Anda di halaman 1dari 18

Definisi Larutan

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan adalah sediaan cair yang mengandung

bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih zat kimia yang terlarut. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,

maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman

dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai

berikut:

1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.

2. Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.

3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam

air pada tekanan dan temperatur tertentu.

4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas

kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solut.

2.2 Macam-Macam Sediaan Larutan

2.2.1 Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya

A. Larutan oral

Larutan oral yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu

atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut

dalam air atau campuran cosolven-air.

1. Potiones (obat minum)


Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( peroral ). Selain

berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.

2. Sirup

Ada 3 macam sirup yaitu :

a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.

b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan

digunakan untuk pengobatan.

c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap

lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.

3. Elixir

Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan ( pemanis,

pengawet, pewarna dan pewangi ) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai

pelarut digunakan campuran air – etanol.

Di sini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula ditambahkan

gliserol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup

gula.

4. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.

a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan

bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio citratis

magnesici, amygdalas ammonicus.

b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi

gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

c. Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

5. Guttae ( drops )

Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila

tidak dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.


B. Larutan topikal

Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga

pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan

topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio. Sediaan-

sediaan termasuk larutan topikal:

1. Collyrium

Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk

membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

2. Guttae Ophthalmicae

Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang

dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga

tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak

menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

3. Gargarisma

Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam

keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk

digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Contohnya : Betadin

gargle.

4. Guttae Oris

Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara

mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.

5. Guttae Nasalis

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan

obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
6. Inhalation

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau

disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan. Tetesan butiran kabut harus

seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

7. Injectiones / Obat suntik

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang

harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

8. Lavement / Enema / Clysma

Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan

atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang digunakan untuk

membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi, tidak

boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai

karminativa, emolient, diagnostic, sedativa, anthelmintic dan lain-lain.

9. Douche

Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat ke dalam vagina,

baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan ini mengandung

bahan obat atau antiseptik. Contoh : Betadin Vagina Douche.

10. Epithema / Obat kompres

Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat

yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose

digunakan untuk mngeringkan luka bernanah. Contoh : Rivanol

11. Litus Oris

Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam

mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin.


2.2.2 Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut

1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,

umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.

2. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan

atau senyawa kimia.

3. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau

senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara

destilasi dan disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya panas berlebih.

Untuk mendapatkan suatu larutan dibutuhkan pelarut (solven) dan zat terlarut (solut).

Perbandingan antara zat terlarut dan pelarut disebut konsentrasi larutan tersebut. Biasanya

dinyatakan dalam persen (%). (Syamsuni,H.A., 2006)

Pelarut yang biasa digunakan adalah:

1. Air, untuk macam-macam garam.

2. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.

3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.

4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.

5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.

6. Parafin liquidum, untuk melarutkan cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan

klorbutanol.

7. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak, lemak.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan

Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut

dengan zat terlarut.

Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut dapat

membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat(Syamsuni,H.A., 2006)


Beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut(Syamsuni,H.A.,

2006)

1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut

Aturan yang terkenal, yakni like dissolves like, diperoleh berdasarkan pengamatan bahwa

molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal-balik, yaitu

molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar akan

larut dalam media akan larut dengan media nonpolar. Konsep polaritas ini kurang jelas kika

diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk misel atau agregat dan terbentuk

hidrat padat.

2. Co-solvency

Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat larutan

obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas system pelarut terhadap zat

terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar masing-masing individu

pelarut dalam system campuran tidak mudah diduga.

Dengan demikian co-solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena

penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya, luminal tidak larut dalam air tetapi

larut dalam campuran air-gliserrin (Sol. Petit).

3. Sifat kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya

adalah:

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat

basa seperti bismut subnitrat. Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit

larut).

b. Tidak larut dalam air


Semua garam karbonat tidak larut dalam air, kecuali K2 CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3. Semua oksida

dan hidroksida tidak larut dalam air, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO dan Ba(OH)2. Semua

garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4, Na3PO4, (NH4)3PO4.

4. Temperatur

Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan

zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat

itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm. Contoh zat yang bersifat endoterm adalah

CaSO4, Ca(OH)2, CaHPO3 (ca-hipofosfit), Ca-gliserofosfat, minyak atsiri, dan gas-gas terlarut.

5. Salting out dan Salting in

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.

Contoh:

a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan

NaCl jenuh. Dalam hal ini, kelarutan NaCl lebih besar dibandingkan kelarutan minyak atsiri

dalam air, sehingga minyak atsiri akan memisah.

b. Reaksi antara papaverin HCl dengan Sol. Charcot menghasilkan endapan papaverin basa.

c. Champora dan Ol. Menthae piperatae dalam air aromatic.

d. Larutan metilselulosa dalam air oleh penambahan NaCl.

Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabhan kenaikan kelarutan zat utama.

