1. Pseudomonas aeruginosa
2. Pseudomonas Cepacia
3. Pseudomonas Maltophilia
4. Pseudomonas putida
5. Pseudomonas fluorescens
6. Pseudomonas syringae
7. Pseudomonas stutzeri
8. Pseudomonas alcaligenes
9. Pseudomonas mendocina
10. Pseudomonas pseudoalcaligenes
Patogenitas pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia sebagai patogen
oportunistik yang mengambil keuntungan dari lemahnya sistem kekebalan tubuh individu
untuk menimbulkan infeksi. penyebaran Pseudomonas aeruginosa dapat melalui udara, air,
tangan yang tercemar dan penanganan alat alat yang tidak steril dirumah sakit. Pseudomonas
aeruginosa hanya bersifat pathogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek” karena kerusakan jaringan
langsung; pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau kateter air kemih atau
bila terdapat netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni
selaput mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal,dan menimbulkan penyakit sistemik.
Proses ini dibantu oleh pili, enzim,dan toksin yang diuraikan di atas. Lipopolisakarida
berperan langsung dalam menyebabkan demam,syok,oliguria,leukositosis dan
leukopenia,disseminated intravascular coagulation dan respiratory distress syndrome pada
orang dewasa.
Pseudomonas aeruginosa (dan spesies lain,misalnya Pseudomona scepacia
Psedomonas putida) resisten terhadap banyak obat antimikroba sehingga akan
berkembangbiak bila bakteri flora normal yang peka ditekan.
Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik hanya jika mencapai daerah yang tidak
memiliki pertahanan normal, misalnya membran mukosa dan kulit yang terluka oleh cedera
jaringan langsung, saat penggunaan kateter urin atau intravena, jika terdapat neutropenia,
seperti pada kemoterapi kanker. Bakteri melekat dan membentuk koloni pada membran
mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit sistemik. Proses tadi
di bantu oleh pili, enzim, dan toksin. Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas lain resisten
terhadap banyak obat antimikroba sehingga bakteri ini menjadi dominan dan penting ketika
bakteri flora normal yang lebih sensitif tertekan (Nugroho, 2010). Sebagai penyebab infeksi
saluran kemih adalah bakteri gram negatif terutama kelompok Pseudomonas sp. dan
kelompok Enterobacter hal ini disebabkan penggunaan kateter kandung kemih (Soekiman,
2016).
Bakteri patogen yang bersifat opotunistik seperti P.aeruginosa, kemunculan penyakit
dimulai dengan adanya gangguan atau kelainan dari sistem pertahanan tubuh yang normal
(Todar, 2012). Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada membran mukosa atau
kulit, menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit sistemik. (Brooks et al., 2013).
Kebanyakan infeksi oleh Pseudomonas bersifat invasif dan toksinogenik. Infeksi
pseudomonas yang paling utama, terjadi dalam 3 fase berbeda, yaitu :
(1) perlekatan bakteri dan kolonisasi;
(2) invasi lokal;
(3) penyebaran penyakit sistemik. Faktor penentu patogenitas sangat berperan dalam
fase-fase ini dan juga memberikan pengaruh utama pada sindromasindroma khas yang
muncul bersama dengan penyakit yang timbul (Todar, 2012).
b. MacConkey agar
Budidaya 24 jam, 37°C dalam suasana aerobik diperoleh seperti gambar di
samping Escherichia coli (laktosa-positif) dan Pseudomonas aeruginosa (laktosa
negatif) pada agar MacConkey. Perhatikan endapan empedu kuat di sekitar koloni
E .coli.
3. Teknik Pewarnaan
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran
100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel
bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan
menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan
membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.
Salah satu teknik pewarnaan adalah pewarnaan diferensial dimana prosedur
pewarnaan ini menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel
mikroba. Salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas
digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Dalam poses ini olesan bakteri yang
terfiksasi dikenai larutan-larutan, yaitu larutan ungu kristal, larutan yodium, alkohol
(bahan pemucat), dan safranin atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai. Bakteri
yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu
diantaranya, bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu Kristal dan
karenanya tampak ungu tua. Kelompok yang lain, bakteri gram negatif, kehilangan ungu
kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan
warna merah safranin, tampak bewarna merah.
