Anda di halaman 1dari 45

WRAP UP SKENARIO I

BLOK MUSKULOSKELETAL
NYERI SENDI KAKI

KELOMPOK A.11

Ketua : Muh. Akbar Ramadhan M (1102018015)


Sekretaris : Nophia Syaharani (1102018159)
Anggota : Shifa Permata Yuki N (1102017002)
Nida Azamia (1102018067)
Muh. Fakhri Ahnaf B (1102018072)
Putri Yunitasari Santoso (1102018100)
Fitria Athayya Desvianti (1102018118)
Naufal Firdaus Salam (1102018156)
Irene Widya Aribowo (1102018158)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019/2020
DAFTAR ISI

KATA-KATA SULIT..............................................................................................3

JAWABAN..............................................................................................................5

HIPOTESIS…………………………………………………………………….....7

SASARAN BELAJAR……………………………………………………………7

LO1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Persendian dan Fungsi Alat

Gerak………………………………………………………………………………8

LO2. Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang

Sprain…………………………………………………………………….………34

LO3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan

Sprain……………………………...40

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 43

SKENARIO 1

1
NYERI SENDI KAKI

Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri di


sendi kaki kanan akibat terjatuh sewaktu bermain bola. Pada pemeriksaan, kaki
terlihat bengkak hiperemis dan nyeri pada saat persendian kaki digerakkan. Pada
pemeriksaan radiologi tidak ditemukan tanda-tanda fraktur. Dokter mendiagnosis
pasien mengalami ankle sprain.

KATA SULIT

2
1. Sendi : Hubungan satu tulang dengan satu atau lebih
tulang lainnya.
2. Fraktur : Pemecahan suatu bagian khususnya pada tulang.
3. Ankle Sprain : Cedera pada sendi dimana terjadi retakan pada
ligamen yang disebabkan karena stress yang mendadak ataupun
penggunaan yang berlebihan ( glan dan teh).
4. Hiperemis : Tanda kemerahan.
5. Radiologi : Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan
dengan substansi radio aktif dan energi pancarannya dan dengan diagnosis
serta pengobatannya.

PERTANYAAN

3
1. Faktor penyebab apa yang dapat menyebabkan ankle sprain?
2. Bagaimana penatalaksanaan ankle sprain?
3. Apa saja pemeriksaan fisiknya?
4. Sebutkan macam-macam sendi?
5. Apa saja jenis-jenis fraktur?
6. Apa perbedaan ankle sprain dengan ankle strain?
7. Apa perbedaan ligamen dengan tendon?
8. Sebutkan tanda dan gejala yang timbul karena ankle sprain?
9. Pencegahan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ankle
sprain?
10. Bagaimana mekanisme terjadinya ankle sprain?

JAWABAN

4
1. - Kelemahan otot (terutama otot disekitar sendi pergelangan kaki)
- Longgarnya ligament-ligamen yang berada pada sendi ankle
- Keseimbangan yang buruk
- Fleksibilitas yang buruk
2. a. Kompres dengan es batu di daerah cedera
b. Kompresi dengan perban elastis atau non adhesif bandage diarea ankle
kaki
c. Istirahatkan kaki di area cedera.
3. - Look : Dilihatkan adanya deformitas bengkak/memar
- Feel : Palpasi pada seluruh fibula, distal tibia, tendon Achilles dan
tarsus.
- Move : Periksa gerakan pasif inversi dan eversi
4. Secara Fungsional sendi dapat dibagi atas luas geraknya, yaitu:
1. Synarthrosis (sendi yang tidak dapat bergerak)
2. Ampiarthrosis (sendi yang bergerak sedikit)
3. Diarthrosis (sendi yang bergerak bebas/luas)
5.  Berdasarkan sifat : Terbuka dan Tertutup.
 Berdasarkan garis patah : Transversal, oblique, spiral, kompresi dan
avulsi.
6. - Ankle Strain  Kerusakan pada bagian otot atau tendonnya
- Ankle Sprain  Cedera pada sendi dimana terjadi robekan dari ligamen
dikarenakan stress mendadak.
7. - Ligamen  Tali/pita keras yang menghubungkan tulang dengan tulang
lainnya.
- Tendon  Jaringan tebal yang menghubungkan tulang dengan otot.
8. Nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi dan deformitas (perubahan
bentuk)
9. - Pemanasan kaki sebelum berolahraga (>10 menit)
- Memakai alat pelindung seperti deker
10. Karena adanya gaya inversi, eversi, plantar fleksi dan dorsi fleksi ketika
kaki tidak menempu sempurna pada tanah.

5
HIPOTESIS

6
Ankle sprain merupakan cedera pada sendi yang disebabkan oleh
kesalahan penumpuan kaki karena keseimbangan yang buruk, diagnosa
dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Hal
tersebut dapat dicegah dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu dan
menggunakan pelindung yang aman.

SASARAN BELAJAR
L.O. 1 Mempelajari dan Memahami Persendian dan fungsi alat gerak
1.1 Menjelaskan Anatomi Makro
1.2 Menjelaskan Anatomi Mikro
L.O. 2 Mempelajari dan Memahami Sprain
2.1 Menjelaskan Definisi Sprain
2.2 Menjelaskan Etiologi Sprain
2.3 Menjelaskan Gejala Sprain
2.4 Menjelaskan Diagnosis Sprain
L.O. 3 Mempelajari dan Memahami Tata Laksana Sprain

7
L.O. 1 Mempelajari dan Memahami Persendian dan fungsi alat
gerak
1.1 Menjelaskan Anatomi Makro

Persendian adalah tempat bertemunya dua atau tiga unsur


rangka, baik tulang ataupun tulang rawan, dikatakan sebagai sendi
atau artikulasi. Terkadang juga merupakan hubungan antara tulang
dengan ligamentum.