Contoh:

a. Nikotinamidum menyebabkan riboflavin (vit. B2) larut dalam air, karena disini terjadi

penggaraman riboflavin + basa (NH4-R).

b. Globulin tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam air.
6. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut

dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.

Contoh:

a. Larutan Iodin dalam lartan KI atau NaI dalam air. Disini terbentuk senyawa kompleks triiodida

(I2 + KI  KI3), atau larutan HgI2 larut dalam KI jenuh terbentuk garam kompleks K2HgI4 (K-

tetraiodohidrargirat).

b. Larutnya kofein di dalam larutan Na-salisilat atau Na-benzoat dalam air. Senyawa kompleks ini

bersifat reversible, mudah terdisosiasi, dan melepas zat aktifnya sehingga memberi efek terapi.

7. Common ion effect (efek ion bersama)

Obat yang tidak larut sering dibuat suspensi. Di sini ada keseimbangan antara partikel

padat dengan larutan jenuhnya.

Contoh:

Suspensi prokain penisilin yang ditambahkan Prokain HCl yang mudah larut dalam air

akan mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk keterlarutan atau konstanta

keseimbangan larutan (Ksp) suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap. Dapat digambarkan

sebagai berikut.

Ksp Prokain penisilin = [Prokain] [Penisilin]. Karena konsentrasi [Prokain] naik maka

konsentrasi [Penisilin] akan turun. Dengan demikian waktu penyimpanan penisilin akan naik.

8. Hidrotopi

Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau

sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan (surface activate

agent, SSA). Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi attau kombinasi beberapa faktor.

9. Ukuran partikel

Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel

mempunyai ukuran dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kira 10% dalam kelarutannya.
Kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan

partikel yang kecil.

Kecepatan melarutnya suatu zat dipengaruhi oleh:

a. Ukuran partikel. Makin halus zt terlarut makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya

yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat larut.

b. Suhu. Umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan suatu zat.

c. Pengadukan.

10. Ukuran dan bentuk molekul

Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabkan oleh ukuran molekulnya

yang kecil. Zat cair yang dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik,dan ikatan

hydrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, karena ukuran partikelnya

lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan Kristal. Bentuk

molekul zat terlarut juga merupakan faktor dalam meneliti kelarutan. Kelarutan ammonia yang

tinggi, cocok tanpa ada kesukaran berada di dalam struktur air. Efek bentuk molekul zat terlarut

terhadap kelarutannya di dalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek entropi.

11. Struktur air

Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hydrogen

menentukan sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya dapat dimodifikasi

secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak factor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut.

Struktur air peka terhadap banyak factor yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah,

atau memecah seluruhnya. Factor-faktor ini termasuk suhu, zat terlarut nonpolar, ion monovalent

dan polivalen, zat aktif permukaan (surface activate agent, SSA), makromolekul, dan

permukaan.

2.4 Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Larutan

A. Keuntungan sediaan larutan ;


1. Lebih mudah ditelan disbanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-

anak, dan usia lanjut.

2. Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan ( tidak mengalami proses

disintegrasi dan pelarutan ).

3. Dosis dapat diubah dalam pembuatan

4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan ( contoh : Aspirin, KCl ), karena

larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.

5. Mudah diberi pemanis, pewarna dan aroma

6. Untuk pemakaian luar mudah digunakan

B. Kerugian sediaan larutan :

1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan

dismpan. Apabila kemasan rusak , keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.

2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet

atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.

3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu

memerlukan penambahan pengawet.

4. Ketetapan dosis tergantung pada kemampuan pasien untuk menakar.

5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan

dibandingkan dalam bentuk padat . Walaupun demikian. Larutan dapat diberi pemanis dan

perasa agar penggunaanya lebih nyaman.

2.5 Cara Khusus Pengerjaan Obat dalam Bentuk Larutan

Beberapa obat memerlukan cara khusus untuk melarutkannya, di antaranya

adalah(Syamsuni,H.A., 2006):

1. Natrium bikarbonat

Harus dilakukan dengan cara gerus-tuang (adsliben).


2. Natrium bikarbonat bersama-sama natrium salisilat.

Na-bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na-salisilat. Untuk mencegah terjadinya

perubahan warna pada larutan harus ditambakan natrium pirofosfat 0,25% dari berat larutan.

3. Sublimat (HgCl2).

Untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air

panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelatrutan sublimata dalam

obat tetes mata 1:4000.

4. Kalium permanganate (KMnO4).

Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO 2),

oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok-kocok dituangkan kedalam botol atau dapat juga

disaring dengan gelas wool.

5. Zink klorida (ZnCl2).

Harus dilakukan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan

sedikit demisedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air,

kemudian tambahkan asam salisilat, larutan zink klorida dengan sebagian air, kemudian

tambahkan asam salisilatdan sisa air, baru disaring.

6. Kamfer (camphorae).

Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortio (96%) sebanyak 2 kali bobot

kamfer didalam botol kering, kocok-kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.

