Tes Hematologi
Sel LE ditemukan pertama kali pada tahun 1948 oleh hematologist klinis Amerika, Malcolm
Hargraves dan Robert Morton bersama seorang teknisi laboratorium Helen Richmond.
Mereka telah mengamati dua fenomena yang tidak biasa pada beberapa sediaan sumsum
tulang, yang mereka sebut sebagai “sel tart” dan “sel LE”.
Pengujian ini terutama digunakan untuk mendiagnosis lupus eritematosus sistemik (SLE).
Sekitar 50% sampai 75% dari pasien dengan lupus mempunyai tes positif. Namun, beberapa
pasien dengan rheumatoid arthritis, skleroderma, dan drug-induced lupus erythematosus juga
memiliki tes sel LE positif.
Prosedur
Pemeriksaan sel LE dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : cara Magath dan Winkle
(modifikasi dari Zimmer dan Hargraves), cara Zinkham dan Conley, dan cara Mudrick.
Kumpulkan darah vena 8-10 ml dan biarkan darah itu membeku dalam tabung kering
dan bersih. Biarkan 2 jam pada suhu kamar atau 30 menit dalam pengeram dengan
suhu 37oC. Pisahkan bekuan dari serum lalu bekuan itu digerus dan disaring melalui
saringan kawat tembaga. Hasil saringan dimasukkan dalam tabung Wintrobe dan
dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Buang serum bagian atas,
ambil lapisan sel paling atas (buffycoat) dengan pipet pastur lalu teteskan di atas
obyek glass dan buat sediaan apus. Warnai sediaan dengan larutan pewarna Giemsa
atau Wright dan cari sel-sel LE di bawah mikroskop.
Kumpulkan darah vena 8-10 ml, biarkan pada suhu kamar selama 90 menit. Kocok
darah tersebut dengan alat rotator selama 30 menit. Masukkan darah tersebut ke
dalam tabung Wintrobe dan pusingkan selam 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Buat sediaan apus seperti cara di atas.
3. Cara Mudrick
Ambil darah kapiler dan masukkan ke dalam tabung kapiler yang dilapisi heparin
seperti yang dipakai untuk mikrohematokrit. Tutuplah salah satu ujung tabung
tersebut dengan dempul dan pusingkan selama 1 menit dengan centrifuge
mikrohematokrit. Masukkan kawat baja halus ke dalam tabung kapiler dan putar-
putarlah kawat itu untuk mencampur buffycoat dengan plasma dan untuk merusak
lekosit-lekosit. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC atau biarkan selama 2 jam
pada suhu kamar. Pusingkan lagi seperti di atas. Kemudian patahkan tabung kapiler
dekat lapisan buffycoat lalu sentuhkan ujung tabung yang dipatahkan itu ke
permukaan kaca obyek dan buatlah sediaan apus. Warnai sediaan dengan Giemsa atau
Wright dan periksa di bawah mikroskop untuk mencari sel-sel LE.
Sel LE tampak sebagai massa homogen yang difagosit oleh lekosit polymorphonuclear. Sel
LE sering tampak seperti kue tart, sehingga juga disebut sel tart. Massa homogen yang
dikelilingi oleh banyak se lekosit polymorphonuclear dikenal dengan nama sel rosette; sel ini
dianggap sebagai sel LE yang belum sempurna atau sel pre-LE.
Pembentukan sel LE berlaku in vitro saja karena memerlukan adanya sel-sel lekosit yang
rusak. Teknik membuat sediaan sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium.
Adanya sel LE merupakan bukti adanya autoantibodi atau faktor LE. Tidak menemukan sel
LE bukan berarti tidak adanya penyakit SLE pada pasien yang bersangkutan. Tes sel LE kini
jarang dilakukan karena tes yang lebih baik sekarang ada untuk membantu mendiagnosis
lupus.
Nilai Rujukan
Tes Hematologi
Bila eritrosit berada dalam larutan yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya lebih
rendah daripada plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg)
Uji fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan untuk
mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam
larutan yang hipotonis. Caranya adalah sebagi berikut : eritrosit dilarutkan dalam larutan salin
dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan salin yang sedikit hipotonis,
keadaan ini dinamakan peningkatan fragilitas eritrosit (=penurunan resistensi/daya tahan
eritrosit), dan apabila hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat hipotonis, keadaan ini
mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (=peningkatan resistensi eritrosit).