Pada sampel dilakukan pewarnaan gram dan diamati dengan mikroskop. Ketika
olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan ungu kristal, sel berwarna ungu. Melalui
fiksasi warna dengan iodium sel tetap berwarna ungu. Lalu dilakukan penambahan
alkohol sehingga melunturkan atau memucatkan zat warna ungu sehingga sel menjadi
tak berwarna. Kemudian diberikan pewarna tandingan (safranin) sehingga menyebabkan
sel menyerap zat pewarna ini dan menjadi merah. Maka dapat disimpulkan bahwa
mikroorganisme termasuk bakteri gram negatif. Berdasarakan data secara teoritis,
Pseudomonas aeruginosa merupakan kelompok bakteri gram negatif. dan terlihat sebagai
bakteri tunggal, berpasangan dan kadangkadang membentuk rantai yang pendek.
Selain itu, juga dilakukan pewarnaan diferensial dengan teknik lainnya, yaitu
pewarnaan spora. Uji pewarnaan spora dapat dilakukan berdasarkan uji pewarnaan ZN
(Ziehl Neelsen), untuk mengetahui apakah suatu bakteri menghasilkan spora atau tidak
dan hasil dari uji ini adalah negatif. Berdasarakan data secara teoritis, Pseudomonas
aeruginosa termasuk kedalam bakteri yang tidak menghasilkan spora.
4. Tes Biokimia
Untuk memperjelas proses identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa maka
dilanjutkan dengan melakukan uji biokimia yaitu:
a. Uji oksidase
Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada
bakteri. Caranya yaitu ambil 1 ose bakteri secara aseptis kemudian letakkan pada
kertas saring yang terletak pada objek glass ditambah Larutan 1% α-naphtol dalam
95% etanol dan 1% larutan p-aminodimethylaniline oxalate (Difco) disiapkan
fresh karena autooksidasi dari p-aminodimethylaniline oxalate, tapi dapat
digunakan setidaknya 2 minggu. Penggunaan paminodimethylaniline oxalate
karena Pseudomonas aeruginosa mempunyai cytochrome oxidase yang banyak
yang mana enzim ini akan mengoksidasi dimethyl-p-phenylenediamine dengan
adanya molekul oksigen dan cytochrome c, dan dengan penambahan dari α-
naphtol, terbentuk indophenol blue. Dengan munculnya warna biru menandakan
adanya cytochrome oxidase dalam sel bakteri.
b. Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui sifat bakteri dalam menentukan sifat
bakteri dalam menghasilkan enzim katalase, dimana Pseudomonas aeruginosa
memberikan hasil yang positif karena bakteri ini merupakan bakteri aerob.
Bakteri-bakteri aerob memiliki enzim katalase untuk menetralkan bentuk toksik
dari metabolit oksigen yaitu H2O2. Pada uji katalase, dipindahkan 1 ose ke
permukaan kaca objek yang sudah didisinfeksi kemudian diteteskan 1 tetes H2O2
3% yang secara cepat kemudian akan membentuk gelembung-gelembung yang
cukup banyak yang menandakan bakteri tersebut memiliki enzim katalase.
c. Uji hidrolisis gelatin/gelatin liquefaction.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki banyak enzim ekstraseluler salah
satunya adalah protease yang namanya gelatinase. Gelatinase mampu memecah
protein menjadi asam amino sehingga gelatin akan tampak seperti mencair
kembali. Uji ini dilakukan dengan menyiapkan nutrien gelatin dalam tabung
reaksi yang kemudian ditusuk dengan inoculum bakteri sebanyak 1 ose,
selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan
jika gelatin yang ada dalam tabung tampak seperti mencair.
d. Uji Methyl Red dan Voges Proskauer
Media uji MR-VP mengandung glukosa sebagai bahan uji, kemampuan bakteri
dalam mengubah glukosa menjadi asam organik dan alkohol, maka setelah
ditambahkan dengan reagen MR maka media akan berubah menjadi merah, jika
bakteri tidak mampu mengubah glukosa menjadi asam organik dan alkhol maka
media tetap berwarna kuning. Uji Vogers Proskauer, jika bakteri mampu
mengubah glukosa menjadi asam organik dan alkohol, maka setelah ditambahkan
dengan alfa naftol dan KOH 40% maka media akan berubah menjadi merah.
Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Diperoleh hasil yang negatif pada bakteri
yang diujikan. Berdasarkan teori, Pseudomonas aeruginosa negatif terhadap uji
Methyl Red dan Voges Proskauer.
e. Uji TSIA (Triptic Sugar Iron Agar)
Ujia TSIA bertujuan untuk membedakan jenis bakteri berdasarkan kemampuan
memecahkan gluosa, laktosa dan sukrosa, selain itu uji TSIA berfungsi
mengetahui apakah bakteri tersebut menghasilkan gas H2S atau tidak.
Uji Produksi H2S pada media TSIA ( Triple Sugar Iron Agar ) secara aseptis
diinokulasikan biakan kuman dari media Mac Conkey ke media TSIA, diambil 1
ons mata ditanam dengan cara digoreskan pada lereng media dan ditusuk pada
dasar media, Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37ºC. Diperoleh hasil yang
negatif pada bakteri yang diujikan. Berdasarkan teori, Pseudomonas aeruginosa
negatif terhadap Uji TSIA.
f. Uji Gula
Uji gula bertujuan untuk mendeterminasi kemampuan bakteri dalam mendegradasi
gula dan menghasilkan asam organik yang berasal dari tiap jenis gula yaitu
glukosa, sukrosa, laktosa, dan manitol.
Pada pengamatan uji gula-gula (glukosa, laktosa, manitol, sukrosa) hanya
memfermentasi glukosa dan manitol, warna akhir medium adalah kuning dan
terbentuk gas sehingga menunjukkan hasil positif, sedangkan pada medium
laktosa dan sukrosa tidak terjadi perubahan warna, menunjukkan hasil negatif.
Adanya perubahan warna pada medium yang berisi biakan bakteri sampel yang
membuktikan bahwa bakteri tersebut mempunyai enzim untuk mengubah struktur
gula menjadi produk fermentasi.
g. Uji Simmon's Citrat (SC)
Pada uji SC terlihat adanya perubahan warna medium dari hijau menjadi biru yang
menandakan bahwa bakteri tersebut menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energi. Indikator yang digunakan yaitu BTB ( Bromtimol
Blue). Reaksi terjadi dan menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi biru.
h. Uji urease
Pada pengamatan uji urease tidak terjadi perubahan warna dari orange menjadi
pink, karena mampu untuk menghidrolisis urea, hal ini menunjukkan hasil yang
Uraian skema identifikasi pseudomonas aeruginosa
Cetrimide selective agar merupakan media untuk isolasi dan identifikasi dari
Pseudomonas aeruginosa yang tersusun atas enzymatic digest of gelatin sebagai sumber
nitrogen, vitamin, dan karbon dalam cetrimide agar. MgCl dan KC meningkatkan
produktivitas pyocyanin dan fluorescein. Cetrimide (cetyltrimethylammonium bromide)
merupakan agen selektif yang bekerja sebagai deterjen kationik ammonium kuartener yang
menyebabkan nitrogen dan fosfor dari bakteri lepas dari dinding selnya selain bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Agar digunakan sebagai agen pengeras dan giserol adalah sebagai
sumber karbon. Pseudomonas aeruginosa akan menunjukkan warna pigmennya dengan lebih
jelas pada media ini, yaitu hasil positif adalah pertumbuhan koloni berwarna hijau
kekuningan sampai biru.
MacConkey agar menupakan agar yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri gram
negatif dan memilih bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa. Kandungannya ada
enzymatic digest of gelatin, kasein dan jaringan hewan sebagai sumber nitrogen, vitamin,
mineral dan asam amino yang penting untuk pertumbuhan. Ada laktosa sebagai sumber
karbon dan energi bagi bakteri yang mampu memfermentasikannya, garam empedu dan
crystal violet sebagai penghambat pertumbuhan bakteri gram positif, NaCl sebagai
penyeimbang tekanan osmosis sel lalu indicator pH yaitu neutral red yang warna merahnya
memudar jika pHnya dibawah 6.8. Juga ada agar sebagai agen pengeras. Hasil positif adanya
Pseudomonas aeruginosa yaitu koloni bakteri putih/kuning pucat dengan media yang
warnanya tetap merah (nonfermenter).
