Kelompok : A-11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016/2017
SKENARIO 1
2
IDENTIFIKASI KATA SULIT:
1. Konjungtiva anemis : Konjungtiva berwarna putih dan kelihatan pucat karena darah
tidak sampai ke perifer
2. Sklera : Lapisan luar bola mata dan berwarna putih yang menutupi
kurang
lebih 5/6 bagian permukaan belakang bola mata
3. Ikterik : Suatu kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya
kulit
dan sklera dikarenakan kadar bilirubin tinggi yang disebabkan
oleh kerusakan hati dan tersumbatnya saluran empedu
4. MCV : Volume rata-rata eritrosit, dinyatakan dengan femtoliter (fl)
5. MCH : Nilai rata-rata hemoglobin dalam eritrosit, dinyatakan dalam
pikogram (pg)
6. MCHC : Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata, dinyatakan dalam
persen (%)
PERTANYAAN :
JAWABAN :
3
7. Suplemen zat besi dan membenarkan diet
8. Anamnesis : diet, paparan zat kimia/toksik, perdarahan, riwayat penyakit dahulu dan
keluarga
Pemeriksaan fisik : Konjungtiva pucat, lemas, pucat, koilonychia, angulus cheilosis
Pemeriksaan lab : Hemato lengkap, kadar ferritin, SHDT ditemukan sel pencil, indeks
eritrosit, bilirubin, tinja, urin, sumsum tulang
9. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
4
HIPOTESIS
Pasien yang jarang mengkonsumsi makanan mengandung kaya akan zat besi
menyebabkan sintesis hemoglobin berkurang dan oksigen yang berikatan juga berkurang,
sehingga jaringan tubuh kurang asupan oksigen dan tubuh cepat lelah dan pucat. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan ciri khas dari anemia mikrositik hipokrom dengan defisiensi zat besi.
5
SASARAN BELAJAR :
6
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Eritropoesis
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Eritropoesis
Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi proses ini berlangsung di
limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang.
(Dorland edisi 31)
7
Prekusor eritoid dalam sumsum tulang
berasal dari sel induk hemopoetik, melalui jalur
sel induk myeloid menjadi sel induk eritorid,
yaitu BFU-E (burst forming unit-erythroid) dan
selanjutnya CFU-E (Colony forming unit-
erythrocyte termasuk unipotent stem cell).
Prekusor eritoroid secara morfologik pada
sumsum tulang disebut pronormoblast,
kemudian menjadi basophilic (early
normoblast), selanjutnya polychromatophilic
normoblast dan acidophilic normoblast.
8
Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkaf dengan ukuran
diameter 7-8 mikron dan tebal 1,5-2,5 mikron. Bagian tengah sel ini lebih tipis daripada
bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna kemerah-merahan karena
mengandung hemoglobin. Umur eritrosit adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan
bila mencapai umurnya oleh limpa.
1. KELAINAN UKURAN
a. Makrosit, diameter eritrosit ≥ 9 μm dan volumenya ≥ 100 fL
b. Mikrosit, diameter eritrosit ≤ 7 μm dan volumenya ≤ 80 fL
c. Anisositosis, ukuran eritrosit tidak sama besar
2. KELAINAN WARNA
a. Hipokrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit ≥ 1/3 diameternya
b. Hiperkrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit ≤1/3 diameternya
c. Polikrom, eritrosit yang memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit matang,
warnanya lebih gelap.
3. KELAINAN BENTUK
a. Sel sasaan (target cell)
Pada bagian tengah dari daerah pucat eritrosit terdapat
bagian yang lebih gelap/merah.
b. Sferosit
Eritrosit < normal, warnanya tampak lebih gelap.
c. Ovalosit/Eliptosit
Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval), kadang-kadang
dapat lebih gepeng (eliptosit).
d. Stomatosit
Bentuk sepeti mangkuk.
f. Akantosit
Eritrosit yang pada permukaannya mempunyai 3 – 12
duri dengan ujung duri yang tidak sama panjang.
9
h. Sel helmet
Eritrosit berbentuk sepeti helm.
i. Fragmentosit (schistocyte)
Bentuk eritrosit tidak beraturan.
k. Poikilositosis
Bentuk eritrosit bermacam-macam.
