Anda di halaman 1dari 34

WRAP UP SKENARIO

BLOK MUSKULOSKELETAL

“ NYERI SENDI KAKI”

Kelompok : A6
Ketua :
Sekretaris :
Anggota :

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
Daftar Isi
SKENARIO 3

KATA SULIT 4

PERTANYAAN 5

JAWABAN 7

HIPOTESIS 10

SASARAN BELAJAR 11

LO 1: Memahami & Menjelaskan Pergelangan Kaki 12


1.1 Anatomi Makro 12
1.1.1 Definisi & Struktur 12
1.2 Anatomi Mikro 14
1.2.1 Tulang 14
1.2.2 Otot 23
1.3 Fisiologis Alat Gerak 26

LO 2 : Memahammi & Menjelaskan Ankle Sprain 31


2.1 Definisi 31
2.2 Etiologi 31
2.3 Gejala 33
2.4 Manifestasi Klinis 33
2.5 Tatalaksana 34
Rehabilitasi Fungsional 35
2.6 Prognosis 36

Daftar Pustaka 37

2
SKENARIO

3
KATA SULIT

1.
2.
3.

4
PERTANYAAN

1.
2.
3.
4.

5
JAWABAN

1.

6
HIPOTESIS

7
SASARAN BELAJAR

LO 1.

LO 2.

LO 1: Memahami & Menjelaskan Pergelangan Kaki


1.1 Anatomi Makro

1.1.1 Definisi & Struktur

a. ​ igamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut


L
yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang
lain pada sendi
b. Tendon ​ adalah adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan otot;
jaringan ikat yang mengirimkan kekuatan mekanis kontraksi otot ke tulang; tendon
tersambung ke serat-serat otot di salah satu ujung dan komponen dari tulang di
ujung lainnya.
c. ​Otot adalah suatu jaringan dalam tubuh manusia yang berperan sebagai alat
gerak aktif yang menggerakkan rangka tubuh manusia serta pergerakan dari organ
dalam tubuh
d. ​Sendi adalah Suatu struktus khusus seperti ruangan yang berfungsi sebagai
penghubung antartulang agar tulang dapat bergerak. Hubungan dua tulang tersebut
dikenal dengan artikulasi.

8
Struktur pergelangan kaki

A. Sendi

1. Articulatio Sacro Iliaca


Atau persendian gelang panggul, merupakan persendian antara os sacrum
dengan os iliaca. Sendi ini merupakan sendi amphiartrosis, geraknya sedikit
sekali.

2. Articulatio Coxae
Atau sendi paha. Persendian antara acetabulum os coxae dengan caput femoris.

3. Articulatio genu
Jenis sendi : engsel
Tulang : condylus femoris, ujung atas tibia, patella.

a. Articulatio Femore Patellaris


Persendian antara facies articularis os femur dengan facies patellaris
femoris os patella.

b. Articulatio Tibio Fibularis


Persendian antara facies articularis fibularis tibiae dengan facies
articularis capuli fibulae.

c. Articulatio tibia femoralis

4. Articulatio Talo Cruralis


Persendian antara articulation malleoli lateralis dengan facies melleolaris
lateralis tali.

5. Articulatio Talo Calcanea


Pesendian antara os talus dengan os calcaneus.

6. Articulation talocalcaneonavicularis
Tulang : os talus, os calcaneus, dan os cuboideum
Jenis sendi : gliding
Gerak sendi : geser dan rotasi

7. Articulation calcaneo cuboidea

9
Tulang : os calcaneus, os cuboideum
Jenis sendi : plana
Gerak sendi : geser dan sedikit rotasi
Memperkuat sendi : Ligamentum calcaneocuboideum dorsale et plantare
ligamentum plantare longum dan Articulationes tarso metatarsals.

8. Articulatio tarsometatarsales
Tulang : ossa tarsi dan oss metatarsi
Jenis sendi : plana
Penguat sendi : Ligamentumtarsometatarsaliadorsalia, ligamentum
tarsometatarsalis plantaris, dan ligament
cunemetatarsalis interossea

9. Articulationes metatarsophalangeales
Tulang : ossa metatarsi dan ossa phalangeales
Jenis sendi : condyloidea/ellipsoidea
Gerak sendi : fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi
Penguat sendi ligament collateralis, ligament plantaria dan lagamentum
metatarsale transversum profundum.