Klasifikasi Persendian

1. Synarthrosis
Sendi yang tidak bergerak sama sekali. Sendi ini
dipersatukan oeh jaringan ikat padat fibrosa. Salah satu contohnya
sutura, yang tidak bersifat permanen karena dapat digantikan
nantinya oleh tulang dikemudian hari, disebut sinostosis. Jika sendi
pada tulang dipersatukan dengan dengan lebih banyak jaringan
fibrosa, disebut  syndesmosis. Contohnya sydesmosis radio-ulnaris
dan tibio-ulnaris.
Macam yang ketiga yaitu gamphosis, sendi yang terbatas
hanya pada gigi dalam maksila dan mandibula. Ada yang bernama
synchondrosis, diantara tulang terdapat tulang rawan. Contoh:
symphysis pubis dan symphysis manubriosternalis.n Schindelysis,
satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang seperti pada
reostrum sphenoidale masuk ke dalam Os vomer.

8
2. Ampiarthosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan
sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
a. Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan
ikat serabut dan ligamen. Contoh: persendian antara fibula
dan tibia.

b. Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang


rawan yang berbentuk seperi cakram. Contoh: hubungan
antara ruas-ruas tulang belakang.

3. Diarthrosis
Sendi yang dapat bergerak bebas. Merupakan sendi yang
terdapat rongga diantara kedua tulang. Pada articulation synovialis
terdapat: Cartilago articularis, Cavitas articularis, Discus
articularis, Meniscus articularis, Labrum articulare, Capsula
articularis, Membrana fibrosa, Membaran synovialis, Plica
synovialis, Villi synovialis, Synovia, Ligamenta terdiri dari:

9
Ligamentum extracapsularis, Ligamentum capsularis, dan
Ligamentum intracapsularis. Dapat dikelempokkan menjadi:
a. Sendi peluru : persendian yang
memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh:
hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.
b. Sendi pelana : persendian yang
memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke
segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan
jari tangan.
c. Sendi putar : persendian yang
memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan
tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
d. Sendi luncur : persendian yang
memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh:
hubungan tulang pergerlangan kaki.
e. Sendi engsel : persendian yang
memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara
tulang lengan atas dan tulang hasta.

Articulatio diarthrosis dapat dibagi atas:

Berdasarkan jumlah tulang yang bersendi

a. articulatio Simplex : terdiri dari satu sendi


b. articulation Compsita : terdiri lebih dari satu
sendi
Berdasarkan bentuk permukaan sendi:

a. Arthroidea (gliding) disebut juga sendi luncur


Persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu
bidang datar. Kepala sendi dan lekuk sendi rata. Contoh: art.

10
Intercapales, art. Intertarsales, art. Sternoclavicularis,
hubungan tulang pergerlangan kaki.

b. Ginglymus (hing) disebut juga sendi engsel


Persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Antara
permukaan konveks dan konkaf. Contoh: art. Cubiti, art.
Talocrurales, art. Interphalanges, sendi siku antara tulang
lengan atas dan tulang hasta .

c. Pivot (trochoidea) permukaan sendi vertical


Contoh: articulatio Atlanto axialis, articulatio Trochoidea
(radioulnaris proksimalis)

d. Ellipsoidea (condyloidea) disebut juga sendi putar


persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi).
Permukaan sendi berbentuk elip. Contoh: art. Radiocarpal,
hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).

11
e. Spheroidea (a ball and socket) Disebut juga sendi
peluru
persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah.
Kepala sendi seperti bentuk bola masuk kedalam lekuk
sendi yang dalam. Contoh: art. Coxae, hubungan tulang
lengan atas dengan tulang belikat.

f. Sellaris (saddle) disebut juga sendi pelana


persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi,
namun tidak ke segala arah. Kepala sendi dan lekuk sendi
seperti orang duduk diatas plana kuda. Contoh: antara
trapezium dan metacarpal, hubungan tulang telapak tangan
dan jari tangan.

Berdasarkan jumlah sumbu gerak:

a. Bersumbu satu : art. Interphalanx, art. Talocruralis.

12
b. Bersumbu dua : art. Radiocarpalis
c. Bersumbu tiga : art. Glenohumerale, art. Coxae.

Macam-macam Gerak Sendi

a. Ekstensi : gerak meluruskan


b. Fleksi : gerak menekuk, membengkok
c. Abduksi : gerak menjauhi badan
d. Adduksi : gerak mendekati badan
e. Depresi : gerak menurunkan
f. Elevasi : gerakmengangkat
g. Supinasi : gerak menengadahkan tangan
h. Pronasi : menelungkupkan tangan
i. Inversi : gerak memiringkan telapak kaki ke
arah dalam tubuh
j. Eversi : gerak memiringkan telapak kaki ke
arah luar

Gerak berputar dibidang transversal, dapat berupa :


a.Endorotasi : gerak berputar dari lateral ke medial
b.Eksorotasi : gerak berputar medial ke lateral.
c. Laterofleksi : gerak flexi ke arah samping
d.Sirkumdiksi : gabungan dari gerakan rotasi fleksi,
laterofleksi, dan ekstensi

Dasar-dasar gerak sendi


a. Sistem pengungkit (lever system)  semakin pendek
lengan bawah semakin kuat untuk mendorong, berarti lengan bawah
yang pendek baik untuk mendorong.
b. Sistem pengungkit II  kaki yang pendek akan lebih
menguntungkan terutama tuber calcanei yang panjang.

