Penguji:
Disusun oleh:
1102015142
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
1. dr. H. Rusdi Effendi, Sp. KJ, selaku penguji dan juga yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama kami
bertugas di RSJI Klender.
2. dr. Friendy Ahdimar, Sp. KJ, selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama kami
bertugas di RSJI Klender.
3. dr. Zygawindi, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi
arahan membimbing kami selama kami bertugas di RSJI Klender.
4. Keluarga pasien
5. Semua pihak terlibat dalam penulisan laporan status ujian ini yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis
2
STATUS PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Tanggal lahir : 21 Juni 2003
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Suku/ Warganegara : Jawa / Indonesia
Alamat : Jakasampurna, Bekasi Barat
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 19 Februari 2022
Tanggal Pemeriksaan : Senin 21 Februari 2022
A. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien : tidur terganggu.
Keluhan utama keluarga : tidak bisa tidur dan pasien tidak mempunyai
keinginan dalam hidupnya, pasien merasa pasrah dalam hidupnya dan merasa
tidak berguna, pasien pernah mencoba bunuh diri.
3
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tahun 2013, pasien bersekolah di salah satu SD negeri di Surabaya.
Pasien mendapatkan bullying disekolah oleh teman-temannya. Pasien
mendapatkan bullying verbal dari temannya disekolah. Pasien pernah di fitnah
menjelekan wali kelasnya oleh teman kelasnya. Pasien tidak ada perlawanan
sehingga wali kelasnya mempercayai omongan dari teman pasien. Pasien
memendam semua masalah yang pernah dihadapinya itu. Orang tuanya pun tidak
mengetahui masalah itu. Pasien menjadi suka murung, berdiam diri, tidak mau
bermain dengan teman sebayanya dan lebih sering berada dirumah. Orang tua
pasien sempat bertanya kepada pasien apa yang terjadi. Tetapi pasien tidak mau
menjawab apapun pertanyaan dari orang tuanya. Sehingga orang tua pasien
membawanya ke psikolog, dan menjalani perawatan setiap 2 minggu. menurut
psikiater pasien butuh sosok seorang ayah karena ayahnya bekerja di Jakarta dan
pulang ke Surabaya 2 minggu sekali. (GAF 70)
4
pasien sering menjadi bahan bullying teman-teman kelasnya, namun pasien diam
saja tidak berani bercerita baik itu ke guru maupun kepada orang tuanya di rumah.
Pasien jadi sering melamun dan selalu berdiam diri memendam semua masalah
yang dialaminya, sejak itu pasien jadi kesulitan untuk tidur. Pasien jadi sering
bolos sekolah, hubungan dengan teman sebayanya buruk. aktivitas dan perawatan
diri masih atas inisiatif sendiri. (GAF 70)
Pada tahun 2019, pasien masih mengalami gangguan sulit tidur karena
setiap malam muncul pikiran dalam dirinya bahwa hidupnya tidak berarti. Pasien
merasa setiap hal yang dikerjakannya tidak pernah berhasil, pasien kesulitan
dalam belajar dan mengerjakan ujian di sekolahnya. Pasien banyak menghabiskan
waktunya dengan mengurung diri di dalam kamarnya sambal bermain game dan
menonton serial drama korea menggunakan handphone miliknya, pasien sampai
lupa waktu dan harus diingatkan keluarga untuk berhenti bermain handphone.
Hubungan pasien dengan teman seusianya kurang baik, pasien sangat sulit untuk
bergaul bahkan dengan orang tua atau dengan kakaknya pasien sangat sulit untuk
terbuka, pasien lebih cenderung menutup diri dan memendam semuanya sendiri.