10. Articulationes interphalangeales pedis


Tulang : Antara phalangeales
Jenis sendi : gynglimus
Gerak sendi : fleksi dan ekstensi
Penguat sendi : Ligamenta collaterale dan Ligamenta plantaria

B. Ligamen

1. Posterior talofibular ligament : ligamen yang melekat pada posterior tulang talus dan
fibula
2. Calcaneofibular ligament : ligamen yang melekat pada tulang calcaneus dan fibula.
3. Anterior talofibular ligament : ligamen yang melekat pada anterior tulang talus dan
fibula.
4. Posterior tibiotalar ligament : ligamen pada posterior tulang tibia.
5. Tibiocalcaneal ligament : ligamen yang melekat pada tulang tibia dan calcaneus.
6. Tibionavicular ligament : ligamen yang melekat pada tulang tibia dan navicular.
7. Anterior tibiotalar ligament : ligament yang melekat pada anterior tulang tibia dan talus.

10
1.2 Anatomi Mikro

1.2.1 Tulang

Jaringan penyongkong terdiri dari tulang rawan dan tulang. keduaya


merupakan bentuk khusus dari jaringan penyambung, mempunyai sel yang
berkemampuan memproduksi subtansi dasar dan serat. serat dan subtansi dasar
bersama-sama membentuk matriks organik dan jaringan penyongkong. pada tulang
dan beberapa tulang rawan terjadi beberapa pergeseran matriks organik oleh endapan
garamino organik terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal hidroksit apatit.
sel tulang rawan disebut kondrosit dan sel tulang disebut osteosit, keduanya berada di
dalam lobang matrix yang disebut lakuna. tulang rawan dan tulang dibungkus oleh
jaringan ikat fibrosa yang masing-masing disebut perikondrium dan periousteum.

TULANG RAWAN
Bentuk jaringan ikat khusus (penyokong), komponen sistem kerangka tubuh, terdiri
dari :

1. Komponen sel : chondroblas, chondrosit


2. ​Komponen matrik : serat kolagen dan elastin, substansia dasar

Tulang rawan umumnya mendapat nutrien dan O2 secara difusi dari kapiler yg
berdekatan (perikondrium), tulang rawan tidak mempunyai pembuluh darah, saluran
limfe atau saraf Tulang rawan pada persendian, perikondrium mendapat nutrien dan
O2 dari cairan sinovial dalam rongga sendi

11
FUNGSI

1. Bersifat lentur maka : sebagai bantalan, dan memungkinkan pergeseran sendi


untuk membantu
2. pergerakan tulang serta menahan tekanan mekanis tanpa distorsi menetap
3. Menunjang jaringan lunak karena permukaannya halus.
4. Tulang rawan juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang
panjang sebelum dan sesudah lahir

SEL CHONDROSIT

Fungsi kondrosit : mempertahankan matriks (berasal dari kondroblas/ kondrosit muda


& masih berkembang mensintesis matriks)

• Populasi : sel mulai menempati bagian di bawah perichondrium, berbentuk pipih dan
berdiri sendiri-sendiri. Makin ke arah pusat, sel makin berbentuk bulat, sesuai dengan
bentuk lacuna , yaitu rongga yang terbentuk oleh matrik padat yang ditempati oleh
kondrosit. Dalam lacuna sel masih dapat bereproduksi, sehingga dapat dijumpai sel
isogen (seketurunan) terdiri atas 2 – 4 buah sel

• Sitoplasma : di tepi sel terdapat vakuola. Mitokondrianya panjang, dan retikulum


endoplasmiknya memiliki ribosom yang banyak

• Inti sel : bundar atau oval

MATRIKS

Sifat fisik yang kompak dan elastis, kuat terhadap tekanan dan regangan

Matriks kaya akan makromolekul kolagen, asam hialuronat, proteoglikan dan


glikoprotein. Matriks bersifat avascular. Makanan dari luar masuk ke dalam matrik
secara difusi. Matrik baru mengapur jika sel mengalami hipertropi, dimana sel tersebut
mengeluarkan fosfatase alkalis yang menyebabkan terjadi endapan calsium fosfat
dalam lingkungan alkalis

PERICHONDRIUM

12
Selubung jar. Ikat padat yg mengelilingi kartilago

1. Ada pada semua kartilago,


2. Terdiri dari sel fibrosblas yang gepeng dan serat kolagen
3. Mengandung pembuluh darah, saraf & pembuluh limfe untuk pemeliharaan
dan pertumbuhan tulang rawan.

