Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN

SUMSUM TULANG
A2
Pengertian Sumsum Tulang
Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons.
Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta
di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan
sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua jenis sumsum tulang
pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Pada
neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna sumsum
tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari
sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang
kuning (fatty marrow). Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran sumsum menjadi
lemak-lemak secara progresif terutama ditulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum
hemopoietik sekalipun, 50% penyusunnya adalah sel-sel lemak. Jadi pada dewasa,
proses hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung
proksimal dari humerus dan femur.
Fungsi Pemeriksaan Bone Marrow
Pemeriksaan bone marrow merujuk kepada suatu analisis patologi
terhadap sampel bone marrow yang didapat melalui bone marrow
biopsy atau yang biasa disebut dengan trephine biopsy dan bone
marrow aspiration. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa
beberapa keadaan, seperti leukemia, multiple myeloma, lymphoma,
anemia dan pancytopenia. Hal ini penting dilakukan karena
informasi yang didapat akan lebih memuaskan mengingat yang
diperiksa adalah sumber dari sel-sel darah yang menggambarkan
hemopoiesis. Dewasa ini pemeriksaan bone marrow merupakan
salah satu uji diagnostik paling diperhitungkan dalam menegakkan
diagnosis kelainan-kelainan hematologi.
Tujuan Bone marrow Aspiration
Proses aspirasi bone marrow bertujuan mengambil sampel bone
marrow yang bersifat semi-liquid dan kemudian diperiksa. Sampel
ini digunakan untuk pemeriksaan sitologis dengan analisa lainnya
yang ditujukan khusus terhadap morfologi serta hitung jenis.
Selanjutnya sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan
sitogenetik, studi molekuler, kultur mikrobiologis,
immunohistokimia, dan flow cytometry. Peralatan yang
digunakan adalah syringe 20 mL yang dapat mengambil sekitar
300 µL bone marrow. Jika lebih dari itu, maka dapat terjadi dilusi
antara sampel bone marrow dengan darah perifer.
Mengapa tes sumsum tulang dilakukan?
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan sumsum
tulang yang tidak sehat. Jika tes darah menunjukkan
tingkat sel darah putih atau trombosit yang tidak
normal, dokter dapat menganjurkan pemeriksaan tes
aspirasi sumsum tulang.Tes sumsum tulang dapat
membantu mengidentifikasi penyakit tertentu, dan
memonitor perkembangan atau pengobatan suatu
penyakit.
Pemeriksaan Bone Marrow Puncture
digunakan untuk mendiagnosa penyakit :
 Anemia Aplastik
 Sindrom Mielodisolasia ( MDS )
 Mielofibrosis
 Polisitemia
 Haemokromatosis
 Penyakit Gaucher
 Amiloidosis
 Kanker darah, seperti leukemia atau multiple myeloma
 Kanker getah bening (limfoma)
 Infeksi Jamur
 Tuberkulois
Bone marrow Biopsy (Trephine Biopsy)
Biopsi bone marrow dilakukan dengan mengambil jaringan lunak yang disebut
marrow dari dalam tulang. Sama seperti aspirasi bone marrow, sampel yang biasa
dipakai adalah marrow yang berasal dari tulang pinggul. Namun pengambilan
marrow dari sternum tidak dilakukan pada proses biopsi karena resiko terhadap
kerusakan pembuluh darah, paru-paru dan jantung sangat besar. Berbeda dengan
sampel bone marrow yang didapat melalui proses aspirasi, jaringan bone marrow
yang didapat melalui proses biopsi digunakan dalam studi mengenai selularitas
keseluruhan dari marrow, deteksi lesi-lesi fokal, dan peningkatan infiltrasi oleh
berbagai sumber patologi lainnya. Biopsi dilakukan dengan prosedur yang sama
dengan proses aspirasi bone marrow hanya saja dengan ukuran jarum yang lebih
besar. Jarum yang digunakan disebut dengan trephine needle. Jarum ditembuskan
dan tertahan di bony cortex. Dengan cara yang sama yaitu gerakan memutar,
jarum akan mampu mendapatkan sampel berupa bagian padat dari bone marrow.
Lokasi Prosedur
Lokasi utama prosedur ini adalah di tulang panggul atau spina
iliaka posterior. Selain mudah dicapai, lokasi ini dipilih karena
resiko sakit tidak begitu besar. Lokasi lain adalah spina iliaka
anterior. Lokasi ini dipilih jika spina iliaka posterior tidak dapat
dicapai atau tidak memungkinkan untuk ditusuk akibat infeksi
lokal, trauma atau obesitas parah. Namun, prosedurnya lebih sulit
karena ruang yang lebih kecil, dan sampel yang didapat lebih
sedikit. Selain itu resiko sakit lebih hebat dari daerah posterior.
Lokasi lain yang memungkinkan adalah tulang sternum dan tibia.
Langkah-langkah Prosedur
Pasien diposisikan dalam keadaan pronasi atau posisi lateral decubitus dengan
bagian atas tunkai bawah difleksikan sedangkan bagian bawah diluruskan.
Kemudian palpasi spina iliaka dan diberi tanda. Setelah itu melakukan tindakan
asepsis dan antiseptik dimana kulit pada daerah yang akan diaspirasi di bersihkan.
Selanjutnya kulit dan jaringan di bawahnya diberikan anestesi lokal misalnya
lidocaine secara injeksi. Pasien juga dapat diberikan obat-obatan anti ansietas atau
analgetik sebelumnya, namun hal ini tidak termasuk dalam prosedur rutin. Jarum
aspirasi ditembuskan ke kulit dengan tekanan hingga mencapai tulang. Kemudian
dengan gerakan memutar dari tangan dan pergelangan tangan dari operator, jarum
akan terus menembus hingga bagian luar yang keras dari tulang yang disebut dengan
bony cortex hingga kemudian sampai di ruang marrow dengan jarak tidak lebih dari
1cm. Setelah itu syringe dipasang pada jarum dan digunakan untuk mengaspirasi
cairan bone marrow.
Pembuatan Apusan
Slide apusan bone marrow yang didapat melalui proses aspirasi dibuat oleh mereka yang
ahli dibidangnya seperti teknisi hematopatologis. Tetesan kecil dari sampel diletakkan
pada kaca slide selanjutnya dapat dipersiapkan dalam berbagai cara namun tetap dengan
tujuan yang sama yaitu mengevaluasi bone marrow. Apusan bone marrow adalah
pembuatan sediaan paling sederhana yang mirip dengan pembuatan apusan darah tepi.
Satu tetes sampel diletakkan 1cm dari ujung kaca slide yang sudah diberi label diujungnya
yang berlawanan. Kemudian ambil kaca slide kedua yang diposisikan membentuk sudut
30o dari kaca slide pertama lalu didorong hingga ujung berlawanan secara mulus dan
cepat. Cara lainnya adalah dengan metode squash preparation, cover slip method, dan
touch prints dengan indikasi dan tampilan yang berbeda-beda. Pewarnaan standard yang
digunakan untuk evaluasi awal adalah Wright atau May-Grunwald-Giemsa staining yang
menonjolkan detail sitologis. Pewarnaan lainnya dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Seperti Prussian blue untuk besi pada kasus yang dicurigai sebagai hemosiderosis. Sudan
Black B dan leukocyte alkaline phosphatase digunakan dalam kategorisasi AML.

Anda mungkin juga menyukai