Saat menyendiri di kamarnya, pasien dengan sengaja melukai lengannya dengan
menggunakan cutter, luka yang dibuat sesuai dengan soal ujian sekolah yang saat
itu tidak bisa dijawab oleh pasien. Hal itu membuat orang tua pasien sedih,
sehingga mengantarkan pasien ke psikiater untuk dilakukan konsultasi, oleh
psikiater pasien diberikan obat namun oleh pasien jarang diminum. Hubungan
dengan teman kurang baik. Waktu luang digunakan untuk melamun, merapikan
kamar dan tempat tidur sudah tidak dilakukan. (GAF 40)
Pada tahun 2020, Pasien mulai malas ke dokter untuk melanjutkan terapi
dan mengalami putus obat. Gejala-gejala yang sempat hilang dan membaik mulai
muncul Kembali, seperti tidak bisa tidur, mulai menyakiti dirinya sendiri jika
tidak bisa mengerjakan tugas ataupun ujian dan banyak berdiam diri dikamar.
Sehingga pasien mulai sering bolos sekolah. Dirumah pun pasien tidak mau
bersosialisasi. Orang tuanya sering menyuruh pasien melakukan pekerjaan rumah
tetapi menolak, pasien lebih memilih berdiam diri tidak melakukan apapun. Orang
tua pasien sering menyuruhnya untuk berkegiatan atau bermain keluar rumah
bersama teman temanya, namun pasien lebih sering menolaknya dan tetap
5
dirumah. Pasien malas malasan jika orang tua pasien mengajaknya untuk
konsultasi ke dokter kembali, sampai orang tuanya mendatangkan psikiater
kerumah, pasien tetap tidak mau keluar kamar. Sampai akhirnya pasien akhirnya
mengiyakan ajakan ibunya untuk kedokter kembali. Setelah itu pasien mulai mau
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dengan resep yang sama dengan tahun
sebelumnya. (GAF 30)
Pada tahun 2021, pasien baru masuk di kelas 3 SMA. Pasien mulai malas
malasan meminum obat dan tidak mau konsultasi ke dokter. Gejala-gejala yang
telah hilang dan membaik mulai timbul kembali. Pada saat pasien ujian sekolah
untuk kelulusan pasien merasa tidak bisa mengerjakan apa-apa. Pasien pun mulai
menyilet lengannya jika tidak bisa mengerjakan soal. Pasien dirumah pun tidak
ada semangat untuk belajar dan lebih memilih pasrah. Orang tua pasien sudah
mencoba menasehatinya supaya tidak menyilet lenganya jika tidak bisa
mengerjakan soal. Pasien mengatakan alasan menyilet tanganya untuk
menghukum dirinya sendiri yang tidak bisa mengerjakan soal ujian dan merasa
dirinya tidak berguna sehingga sebaiknya mati saja. Pasien pun pernah mencoba
untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, ibu pasien sempat melihat
tali yang sudah tergantung di kusen pintu kamarnya dan langsung di ambil oleh
beliau sehingga pasien tidak jadi melakukanya. Ibu pasien menyarankan untuk
ikut bimbingan belajar tetapi pasien menolaknya. Pasien pun mengeluh tidak bisa
tidur jika malam dan lebih memilih untuk memainkan handphone nya sampai
subuh dan baru tidur, Ketika itu pasien bangun biasanya pada sore hari menjelang
maghrib, jika dibangunkan pada siang hari biasanya pasien tidak akan terbangun.
Ibu pasien pun kembali membawanya kedokter dan diberi obat yang sama seperti
sebelumnya. (GAF 20)
Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami putus obat
kembali dan tidak mau ke dokter. Dikarenakan gagal masuk ke universitas. Pasien
pindah ke Jakarta untuk mengikuti program bimbel (bimbingan belajar) untuk
masuk ke universitas disuruh oleh orang tuanya, tetapi pasien malas malasan dan
tidak mau mengikuti bimbel sama sekali. Pasien lebih memilih diam dirumah
tidak melakukan apa-apa karena merasa dirinya tidak berguna dan tidak ada
6
keinginan untuk berusaha. Pasien merasa tidak bisa tidur karena merasa
pikirannya berputar putar. (GAF 30)
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa kurang motivasi
dalam hidupnya, tidak bisa fokus dan tidak berguna. Pasien pun masih merasa
tidak bisa tidur malam karena pikiranya yang tidak bisa berhenti. Pasien sering
berdiam diri dikamar dan bermain dengan handphone nya. Ibu pasien
membawanya kembali ke dokter. Pasien mulai meminum obat yang diresepkan
dokter yaitu sertraline dan olanzapine, pasien merasa obat yang diresepkan oleh
dokter kurang berefek dalam memperbaiki gangguan tidurnya, lalu pasien
meminum sekaligus dalam satu waktu dosis anjuran dokter untuk dua pekan.