Berdasar atas perbedaan komposisi komponen- komponen matriksnya, tulang rawan


dibagi dalam 3 golongan yaitu :

• Tulang rawan hialin

• Tulang rawan elastis

• Tulang rawan fibrosa (fibrokartilago)

13
TULANG RAWAN HYALIN

DISTRIBUSI:

Dewasa : kartilago persendian, kartilago costa, Hidung, larynx, trachea,


bronchus

Fetus : awalnya hampir semua skeleton (osteogenesis)

STRUKTUR:

Di lapisi Jar. Fibrosa padat (perichondrium), kecuali di permukaan artikulasi, Pada


tepian tulang rawan kondroblas berbentuk lonjong, lebih ke dalam tampak kondrosit
berbentuk bulat dan dapat berkelompok (sel isogen), Matriks homogen terdiri atas
kolagen tipe II yang sukar diamati dan substansi dasar amorf terutama proteoglikan,
terdapat sedikit asam hialuronat dan glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan sangat
higroskopik (menahan air) sehingga substansi dasar seperti jelli dan berlaku sebagai
bantalan yg penting pd sendi. Sifat : Sedikit lentur.

14
TULANG RAWAN ELASTIS

DISTRIBUSI:

Telinga luar, tuba eustachii, epiglotis dan cartilago laringeal.

STRUKTUR:

Lebih fleksibel daripada cartilago hyalin. Matrik mengandung serabut elastis


bercabang dan membentuk anyaman rapat dan serabut kolagen tipe II Sel dan
substansi dasar seperti cartilago hyalin.

15
TULANG RAWAN FIBROSA

DISTRIBUSI:

Diskus intervertebralis (persendian) Simpisis pubis

STRUKTUR:

Perichondrium (-) Sel kondrosit berderet-deret antara serabut, sendiri atau


berkelompok Matriks lebih banyak mengandung serabut kolagen tipe I, serabut
kolagen tipe II <<< Terletak dalam jaringan ikat kolagen padat → bentuk peralihan
kartilago hyalin dan jaringan ikat kolagen padat.

TULANG KERAS

Jar. ikat khusus terdiri dari :

•​ Sel: osteoblas, osteosit dan osteoklas


•​ Matriks: serabut kolagen tipe I dan substansi dasar


Memiliki komponen ekstraseluler yang mengalami kalsifikasi dan osifikasi →


sangat keras.

Komponen anorganik yaitu Ca fosfat(85%), Ca karbonat(10%) dan sedikit Ca


fluorida, dan Mg fluorida.

Komponen organik yaitu serat kolagen tipe I dan substansi dasar amorf yang
mengandung proteoglikan

16
Fungsi:

1. sebagai kerangka utama pada manusia


2. penunjang otot
3. pelindung organ vital seperti otak dan rongga toraks
4. tempat sum-sum tulang (sistem hematopoetik)
5. Tempat penyimpanan kalsium, fosfor dan ion lainnya yg dapat dilepaskan
atau disimpan untuk mempertahankan kadar ion tersebut tetap dalam cairan
tubuh.

Bila tulang dihilangkan CA nya ( unsur anorganiknya ) maka tulang akan lentur
seperti tendon, bila bagian organikya menghilang maka mudah pecah dan hancur

Pertukaran nutrien, O2 dan metabolit antara osteosit dan kapiler terjadi melalui
kanalikuli (saluran kecil yg menembus matriks).

​Jaringan dipermukaan dalam tulang yg mengandung sel osteoprogenitor dan jaringan


ikat disebut endosteum.

Jaringan dipermukaan luar tulang yg mengandung sel osteoprogenitor dan jaringan


ikat disebut periosteum.

Fungsi utama endosteum dan periosteum​:

Nutrisi jaringan tulang Persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan
perbaikan atau pertumbuhan tulang

17
SEL TULANG

1. Sel osteoprogenitor

(sel osteogenik) Berasal dari mesenkim Sel ini mempunyai kemampuan untuk
berkembang menjadi osteoblas yg kemudian menjadi osteosit. Bentuk seperti
gelendong, berinti gepeng,kromatin inti halus, sitoplasmanya bercabang. Letak
dipermukaan tulang pada lapisan dalam periosteum dan endosteum.

