang rawan, dikatakan sebagai sendi atau artikulasi. Terkadang juga merupakan
hubungan antara tulang dengan ligamentum.
Klasifikasi Persendian :
1.Synarthrosis
Sendi yang tidak bergerak sama sekali. Sendi ini dipersatukan oeh jaringan ikat padat
fibrosa. Salah satu contohnya sutura, yang tidak bersifat permanen karena dapat
digantikan nantinya oleh tulang dikemudian hari, disebut sinostosis. Jika sendi pada
tulang dipersatukan dengan dengan lebih banyak jaringan fibrosa, disebut
syndesmosis. Contohnya sydesmosis radio-ulnaris dan tibio-ulnaris.
Macam yang ketiga yaitu gamphosis, sendi yang terbatas hanya pada gigi dalam
maksila dan mandibula. Ada yang bernama synchondrosis, diantara tulang terdapat
tulang rawan. Contoh: symphysis pubis dan symphysis manubriosternalis.n
Schindelysis, satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang seperti pada reostrum
sphenoidale masuk ke dalam Os vomer.
2.Ampiarthosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan.
a.Sindesmosis:
Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contoh:
persendian antara fibula dan tibia.
24
b.Simfisis:
Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi
cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
3.Diarthrosis
Sendi yang dapat bergerak bebas. Merupakan sendi yang terdapat rongga diantara
kedua tulang. Pada articulation synovialis terdapat: Cartilago articularis, Cavitas
articularis, Discus articularis, Meniscus articularis, Labrum articulare, Capsula
articularis, Membrana fibrosa, Membaran synovialis, Plica synovialis, Villi synovialis,
Synovia, Ligamenta terdiri dari: Ligamentum extracapsularis, Ligamentum capsularis,
dan Ligamentum intracapsularis. Dapat dikelempokkan menjadi:
a.Sendi peluru :
persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang
lengan atas dengan tulang belikat.
b.Sendi pelana :
persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
c.Sendi putar :
persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang
tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
d.Sendi luncur :
persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan
tulang pergerlangan kaki.
e.Sendi engsel :
persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang
lengan atas dan tulang hasta.
25
Otot
Otot adalah alat gerak aktif karena otot dapat berkontraksi dan berelaksasi. Otot akan
berkontraksi jika sedang melakukan kegiatan dan otot akan berelaksasi bila
diistirahatkan.
Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi 3(tiga) golongan yaitu :
1.Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan,
dibagian tengan terbesar dankedua ujungnya meruncing. Otot polos bergerak secara
teratur, dan tidak cepat lelah. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja.
2.Otot lurik
Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak
homogen akibatnya tampak serat-serat lintang.
Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka, otot lurik, dan otot lingkar.
3.Otot jantung
Merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot lurik perbedaanya ialah
bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama lain. Berciri merah khas dan
tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf
hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar.
Otot jantung di temukan hanya pada jangtung (kor), mempunyai kemampuan khusus
untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya
26
rangsangan saraf, Cara kerja otot jantung ini disebut miogenik yang membedakannya
dengan neurogonik.
27
LO 2 : Memahammi & Menjelaskan Ankle Sprain
2.1 Definisi
Ankle Sprain adalah cidera yang disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping
(lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara
mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam
dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangna
kaki (Arnheim, 1985; 473 Peterson dan Renstrom, 1990; 345-346).
2.2 Etiologi
Terjadi nya ankle sprain dikarenakan ligamen lateral pada pergelangan kaki meregang
dan merobek ke arah inversi atau eversi. Ankle sprain lebih banyak terjadi Pada
pergelangan kaki, terdapat 7 ligamen yang berpengaruh dalam kestabilan articulatio
talucruralis. 6 ligamen ini terbagi menjadi 2 sisi yaitu medial dan lateral. Pada ligamen
medial terdapat deltoid ligamen yang terbagi menjadi 4 ligamen yaitu ligamen anterior
tibiotalar, ligament tibiocalcaneal, ligament posterior tibiotalar, dan ligament
tibionavicular.
Pada ligamen lateral terdapat 3 ligamen yang terpisah berguna untuk memperkuat pada
articulatio talocruralis yaitu ligamen talofibular anterior, ligamen talofibular posterior,
ligamen calcaneofibular.
28
2 posisi ligamen medial dan lateral ini berguna untuk memperkuat sendi pada articulatio
talocruralis dan menghindari dari subluksasi(dislokasi sebagian). Pada ankle sprain,
ligamen yang sering diserang adalah ligamen lateral yang terdiri dari ligamen
calcaneofibular, ligamen talofibular anterior dan posterior, maka dari itu dengan
merobek nya ligamen ini gerakan ankle sprain yang mungkin terjadi adalah inversi.