L. Rouleaux formation
Tiga sampai lima eritrosit tersusun memanjang
n. Autoaglutinasi
Eritrosit menggumpal
Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh tubuh. (Thompson, 2015)
10
LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Struktur Hemoglobin
11
Gambar . Sintesis Rantai Globin Utama pada Periode Prenatal dan Postnatal
(Schechter, 2008)
12
mitokondria, sedangkan bagian protein, globin, disintesis dalam ribosom. (Sebulingam,
2012)
1) Tahap pertama sintesis heme terjadi di dalam mitokondria. Dua molekul suksinil-
KoA berkombinasi dengan dua molekul glisin dan memadat membentuk asam
aminolevulinat δ (ALA) oleh ALA sintase.
2) ALA diangkut ke sitoplasma. Dua molekul ALA berkombinasi membentuk
porphobilinogen dihadapan ALA dehydratase.
3) Porphobilinogen dikonversi menjadi uroporphobilinogen I oleh
uroporphobilinogen I sintase.
4) Uroporphobilinogen I dikonversi menjadi uroporphobilinogen III oleh
porphobilinogen III kosintase.
5) Dari uroporphobilinogen III, sebuah struktur cincin disebut coproporphyrinogen III
dibentuk oleh uroporphobilinogen decarboxylase.
6) Coproporphyrinogen III diangkut kembali ke dalam mitokondria, untuk dioksidasi
membentuk protoporphyrin IX oleh coproporphyrinogen oxidase.
7) Protoporphyrinogen IX dikonversi menjadi protoporphyrin IX oleh
protoporphyrinogen oxidase.
8) Protoporphyrin IX berkombinasi dengan besi membentuk heme dihadapan
ferrochelatase.
13
Guyton 11th edition, 2007
Eritrosit hemolisis atau proses penuaan
Hemoglobin
Globin Hem
Fe
Pool Besi
Pool Protein Bilirubin direk
Disimpan HATI
Disimpan Bilirubin direk
Fese: Sterkobilinogen
Urin/ Urobilinogen
ZAT BESI (Fe) Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat
badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam
bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu
sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang
terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang
nonesensial. Fe esensial ini terdapat pada : Hemoglobin 66 % Mioglobin 3 % Enzim tertentu
yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya sitokrom oksidase, suksinil dehidrogenase dan
xantin oksidase sebanyak 0,5% Pada transferin 0,1 %. Besi nonesensial terdapat sebagai
cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak 25 %, dan pada parenkim jaringan
kira-kira 5 %. Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung
dan kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan
nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan dan sereal.
Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah. Heme-iron menyumbang hanya 1-
2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika. Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber
utama zat besi. Kebutuhan Zat Besi Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Umur, jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi
kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula. Kebutuhan zat
besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh pertumbuhannya. Bayi
dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5 gram, untuk mengejar perbedaan
itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertama kehidupan.
Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan
kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan
keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi. METABOLISME
ZAT BESI Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di
duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin berkurang.
Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu : Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 %
berasal dari makanan) Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme
berupa kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino
dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh sel
mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang selanjutnya
14
berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke peredaran darah
setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero direoksidasi menjadi feri
yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk transferin. Transferin berfungsi
mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum tulang serta jaringan lain
untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh. Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke
dalam retikulosit yang akan bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan
globulin dengan heme membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami
degradasi menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus
seperti di atas. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan) Besi heme di dalam
lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan enzim proteosa. Besi heme
teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa usus secara utuh, lalu dipecah oleh
enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin. Ion feri akan mengalami siklus seperti di
atas. Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Heme-iron akan
lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron Ferro lebih mudah diserap daripada ferri
Asam lambung akan membantu penyerapan besi Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan
fosfat Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses
pertumbuhan Absorbsi akan diperbesar oleh protein Asam askorbat dan asam organik tertentu
Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan
absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat cadangan
besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal akan
menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu kehabisan besi, maka
kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat. Gambar Sintesis Hemoglobin Di dalam tubuh,
cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang ebrsifat mudah larut, tersebar di sel
parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah
larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam
sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi
untuk mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak
dapat membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. (Tanto, 2014)
A. Berdasarkan Etiologi
Klasifikasi etiopatogenesis : berdasarkan etiologi dan patogenesis terjadinya anemia.