2. Osteoblas

Sel berbentuk kubis atau seperti piramid. Berinti besar, mempunyai anak inti 1.
sitoplasma sangat basofilik. Terdapat tonjolan sitoplasma yg berhubungan dengan
tonjolan sitoplasma yg berdekatan. Terletak dipermukaan tulang. Mensintesis
komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan dan glikoprotein)
dan mengendapkan komponen anorganik matrik tulang.

3. Osteosit

Berasal dari osteoblas yg sudah berubah menjadi osteosit dan sudah dikelilingi
matriks. Bentuknya seperti buah kenari,gepeng. Sitoplasma sedikit basofilik.
Terletak dalam lakuna yg berbentuk lonjong diantara 2 lamel matrik. Tiap lakuna
berisi satu osteosit. Tonjolan sitoplasma osteosit, terletak dalam kanalikuli yg
memancar keluar dari lakuna. Tonjolan tersebut saling berhubungan satu sama lain
melalui taut rekah (gap junction) sehingga nutrien dapat sampai ke sel-sel tulang
tersebut. Pertukaran zat antara osteosit dan pembuluh darah juga terjadi sedikit

18
melalui substansi yg terletak diantara osteosit dan matriks tulang. Osteosit
mempertahankan matriks tulang terus menerus. Bila osteosit mati maka terjadi
resorbsi matriks oleh osteoklas.

4. Osteoklas

Adalah sel sangat besar/raksasa, dapat bergerak, berinti banyak, berasal dari
monosit yg menyatu. Sitoplasma biasanya asidofilik. Cabang sitoplasmanya
banyak dan bervariasi tebal serta bentuknya. Terletak dekat permukaan daerah
tulang yg sedang mengalami proses resorbsi dalam lekukan matriks yg disebut
lakuna howship. >>> pada endosteum Mensekresi asam kolagenase dan enzim
proteolitik lainnya, yg menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi
dasar yang mengapur Secara aktif menghilangkan debris yg terbentuk

19
1.2.2 Otot

1. Otot Rangka

Otot rangka adalah otot lurik,volunter dan melekat pada rangka,otot rangka dimulai dan
berakhir pada tendon yang melekat pada tulang,setiap serat otot merupakan 1 sel otot
yang dilapisi sarkolema yang banyak motikondria,granula glikogen dan myoglobin,di
dlam 1 serat otot banyak mengandung myofibril ada yang tebal dan tipis.

- Miofibril adalah unit kontraksi yang mengalami spesialisasi.


1. miofilamen tebal terdiri terutama dari protein Miosin,yang disusun untuk
membentuk ekor.
2. miofilamen tipis tersusun dari protein Aktin,dua protein tambahan pada
filamen tipis adalah Tropomiosin dan Troponin melekat di aktin.

20
Pada gambar diatas merupakan kontraksi otot yang terdiri dari :
1.Pita A yang lebih gelap (anisotropik,atau mampu mempolarisasi cahaya) terdiri dari susunan
vertikal moifilamen tebal yang berselang seling dengan miofilamen tipis
2.Pita I yang lebih terang (isotropik atau nonpolarisasi)terbentuk dari miofilamen aktin tipis
yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal.

3.Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu di
sepanjang miofibril

4.Zona H adalah area yang lebih terang dari pada pita A miofilamen miosin yang tidak tembus
filamen tipis.

5.Garis M membagi dua pusat zona H,pembagian ini merupakan kerja protein penunjang lain
yang menahan miofilamen tetap tebal bersatu dalam susunan

6.Sarkomer adalah jarak antara garis z ke garis z lainnya.

- Mekanisme interaksi aktin dan miosin


1.Hipotesis slinding filamen
a.selama kontraksi panjang miofilamen aktin dan miosin tetap sama tetapi saling
bersilangan,sehingga memperbesar jumlah tumpang tindih antar filamen.

b.filamen aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A,mempersempit dan
menghalangi pita H.

c.panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z yang lain) memendek saat kontraksi

d.pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan keseluruhan otot.