Hemoglobin keluar dari sel pada masing-masing tabung yang berisi larutan NaCl yang
kadarnya berbeda-beda. Kadar Hb kemudian ditentukan secara fotokolorimetrik. Hasilnya
dilaporkan dalam persentase (%) hemolisis. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diplot dalam
suatu kurva dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada keadaan peningkatan fragilitas,
eritrosit biasanya berbentuk sferis, dan kurva tampak bergeser ke kanan. Sedangkan pada
penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata, kurva tampak bergeser ke kiri.
Masalah Klinis
PENURUNAN FRAGILITAS : Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia
Cooley), anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vit B6, sel sabit), penyakit
hemoglobin C, polisitemia vera, post splenektomi, nekrosis hati akut dan sub akut, ikterik
obstruktif.
Prosedur
Uji ini biasanya dilakukan pada sampel darah segar kurang dari 3 jam dan/atu sampel darah
24 jam yang diinkubasi pada suhu 37oC. Sampel darah yang digunakan berupa darah heparin
atau darah “defibrinated”. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
Pada pengujian ini dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda. Penilaian hasil
dengan metode fotokolorimetri (menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer).
Sebelum melakukan pengujian, sediakan dulu larutan stock buffer NaCl 10% yang terbuat
dari NaCl 9 gram, Na2HPO4 1,365 gram, dan NaH2PO4.H2O 0,215 gram. Bahan-bahan
tersebut kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Sebelum digunakan untuk
pemeriksaan, buatlah larutan pokok NaCl 1,0% dengan cara melarutkan 5,0 ml stock buffer
saline 10% dengan aquadest hingga 50,0 ml. Selanjutnya lakukan pengujian sebagai berikut :
1. Sediakan 12 buah tabung lalu buatlah pengenceran bertingkat larutan NaCl dengan
konsentrasi : 0,85%, 0,75%, 0,65%, 0,60%, 0,55%, 0,50%, 0,45%, 0,40%, 0,35%,
0,30%, 0,20% dan 0,10%, masing-masing sebanyak 5,0 ml. Larutan-larutan NaCl
tersebut dibuat dari larutan pokok NaCl 1,0%.
2. Tambahkan ke dalam tabung-tabung itu masing-masing 50 µl sampel darah. Campur
(homogenisasi) dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali.
3. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu kamar.
4. Campur (homogenisasi) lagi lalu pusingkan (centrifuge) tiap tabung tersebut selama 5
menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Ukur absorbans (OD) dari supernatant pada λ 540 nm dengan blanko supernatant
tabung ke-1 (NaCl 0,85%).
6. Hitung % hemolisis dengan cara membagi absorbans (OD) sampel dengan absorbans
(OD) tabung ke-12 dikalikan 100%.
7. Buat kurva dengan konsentrasi NaCl sebagai axis (x) dan % hemolisis sebagai ordinat
(y). Bandingkanlah dengan kurva dari kontrol darah normal.
Nilai Normal
Hitung Retikulosit
Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan
berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-bintik abnormal.
Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada
eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis
yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi
produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-
menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.
Metode
Brilliant Cresyl Blue (BCB) : brilliant cresyl blue 1.0 gr; NaCl 0.85% 99.0 ml. Saring
larutan sebelum dipergunakan.
New methylene blue : NaCl 0.8 gr; kalium oksalat 1.4 gr; new methylene blue N 0.5
gr; aquadest 100 ml. Saring larutan sebelum dipergunakan.
Dianjurkan menggunaan new methylene blue, kesalahan metode ini pada nilai normal 25 %.
Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena, dengan
antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).
Prosedur
Nilai Rujukan
Masalah Klinis
Penurunan jumlah : Anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, aplastik, terapi radiasi,
pengaruh iradiasi sinar-X, hipofungsi adrenokortikal, hipofungsi hipofisis anterior,
sirosis hati (alkohol menyupresi retikulosit)
Peningkatan jumlah : Anemia (hemolitik, sel sabit), talasemia mayor, perdarahan
kronis, pasca perdarahan (3 - 4 hari), pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12,
asam folat), leukemia, eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir),
penyakit hemoglobin C dan D, kehamilan.