a. Produksi eritrosit menurun
15
Kekurangan bahan untuk eritrosit
Besi : anemia defisiensi besi
Vitamin B12 dan asam folat : anemia megaloblastik
Gangguan utilitas besi
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik
Kerusakan jaringan sumsum tulang
Atrofi dengan penggantian oleh jaringan lemak : anemia aplastik/hipoplastik
Penggantian oleh jaringan fibrotik / tumor : anemia leukoeritroblastik /
mieloptisik
Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui
Anemia diseritropoetik
Anemia pada sindrom mielodisplastik
b. Kehilangan eritrosit dari tubuh (akibat hemoragi)
Anemia pasca pendarahan aku
Anemia pasca pendarahan kronik
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
Anemia hemolitik intrakorpuskuler
Gangguan membran
Hereditary spherocytosis
Hereditary elliptocytosis
Gangguan enzim
Defisiensi piruvat kinase
Defisiensi G6PD (glucose-6 phosphate dehydrogenase)
Gangguan hemoglobin
Hemoglobinopati struktural
Thalassemia
Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
Antibodi terhadap eritrosis
Autoantibodi-AIHA (autoimmune hemolytic anemia)
Isoantibodi-HDN (hemolytic disease of newborn)
Hipersplenisme
Pemaparan terhadap bahan kimia
Akibat infeksi bakteri / parasit
Kerusakan mekanik
d. Bentuk campuran
e. Bentuk yang patogenesisnya belum jelas
(I Made Bakta, 2006)
B. Berdasarkan Morfologi
a. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah ataudestruksi darah yang
berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulangharus bekerja lebih keras lagi dalam
eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran
darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal
sertamengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individumenderita
16
anemia. Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia
aplastik, sindrom mielodisplasia, alkoholism,dan anemia pada penyakit hati kronik.
b. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normaltetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal inidiakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada
defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab
terjadi gangguan pada metabolisme sel
c. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobindalam jumlah
yang kurang dari normal. Hal ini umumnyamenggambarkan insufisiensi sintesis hem
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah
kronik, ataugangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit
hemoglobinabnormal kongenital)
Mikrositer
Kadar Normositer normokrom Makrositer
hipokrom
MCV < 80 fl 80 – 95 fl
> 95 fl
MCH < 27 pg 27 – 34 pg -
1. Anemia pasca
Megaloblastik
perdarahan
1. Anemia defisiensi folat
2. Anemia aplastik –
2. Anemia defisiensi vit
hipoplastik
1. Anemia B12
3. Anemia hemolitik
defisiensi besi
4. Anemia penyakit
2. Thalasemia Nonmegaloblastik
Jenis kronik
3. Anemia a) Anemia penyakit
5. Anemia mieloptisik
penyakit penyakit hati kronik
6. Anemia gagal ginjal
kronik b) Anemia
7. Anemia
4. Anemia hipotiroid
mielofibrosis
sideroblastik c) Anemia sindroma
8. Anemia sindrom
mielodisplastik
mielodisplastik
9. Anemia leukimia
akut
17
dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitive karena timbul
setelah penurunan hemoglobin yang berat ( Hb<7 g/dL )
b. Gejala khas anemia
Anemia defisiensi besi
- Koilonychia : kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok
- Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
- Stomatitis angularis (cheilosis) : adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan
- Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
- Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhlorida
- Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es, lem
dan lain-lain
Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologic pada defisiensi vitamin B12
Anemia hemolitik : icterus, splenomegaly dan hepatomegaly
Anemia aplastic : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
18
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa, anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan
perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab
utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki perdarahan gastrointestinal, di
negara tropik paling sering karena cacing tambang. Sementra itu, pada wanita paling sering
karena menormetrorhagia.
(I Made Bakta, 2006)
19
LO. 4.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala khas anemia akibat defisiensi besi antara lain :
1. Koilonychia: kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
vertical dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
2. Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
3. Stomatitis angularis: adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan
4. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
5. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly: kumpulan gejala yang
terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.
