Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,
maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai
berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solut.
A. Larutan oral
Larutan oral yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
2. Sirup
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap
lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
3. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan ( pemanis,
pengawet, pewarna dan pewangi ) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai
Di sini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula ditambahkan
gliserol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup
gula.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio citratis
b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi
gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
5. Guttae ( drops )
Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga
pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan
topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio. Sediaan-
1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga
tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
3. Gargarisma
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk
gargle.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan. Tetesan butiran kabut harus
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan
atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang digunakan untuk
membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi, tidak
boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai
9. Douche
Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat ke dalam vagina,
baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan ini mengandung
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat
yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam
1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
2. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan
3. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau
senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara
destilasi dan disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya panas berlebih.
Untuk mendapatkan suatu larutan dibutuhkan pelarut (solven) dan zat terlarut (solut).
Perbandingan antara zat terlarut dan pelarut disebut konsentrasi larutan tersebut. Biasanya
6. Parafin liquidum, untuk melarutkan cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan
klorbutanol.
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut
Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut dapat
2006)
Aturan yang terkenal, yakni like dissolves like, diperoleh berdasarkan pengamatan bahwa
molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal-balik, yaitu
molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar akan
larut dalam media akan larut dengan media nonpolar. Konsep polaritas ini kurang jelas kika
diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk misel atau agregat dan terbentuk
hidrat padat.
2. Co-solvency
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan
obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas system pelarut terhadap zat
terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar masing-masing individu
Dengan demikian co-solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya, luminal tidak larut dalam air tetapi
3. Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah:
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat
basa seperti bismut subnitrat. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit
larut).
dan hidroksida tidak larut dalam air, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO dan Ba(OH)2. Semua
garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4, Na3PO4, (NH4)3PO4.
4. Temperatur
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan
zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat
itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm. Contoh zat yang bersifat endoterm adalah
CaSO4, Ca(OH)2, CaHPO3 (ca-hipofosfit), Ca-gliserofosfat, minyak atsiri, dan gas-gas terlarut.
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
Contoh:
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan
NaCl jenuh. Dalam hal ini, kelarutan NaCl lebih besar dibandingkan kelarutan minyak atsiri
b. Reaksi antara papaverin HCl dengan Sol. Charcot menghasilkan endapan papaverin basa.
Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabhan kenaikan kelarutan zat utama.
Contoh:
a. Nikotinamidum menyebabkan riboflavin (vit. B2) larut dalam air, karena disini terjadi
b. Globulin tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam air.
6. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut
dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
Contoh:
a. Larutan Iodin dalam lartan KI atau NaI dalam air. Disini terbentuk senyawa kompleks triiodida
(I2 + KI KI3), atau larutan HgI2 larut dalam KI jenuh terbentuk garam kompleks K2HgI4 (K-
tetraiodohidrargirat).
b. Larutnya kofein di dalam larutan Na-salisilat atau Na-benzoat dalam air. Senyawa kompleks ini
bersifat reversible, mudah terdisosiasi, dan melepas zat aktifnya sehingga memberi efek terapi.
Obat yang tidak larut sering dibuat suspensi. Di sini ada keseimbangan antara partikel
Contoh:
Suspensi prokain penisilin yang ditambahkan Prokain HCl yang mudah larut dalam air
akan mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk keterlarutan atau konstanta
keseimbangan larutan (Ksp) suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap. Dapat digambarkan
sebagai berikut.
Ksp Prokain penisilin = [Prokain] [Penisilin]. Karena konsentrasi [Prokain] naik maka
konsentrasi [Penisilin] akan turun. Dengan demikian waktu penyimpanan penisilin akan naik.
8. Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau
sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan (surface activate
agent, SSA). Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi attau kombinasi beberapa faktor.
9. Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel
mempunyai ukuran dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kira 10% dalam kelarutannya.
Kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan
a. Ukuran partikel. Makin halus zt terlarut makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya
yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat larut.
c. Pengadukan.