7. Tanin.

Tanin mudah larut dalam air dan dalm gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil

oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin

harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air,

kocok, baru tambahkan gliserinnya.

8. Extract Opii dan Extract Ratanhiae.

Dilakukan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan 15 menit.
9. Perak protein.

Dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan 15 menit ditempat gelap.

10. Succus liquiritiae.

a. Dengan gerus tuang (adsliben), jika jumlahnya kecil.

b. Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.

11. Kalsium Laktat dan Kalsium Glukonat.

Kelarutannya dalam air 1:20. Jika jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk

mencegah kristalisasi.Jika air tidak cukup, disuspensikan dengan penambahan PGS,

dibuat Mxturae agitanda.

12. Bahan obat yang berkhasiat keras.

Harus dilarutkan tersendiri.

13. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling

sedikit adalah 2 ml.

14. Kodein

a. Direbus dengan air sebanyak 20 kali kodein. Setelah larut diencerkan sebelum dingin.

b. Dengan alcohol 96% sampai larut, lalu segera diencerkan dengan air.

c. Diganti dengan kodein HCL sebanyak 1,17 kali jumlahnya.

15. Pepsin

Pepsin tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.

Pembuatannya: pepsin disuspensikan dengan air 10 kali lipatnya kemudian tambahkan HCl

encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.

16. Nipagin dan Nipasol (kelarutannya 1:2000)

Sebagai pengawet 0,1%-0,2%. Nipagin berfungsi sebagai pengawet dalam larutan air,

sedangkan nipasol untuk larutan minyak.

a. Dilarutkan dalam air dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan

b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan kedalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol

Diambil fenol liquifactum yaitu larutkan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah

yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh

larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.

Perhitungan Farmasi untuk larutan

R/Atropin Sulf 0,006g

Bellad. Extr 0,100g

Sir.Simplex 100g

m.f.sirop.ad.Aq.dest 200g

S.4.d.d.C. I

Pro : Tn Andi (dewasa)

Penyelesaian

• Tiap 1 sendok makan = 15 x 1,3g=19,5 g≈20g

• Tiap 1 sendok mkn mengandung :

a. Atrofin sulfat =20/200 x 0,006g = 0,0006g=0,06 mg

b. Bellad.Extr = 20/200 x 0,100g=0,0100g = 10 mg

Dosis 1x

a. Atrofin sulf. = 0,6/1=0,6 (dlm persen=60%)

b. Bellad.Extr. = 10/20 =0,5 (dlm persen=50%)

Dosis kombinasi = 0,6 + 0,5 = 1,1> 1 atau

= 60% + 50% =110%>100%

Dosis 1hari
a. Atrofin sulf. = 4 x 0,6/3 = 0,8 (dlm persen = 80%)

b. Bellad.Extr. = 4 x 10/80 =0,5 (dlm persen = 50%)

Dosis kombinasi = 0,8 + 0,5 = 1,3> 1 atau

= 80% + 50% =130%>100%

 Jadi baik dosis sekali dan dosis sehari melewati dosis maksimum untuk dibuat
Pengertian Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut (Anonim, 1995). Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain untuk larutan (solution) steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera injection (Anonim, 1979).
Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai
pelarut digunakan air suling (Anonim, 1979)

Larutan didefinisikan sebagai canpuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana
solute terlarut (Baroroh, 2004).

2.2 Jenis-Jenis Larutan

Larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat, yaitu sebagai berikut (Keenan,
1996):

Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif
terhadap jumlah zat pelarut.

Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.

Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau
sudah terjadi pengendapan.

Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut
atau belum terjadi atau terbentuk endapan.

Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.


2.3 Penggolongan Larutan

Berdasarkan Cara Penggunaannya

a. Larutan Oral

Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven air (Anonim, 1995).

a) Sirup

Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirup
simplex adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak
mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan
bahan pengental, seperti gom selulosa sering digunakan untuk penderita diabetes.

b) Eliksir

Larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut), untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan
kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.

b. Larutan Topikal

Larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain
seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain
oral topikal

a) Lotio

Lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topikal.

b) Larutan Otik

Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.
Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik
neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.

(Syamsuni, A, 2006).
3. Berdasarkan Sistem Pelarut dan Zat Terlarut

a) Tingtur

Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia.

b) Air Aromatik

Larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa
aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan:

Air untuk melarutka garam – garam

Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol

Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat

Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol

Minyak untuk melarutkan kamfer

Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium

Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak

(Syamsuni, A. 2006)

4. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain

a) Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.

b) Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.

c) Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

d) Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

(Syamsuni, A. 2006)
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan

Keuntungan dari sediaan larutan antara lain:

Merupakan campuran homogen

Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan

Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit

diencerkan

Kerja awal obat lebih cepat, karena obat cepat di absorbsi

Mudah diberi pemanis, pengaroma, pewarna

Untuk pemakaian luar mudah digunakan

Kerugian dari sediaan larutan ntara lain:

Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan

(Syamsuni, A. 2006)

Anda mungkin juga menyukai