13
c. Sistem pengungkit III  ukuran lengan gaya tidak dapat
dirubah, sebaliknya lengan beban dapat dirubah.

Anatomi Makroskopis Persendian Ekstremitas Superior (Atas)

Articulationes membri superioris terdiri dari :

Cingulum membri superioris (cingulum pectorale) atau


gelang bahu yang dibentuk oleh sternum, clavicula, scapula.

14
Dengan demikian terdiri dari 4 sendi sternoclavicularis,
acromioclavicularis, glenohumeralis dan scapulothroracis.
Singkatnya articulationes cingulum pectorales terdiri dari tulang-
tulang anggota badan atas yang berhubungan dengan batang badan.
Sehubungan dengan itu istilah yang lebih tepat adalah gelang dada.

Pars libera membri superioris atau sendi bebas yang terdiri dari art.
Glenohumeris, art. Cubiti, art. Carpalis dll.

Cingulum membri superioris (cingulum pectorale)

1. Articulatio acromioclavicularis
 Tulang : merupakan suatu sendi antara pars acromialis
scapula dengan clavicula.
 Jenis sendi : articulatio sliding, karena kedua permukaan
sendinya rata. Bergerak pada sumbu satu dan sulit bergerak
karena capsula articularisnya ketat, di dalamnya terdapat
discus articularis.
 Penguat Sendi : Ligamentum acromioclaviculare,
ligamentum coracoclaviculare yang terdiri dari :
ligamentum trapezoideum dan ligamentum conoideum
 Ciri khusus : Discus kecil tidak lengkap fibrokartilago
biasanya terdapat diantara tulang, ligamentum
coracoclavicularis memperkuat sendi dengan menyatukan
clavicula pada processus coracoideus scapula tepat di
bawahnya
 Gerakan : gerak meluncur pendek.
2. Articulatio sternoclavicularis
 Tulang : incisura claviculosterni dan facies articularis sterni.
 Jenis sendi : gliding (plana) synovial dengan tiga sumbu,
mempunyai discus artcularis sehingga terdapat 2 rongga
pada cavum articularis.

15
 Penguat sendi : ligamentum sternoclaviculare anterius,
ligamentum sternoclaviculare posterius, ligamentum
costoclaviculare dan ligamentum interclaviculare.

a. Articul
atio
glenohumeri
Tulang :
Caput humeri
dengan
cavitas
glenoidalis
serta labrum
glenoidale.

Jenis sendi : Articulatio spheroidea (a ball and socket), kepala sendi


seperti bentuk bola.

Penguat sendi : Ligamentum glenohumerale superior, Ligamentum


glenohumerale medial, ligamentum glenohumeri inferior dan
ligamentum coracohumerale.

Gerak sendi : Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi.

b. Articulatio cubiti
Merupakan Articulatio composita yang terdiri dari atas 3
sendi, yaitu Articulatiohumero-ulnaris, Articlatio humero-radialis,
dan Articulatio radioulnaris.

a. Articulatio humero-ulnaris dan Articulatio humero-


radialis

16
Tulang : Antara incisura trochlearis ulna dan
trochlearishumeri; dan fovea articularis caput radii dan
capitulum humeri.

Jenis sendi : Ginglymus dengan bersumbu satu.

Penguat sendi : Ligamentum colaterale ulnare, Ligamentum


colateralle radiale.

Gerak sendi : Fleksi dan ekstensi.

b. Articulatio radio-ulnaris proximalis


Tulang : Incisura radialis ulna dan caput radii

Jenis sendi : Pivot/ trachloidea bersumbu satu, yaitu


sumbuvertical yang berjalan dari radii sampai processus
styloideus ulnae.

Penguat sendi : Ligamentum anulare radii yang melekat


pada ujungincisura radialais dan ligamentum quadratum
diantara collum radii dan incisuraradialais ulna.

Gerak sendi : Supinasi & pronasi.

c. Articulatio radio-ulnaris media


Tulang : Corpus radius dan corpus ulnae

Jenis sendi : Syndesmosis (membrana interossea


antebrachii dan corda obliqua)

Gerak sendi : sedikit

d. Articulatio radio-ulnaris distalis


Tulang : Incisura ulnaris radii dan capitulum ulnae.

Jenis sendi : Trochoidea

17
Penguat sendi : Capsula articularis, Discus articularis,
Ligamentum radiulnare dorsale dan Ligamentum
radioulnare palmare.

Gerak sendi : pronasi dan supinasi

Sumbu gerak articulatio radioulnaris adalah dari capitulum


radii menuju capitulum ulna

e. Articulatio radiocarpalis
Tulang : Bagian distal os.radius dan ossa carpales
proximalis kecuali os.pisiforme.

Jenis sendi : elipsoidea bersumbu dua

Penguat sendi : Discis articularis, ligamentum collateral


carpi ulnare dan ligamentum collateral carpi laterale.

f. Articulatio carpometacarpales
Tulang :diantara metacarpale I dan trapezium

Jenis sendi : saddle atau sellaris

Penguat sendi : Ligamenta carpometacarpalia dorsalia dan


ligament capometacarpalia palmaria.

Gerak sendi : fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi,opposisi dan


reposisi.

g. Articulatio metacarpophalangeales
a. Articulatio metacarpophalangealis I

Tulang : Antara os metacarpal dan phalanx I

Jenis sendi : ginglimus

Gerak sendi : fleksi, ekstensi, sedikit abduksi dan adduksi.