Pasien sempat dirawat di IGD karena overdosis obat yang diberikan dokter
tersebut. (GAF 20)
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih merasakan yang
sama seperti bulan lalu yaitu gangguan tidur. Merasa tidak berguna tidak ada
semangat hidup, tidak mau berjuang, tidak ada motivasi. Pasien diajak bicara oleh
orangtuanya tidak mau menjawab apapun. Ibu pasien mulai menyita handphone
pasien dikarenakan pasien hanya fokus terhadap handphone nya. Pasien dibawa ke
dokter untuk konsultasi. Dan disarankan untuk dilakukan rawat inap. (GAF 30)
2. Gangguan Medik
Pasien mempunyai Riwayat asma sejak berumur 8 bulan. Pasien
dibawa ke dokter jika mulai sesak nafas. Dan diumur 3 tahun pasien
sempat mengalami kejadian jatuh dari tangga. Kepala bagian belakang
pasien luka dan mendapat jahitan.
3. Penggunaan NAPZA dan Alkohol
7
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun
alkohol, namun pasien merupakan perokok aktif sejak kurang lebih 2
tahun yang lalu dengan jumlah sekitar 1-3 batang per-harinya.
8
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk TK pada umur 4 tahun. Pasien masuk SD diusia 6 tahun
dan bersekolah di dekat rumahnya di Surabaya. Kemudian pasien
melanjutkan sekolah SMP nya di pondok pesantren yang berlokasi sedikit
jauh dari rumahnya. Setelah itu, pasien melanjutkan SMA negeri di kota
Surabaya dan tinggal bersama ibunya selama masa SMA. Pasien tidak pernah
tinggal kelas. Tidak didapatkan laporan yang buruk maupun pelanggaran di
sekolahnya. Setelah lulus sekolah SMA masih belum melanjutkan studinya
ke universitas sampai sekarang.
2. Riwayat Pekerjaan
Saat ini pasien hanya dirumah saja tidak melakukan kegiatan
menunggu ujian masuk universitas.
3. Riwayat Keagamaan
Pasien dididik dalam ajaran agama Islam oleh orang tuanya. Pasien
mengaku rajin melakukan shalat dan berusaha melaksanakannya tepat waktu.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
5. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.
6. Aktivitas Sosial
Hubungan dengan keluarga baik. Pasien jarang bersosialisasi dengan
orang lain dan tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi maupun kegiatan
lainnya di lingkungan sekolah maupun rumahnya.
7. Situasi Hidup sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan ayahnya di jakarta. Tujuannya
pindah ke jakarta adalah untuk mengikuti bimbel guna masuk universitas.
8. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali mengalami pubertas pada usia 15 tahun. Pasien
memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami kekerasan seksual.
9
9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pasien tinggal
bersama ibu dan ayahnya karena kakak pasien sudah berkeluarga. Tidak
didapatkan riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Orang tuanya
mendukung pasien dalam menjalankan pengobatannya.
GENOGRAM
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki 18 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
perawakan sedang, kulit berwarna sawo matang, rambut hitam ikal,
menggunakan pakaian seragam pasien RSJI Klender dan alas kaki, dan
kebersihan serta kerapihan baik.