Pada ligamen medial jarang terjadi ankle sprain ke arah eversi karena ligamen deltoid
cenderung lebih kuat dari ligamen lateral.
Ankle sprain lebih sering terjadi pada gerakan plantarfleksi karena trochlea tali pada
gerakan plantarfleksi membuka bagian trochlea yang longgar sehingga membuat
rentang gerak yang luas . Pada gerakan dorsofleksi trochlea bagian anterior terisi
penuh dengan memindahkan trochlea ke arah posterior sehingga trochlea bagian
posterior nya yang sempit tidak bisa melakukan banyak pergesaran dikarenakan
trochlea yang sempit
29
2.3 Gejala
Gejala yang dapat dirasakan jika seseorang mengalami sprain adalah nyeri, bengkak,
memar, tidak stabil, dan hilangnya kemampuan untuk menggerakkan sendi. Meskipun
begitu, gejala dan tanda ini dapat sangat bervariasi dalam hal beratnya, tergantung
seberapa parahnya sprain/terkilir yang terjadi. Terkadang orang yang mengalami
sprain merasa ada yang robek saat cedera terjadi.
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau
gangguan fungsi.
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar
dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin
tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak
yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif
mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah
30
benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan
pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
2.5 Tatalaksana
Tata laksana awal pada pasien dengan ankle sprain adalah mengontrol nyeri, memar
dan mengembalikan Range of Motion dengan melakukan RICE (rest, ice, compression,
elevation) yang disertai dengan pemberian paracetamol dan imobilisasi selama 2–3 hari.
Rest Ice Compression and Elevation a tau disingkat dengan RICE umumnya menjadi tata
laksana akut pada pasien ankle sprain. [2,6,11]
Namun menurut studi terbaru tidak ada bukti bahwa RICE sendiri mampu mengatasi nyeri,
memar maupun fungsi dari pasien. RICE yang dikombinasikan dengan latihan fisik
dibuktikan memiliki hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi RICE sendiri. [8]
31
Analgesik
Studi menemukan bahwa paracetamol memiliki efektivitas yang setara dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (nonsteroidal anti inflammatory drugs / NSAID) maupun kombinasi
NSAID-paracetamol untuk nyeri akut akibat trauma muskuloskeletal, termasuk ankle sprain.
Mengingat lebih banyaknya efek samping NSAID secara umum dibandingkan paracetamol,
sebaiknya gunakan paracetamol untuk kasus ankle sprain.
Imobilisasi
Imobilisasi pada pasien ankle sprain masih menjadi kontroversi. Pada ankle sprain grade I
dan II, pasien tidak perlu dilakukan imobilisasi, hanya dengan functional support pasien
tampak membaik. Namun pada pasien grade III, hal ini memicu kontroversi karena mobilisasi
pada fase awal akan terasa nyeri sehingga kepatuhan pasien akan berkurang. Menurut studi
terbaru, functional support dan terapi latihan fisik memiliki hasil yang lebih optimal
dibandingkan imobilisasi, namun apabila imobilisasi tetap harus dilakukan maka sebaiknya
dilakukan kurang dari 10 hari. [2,8]
Rehabilitasi Fungsional
Functional Support
Penggunaan functional support 4 – 6 minggu terbukti memiliki hasil yang lebih optimal
dibandingkan imobilisasi. Functional support yang digunakan adalah ankle brace karena
memiliki efektvitas yang paling baik di antara functional support lainnya.
32
Latihan Fisik
2.6 Prognosis
Prognosis dan komplikasi dari ankle sprain tergantung dari seberapa baik
penatalaksanaan awal yang diberikan kepada pasien. Pasien ankle sprain y ang
mendapat tata laksana adekuat memiliki prognosis yang sangat baik, namun apabila
tata laksana tidak dilakukan dengan baik, ankle sprain dapat menyebabkan beberapa
komplikasi jangka panjang, misalnya complex regional pain syndrome.
a. Dislokasi berulang, akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan
sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
b. Gangguan fungsi ligamen, Jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh
dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka
ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang yang disertai
pembentukan jaringan parut secara berlebihan.
33
Daftar Pustaka
Moore, K., Agur, A. and Dalley, A. (n.d.). Clinically oriented anatomy. 7th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health, hal.647-667.
Mattacola, Carl G. dan Maureen K. Dwyer, Rehabilitation of the Ankle After Acute
Sprain of Chronic Instability, Journal of Athletic Training, University of Kentucky,
Lexington, ( Jurnal Elektronik
Carolyn Kisner dan Lynn Allen Colby, 1996, Therapeutic Exercises Foundations and
Techniques, 3rd Edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, USA.
34