Setelah ditanam dikedua media diatas lalu dinkubasi selama 18-48 jam pada subu 37
℃ karena Pseudomonas aeruginosa tumbuh optimal pada rentang suhu 37°C - 42℃ .
Kemudian diamati secara makroskopik yaitu permukaan koloninya halus, bentuk bulat, tepi
rata berwarna hijau kebiruan. Dilanjutkan dengan pengamatan secara mikroskopik yang
hasilnya sel Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dan motil (dapat bergerak karena
mempunyai flagella).
Selanjutnya isolat dilakukan uji dengan pewamaan gram yang merupakan salah satu
pewamaan differensial yang memerlukan sedikitnya tiga pereaksi kimia yang diberikan
secara bertahap pada apusan yang telah difiksasi dengan pemanasan. Hasil dari uji pewarnaan
gram adalah negatif karena Pseudomonas aeruginosa termasuk kedalam bakteri gram negatif.
Untuk memperjelas proses identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa maka
dilanjutkan dengan melakukan uji biokimia yang terdiri dari uji oksidase, uji katalase dan uji
hidrolisis gelatin.
Uji oksidase yaitu ambil 1 ose bakteri secara aseptis kemudian letakkan pada kertas
saring yang terletak pada objek glass ditambah Larutan 1% a-naphtol dalam 95% etanol dan
1% larutan p-aminodimethylaniline oxalate (Difco) disiapkan fresh karena autooksidasi dari
p-aminodimethylaniline oxalate, tapi dapat digunakan setidaknya 2 minggu. Penggunaan p
aminodimethylaniline oxalate karena Pseudomonas aeruginosa mempunyai cytochrome
oxidase yang banyak yang mana enzim ini akan mengoksidasi dimethyl-p-phenylenediamine
dengan adanya molekul oksigen dan cytochrome c, dan dengan penambahan dari a-naphtol
terbentuk indophenol blue. Dengan munculnya warna biru menandakan adanya cytochrome
oxidase dalam sel bakteri. Pseudomonas aeruginosa pada uji oksidase hasil positif.
Uji berikutnya adalah uji katalase. Dimana Pseudomonas aeruginosa memberikan
hasil yang positif karena bakteri ini merupakan bakteri aerob. Bakteri-bakteri aerob memiliki
enzim katalase untuk menetralkan bentuk toksik dari metabolit oksigen yaitu H 2 O 2. Pada uji
katalase, dipindahkan 1 ose kepermukaan kaca objek yang sudah didisinfeksi kemudian
diteteskan tetes H 2 O 2. 3% yang secara cepat kemudian akan membentuk gelembun-
gelembung yang cukup banyak yang menandakan bakteri tersebut memiliki enzim katalase.
Uji hidrolisis gelatin/gelatin liquefaction. Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki
banyak enzim ekstraseluler salah satunya adalah protease yang namanya gehitinase.
Gelatinase mampu memecah protein menjadi asam amino sehingga gelatin akan tampak
seperti mencair kembali. Uji ini dilakukan dengan menyiapkan nutrien gelatin dalam tabung
reaksi yang kemudian ditusuk dengan inoculum bakteri sebanyak 1 ose selanjutnya dinkubasi
pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan jika gelatin yang ada dalam tabung
tampak seperti mencair.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. https://www.scribd.com/doc/249345996/Identifikasi-Bakteri-Pseudomonas. Diakses
pada tanggal 4 september 2022.
Apriani, Dwi., 2018. IDENTIFIKASI Pseudomonas sp. PADA PENDERITA ULKUS
DIABETIKUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN
[KARYA TULIS ILMIAH]. Medan. Politeknik Kemenkes RI. Diakses pada tanggal
5 september 2022.
Dwi. IDENTIFIKASI BAKTERI Pseudomonas Aeruginosa | PDF (scribd.com). Diakses pada
tanggal 6 september 2022.