Anda di halaman 1dari 8

PEMERIKSAAN DAYA KERAPUHAN ERITROSIT

(RESISTENSI OSMOTIK)

OLEH :

Ulfa Diana Sari (P07134017 055)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN (B)
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR
2019

PEMERIKSAAN DAYA KERAPUHAN ERITROSIT


(RESISTENSI OSMOTIK)

Hari / Tanggal : Kamis, 2 Mei 2019

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pemeriksaan daya kerapuhan eritrosit
(resistensi osmotic).
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan daya kerapuhan eritrosit (resistensi
osmotic).
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan daya kerapuhan eritrosit
(resistensi osmotic).

II. METODE
Pemeriksaan daya tahan osmotic dengan pengamatan visual.

III. PRINSIP
Eritrosit akan pecah atau membengkak bila dimasukkan ke dalam larutan
hipotonis dan mengkerut dalam larutan hipertonis sedangkan dalam larutan isotonis
tidak terjadi perubahan.

IV. DASAR TEORI


Sel Darah Merah atau Eritrosit merupakan sel darah yang jumlahnya lebih banyak
di dalam tubuh manusia. Eritrosit terutama terdiri dari Hemoglobin. Eritrosit bersifat
anukleat saat dewasa, yang berarti bahwa eritrosit tidak memiliki sel inti (Reddy,
2014). Secara umum diketahui bahwa sel darah merah (eritrosit) memungkinkan
mengangkut O2 yang cukup antara permukaan pernafasan (paru-paru, insang) dan
jaringan metabolisme melalui konsentrasi intraselular hemoglobin (Hb) yang tinggi
dan interaksi alosterik yang sesuai antara ligan (O2, CO2 , H+) yang mengikat pada
molekul Hb (Jensen, 2009).
Hemolisa adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah
menuju ke cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena
pecahnya membrane sel darah merah. Terdapat 2 jenis hemolisa yaitu Hemolisa
Osmotic dan Hemolisa Kimiawi. Hemolisa osmotic terjadi karena adanya perbedaan
yang besar antara tekanan osmosa cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di
sekeliling sel darah merah. Dalam hal ini tekanan osmosa isi sel jauh lebih besar
daripada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa isi sel darah merah adalah sama
dengan tekanan osmosa larutan NaCl 0.9%. Bila sel darah merah dimasukkan ke
dalam larutan 0,8 % belum terlihat adanya hemolisa tetapi sel darah merah yang
dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah
yang mengalami hemolisa sedangkan sebagian sel darah merah yangt lainnya masih
utuh. Pada hemolisa kimiawi, membrane sel darah merah dirusak oleh macam-macam
substansi kimia. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dinding sel darah merah
terutama terdiri dari lipid dan protein membentuk suatu lapisan yang disebut
lipoprotein. Jadi setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak)
dapat merusak atau melarutkan membrane sel darah merah. (Walski et al., 2014).
Kerapuhan osmotik eritrosit adalah ukuran kekuatan eritrosit dan kemampuannya
untuk bertahan berbagai gradien osmotik. Ini meningkat dalam anemia hemolitik
yang terkait dengan darah hemolitik reaksi transfusi, penyakit hemolitik dari bayi
baru lahir, kelainan genetik seperti keturunan sferositosis dan penyakit sel sabit dan
auto penyakit hemolitik kekebalan di mana membran sel darah merah rusak.
Adenkola dan Ayo (2009) menunjukkan peningkatan osmotik eritrosit Kerapuhan
yang dicegah dengan pemberian Asam askorbat pada babi yang mengalami
transportasi jalan menekankan (Olorunshola, Eze, & Achie, 2012).
Daya tahan osmotik dari eritrosit adalah tes sedarhana untuk mengetahui
perbandingan permukaan terhadap volume eritrosit dan kemampuan fungsi
membran eritrosit (resistensi osmotik fragiliti osmotik). Tes fragilitas osmotik menilai
kejadian lisis eritrosit akibat adanya osmotic stress. Tingkat fragilitas osmotik eritrosit
dipengaruhi oleh perbandingan luas permukaan sel terhadap volume sel. Indeks
kerapuhan osmotik adalah ukuran dari resistensi sel darah merah untuk lisis oleh
osmotic stress. Tes umumnya berguna untuk memastikan tingkat stabilitas dan
fungsionalitas membran plasma, eritrosit Mean Cell Volume (MCV) dan Luas
Permukaan ke Volume Rasio (SAVR) dan diagnosis sferositosis keturunan.
Peningkatan fragilitas osmotik dapat ditemukan pada sferositosis. Pada keadaan ini
sel mengalami penurunan perbandingan luas permukaan terhadap volume sel.
(Maiworm, Presta, Fonseca, & Bernardo-filho, 2008).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung serologi 10 buah
2. Pipet ukur 1 ml atau mikropipet
3. Tabung ungu
4. Steroform
5. Beaker glass 2 buah
6. Centrifuge
7. Jarum vakutainer
8. Kapas kering
9. Alkohol swab 70%
10. Plaster
11. Holder
12. Tourniquet
13. Pipet tetes