LO. 4.5. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Anemia Defisiensi
Besi
Anamnesis :
Penting pada anamnesis untuk menanyakan hal- hal yang mengindikasikan adanya
kausa dari anemia defisiensi besi. Hal penting untuk ditanyakan misalnya:
- Riwayat gizi
- Anamnesis lingkungan
- Pemakaian obat
- Riwayat penyakit
- Pada remaja khususnya wanita bisa ditanyakan perdarahan bulananya
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang
mungkin menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi pasien atau efek
anemia terhadap kondisi umum pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk
menemukan berbagai kondisi klinis manifestasi kekurangan besi dan sindroma
anemic.
Pemeriksaan laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Nilai
Hemoglobin Kadar Hb biasanya menurun disbanding nilai normal berdasarkan jenis
kelamin pasien
MCV Menurun (anemia mikrositik)
MCH Menurun (anemia hipokrom)
Morfologi Terkadang dapat ditemukan ring cell atau pencil cell
20
Ferritin Ferritin mengikat Fe bebas dan berkamulasi dalam sistem RE sehingga kadar
Ferritin secara tidak langsung menggambarkan konsentrasi kadar Fe. Standar
kadar normal ferritin pada tiap center kesehatan berbeda-beda. Kadar ferritin
serum normal tidak menyingkirkan kemungkinan defisiensi besi namun kadar
ferritin >100 mg/L memastikan tidak adanya anemia defisiensi besi
TIBC Total Iron Binding Capacity biasanya akan meningkat >350 mg/L (normal:
300-360 mg/L )
Saturasi transferrin Saturasi transferin bisanya menurun <18% (normal: 25-50%)
Pulasan sel sumsum Dapat ditemukan hyperplasia normoblastik ringan sampai sedang dengan
tulang normoblas kecil. Pulasan besi dapat menunjukkan butir hemosiderin (cadangan
besi) negatif. Sel-sel sideroblas yang merupakan sel blas dengan granula
ferritin biasanya negatif. Kadar sideroblas ini adalah Gold standar untuk
menentukan anemia defisiensi besi, namun pemeriksaan kadar ferritin lebih
sering digunakan.
Pemeriksaan penyait Berbagai kondisi yang mungkin menyebabkan anemia juga diperiksa,
dasar misalnya pemeriksaan feces untuk menemukan telur cacing tambang,
pemeriksaan darah samar, endoskopi, dan lainnya.
Sel pensil
Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
dibagi enjadi 3 tingkatan, yaitu :
- Deplesi besi adalah penurunan cadangan besi tanpa diikuti penurunan kadar besi
serum. Deteksi dari tingkatan ini adalah dengan menggunakan teknik biopsi atau
dengan pengukuran ferritin. Karena absorpsi besi berbanding terbalik dengan
cadangan besi, maka terjadi peningkatan absorpsi besi pada fase ini.
- Eritropoiesis defisiensi besi dikatakan ada ketika cadangan besi habis namun kadar
hemoglobin dalam darah masih dalam batas bawah normal. Dalam fase ini, beberapa
abnormalitas dalam pemeriksaan laboratorium dapat dideteksi, terutama menurunnya
saturasi transferrin serta meningkatnya total iron-binding capacity. Meningkatnya
protoporfirin eritrosit bebas dapat dilihat di pertengahan dan akhir dari fase ini. Mean
corpuscular volume (MCV) biasanya masih dalam batas normal walaupun sudah
terlihat beberapa mikrosit pada hapusan darah.
- Ketika konsentrasi hemoglobin menurun hingga di bawah batas normal, anemia
defisiensi besi terjadi. Pada fase ini, kadar enzim yang mengandung besi seperti
sitokrom juga menurun.
21
b. Thalasemia
Penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak
atau umurnya lebih pendek dari sel darah merah normal.
c. Anemia sideroblastik
Anemia dengan sideroblas cincin dalam sumsum tulang.
Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron sorbital citric acid complex →
diberikan secara intramuskuler atau intravena pelan.
Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah,
nyeri perut,dan sinkop.
Dosis besi parenteral: harus dihitung dengan tepat karena besi berlebihan akan
membahayakan pasien. Besarnya dosis dpat dihitung dari rumus dibawah ini :
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 3
3. Pengobatan lain
22
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi bahaya overload.
Sebagai indikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemide intravena.
(I Made Bakta,2006)
(I Made Bakta,2006)
23
DAFTAR PUSTAKA
24