KELOMPOK A1
Tujuan
3. Cara Mudrick
Ambil darah kapiler dan masukkan ke dalam tabung kapiler yang dilapisi heparin
seperti yang dipakai untuk mikrohematokrit. Tutuplah salah satu ujung tabung
tersebut dengan dempul dan pusingkan selama 1 menit dengan centrifuge
mikrohematokrit. Masukkan kawat baja halus ke dalam tabung kapiler dan putar-
putarlah kawat itu untuk mencampur buffycoat dengan plasma dan untuk merusak
lekosit-lekosit. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC atau biarkan selama 2 jam
pada suhu kamar. Pusingkan lagi seperti di atas. Kemudian patahkan tabung
kapiler dekat lapisan buffycoat lalu sentuhkan ujung tabung yang dipatahkan itu ke
permukaan kaca obyek dan buatlah sediaan apus. Warnai sediaan dengan
Giemsa atau Wright dan periksa di bawah mikroskop untuk mencari sel-sel LE.
Test lain yang digunakan untuk pemeriksaan LE sel, diantaranya :
Penghitungan sel darah lengkap (complete blood count). Penderita lupus dapat
mengalami anemia sehingga dapat diketahui melalui pemeriksaan sel darah lengkap.
Selain terjadinya anemia, penderita lupus juga dapat mengalami kekurangan sel
darah putih atau trombosit.
Analisis urine. Urine pada penderita lupus dapat mengalami kenaikan kandungan
protein dan sel darah merah. Kondisi ini menandakan bahwa lupus menyerang ke
ginjal.
Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody). Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa
keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah dimana kebanyakan pengidap SLE
memilikinya. Sekitar 98% penderita lupus memiliki hasil positif jika dilakukan tes ANA
sehingga ini merupakan metode yang paling sensitif dalam memastikan diagnosis.
Pemeriksaan imunologi. Di antaranya adalah anti-dsDNA antibody, anti-
Sm antibody, antiphospholipid antibody, syphilis, lupus anticoagulant, dan Coombs’
test. Pemeriksaan imunologi tersebut merupakan salah satu kriteria dalam penentuan
diagnosis SLE.
Tes komplemen C3 dan C4. Komplemen adalah senyawa dalam darah yang
membentuk sebagian sistem kekebalan tubuh. Level komplemen dalam darah akan
menurun seiring aktifnya SLE.
Sel LE tampak sebagai massa homogen yang difagosit oleh lekosit
polymorphonuclear. Sel LE sering tampak seperti kue tart, sehingga juga disebut sel
tart. Massa homogen yang dikelilingi oleh banyak se lekosit polymorphonuclear
dikenal dengan nama sel rosette; sel ini dianggap sebagai sel LE yang belum
sempurna atau sel pre-LE. Pembentukan sel LE berlaku in vitro saja karena
memerlukan adanya sel-sel lekosit yang rusak. Teknik membuat sediaan sangat
berpengaruh terhadap hasil laboratorium.
Adanya sel LE merupakan bukti adanya autoantibodi atau faktor LE. Tidak
menemukan sel LE bukan berarti tidak adanya penyakit SLE pada pasien yang
bersangkutan. Tes sel LE kini jarang dilakukan karena tes yang lebih baik sekarang
ada untuk membantu mendiagnosis lupus.
Fungsi Pemeriksaan