Anda di halaman 1dari 9

HB ELEKTROFORESIS

DAN G6PD

KELOMPOK A1
HB ELEKTROFORESIS DAN G6PD

A. Hb Elektoforesis
 Dekskripsi : analisa Hb elektroforesis merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi
berbagai jenis Hb (S atau D dan C atau E)dengan car kualitatif au semi kuantiaif.
Pemeriksaan ini juga mampu memisahlkan HbA dan HbA2.
 Prinsip Kerja
elektroforesis merupakan salah satu cara untuk memisahkan protein-protein atau
zat-zat lain yang bermuatan, misalnya protein serum, proteinmembran, DNA dan lain-lain
dengan cara meletakkan zat-zat tersebut dalam suatu medan listrik. Kb merupakan suatu
protein, karena itu ia mempunyai muatan. Adanya variasi asam amino pada berbagai
rantai polipetida Hb akan menyebabkan perbedaan besar muatan molekul Hb. Oleh
karena itu , Hb dapat dipisakan melalui proses elektroforesis. Selain itu, proses
elektroforesis juga dapat menunjukan adanya Hb abnormal seperti Hb C,E da S, bahkan
dapat juga dilakukan pemeriksaan kuantitati varian-varian Hb-nya.
 Manfaat pemeriksaan
Untuk mendiagnosis hemoglobinopati , thalassemia dan evaluasi kondisi anemia
hemolitik.
 Ada lebih dari 350 tipe hemoglobin abnormal. Tipe hemoglobin abnormal yang
paling umum, adalah:

 Hemoglobin S. Hemoglobin tipe ini umum ditemukan pada sickle cell disease.
 Hemoglobin C. Hemoglobin tipe ini tidak dapat membawa oksigen dengan
baik.
 Hemoglobin E. Hemoglobin tipe ini umum ditemukan pada orang-orang
keturunan Asia Tenggara.
 Hemoglobin D. Hemoglobin tipe ini umum ditemukan pada beberapa jenis
penyekit sickle cell.
 Hemoglobin S and hemoglobin C. Umum ditemukan dengan uji electroforesis.
 Elektroforesis menggunakan gelombang elektrik untuk memisahkan hemoglobin
normal dan abnormal dalam darah. Berbeda tipe hemoglobin, berbeda pula
beban elektriknya dan bergerak pada kecepatan yang berbeda. Jumlah
masing-masing hemoglobin dalam aliran darah akan diukur.
 HASIL NORMAL
 Kadar hemoglobin yang normal pada anak-anak, adalah:

 Hb F (neonatal): 50% – 80%


 Hb F (6 bulan): 8%
 Hb F (>6 bulan): 1% – 2%
 Hasil normal pada orang dewasa

 Kadar hemoglobin yang normal pada orang dewasa, adalah:

 Hb A: 95% – 98%
 Hb A2: 2% – 3%
 Hb F: 0.8% – 2%
 Hb S: 0%
 Hb C: 0%
 Hasil abnormal

 Jika hasil tes anda menunjukkan tingkat hemoglobin yang tidak normal, akan
mengakibatkan hal-hal berikut ini:

 penyakit Hemoglobin C (penyakit turunan yang mengakibatkan anemia akut)