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabkan oleh ukuran molekulnya
yang kecil. Zat cair yang dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik,dan ikatan
hydrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, karena ukuran partikelnya
lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan Kristal. Bentuk
molekul zat terlarut juga merupakan faktor dalam meneliti kelarutan. Kelarutan ammonia yang
tinggi, cocok tanpa ada kesukaran berada di dalam struktur air. Efek bentuk molekul zat terlarut
terhadap kelarutannya di dalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek entropi.
Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hydrogen
menentukan sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya dapat dimodifikasi
secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak factor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut.
Struktur air peka terhadap banyak factor yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah,
atau memecah seluruhnya. Factor-faktor ini termasuk suhu, zat terlarut nonpolar, ion monovalent
dan polivalen, zat aktif permukaan (surface activate agent, SSA), makromolekul, dan
permukaan.
2. Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan ( tidak mengalami proses
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan ( contoh : Aspirin, KCl ), karena
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet
3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan
dibandingkan dalam bentuk padat . Walaupun demikian. Larutan dapat diberi pemanis dan
adalah(Syamsuni,H.A., 2006):
1. Natrium bikarbonat
perubahan warna pada larutan harus ditambakan natrium pirofosfat 0,25% dari berat larutan.
3. Sublimat (HgCl2).
Untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air
panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelatrutan sublimata dalam
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO 2),
oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok-kocok dituangkan kedalam botol atau dapat juga
Harus dilakukan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan
sedikit demisedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air,
kemudian tambahkan asam salisilat, larutan zink klorida dengan sebagian air, kemudian
6. Kamfer (camphorae).
Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortio (96%) sebanyak 2 kali bobot
kamfer didalam botol kering, kocok-kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7. Tanin.
Tanin mudah larut dalam air dan dalm gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil
oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin
harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air,
Dilakukan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan 15 menit.
9. Perak protein.
Dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit ditempat gelap.
Kelarutannya dalam air 1:20. Jika jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk
13. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling
14. Kodein
a. Direbus dengan air sebanyak 20 kali kodein. Setelah larut diencerkan sebelum dingin.
b. Dengan alcohol 96% sampai larut, lalu segera diencerkan dengan air.
15. Pepsin
Pepsin tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatannya: pepsin disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya kemudian tambahkan HCl
encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
Sebagai pengawet 0,1%-0,2%. Nipagin berfungsi sebagai pengawet dalam larutan air,
b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan kedalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutkan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah
yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh
larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.
Sir.Simplex 100g
m.f.sirop.ad.Aq.dest 200g
S.4.d.d.C. I
Penyelesaian
Dosis 1x
Dosis 1hari
a. Atrofin sulf. = 4 x 0,6/3 = 0,8 (dlm persen = 80%)
Jadi baik dosis sekali dan dosis sehari melewati dosis maksimum untuk dibuat
Pengertian Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut (Anonim, 1995). Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution) steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera injection (Anonim, 1979).
Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai
pelarut digunakan air suling (Anonim, 1979)
Larutan didefinisikan sebagai canpuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana
solute terlarut (Baroroh, 2004).
Larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat, yaitu sebagai berikut (Keenan,
1996):
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif
terhadap jumlah zat pelarut.
Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau
sudah terjadi pengendapan.
Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut
atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
a. Larutan Oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven air (Anonim, 1995).
a) Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirup
simplex adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak
mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan
bahan pengental, seperti gom selulosa sering digunakan untuk penderita diabetes.
b) Eliksir
Larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut), untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan
kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
b. Larutan Topikal
Larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain
seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain
oral topikal
a) Lotio
b) Larutan Otik
Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.
Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik
neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.
(Syamsuni, A, 2006).
3. Berdasarkan Sistem Pelarut dan Zat Terlarut
a) Tingtur
Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia.
b) Air Aromatik
Larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa
aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan:
(Syamsuni, A. 2006)
4. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
a) Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
b) Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
c) Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
d) Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
(Syamsuni, A. 2006)
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan
Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit
diencerkan
Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, A. 2006)