10
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
B. Pembicaraan
Volume : Pelan
Irama : Teratur
Intonasi : Cukup
Kelancaran : Lancar
Artikulasi : Sedang
Kecepatan : Normal
Kualitas : Normal
Kuantitas : Normal
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Auditorik : Tidak ada
Visual : Tidak ada
11
Taktil : Tidak ada
Olfaktorik : Tidak ada
Gustatorik : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Derealisasi : Tidak ada
4. Depersonalisasi : Tidak ada
D. Pikiran
1) Proses Pikir
a. Produktivitas : Baik
b. Kontinuitas
Blocking : Tidak Ada
Asosiasi Longgar : Tidak Ada
Inkoherensi : Tidak Ada
Flight of Ideas : Tidak Ada
Word Salad : Tidak Ada
Neologisme : Tidak Ada
2) Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan Isi pikir
Waham Bizzare : Tidak ada
Waham Nihilistik : Tidak ada
Waham Somatik : Tidak ada
Waham Paranoid
- Waham Kejar : Tidak ada
- Waham Kebesaran : Tidak ada
- Waham Rujukan : Tidak ada
- Waham Dikendalikan : Tidak ada
Thought of insertion : Tidak ada
Thought of broadcasting : Tidak ada
Thought of withdrawal : Tidak ada
12
Thought of control : Tidak ada
13
F. Pengendalian Impuls
Baik, karena pasien bisa mengendalikan dirinya secara penuh.
G. Daya Nilai
Penilaian sosial: Baik (pasien dapat menjelaskan bahwa perampokan itu
tidak baik)
Uji daya nilai: Baik (apabila pasien menemukan dompet dijalan, maka
pasien akan mengembalikan kepada pemiliknya)
H. RTA (Reality Test Ability): Tidak terganggu, karena tidak terdapat halusinasi
dan waham.
I. Tilikan: derajat 4
J. Taraf dapat dipercaya: Secara keseluruhan bisa dipercaya
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Suhu : 36.5 oC
4. Kepala : Normochepal
5. Thorax
a. Paru : Simetris, vesicular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
14
b. Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen : Bising usus (+), nyeri tekan epigastrium (-)
7. Ekstremitas : Hangat, sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
B. Status Neurologis
1. Gangguan rangsang meningeal: tidak ada
2. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a. Tremor tangan : Tidak ada
b. Akatisia : Tidak ada
c. Bradikinnesia : Tidak ada
d. Cara berjalan : Normal
e. Keseimbangan : Normal
f. Rigiditas : Tidak ada
3. Mata
a. Gerakan : Normal
b. Bentuk Pupil : Isokor
c. Reflex Cahaya : +/+
4. Motorik
a. Tonus : Dalam batas normal
b. Kekuatan : Dalam batas normal
c. Koordinasi : Dalam batas normal
d. Refleks : Dalam batas normal
15
Surabaya. Disana pasien di bully oleh teman-temanya. Pasien sering
mendapatkan bully-an verbal dari temannya, dan pasien pernah difitnah
menjelekkan gurunya. Pasien hanya diam tak melawan. Semenjak itu, pasien
seringkali murung, berdiam diri, tidak mau bermain dengan temanya, dan lebih
sering berada dirumah. Pasien dibawa ke psikolog dan rutin konsultasi setiap 2
minggu.
Pada tahun 2016 an, pasien bersekolah di pondok pesantren. 3 bulan awal
pasien masih merasa nyaman disana. Pada bulan berikutnya pasien kembali
mendapatkan bully-an fisik, seperti sengaja kakinya ditendang oleh temanya
ketika sedang berjalan. Dan juga mendapatkan bully-an verbal. Pasien mulai
ogah-ogahan masuk ke sekolah. Pasien berkata ke ibunya bahwa ingin pindah
dari pondok pesantren tersebut tetapi tidak mengatakan alasanya. Akhirnya
pasien dibawa ke psikolog dan rutin konsultasi setiap 2 minggu.
Pada tahun 2020, pasien mulai malas ketemu dokter sehingga putus obat.
Pasien mulai tidak bisa tidur malam, dan mulai menyakiti dirinya sendiri dengan
cara menyilet lengan jika tidak bisa mengerjakan tugas atau ujian dari sekolah.
Pasien sering menjadi berdiam diri dikamar. Pasien tidak mau melakukan
apapun, bahkan pekerjaan rumah seperti cuci piring menyapu pasien menolak
16
untuk melakukanya. Pasien akhirnya dibawa kembali ke dokter dan
mengkonsumsi kembali obat yang sama dengan sebelumnya.