Indeks Eritrosit
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk
indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume atau
ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat
(MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi
(MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-
rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas distribusi eritrosit).
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai
penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik)
menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual
diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)
Nilai rujukan :
Masalah klinis :
Nilai rujukan :
Nilai rujukan :
Dewasa : 32 - 36 %
Bayi baru lahir : 31 - 35 %
Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %
RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW adalah pengukuran luas kurva
distribusi ukuran pada histogram. Nilai RDW dapat diketahui dari hasil pemeriksaan darah
lengkap (full blood count, FBC) dengan hematology analyzer. Nilai RDW berguna untuk
memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi
tanda dan gejala.
Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada : anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit
B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit.
Hitung Eritrosit
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan yang isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang biasa
digunakan adalah :
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g,
aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat
dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
Bahan pemeriksaan yang dipergunakan adalah darah kapiler, darah EDTA, darah heparin,
atau darah amonium-kalium oksalat.
Prosedur
Darah diencerkan 100 x atau 200 x menggunakan pipet eritrosit atau tabung, kocok selama 3
menit supaya homogen. Larutan sampel kemudian dimasukkan/diteteskan ke dalam bilik
hitung. Sel-sel eritrosit dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran sedang (40x).
Hitung eritrosit
= (N / V ) x Pengenceran
= (N / [5 x 0.2 x 0.2 x 0.1 ] ) x 200
= ( N / 0.02 ) x 200
= N x 10.000
Nilai Rujukan
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology
analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2,
yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30
menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit
yang dinyatakan dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau
darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2
macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup singkat,
sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa
antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Nilai Rujukan
Dewasa pria : 40 - 52 %
Dewasa wanita : 35 - 47 %
Bayi baru lahir : 44 - 72 %
Anak usia 1 - 3 tahun : 35 - 43 %
Anak usia 4 - 5 tahun : 31 - 43 %
Anak usia 6-10 tahun : 33 - 45 %
Masalah Klinis
Penurunan kadar : kehilangan darah akut, anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam
folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik, monositik),
penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ, mieloma multipel, sirosis hati,
malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau
duodenum, ulkus peptikum, gagal, ginjal kronis, kehamilan, SLE. Pengaruh obat :
antineoplastik, antibiotik (kloramfenikol, penisilin), obat radioaktif.
Peningkatan kadar : dehidrasi/hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis,
diabetes asidosis, emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara,
eklampsia, pembedahan, luka bakar.
Jika sampel darah diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intra-vena, nilai
hematokrit cenderung rendah karena terjadi hemodilusi.
Pemasangan tali turniket yang terlalu lama berpotensi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga nilai hematokrit bisa meningkat.
Pengambilan darah kapiler : tusukan kurang dalam sehingga volume yang diperoleh
sedikit dan darah harus diperas-peras keluar, kulit yang ditusuk masih basah oleh
alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat
dalam bekerja.
Penetapan Kadar Hemoglobin
Tes Hematologi
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang
memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan
pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat
distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin,
methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan
sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode
tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International
Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga
mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali
sulfhemoglobin.
Dasar Penetapan
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah
ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran
secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung
indeks eritrosit.
Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi
dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis
darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.
Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk penetapan kadar hemoglobin (Hb) adalah darah
kapiler atau darah EDTA.
Prosedur
Prosedur pemeriksaan yang akan dibicarakan di sini adalah prosedur yang menggunakan
metode sianmethemoglobin. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan Drabkin lalu
ditambah 20 ul sampel darah. Lakukan pencampuran dengan cara membolak-balikkan tabung
beberapa kali. Diamkan pada suhu kamar selama 3-5 menit kemudian ukur intensitas warna
dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm dengan blanko reagen.
Kadar Hb dapat dibaca pada kurve kalibrasi atau dihitung dengan menggunakan faktor,
dimana kadar Hb = serapan x faktor. Kurve kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan
sebelumnya.
Sebelum melakukan penetapan kadar Hb, fotometer harus dikalibrasi dulu atau dihitung
faktornya. Untuk keperluan tersebut disiapkan larutan standar Hemisianida
(sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam larutan Drabkin. Kadar Hb dari
larutan standar dapat dihitung dengan rumus = kadar hemisianida x 0.251 g/dl
Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25 dan 0 %, sebagai blanko dengan larutan
Drabkin. Setelah semua tercampur, biarkan 3-5 menit pada suhu kamar lalu baca serapan
(absorbance atau optical density/OD) pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
Buatlah kurvenya dengan kadar Hb sebagai absis dan serapan sebagai ordinat. Selanjutnya
untuk menetapkan kadar Hb pasien tinggal memplotkan pada kurve kalibrasi.