18
b. Articulatio metacarpophalangealis II-V

Tulang : Antara os metacarpal II-V dengan os phalanx II dan


V

Jenis sendi : condyloideus

Gerak sendi : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan


sirkumdiksi. Gerakan abduksi oleh Mm. Interosseus palmaris
dan adduksi dilakukan oleh Mm. Interossei dorsalis.

h. Articulatio interphangealis
Tulang : antar ossa phalanges

Jenis sendi : Ginglymus

Penguat sendi : Ligamenta collateralis dan ligament palmaris

Gerak sendi : fleksi dan ekstensi

Tulang – tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas :

1. Humerus atau tulang lengan atas. Termasuk kelompok


tulang panjang atau pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi
oleh tulang belikat pada bagian bawah memiliki dua lekukan
merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna.
2. Radius dan ulna atau pengumpil dan hasta. Tulang ulna
berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan
kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar
untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
3. Karpal atau pergelangan tangan. Tersusun atas 8 buah
tulang yang saling dihubungkan oleh ligament.
4. Metakarpal atau telapak tangan. Tersusun atas lima buah
tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan
tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-
tulang jari (palanges).

19
5. Palanges (tulang jari-jari). Tersusun atas 14 buah tulang.
Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang
hanya tersusun atas 2 buah tulang.

Anatomi Makroskopis Persendian Ekstremitas Inferior


(Bawah)

Articulationers membri inferioris terdiri dari :

I.Articulationes cinguli pelvici


II.Articulationes inferioris liberi

20
I. Articulationes cinguli pelvici
Gelang panggul dibentuk oleh Os. Coxae (ilium, ischium
dan pubis) dan Os. Sacrum. Os. Ilium, ischium dan pubis pada
mulanya terpisah satu dengan lainnya, kemudian bersatu
membentuk suatu sendi disebut sinostosis. Gelang panggul ini
merupakan penghantar tekanan atau berat batang badan ke tungkai.

Gelang panggul terdiri dari :


1. Articulatio sacro-iliaca
 Tulang : Facies auricularis sacri dan facies auricularis ilei
 Jenis sendi : Ampiarthrosis

21
 Penguat sendi : ligamenta sacroiliaca anterior, ligamenta
sacroiliaca interossea, ligamentum sacroiliaca posterior,
ligamentum sacrotuberale dan ligamentum sacrospinal.
 Gerak sendi : articulatio ini sukar dan sedikit bergerak
karena permukaan facies suricularis coxa dan facies
auricularis saralis kasar sehingga bagian yang menonjol
masuk kedalam cekungan. Selain itu articulation coxae ini
diperkuat oleh ligament yang kuat.
2. Symphysis pubica
 Tulang : antara tulang pubis kedua sisi
 Jenis sendi : Synchondrosis (terdapat tulang rawan)
 Penguat sendi : Ligamentum pubicum superius,
Ligamentum arcuatum pubis dan discus interpubica.
 Gerak sendi : gerak keseluruhannya. Gerak panggul
kedepan dan gerak panggul kebelakang sumbu geraknya
terdapat setinggi sacralis II.
3. Articulationes inferioris liberi
a. articulatio coxae

Tulang : antara caput femoris dan acetabulum

Jenis sendi : Enarthrosis spheroidea

Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata

Gerak sendi : fleksi, ektensi, abduksi, adduksi, emdorotasi,


eksorotasi

b. Articulatio genus

Articulatio genus merupakan articulatio composita yaitu :


Articulatio patella femoralis dan Articulatio tibio femoralis dan
Articulatio tibiofeburalis.

22
 Articulatio patella femoralis

Persendian antara facies articularis os femur dengan facies


patellaris femoris os patella

 Articulatio tibio femoralis

Tulang : Condylus medialis femoris dan condylus medialis tibiae

Penguat sendi : Meniscus medialis dan meniscuslateralis

Gerak sendi : fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi pada sikap fleksi

c. Articulatio tibifiburalis

Tulang : facies articularis fiburalis tibiae dengan facies articularis


capitis fibulae

Jenis sendi : Diarthrosis untuk proksimalis dan distalis syndesmosis


untuk batang tibia dan fibula

Penguat sendi : Ligamentum capitis fibulae anterius, Ligamentum


capitis fibulae dan membrana interossea cruris.

Gerak sendi : geseran ke atas dan ke bawah

d. Articulatio talocruralis

Tulang : antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh


maleoli ossa cruris.

Jenis sendi : Gynglimus

Penguat sendi : Ligamentum mediale (deltoideum) pars


tibionavicularis, pars tibiocalcanea, pars tibiotalaris anterior, pars
tibiotalaris posterio ligamentum talofibulare anterius ligamentum
talofibulare posterius dan ligamentum calcaneofibulare.

Gerak sendi : fleksi dorsalis, fleksi platar,

23
e. Articulatio pada pedis
 Articulatio subtalaris (talocalcanea)

Tulang : Os talus dan os calcaneus

Jenis sendi : gliding

Gerak sendi : geser

Perkuat sendi : ligamentum talocalcaneum laterale, ligamentum


talocalcaneum mediale, anterior dan posterior dan ligamentum
talocalcaneum interosseum.

 Articulatio talocalcaneonavicularis

Tulang : Os. Talus, os. Calcaneus, dan os. Cuboideum

Jenis sendi : Gliding

Gerak sendi : Geser dan rotasi

Perkuat sendi : ligamentum talonaviculare dan ligamentum


calcaneonaviculare.