Ditahun 2021, pasien berada di bangku kelas 3 SMA. Pasien mulai malas
kembali untuk kedokter sehingga kembali putus obat. Gejala-gejala yang hilang
muncul kembali seperti menyakiti diri sendiri dan tidak bisa tidur malam. Pasien
melukai dirinya jika tidak bisa mengerjakan soal. Ibu pasien pernah
menasehatinnya jika apa yang dilakukan pasien adalah salah. Tetapi pasien
menjawab hal tersebut dilakukanya karena untuk menghukum dirinya sendiri
karena tidak berguna, dan lebih baik pasien mati saja. Pasien pun pernah
mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, ibu pasien
menemukan tali yang sudah terikat di kusen kamarnya dan segera untuk
mengambil tali tersebut sehingga pasien tidak bisa melakukanya. Pasien pun
setiap malam tidak bisa tidur, dan lebih memilih memainkan HP-nya, kemudian
tidur waktu subuh dan bangun pada sore hari menjelang maghrib. Ibu pasien
kembali membawanya ke dokter dan kembali minum obat yang sama seperti
sebelumnya. Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit pasien kembali mengalami
putus obat. Dikarenakan merasa tidak berguna karena tidak masuk universitas.
Pasien pindah ke Jakarta karena disarankan orang tuanya untuk bimbingan
belajar masuk universitas dijakarta, di Jakarta pasien tidak mau mengikuti bimbel
dan lebih memilih berdiam diri dirumah. Pasien merasa dirinya tidak berguna,
pasien juga mengalami kesusahan untuk tidur dikarenakan pikiranya yang tidak
bisa berhenti.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa kurang motivasi,
kehilangan minat, tidak bisa fokus dan tidak berguna. Pasien masih tidak bisa
tidur malam. Ibu pasien membawa pasien ke dokter dan meminum kembali obat
yang diresepkan dokter yaitu sertraline dan olanzapine. 3 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien masih merasakan hal yang sama seperti bulan lalu. Pasien
hanya bermain HP setiap harinya, sehingga ibu pasien menyita HP tersebut.
Orang tuanya sempat bertanya kepada pasien dan pasien tidak menjawab apapun.
Pasien dibawa kedokter dan disarankan untuk dilakukan rawat inap.
17
Berdasarkan riwayat autoanamnesis didapatkan status mental saat
diperiksa berupa kebersihan dan kerapihan cukup, kontak mata didapatkan cukup,
pasien tampak normoaktif, sikap kooperatif, mood hipotimia, afek sempit dan
serasi, kualitas dan kuantitas pembicaraan cukup, perhatian serta pengendalian
impuls baik, RTA tidak terganggu, tilikan derajat 4, dan taraf realibilitas dapat
dipercaya.
18
4. Gangguan perasaan (afektif/mood) (F3) dapat ditegakkan karena pasien
memiliki afek depresif, kehilangan minat dan berkurangnya energi.
Pasien mengaku nafsu makan berkurang, sempat terpikir untuk bunuh diri,
sulit tidur dan memiliki perasaan bersalah. Hal ini berlangsung selama lebih
dari 2 minggu.
Selain itu, pasien juga tidak mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan
atau urusan rumah tangga. Sehingga menurut PPDGJ-III, pasien masuk
dalam kriteria F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik.
19
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang
(F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode
depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya
harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-).
1. Tabel Pedoman Diagnostik Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F32.2)
20
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka Ada
mash dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
21
● GAF satu tahun terakhir : 20 – 11 (bahaya mencederai
diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus
diri)
● GAF saat masuk RSJI Klender : 30 – 21 (disabilitas berat dalam
komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hamper semua
bidang)
● GAF saat di periksa : 40 – 31 (Beberapa disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi)
- Keluarga (Pasien kehilangan sosok ayah pada waktu kecil karena ayahnya
bekerja di Jakarta yang pulang ke Surabaya 2 minggu sekali)
E. AKSIS V
- GAF satu tahun terakhir : 20 – 11
- GAF saat masuk RSJI Klender : 30 – 21
- GAF saat di periksa : 40 – 31
Psikologik
● Mood : Hipotimia
22
● Afek : Luas
● Keserasian : Serasi
● Gangguan isi pikir : Tidak ada
● Gangguan persepsi : Tidak ada
● RTA terganggu dan tilikan derajat 4
X. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
- Sentraline 1x1 50 mg (pagi hari)
b. Non-farmakologi
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk menceritakan masalah
dan keluhannya.