2.Dasar molekular untuk kontraksi


a.molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai
ringan.
1.bagian ekor rantai yang berat berpilih satu sama lain dengan dua kepala protein globular
atau crossbridge,menonjol di salah satu ujungnya.
2.crossbridge menghubungnkan filamen tebal ke filamen tipis,setiap crossbridge memiliki
sisi pengikat aktin,sisi pengikat ATP dan aktivitas ARPase
3.beberapa ratusan molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor
cammbuk yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya ke ujung

b.molekul aktin tersusun dari 3 protein


1.F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain.

21
2.molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan
melapisi sisi yang berikatan dengan crossbridge miosin

3.molekul troponin berikatan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi


penghalang pada molekul tropomiosin,tropomionin adalah suatu kompleks yang tersusun
dari,satu polipeptida yang mengikat tropomiosin,satu polipeptida yang mengikat aktin dan
satu polipeptida tang mengikat ion kalsium

4.jika kalsium (Ca2+) tidak ada.tropomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan aktin
dan miosin

5.jika kalsium ada maka reorganisasi troponin tropomiosis memungkinkan terjadinya


hubungan aktin dan miosin.

- Mekanisme Kontraksi
1.sel otot dirgs -> depolarisasi membran sel -> potensi aksi
2.penyebaran impuls melalui sistem T sampai TRIAD
3.terminal cisterna melepaskan ion kalsium ke sarkoplasma
4.kalsium berdifusi ke myofibril dan berikatan dengan troponin C
5.ikatan troponin I dan molekul aktin terlepas ->tropomiosin ke lateral
6.”binding’ umtuk kepala miosin terbuka
7.ion kalsium diikat oleh troponin C ->kepala miosin mendekati aktin ->crossbridge
dengan aktin
8.enzim miosin ATPase diaktifkan ->hidrolisis ATP ADP + energi
9.proses pergerakan kepala miosin yang mengikat dan melepaskan molekul aktin
->slinding of myifilamen
10.proses mulai depolarisasi sampai terjadi kontraksi “exeitation contraction coupling”
11.segera setelah melepaskan ion kalsium,retikulum sarkoplasma mulai menarik
kembali ion kalsium(transport aktif) kedalam tubulus longitudinal R.S ->terminal
cisternae -> konsentrasi ion kalsium menurun ->interaksi miosin dan aktin terhenti
->relaksasi otot

2​. Otot Polos

otot polos memiliki sifat kimia dan mekanis yang sama dengan otot rangka,tetapi berbeda
karakteristiknya yang khas,otot polos memiliki miofilamen aktin dan miosin (susunan struktur
tidak jelas),retikulum sarkoplasma tidak berkembang dengan baik,dan terbagi menjadi 2 yaitu
otot polos viseral dan otot polos unit ganda(multi unit).

1.Otot polos viseral (tunggal)

22
Ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau visera.Otot polos visera
adalah otot yang dapat berinteraksi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untk berkontraksi.pembentukan potensial aksi mandiri tersebut merupakan
hasil dari aktivitas listrik spontan akibat daya listrik sel- sel otot polos dalam lapisan disatukan
memlaluin sambungan celah (gap junction) komunikasi yang dengan cepat menyebarkan
potensial aksi keseluruh sel yang terhubung.

2.Otot polos ganda


Sel-sel otot polos ini umumnya berduri sendiri masing-masing sel dipersyarati satu sel
saraf antara sel satu dengan lainnya tidak dapat terhubungan (syncytium tidak berfungsi),sel
ini sangat peka terhadap rangsanagn kimia,dan dipersarafi oleh saraf motorik autonom.

3.Otot Jantung

otot jantung merupakan kombinasi anatara oto rangka dan otot polos,pada otot ini setiap sel
mempunyai satu inti,banayk mitokondria dan terdapat miofibril yang mengandung aktin dan
miosin,proses kontrkasi merupakan proses kontraksi otot rangka,garis Z pada miokardium
terlihat sebagai daerah gelap.Hubungan antara 2sel tersebut adalah tahanan listrik rendah -.
memudahkan penyebaran impuls listrik,bila salah satu sel miokardium terangsang maka
potensial aksi akan diteruskan ke sekuruh miokardium (mengikuti hukum gagal atau tuntas).

otot jantung adalah otot miogenik dan adapt memicu potensial aksinya sendiri tanpa
memerlukan stimulasi saraf,gap juction terletak pada diskus terinterkalasi saling
menghubungkan sel otot jantung dan meningkatkan penyebaran depolarisasi ke seluruh
jantung.Saraf otonom yang berakhir pada otot jantung jika bersama hormon tertentu dapat
memodifikasi frekuensi dan kekuatan kontraksi.