 Articulatio calcaneocuboidea

Tulang : Os calcaneus dan os cuboideum

Jenis sendi : plana

Gerak sendi : geser dapat dilakukan abduksi dan adduksi.

Perkuat sendi : ligamentum calcaneocuboideum dorsale et plantare


ligamentum plantare longum dan articulationes tarsometatarsales.

 Articulatio tarsometatarsales

24
Tulang : Ossa tarsi dan ossa metatarsi

Jenis sendi : plana

Penguat sendi : ligamentum tarsometatarsalia dorsalia, ligamentum


tarsometatarsalis plantaris, dan ligamentum cunemetatarsalis
interossea.

Gerak sendi : bersifat fleksibilitas bila berjalan pada permukaan


jalan yang tidak rata

 Articulationes metatarsopholangeales

Tulang : Ossa metatarsi dan ossa phlangeales

Jenis sendi : Condyloidea/ ellipsoidea

Gerak sendi : fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi

Penguat sendi : ligamenta collateralis, ligamenta plantaria dan


ligamentum metatarsale transversum profundum.

 Articulationes interphalanges pedis

Tulang : antara phalangeales

Jenis sendi : Ginglymus

Gerak sendi : fleksi dan ektensi

Penguat sendi : ligamenta collaterale dan ligamenta plantaria.

1.2 Menjelaskan Anatomi Mikro


Sistem muskuloskeletal pada manusia terdiri dari tulang, otot
dan persendian (dibantu oleh tendon, ligamen dan tulang rawan).
Sistem ini memungkinkan untuk duduk, berdiri, berjalan atau
melakukan kegiatan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain
sebagai penunjang dan pembentuk tubuh, tulang juga berfungsi
sebagai pelindung organ dalam. Tempat pertemuan 2 tulang adalah

25
persendian, yang berperan dalam mempertahankan kelenturan
kerangka tubuh. Tanpa persendian, Anda tidak mungkin bisa
melakukan berbagai gerakan. Sedangkan yang berfungsi menarik
tulang pada saat Anda bergerak adalah otot, yang merupakan
jaringan elastik yang kuat.

SENDI

Tempat dua elemen tulang kerangka bergabung bersama


disebut sendi. Dua kaegori umum sendi adalah:

a. Elemen-elemen tulang kerangka dipisahkan oleh suatu


rongga/cvita (misalnya, sendi synovialis); dan
b. Tidak ada rongga/cavitas dan komponen-komponen
disatukan oleh jaringan ikat (misalnya, sendi
fibrosa/compacta)
Pembuluh darah yang melintasi sendi dan nervi/saraf-saraf
yang menyuplai musculi yang berperan pada sendi biasanya
memberikan rami articulares,cabang-cabang sendi pada sendi
tersebut.

1. Sendi Synovial
Sendi synovial adalah hubungan antara komponen
tulang kerangka di mana elemen-elemen yang terlibat
dipisahkan oleh cavitas articularis/ruang sendi yang sempit.
Ciri khas dari sendi synovial

Pertama, lapisan tulang rawan, biasanya tulang rawan


hyaline, menutupi permukaan sendi elemen-elemen tulang
kerangka. Dengan kata lain, biasanya permukaan tulang tidak
kontak satu dengan yang lainnya secara langsung. Akibatnya,
ketika dilihat pada radiogrfi normal, suatu celah lebar tampak
memisahkan tulang yang berdekatan karena tulang rawan yang
menutupi permukaan sendi Nampak lebih transparan terhadap
sinar-X dibandingkan tulang.

Ciri kedua dari sendi synovial adalah adanya capsula


articularis/capsula sendi yang terdiri dari membrane
synovialis dalam dan membrane fibrosum luar.

26
Membran Synovialis Membran Fibrosum
Letak : melekat pada tepi Letak : mengelilingi sendi
permukaan sendi yang saling
berhadapan di antara tulang
rwan dan tulang dan menutupi
cavitas articularis
Membrane Synovialis banyak Di bentuk oleh jaringan ikat padat
mengandung pembuluh darah dan mengelilingi dan menstabilkan
dan memproduksi cairan sendi.
synovialis, yang merembes ke
dalam cavitas articularis dan
melumasi permukaan sendi
Bagian dari membrane fibrosum
dapat menebal untuk membentuk
ligamentum, yang selanjutnya
menstabilkan sendi

 Discus articularis (biasanya terdiri dari tulang rawan


fibrosa ) ,emyerap / mengabsorbsi kekuatan kompresi,
menyesuaikan dri dari perubahan kontur permukaan sendi
selama pergerakan, dan meningkatkan jangkuan gerakan,
dan meningkatkan jangkuan gerkanyang terjadi pada sendi.