- Menanamkan pikiran positif kepada pasien untuk mengisi
kekosongan harinya dengan kegiatan yang positif seperti
berolahraga dan mengaji.
- Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien bahwa minum
obat sangat penting untuk mengendalikan atau menghilangkan
keluhan yang dialami.
23
Gejala Gejala (+) menonjol Gejala (-) menonjol
24
PR UJIAN
1. Deskripsi Umum
A. Penampilan
25
A. Mood
26
B. Afek
Respon emosional saat sekarang, yang dapat dinilai melalui ekspresi wajah,
pembicaraan, sikap dan gerak-gerik tubuh pasien. Afek mencerminkan situasi emosi
sesaat. Terbagi menjadi:
Afek luas: afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan
sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun
gerakan tubuh
Afek menyempit: menggambarkan suasana ekspresi emosi yang terbatas.
Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang
Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi
emosi mata kosong, irama monoton dan bahasa tubuh yang sangat kurang
Afek mendatar: suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul
Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat
dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya
Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok
dengan suasana yang dihayati
Afek labil: menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-
tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal
C. Keserasian Afek
3. Pembicaraan
27
4. Persepsi
1. Halusinasi hipnogogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai jatuh
tidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis
2. Halusinasi hipnopompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis
3. Halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang
meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, jenis halusinasi ini yang
paling sering ditemukan
4. Halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru seringkali terjadi pada
gangguan medis umum
5. Halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang daoat berupa bentuk jelas
(orang) ataupun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya)
6. Halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak
7. Halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi
anggota tubuh teramputasi)
8. Halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya,
lebih sering menyangkut organ dalam
9. Halusinasi lilliput: persepsi keliru yang mengakibatkan objek terlihat lebih
kecil
28
5. Pikiran
Terbagi menjadi proses pikir dan isi pikir
Asosiasi longgar: gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu
subjek ke subjek lain yang tidak berhubungan
Inkoherensi: pikiran secara umum tidak dapat dimengerti, pikiran atau kata
keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis
Flight of ideas: pikiran yang sangat cepat yang menghasilkan perpindahan
yang konstan dari satu ide ke ide lainnya. Ide biasanya berhubungan
Sirkumtansial: pembiacaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai
point, tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau tujuan yang diharapkan
Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan
seringkalu pada akhirnya tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.
29
d) Waham somatic: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh (contoh:
yakin otaknya meleleh)
e) Waham paranoid: termasuk didalamnya
6. Obsesi: suatu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya
dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat dihilangkan
dengan usaha yang logis, berhubungan dengan kecemasan
30
7. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika
ditahan akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi
atau timbul untuk memenuhi satu aturan tertentu
8. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan keinginan
yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh:
o Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus (contoh
takut pada ular)
o Fobia social: ketakutan dipermalukan di depan public seperti rasa takut untuk
berbicara, tampil, atau makan di depan umum
o Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi
o Agrofobia: ketakutan berada di tempat terbuka
o Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat sempit
o Ailurofobia: ketakutan pada kucing
o Zoofobia: ketakutan pada binatang
o Xenophobia: ketakutan pada orang asing
o Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan
A. Sensorium/Kesadaran
o Kompos mentis: derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam mengaggapi
rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.
o Apatia: suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespons lambat
terhadap stimulus dari luar
o Somnolensi: suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur
31
o Sopor: derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor nyari
tidak berespon terhadap stimulus dari luar, atau hanya berespon minimal
o Koma: derajat kesadaran paling berat
o Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak
mampu berpikir jenrih dan berespon secara memadai terhadap situasi di sekitarnya
o Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi
kognitif yang luas
o Kesadaran seperti mimpi: gangguan kualits kesadaran yang terjadi pada serangan
epilepsy psikomotor
o Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi
B. Kognisi
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dengan
situasi tersebut
Daya nilai social: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dengan situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah social
yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya
32
Uji daya nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan
12. Tilikan
33