Jika memilih menggunakan perhitungan faktor, maka jumlahkan dulu nilai serapan (= total
OD) dan kadar Hb larutan standar (= total kadar) yang telah diencerkan 100, 75, 50, 25 dan 0
%. Faktor (F) = total OD : total kadar
Kadar Hb pasien = OD pasien x F
Fotometer saat ini telah banyak yang dirancang untuk dapat menghitung secara otomatis
dimana kadar Hb yang diukur sudah langsung diketahui tanpa kita harus melakukan
penghitungan secara manual.
Nilai Rujukan
Masalah Klinis
Penurunan kadar : anemia (defisiensi besi, aplastik, hemolitik, dsb), perdarahan hebat,
leukemia, kanker (usus besar, usus halus, rektum, hati, tulang, dsb), thalasemia,
penyakit ginjal, penyakit Hodgkin, kehamilan, sarkoidosis, kelebihan cairan intra-
vena. Pengaruh obat : antibiotik (kloramfenikol [chloromycetin], penisilin,
tetrasiklin), aspirin, antineoplastik, doksapram (dopram), derivat hidantoin, vitamin A
dosis besar, hidralazin (Apresoline), indometasin (Indocin), inhibitor MAO,
primakuin, rifampin, sulfonamid, trimetadion (Tridione)
Peningkatan kadar : dehidrasi/hemokonsentrasi, polisitemia, daerah dataran tinggi,
chronic heart failure (CHF), luka bakar yang parah. Pengaruh obat : gentamisin,
metildopa (Aldomet)
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap
darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam
darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak
spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.
Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP
terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar
normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin
membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti
perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.
Metode
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan
Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut
sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan
inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode
Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana
kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap
ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.
Prosedur
1. Metode Westergreen
o Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel
darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau
darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah
EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
o Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran
maupun sinar matahari langsung.
o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
2. Metode Wintrobe
o Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium
oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur
sampai tanda 0.
o Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
Nilai Rujukan
1. Metode Westergreen :
o Pria : 0 - 15 mm/jam
o Wanita : 0 - 20 mm/jam
2. Metode Wintrobe :
o Pria : 0 - 9 mm/jam
o Wanita 0 - 15 mm/jam
Masalah Klinik
Penurunan kadar : polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa,
defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat : Etambutol
(myambutol), kinin, salisilat (aspirin), kortison, prednison.
Peningkatan kadar : artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung,
kolon, payudara, hati, ginjal), penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma,
endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis,
tuberkulosis, glomerulonefritis, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
(eritroblastosis fetalis), SLE, kehamilan (trimester kedua dan ketiga). Pengaruh obat :
Dextran, metildopa (Aldomet), metilsergid (Sansert), penisilamin (Cuprimine),
prokainamid (Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A.
Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat
pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan
antikoagulan, penurunan suhu.
Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga), menstruasi,
obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan
suhu, kemiringan tabung.
Tes Hematologi
Hemoglobin janin (Hemoglobin F atau HbF) merupakan komponen hemoglobin utama dalam
aliran darah janin. Setelah lahir, ia akan menurun dengan cepat dan segera setelah itu diganti
dengan hemoglobin dewasa (hemoglobin A).
Selama perkembangan janin, hemoglobin janin menyusun sekitar 90 persen dari total
hemoglobin. Pada saat lahir, darah bayi terdiri dari sekitar 70% hemoglobin janin.
Hemoglobin janin lalu dengan cepat menurun menjadi 2% atau kurang setelah tahun kedua
sampai keempat dan hanya sekitar 0,5% atau kurang yang ditemukan pada saat dewasa. Jika
HbF tetap menunjukkan peningkatan setelah bayi berusia 6 bulan, harus dipertimbangkan
terjadinya hemoglobinopati seperti yang terjadi pada talasemia minor ataupun mayor.