Gambaran Sendi Synovalis Berdasarkan Bentuk


Permukaan Sendi
 Arthroidea (gliding) disebut juga sendi luncur:
persendian yang memungkinkan gerak rotasi

27
pada satu bidang datar. Kepala sendi dan lekuk
sendi rata. Contoh: art. Intercapales, art.
Intertarsales, art. Sternoclavicularis, hubungan
tulang pergerlangan kaki.
 Ginglymus (hinge) disebut juga sendi engsel:
persendian yang memungkinkan gerakan satu
arah. Antara permukaan konveks dan konkaf.
Contoh: art. Cubiti, art. Talocrurales, art.
Interphalanges, sendi siku antara tulang lengan
atas dan tulang hasta .
 Pivot (trochoidea) permukaan sendi vertical.
Contoh: art. Atlanto axialis, art. Trochoidea
(radioulnaris proksimalis)
 Ellipsoidea (condyloidea) disebut juga sendi
putar: persendian yang memungkinkan gerakan
berputar (rotasi). Permukaan sendi berbentuk
elip. Contoh: art. Radiocarpal, hubungan tulang
tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
 pheroidea (a ball and socket) Disebut juga
sendi peluru: persendian yang memungkinka n
pergerakan ke segala arah. Kepala sendi seperti
bentuk bola masuk kedalam lekuk sendi yang
dalam. Contoh: art. Coxae, hubungan tulang
lengan atas dengan tulang belikat.
 Sellaris (saddle) disebut juga sendi pelana:
persendian yang memungkinkan beberapa
gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah.
Kepala sendi dan lekuk sendi seperti orang
duduk diatas plana kuda. Contoh: antara
trapezium dan metacarpal, hubungan tulang
telapak tangan dan jari tangan.

28
2. Sendi compacta
Sendi compacta adalah hubungan anatara elemen-
elemen tulang kerangka dimana permukaan yang berdekatan
dihubungkan, baik oleh jaringan ikat fibrosum atau tulang
rawan, biasanya tulang rawan fibrosa. Gerakan-gerakan pada
sendi ini lebih terbatas dibandingkan dengan sendi synovialis.
Articulations, fibrosae/Sendi fobrosa meliputi sutura,
gomphosis, dan syndesmosis

a. Sutura
Tidak terdapat rongga sendi,tulang dengan tulang
dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa yang kuat dan tipis,
terdapat di antara tulang kepala, secara fungsional termasuk
synarthrosis.

b. Syndesmosis
Terdapat lebih banyak jaringan ikat pada sendi.
Contoh : sendi antara tibia dan fibula.

c. Gomphosis
Contohnya adalah akar gigi yang bersendi dengan
alveoli (soket) rahang, zat yang berada diantaranya adalah
jaringan ikat ligamen periodontal.

d. Sendi kartilaginosa

29
Meliputi Synchondrosis dan Symphysis

e. Synchondrosis
Tulang rawan yang mengisi sendi berupa tulang
rawan hialin yang termasuk jenis ini adalah cakram epifise
pada tulang-tulang yang masih tumbuh dan sendi antara
costa dengan sternum.

f. Symphisis
Tulang rawan yang mengisi rongga sendi berupa
cakram tulang rawan fibrosa yang tipis. Contohnya: sendi
di antara vertebrae dan di antara os. Pubis (symphisis
pubis). Vertebrae symphisis pubis.

JARINGAN TULANG

Tulang Kompakta (padat) dan Tulang Spongiosa (cancellous)

Tulang Kompakta

 Terdiri atas matriks tulang yang tersusun berlapis-lapis à LAMEL


 LAMEL  tersusun mengelilingi SALURAN HAVERS  saluran
havers beserta lamel havers disebut SISTEM HAVERS / OSTEON,
kalau tidak mengelilingi saluran havers disebut Lamel Interstisial

30
 Saluran yang menghubungkan saluran havers satu dengan yang lainnya 
SALURAN VOKMAN
 PERIOSTEUM  lapisan pembungkus tulang bagian luar, dibawahnya
terdapat Lamel general luar
 ENDOSTEUM  lapisan pembungkus tulang bagian dalam (pembatas
dengan rongga sumsum tulang), dibawahnya terdapat Lamel general
dalam
 SISTEM HAVERS / OSTEON  saluran havers dan lamel-lamelnya
Sel-sel tulang

 Osteoprogenitor  sel induk tulang, tugas utama adalah bereproduksi,


menghasilkan sel-sel yang akan terus bereproduksi atau berdiferensiasi
khusus seperti osteoblast
 Osteoblast  penghasil matriks, pada sediaan terletak di permukaan
balok tulang
 Osteocyte  osteoblast yg telah dikelilingi matriks, pada sediaan terletak
di dalam lakuna, terdapat saluran-saluran kecil yang menjulur keluar dari
lakuna dan mengandung cabang cabang sitoplasma osteocyte disebut
kanalikuli
 Osteoclast  sel besar, berinti banyak, motil (bergerak), merupakan
turunan monosit, berperan dalam destruksi atau absorbsi tulang
(contohnya pada sediaan penulangan desmal). Sel ini ditemukan pada
permukaan tulang yang sedang mengalami resorbsi disebut Lakuna
Howship

31
PENULANGAN / OSSIFIKASI  DESMAL (INTRAMEMBRANOSA)
dan ENDOCHONDRAL (INTRAKARTILAGINOSA)

Penulangan Desmal  proses penulangan tanpa melalui pembentukan tulang


rawan terlebih dahulu. Terjadi pada tulang pipih (tengkorak, klavikula, sebagian
mandibula. Pada sediaan penulangan desmal biasanya terdapat osteoclast
diatas lakuna Howship.

Penulangan Endochondral  proses penulangan melalui proses pembentukan


tulang rawan terlebih dahulu. Terjadi pada tulang-tulang panjang. Perubahan

32
biasanya mula-mula timbul di daerah metafisis, pada sediaan biasanya terlihat
zona-zona berbeda.