1.3 Fisiologis Alat Gerak

Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari
tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila ada impuls atau rangsangan
yang mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Kemampuan melakukan
gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil

23
kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak, seperti rangka (tulang), persendian,
dan otot.
Tulang
Tulang merupakan alat gerak pasif karena digerakan oleh otot yang merupakan alat
gerak aktif. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Dari segi bentuk,
tulang dapat dibagi menjadi tulang pipa (seperti tulang hasta dan tibia), tulang pipih
(seperti tulang rusuk, tulang dada), dan tulang pendek (tulang-tulang telapak tangan,
pergelangan tangan).Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkorak (bagian
kepala), dan rangka badan.
Sendi
Persendian adalah tempat bertemunya dua atau tiga unsur rangka, baik tulang ataupun
tulang rawan, dikatakan sebagai sendi atau artikulasi. Terkadang juga merupakan
hubungan antara tulang dengan ligamentum.

Klasifikasi Persendian :

1.Synarthrosis
Sendi yang tidak bergerak sama sekali. Sendi ini dipersatukan oeh jaringan ikat padat
fibrosa. Salah satu contohnya sutura, yang tidak bersifat permanen karena dapat
digantikan nantinya oleh tulang dikemudian hari, disebut sinostosis. Jika sendi pada
tulang dipersatukan dengan dengan lebih banyak jaringan fibrosa, disebut
syndesmosis. Contohnya sydesmosis radio-ulnaris dan tibio-ulnaris.

Macam yang ketiga yaitu gamphosis, sendi yang terbatas hanya pada gigi dalam
maksila dan mandibula. Ada yang bernama synchondrosis, diantara tulang terdapat
tulang rawan. Contoh: symphysis pubis dan symphysis manubriosternalis.n
Schindelysis, satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang seperti pada reostrum
sphenoidale masuk ke dalam Os vomer.

2.Ampiarthosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan.

a.Sindesmosis:
Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contoh:
persendian antara fibula dan tibia.

24
b.Simfisis:
Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi
cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.

3.Diarthrosis
Sendi yang dapat bergerak bebas. Merupakan sendi yang terdapat rongga diantara
kedua tulang. Pada articulation synovialis terdapat: Cartilago articularis, Cavitas
articularis, Discus articularis, Meniscus articularis, Labrum articulare, Capsula
articularis, Membrana fibrosa, Membaran synovialis, Plica synovialis, Villi synovialis,
Synovia, Ligamenta terdiri dari: Ligamentum extracapsularis, Ligamentum capsularis,
dan Ligamentum intracapsularis. Dapat dikelempokkan menjadi:

a.Sendi peluru :
persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang
lengan atas dengan tulang belikat.

b.Sendi pelana :
persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.

c.Sendi putar :
persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang
tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).

d.Sendi luncur :
persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan
tulang pergerlangan kaki.

e.Sendi engsel :
persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang
lengan atas dan tulang hasta.

Articulatio diarthrosis dapat dibagi atas:


Berdasarkan jumlah tulang yang bersendi:
a.articulatio Simplex : terdiri dari satu sendi
b.articulation Compsita : terdiri lebih dari satu sendi

25
Otot

Otot adalah alat gerak aktif karena otot dapat berkontraksi dan berelaksasi. Otot akan
berkontraksi jika sedang melakukan kegiatan dan otot akan berelaksasi bila
diistirahatkan.
Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi 3(tiga) golongan yaitu :

1.Otot Polos

Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan,
dibagian tengan terbesar dankedua ujungnya meruncing. Otot polos bergerak secara
teratur, dan tidak cepat lelah. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja.

Cara kerja otot polos:


Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek.
Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap
berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter), oleh karena itu otot polos tidak
berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di luar kesadaran kita.

2.Otot lurik

Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak
homogen akibatnya tampak serat-serat lintang.
Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka, otot lurik, dan otot lingkar.

Cara kerja otot lurik:


Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap serabut turut dengan
berkontraksi. Otot-otot jeis ini hanya berkontraksi jika di rangsangan oleh rangsangan
daraf sadar (otot valunter). Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut
otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan, karena itu di sebut otot sadar, artinya
bekerja menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap
perangsang cepat tapi tidak tahan kelelahan.