 hemoglobinopathy langka (kelompok penyakit turunan yang menyebabkan
produksi atau struktur sel darah merah tidak normal)
 sickle cell anemia
 thalassemia
 Jika Anda memiliki tingkat hemoglobin yang tidak normal, terapi akan dilakukan
berdasarkan penyakit utama. Penyakit hemoglobin C biasanya ditangani dengan
suplemen folic acid untuk membantu tubuh Anda memproduksi sel darah merah
normal. Sickle cell anemia dapat diatasi dengan transplantasi sumsum tulang
belakang. Jika tidak, dokter Anda akan membantu Anda untuk merawat penyakit
tersebut dengan mencegah krisis. Jika Anda memiliki thalassemia, rekomendasi
terapi akan didasarkan pada sifat awal dan tingkat keparahan penyakit tersebut.
G6PD
Dekskripsi : pemeriksaan G6PD merupakan pengukuran konsentrasi G6PD dalam darah. G6PD adalah suatu enzim yang
berperan dalam prses pembentukan dan perombakan sel darah merah dan pencegahan hemolysis pada eritrosit.
Kelainan enzim G6PD menyebabkan proses pembentukan dan perombakan sel darah merah menjadi tidak normal
dan mudah pecah (hemolitik). Hemolisis yang disebabkan defisiensi G6PD dapat terualang menadi infeksi virus dan
bakteri akut dan kelaiann metabolic seperti asidosis
Tes fenotip aktivitas enzimatik G6PD pada darah vena segar merupakan metode diagnostik yang paling umum. Tes
fenotip dapat dibagi menjadi 4 kategori:
a. Tes direk yang langsung menilai aktivitas enzimatik G6PD. Standar perhitungan adalah berdasarkan
spektrofotometer. Tes spot fl uorescent Beutler’s merupakan tes skrining populer yang menginkubasi hemolisat
dengan substrat reaksi G6PD, ditempatkan di kertas fi lter dan disinari ultra violet (450 nm). Fluoresensi
menunjukkan aktivitas G6PD. Tes ini paling mudah meskipun masih jauh dari idea
b. Tes indirek yang mencakup tes reduksi methemoglobin. Sel eritrosit direaksikan dengan nitrit dan substrat glukosa
kemudian tingkat NADPH-dependent methaemoglobin reduction dinilai dengan katalis redoks. Derajat NADPH-
dependent methaemoglobin reduction berkorelasi dengan aktivitas G6PD. Metode indirek lain menggunakan
kromofor seperti brillian cresil blue, resazurin, formazan untuk memantau produksi NADP
c. Tes sitokimia yang menilai status G6PD eritrosit, dapat digunakan untuk deteksi laki-laki defi siensi homozigot,
perempuan defi siensi homozigot dan heterozigot. Tes sitokimia mencakup methaemoglobin elution test dengan
melabel eritrosit berdasarkan jumlah relatif methemoglobinnya sesuai metode indirek dengan tes reduksi methe-
moglobin. Metode terbaru sitofluorometrik mendeteksi autofluoresens terinduksi glutaral-dehid dengan formazan
yang menggunakan teknik flowsitometri.
d. Tes cepat dengan point of care tests (POCT)
Varian G6PD

 Varian G6PD oleh WHO telah diklasifikasikan ke dalam empat


kategori tergantung pada aktivitas residu enzim dan manifestasi
klinis. Varian kelas I memiliki defisiensi enzim yang berat (kurang dari
10% dari normal) yang berhubungan dengan anemia hemolitik
kronis non-spherocytic. Varian kelas II juga memiliki defisiensi enzim
berat (kurang dari 10% dari normal), varian kelas III memiliki defisiensi
enzim ringan (10% sampai 60% dari normal). Varian Kelas IV tidak
memiliki defisiensi enzim (60% sampai 150% dari normal)
Diagnosis Defisiensi G6PD

 Diagnosis Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD Deficiency)


 Dokter bisa menduga adanya penyakit defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD) dan akan melakukan evaluasi
lebih lanjut bila terlihat:
 adanya hemolysis (sel darah merah pecah) setelah mengonsumsi obat tertentu atau mengalami kejadian yang
menyebabkan stres oksidasi. Stres oksidasi merupakan kondisi tingginya radikal bebas dalam tubuh yang membuat tubuh
mudah terserang berbagai masaslah kesehatan.
 Hiperbilirubinemia (bilirubin yang tinggi dalam darah) pada neonatus yang tidak dapat dijelaskan atau terjadi
berkepanjangan.
 adanya hemolitik anemia

Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan beberapa langkah pemeriksaan, seperti:


 pemeriksaan darah rutin (dapat menunjukkan hemoglobin yang rendah)
 retikulosit (jumlah yang meningkat menandakan respon sumsum tulang terhadap adanya kondisi anemia)
 bilirubin (bilirubin yang meningkat dapat menandakan pemecahan sel darah merah yang berlebihan)
 analisis urine (mencari adanya komponen sel darah merah dalam air seni)
 pemeriksaan darah tepi (mencari Heinz Body, yaitu gambaran hemoglobin yang terdenaturasi atau tidak aktif)
 enzim G6PD melaui pemeriksaan darah

Anda mungkin juga menyukai