1. PENULANGAN DESMAL (INTRAMEMBRANOSA)

2. ENDOCHONDRAL (INTRAKARTILAGINOSA)

33
L.O. 2 Mempelajari dan Memahami Sprain
2.1 Menjelaskan Definisi Sprain
 Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar. (Brunner & Suddarth. 2001.
KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
 Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang
memberikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi
dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang

34
gerakan sendi. (Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal
370. Jakarta:EGC)
 Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi.(Kowalak, Jenifer P.
2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sprain adalah cedera struktural ligamen akibat tenaga yang di
berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan ruptura
total atau parsial pada ligamen.

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau


kerobekan pada ligament atau kapsul sendi, yang memberikan
stabilitas pada sendi. Kerusakan pada ligament yang cukup parah
dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat
berupa nyeri, inflamasi (peradangan) dan pada beberapa kasus
terjadi kesulitan dalam menggerakan tungkai. Sprain terjadi ketika
sendi di paksa melebihi lingkup gerak sendi yamg normal seperti
melingkar atau memutar pergelangan kaki. Therapist
menklasifikasi sprain berdasarkan berat ringannya cedera, yaitu :
1. Derajat I (ringan)
Berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau
ligament. Cedera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan
PRICE (Protect,Rest,Ice,Compression and Elevation). Terapi

35
latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan
fleksibilitas.
2. Derajat II (sedang)
Berupa kerobekan parsial (Ligament robek sebagian) tetapi masih
menyambung. Penanganan cedera derajat II tidak berbeda dengan
derajat I tetapi terdapat penambahan Immobilisasi pada daerah
cedera.

3. Derajat III (berat)


Terjadi pemutusan atau kerobekan ligament yang menyebabkan
ketidakstabilan pada sendi. Terapi derajat III biasanya dilakukan
Immobilisasi dan memungkinkan untuk dilakukan pembedahan.

2.2 Menjelaskan Etiologi Sprain


Etiologi dari ankle sprain merupakan akibat dari gerakan
pergelangan kaki yang melebihi kekuatan ligamen ankle. Faktor –
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ankle
sprain dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan
faktor intrinsik:

1. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan risiko
sprain adalah:
a. Jenis olahraga: bola basket, bola voli, panjat tebing,
sepak bola. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang
lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan

36
menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
b. Penggunaan sepatu dengan hak tinggi dikarenakan
lemahnya posisi sendi pergelangan kaki dengan tumit
tinggi, dan pijakan yang kecil.

2. Faktor Intrinsik
Terdapat juga faktor risiko intrinsik sebagai berikut:
a. Jenis kelamin wani
b. Range of motion pergelangan kaki yang terbatas
c. Berkurangnya propriosepsi
d. Defisiensi pada keseimbangan
e. BMI yang rendah
f. Kurangnya kekuatan, koordinasi dan ketahanan
kardiorespiratori
g. Abnormalitas anatomi dari kesejajaran lutut dan ankle
h. Indeks dari postur kaki (Flat foot)

Beberapa faktor sebagai penyebab sprain  :


 Umur
Faktor umur sangat menentukan karena
mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh
tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh tahun.

 Terjatuh atau kecelakan


Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan
atau terjatuh sehingga jaringan ligamen mengalami
sprain.
 Pukulan

37
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan
pada bagian sendi dan menyebabkan sprain.
 Tidak melakukan pemanasan

2.3 Menjelaskan Gejala Sprain


Tanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi :
a.      Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
b.      Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
c.      Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi
beberapa jam setelah cedera)
d.      Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam
jaringan sekitarnya.

2.4 Menjelaskan Diagnosis Sprain


Diagnosis sprain dapat ditentukan melalui riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
pasien sprain adalah look, feel, move secara umum. Menurut studi
yang dilakukan oleh Vuurberg et al.pemeriksaan fisik spesial yang
dilakukan 4–5 hari setelah kejadian memiliki sensitivitas (96%)
dan spesifisitas (84%) yang lebih baik dalam mendiagnosis ankle
sprain.

1. Look
Perhatikan adanya deformitas, bengkak dan memar
untuk menentukan tingkat keparahan dari ankle sprain serta
kecenderungan terjadi fraktur. Pasien dengan ankle

38
sprain juga umumnya memiliki gangguan gait
berupa antalgic gait.
2. Feel
Lakukan palpasi pada seluruh fibula, distal tibia, kaki
dan tendon Achilles untuk menyingkirkan adanya fraktur
terutama fraktur Maisonneuve yang sering dikaitkan dengan
cedera sindesmotik. Perhatikan adanya nyeri pada area yang
diperlukan untuk menentukan Ottawa Ankle Rules.
3. Move
Perhatikan adanya nyeri pada gerakan pasif inversi
dan eversi. Pada ankle sprain lateral, nyeri akan meningkat
pada gerakan inversi, sedangkan pada medial sprain nyeri
akan lebih meningkat pada gerakan eversi.

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
sprain adalah pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan X-ray
dilakukan apabila terdapat kecurigaan terhadap fraktur kaki atau
ankle. Computed Tomography (CT) dan MRI dilakukan apabila
dicurigai cedera pada soft tissue dan lesi osteokondral.
1. X-Ray
Foto X Ray dilakukan apabila dicurigai terjadinya
fraktur. Ottawa Ankle Rules digunakan pada pemeriksaan
fisik untuk menentukan apakah pasien memiliki
kecenderungan terjadinya fraktur, dan mengurangi
penggunaan radiografi yang tidak perlu.
2. Computer Tomography ( CT ) Scan

39
Pemeriksaan CT Scan dilakukan pada pasien
pasien sprain dengan gejala menetap lebih dari 6 minggu
untuk menyingkirkan adanya lesi pada talar dome.
3. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Sensitivitas MRI dalam mendiagnosis ruptur ligamen
lateral dari sendi pergelangan kaki/tangan adalah 75-100%,
namun karena ketersediaan MRI yang terbatas serta
tingginya biaya pemeriksaan, maka MRI hanya dilakukan
apabila terdapat kecurigaan pada lesi osteokondral,
instabilitas kronis, cedera pada sindesmosis tibiofibular,
serta cedera ligamen tingkat 3.
4. Arthografi
Arthrografi merupakan tindakan invasif, namun
sensitivitas dan spesifisitasnya sama saja dengan
pemeriksaan fisik yang dilakukan 4–5 hari setelah kejadian
maka artrografi tidak direkomendasikan pada situasi akut.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah dari
ligamen dan kapsul yang cedera, dan hanya dilakukan
apabila ada indikasi dilakukan operasi.