3.Otot jantung

Merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot lurik perbedaanya ialah
bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama lain. Berciri merah khas dan
tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf
hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar.
Otot jantung di temukan hanya pada jangtung (kor), mempunyai kemampuan khusus
untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya

26
rangsangan saraf, Cara kerja otot jantung ini disebut miogenik yang membedakannya
dengan neurogonik.

27
LO 2 : Memahammi & Menjelaskan Ankle Sprain

2.1 Definisi

Ankle Sprain adalah cidera yang disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping
(lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara
mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam
dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangna
kaki (Arnheim, 1985; 473 Peterson dan Renstrom, 1990; 345-346).

2.2 Etiologi

Terjadi nya ankle sprain dikarenakan ligamen lateral pada pergelangan kaki meregang
dan merobek ke arah inversi atau eversi. Ankle sprain lebih banyak terjadi Pada
pergelangan kaki, terdapat 7 ligamen yang berpengaruh dalam kestabilan articulatio
talucruralis. 6 ligamen ini terbagi menjadi 2 sisi yaitu medial dan lateral. Pada ligamen
medial terdapat deltoid ligamen yang terbagi menjadi 4 ligamen yaitu ligamen anterior
tibiotalar, ligament tibiocalcaneal, ligament posterior tibiotalar, dan ligament
tibionavicular.

Pada ligamen lateral terdapat 3 ligamen yang terpisah berguna untuk memperkuat pada
articulatio talocruralis yaitu ligamen talofibular anterior, ligamen talofibular posterior,
ligamen calcaneofibular.

28
2 posisi ligamen medial dan lateral ini berguna untuk memperkuat sendi pada articulatio
talocruralis dan menghindari dari subluksasi(dislokasi sebagian). Pada ankle sprain,
ligamen yang sering diserang adalah ligamen lateral yang terdiri dari ligamen
calcaneofibular, ligamen talofibular anterior dan posterior, maka dari itu dengan
merobek nya ligamen ini gerakan ankle sprain yang mungkin terjadi adalah inversi.
Pada ligamen medial jarang terjadi ankle sprain ke arah eversi karena ligamen deltoid
cenderung lebih kuat dari ligamen lateral.

Ankle sprain lebih sering terjadi pada gerakan plantarfleksi karena trochlea tali pada
gerakan plantarfleksi membuka bagian trochlea yang longgar sehingga membuat
rentang gerak yang luas . Pada gerakan dorsofleksi trochlea bagian anterior terisi
penuh dengan memindahkan trochlea ke arah posterior sehingga trochlea bagian
posterior nya yang sempit tidak bisa melakukan banyak pergesaran dikarenakan
trochlea yang sempit

29
2.3 Gejala

Gejala yang dapat dirasakan jika seseorang mengalami sprain adalah nyeri, bengkak,
memar, tidak stabil, dan hilangnya kemampuan untuk menggerakkan sendi. Meskipun
begitu, gejala dan tanda ini dapat sangat bervariasi dalam hal beratnya, tergantung
seberapa parahnya sprain/terkilir yang terjadi. Terkadang orang yang mengalami
sprain merasa ada yang robek saat cedera terjadi.

2.4 Manifestasi Klinis

a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)

Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau
gangguan fungsi.

b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)

Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar
dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin
tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.

c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)

Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak
yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif
mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah
30
benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan
pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.

2.5 Tatalaksana

Tata laksana awal pada pasien dengan ​ankle sprain adalah mengontrol nyeri, memar
dan mengembalikan ​Range of Motion ​dengan melakukan RICE (rest, ice, compression,
elevation) yang disertai dengan pemberian paracetamol dan imobilisasi selama 2–3 hari.