Masalah Klinis
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen yang ditemukan dalam sel darah merah. Ini
adalah molekul besar yang dibuat di sumsum tulang dari dua komponen, yaitu heme dan
globin. Hemoglobin dihasilkan oleh gen yang mengontrol ekspresi dari protein hemoglobin .
Cacat gen ini dapat menghasilkan hemoglobin abnormal dan anemia, yang disebut kondisi
"hemoglobinopathy".
Ada dua kategori hemoglobinopathy. Pertama, rantai globin yang abnormal menimbulkan
molekul hemoglobin abnormal. Contohnya adalah anemia sel sabit, dan anemia hemolitik
kronis. Kedua, rantai hemoglobin normal diproduksi tetapi dalam jumlah yang abnormal.
Gangguan dalam kategori ini yang disebut thalassemia, yang dibagi menurut jenis rantai
asam amino yang dipengaruhi (alfa atau beta), dan apakah ada satu gen cacat (Thalassemia
minor) atau dua gen cacat (Thalassemia mayor).
Masalah klinis lain yang ditandai dengan peningkatn kadar HbF adalah anemia aplastik
didapat (akibat obat, toksin, dll), hipertiroidisme, leukemia akut atau kronis, terutama
leukemia mieloid juvenil, mieloma multipel, penyakit hemoglobin H.
Prosedur
Kumpulkan 7 – 10 ml darah vena dalam tabung berturup lembayung (EDTA) atau hijau
(heparin). Tabung jangan dikocok. Tidak ada pembatasan asupan makanan dan minuman.
Untuk pengukuran HbF sering digunakan cara denaturasi alkali dari Singer atu
modifikasinya. Modifikasi yang paling sederhana adalah modifikasi dari Molden. Cara lain
adalah dengan acid elution dari Kleihauer, radial immunodiffusion assay (RIA) dari Mancini,
atau dengan elektroforesis pada cellulose acetate.
Pada tulisan ini akan diterangkan penentuan kadar HbF dengan denaturasi alkali dari Singer.
Dasar pengujian ini adalah bahwa hemoglobin fetal lebih tahan terhadap denaturasi dengan
alkali kuat daripada hemoglobin lain.
Mula-mula dilakukan pencucian terhadap eritrosit penderita dengan larutan saline. Sampel
darah yang diperoleh dipusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm lalu
plasmanya dibuang hingga hanya tersisa eritrosit. Tambahkan beberapa ml NaCl 0,85% pada
eritrosit, bolak-baliklah tabung dengan perlahan-lahan sampai eritrosit terlarut sempurna.
Pusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Buang supernatan hingga hanya
tersisa eritrosit. Ulangi pencucian hingga 3-4 kali.
Ambil 1 ml (1000μl ) eritrosit yang telah dicuci larutkan dalam 1,4 ml aquadest, dikocok
kuat-kuat (vortex). Tambahkan 0,4 ml (400μl) Toluene, kocok lagi kuat-kuat (vortex)
kemudian pusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Pisahkan lapisan toluene
(atas) dan sumbatan protein (tengah) menggunakan pipet pastur. Saring lapisan paling bawah
yang berwarna merah jernih dengan kertas Whartman No.1. Filtrat yang didapatkan adalah
hemolisat, tampung dalam tabung lain yang bersih.
Masukkan 1,6 ml KOH 0,08 N dalam tabung lalu inkubasi 20oC selama 5-10 menit.
Tambahkan 0,1 ml (100μl) hemolisat, campur dan diamkan selama 60 detik. Tambahkan 3,4
ml Ammonium sulfat setengah jenuh dan segera dicampur dengan cara membolak-balik
tabung sebanyak 6 kali. Saring larutan dengan kertas Whartman No. 44. Filtrat yang
diperoleh diukur intensitas warnanya (absorbans/OD) secara fotokolorimetri pada λ 540 nm.
Selain itu ukurlah juga kadar hemoglobin total. Ke dalam tabung, masukkan 5,0 ml aquadest
lalu tambahkan 0,02 ml (20µl) hemolisat. Campur baik-baik hingga homogen. Ukur
absorbans pada λ 540 nm.
Nilai Rujukan
ANAK : Bayi baru lahir : 60-90%; 1-5 bulan : kurang dari 70%; 6-12 bulan : kurang dari 5%;
lebih dari 1 tahun : kurang dari 2%.
DEWASA : 0,4-0,8%