L.O. 3 Mempelajari dan Memahami Tata Laksana Sprain

40
Berikut beberapa langkah pengobatan cedera ankle yang bisa Anda
lakukan di rumah:
1. Pertolongan pertama pada cedera ankle (48-72 jam pertama cedera)
Segera setelah terjadi cedera angkle, melakukan penatalaksanaan cedera akut
pada umumnya yaitu dengan PRICE : Protection, Rest, Ice, Compression dan
Elevation.
 Protection (Perlindungan). Misalnya melindungi pergelangan kaki
dengan mengenakan sepatu yang tingginya melebihi mata kaki (boots).
 Rest (Istirahat). Mengistirahatkan cedera engkel kaki, dengan
meminimalisasi gerakan pada area yang cedera dan bila perlu
menggunakan brace atau tapping pada saat melakukan aktivitas.
 Ice (Es). Melakukan kompres es di area cedera pergelangan kaki selama
15-20 menit tiap 2-3 jam sekali. Kompres es ini sebaiknya dilakukan 48-72
jam pertama setelah cedera engkel.
 Compression (Membalut). Melakukan kompresi dengan menggunakan
bebat atau perban elastik atau non adhesive bandage di area engkel kaki.
Fungsi dari bebat ini adalah untuk mengurangi bengkak dan perdarahan di
area cedera engkel.
 Elevation (Menaikan). Mengelevasikan area yang cedera angkle lebih
tinggi dari level jantung untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.

Selain melakukan berbagai hal di atas, pasien disarankan untuk mengindari


HARM (heat, alcohol, running, massage) pada area yang mengalami keseleo,
selama 3 hari ke depan. Langkah ini disarankan untuk mempercepat proses
pemulihan.

 Heat (panas). Hindari mandi air panas, sauna, dan kompres panas. Hawa
panas membuat pembuluh darah melebar dan mengingkatkan aliran darah,
sehingga memperburuk peradangan dan memar.
 Alcohol (Alkohol). Jauhi konsumsi alkohol, karena bisa memperburuk
peradangan dan pembengkakan, sehingga memperlambat proses
pemulihan.

41
 Running (Berlari). Tunda aktivitas olahraga seperti lari, karena bisa
memperburuk cedera, khususnya pada tungkai atau kaki.
 Massage (Pemijatan). Pemijatan pada area yang keseleo dapat
memperparah pembengkakan dan berisiko menimbulkan perdarahan.
Pemijatan yang lembut baru boleh dilakukan 3 hari setelah cedera.

Selama 3-4 minggu berikutnya, penderita keseleo tidak boleh berolahraga atau
menjalani aktivitas berat yang melibatkan bagian yang cedera. Namun demikian,
hal ini tergantung pada kondisi keseleo yang dialami.

Konsumsi obat tidak diperlukan jika pasien hanya mengalami keseleo ringan.
Namun demikian, obat pereda nyeri seperti paracetamol. atau obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen atau diclofenac, dapat digunakan.
Sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi
obat-obat tersebut.

Pada kasus keseleo berat diperlukan penanganan tambahan, misalnya penggunaan


gips selama kurang lebih 10 hari. Hal ini untuk mengurangi pergerakan pada area
yang keseleo. Jika robekan pada ligamen amat parah dan kondisi sendi sangat
tidak stabil, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani operasi.

2. Fase pengembalian ruang gerak sendi dan fase fenguatan


Setelah nyeri hilang atau sangat berkurang dan tidak ada bengkak di
daerah cedera, dapat dilakukan latihan untuk mengembalikan ruang gerak sendi
(Range of Motion Exercise).
Salah satu contoh range of motion exercise pada sendi ankle adalah dengan
membuat tulisan Alphabet dari A-Z menggunakan sendi ankle.Kriteria untuk
dapat melakukan latihan penguatan pada sendi ankle adalah seteah didapatkan
ruang gerak sendi yang maksimal dan sudah tidak ada nyeri ataupun
bengkak.Beberapa contoh latihan penguatan sendi ankle antara lain adalah:Calf
raise, Ankle axercise dengan thera-band, Single leg stand, Toe pointing exercise

42
DAFTAR PUSTAKA

(sumber : Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta :

EGC )

43
Reece, Campbell. 2002. BIOLOGI. Jakarta: Erlangga

Duarebu, Bio. 2012. Siklus dan Pembelahan Sel.

Maughan K. Ankle Sprain [Internet]. Uptodate; 2013. p. 158.

Vuurberg G, Hoorntje A, Wink LM, Van Der Doelen BFW, Van Den
Bekerom MP, Dekker R, et al. Diagnosis, treatment and prevention of
ankle sprains: Update of an evidence-based clinical guideline. Br J Sports
Med. 

44

Anda mungkin juga menyukai