Rest, Ice, Compression and Elevation (RICE)

Rest Ice Compression and Elevation a​ tau disingkat dengan RICE umumnya menjadi tata
laksana akut pada pasien ​ankle sprain​. [2,6,11]

■ R (​Rest)​ ​: ​dilakukan dengan membatasi beban pada ankle. Pasien direkomendasikan


untuk menggunakan tongkat sampai bisa berjalan
■ I (​Ice​): aplikasi es atau air dingin dapat dilakukan selama 15 – 20 setiap 2 – 3 jam
untuk 48 jam pertama atau bengkak berkurang
■ C (​Compression​): kompresi dengan menggunakan pembalut elastis untuk
meminimalisir bengkak. Sebuah studi mengatakan ​functional support​ memiliki hasil
yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan pembalut elastis saja pada fase
awal.
■ E (​Elevate​): ​ankle​ sebaiknya diangkat sekitar 15 – 25 cm diatas jantung untuk
memfasilitasi drainase dari vena dan kelenjar getah benting

Namun menurut studi terbaru tidak ada bukti bahwa RICE sendiri mampu mengatasi nyeri,
memar maupun fungsi dari pasien. RICE yang dikombinasikan dengan latihan fisik
dibuktikan memiliki hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi RICE sendiri. [8]

31
Analgesik

Studi menemukan bahwa paracetamol memiliki efektivitas yang setara dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (​nonsteroidal anti inflammatory drugs /​ NSAID) maupun kombinasi
NSAID-paracetamol untuk nyeri akut akibat trauma muskuloskeletal, termasuk ​ankle sprain​.
Mengingat lebih banyaknya efek samping NSAID secara umum dibandingkan paracetamol,
sebaiknya gunakan paracetamol untuk kasus ​ankle sprain​.

Imobilisasi

Imobilisasi pada pasien ​ankle sprain masih menjadi kontroversi. Pada ​ankle sprain grade I
dan II, pasien tidak perlu dilakukan imobilisasi, hanya dengan ​functional support ​pasien
tampak membaik. Namun pada pasien grade III, hal ini memicu kontroversi karena mobilisasi
pada fase awal akan terasa nyeri sehingga kepatuhan pasien akan berkurang. Menurut studi
terbaru, ​functional support dan terapi latihan fisik memiliki hasil yang lebih optimal
dibandingkan imobilisasi, namun apabila imobilisasi tetap harus dilakukan maka sebaiknya
dilakukan kurang dari 10 hari. [2,8]

Rehabilitasi Fungsional

Rehabilitasi fungsional penting dilakukan untuk mempercepat kembalinya pasien ke aktivitas


sehari–hari serta mencegah terjadinya instabilitas kronis. Tata laksana ini dimulai dari awal
pasien cedera sampai fungsi dari ankle kembali normal. Sebelum memulai rehabilitas
fungsional, sebaiknya pasien memiliki stabilitas sendi ankle yang baik, dan dapat dimulai
pada awal cedera pada ​ankle sprain​ grade I dan II.

Functional Support

Penggunaan ​functional support 4 – 6 minggu terbukti memiliki hasil yang lebih optimal
dibandingkan imobilisasi. ​Functional support yang digunakan adalah ​ankle brace karena
memiliki efektvitas yang paling baik di antara functional support lainnya.

32
Latihan Fisik

Program latihan fisik umumnya berisi latihan ​range-of-motion, n​ euromuskular dan


proprioseptif. Terapi fisik ini sebaiknya dimulai pada fase akut.

2.6 Prognosis

Prognosis dan komplikasi dari ankle sprain tergantung dari seberapa baik
penatalaksanaan awal yang diberikan kepada pasien. Pasien ​ankle sprain y​ ang
mendapat tata laksana adekuat memiliki prognosis yang sangat baik, namun apabila
tata laksana tidak dilakukan dengan baik, ​ankle sprain dapat menyebabkan beberapa
komplikasi jangka panjang, misalnya ​complex regional pain syndrome.​

a. Dislokasi berulang, akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan
sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
b. Gangguan fungsi ligamen, Jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh
dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka
ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang yang disertai
pembentukan jaringan parut secara berlebihan.

33
Daftar Pustaka

Moore, K., Agur, A. and Dalley, A. (n.d.). ​Clinically oriented anatomy​. 7th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health, hal.647-667.

Sloane,Ethel,Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula,James Veldman,EgC,2003,hal119-127

Arnheim, D.D.1985. Modern of Athletic Training. United state of America: Times


Mirror/Mosby College Publising

Mattacola, Carl G. dan Maureen K. Dwyer, Rehabilitation of the Ankle After Acute
Sprain of Chronic Instability, Journal of Athletic Training, University of Kentucky,
Lexington, ( Jurnal Elektronik

Carolyn Kisner dan Lynn Allen Colby, 1996, Therapeutic Exercises Foundations and
Techniques, 3rd Edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, USA.

34

Anda mungkin juga menyukai