Bahan :

1. NaCl 1%
2. Aquadest

Spesimen :

Darah Vena

VI. PROSEDUR KERJA


1. Disiapkan 10 tabung serologi dan diisi dengan NaCl 1% pada masing – masing
tabung dengan volume 1,2 ml ; 1,1 ml ; 1,0 ml ; 0,9 ml ; 0,8 ml ; 0,7 ml ; 0,6 ml ;
0,5 ml ; 0,4 ml ; 0,3 ml.
2. Ditambahkan aquadest secara berurutan pada tabung yang sama dengan volume
0,6 ml ; 0,7 ml ; 0,8 ml ; 0,9 ml ; 1,0 ml ; 1,1 ml ; 1,2 ml ; 1,3 ml ; 1,4 ml ; 1,5 ml.
3. Ditambahkan 1 tetes darah pada masing – masing tabung.
4. Didiamkan selama 15 menit.
5. Kemudian dicentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit.
6. Diamati secara visual : dimana terjadi permulaan hemolisis dan hemolisis
sempurna.
7. Dibandingkan dengan nilai normal dan disimpulkan

VII. INTERPRETASI HASIL

% Salin % Hemolisis % Salin % Hemolisis

0,2 97-100 0,5 0

0,3 90-97 0,55 0

0,35 50-95 0,6 0

0,4 5-45 0,65 0

0,45 0-6 0,7 0

VIII. HASIL PENGAMATAN


Nama Probandus : Tri Yulianti

Usia : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Hasil Pemeriksaan : Pada tabung 1-5 tidak hemolisis sedengakan pada tabung 6-
10 terjadi hemolysis

IX. PEMBAHASAN
Uji kerapuhan osmotik adalah tes umum dalam hematologi, dan, sering dilakukan
untuk membantu diagnosis anemia hemolitik sebagian besar disebabkan oleh
theileriosis dan trypanosomiasis pada eritrosit. Sebagian besar penyakit ini
menyebabkan anemia tetapi tidak secara jelas ditentukan oleh estimasi hemoglobin
tradisional untuk mengetahui apakah itu terkait dengan anemia hemolitik atau tidak.
Uji kerapuhan osmotik dapat diindikasikan dalam kasus-kasus semacam itu untuk
mengetahui tingkat anemia hemolitik untuk penanganan stres eritrosit yang lebih
baik. Ini juga akan membantu untuk rejimen pengobatan yang efektif dari hewan
yang terkena. Oleh karena itu penelitian ini telah dilakukan untuk menentukan nilai
rapuh osmotik sel darah merah dalam kondisi yang berbeda. Upaya telah dilakukan
untuk membandingkan nilai EOF pada kondisi penyimpanan yang berbeda, yaitu,
waktu penyimpanan, suhu penyimpanan. Musim tahun, Musim Semi dan Musim
Panas juga diambil untuk mengetahui perubahan nilai kerapuhan osmotic (Wodu, E.,
Uwakwe, A. A., Monanu, 2015).
Kerapuhan osmotik sel darah merah atau stabilitas membran dapat dievaluasi
dengan menggunakan metode yang berbeda. Uji kerapuhan osmotik tradisional (OFT)
pada awalnya digambarkan oleh Parpart et al. Tes ini memerlukan persiapan
serangkaian larutan hipotonik dengan kandungan NaCl mulai dari 0,1% sampai 0,9%,
dimana sejumlah kecil darah merah segar ditambahkan pada serangkaian larutan
hipotonik tersebut.
Hemolisis biasanya dikenali ketika hemoglobin bebas dalam media sel darah
merah (RBC). Hemolisis merupakan peristiwa yang terjadi pada kondisi hipotonik,
dimana eritrosit tidak mampu menahan tekanan sejumlah air yang memasuki
membran sehingga membran eritrosit menjadi pecah dan hemoglobin keluar sehingga
mewarnai larutan disekelilingnya menjadi berwarna merah. Permulaan hemolisis
ditandai dengan terdapatnya cairan berwarna merah pada bagian atas tabung yang
pertama kali dan pada dasar tabung terdapat endapan eritrosit. Hemolisis total
ditandai dengan cairan yang seluruh bagiannya berwana merah dan sudah tidak ada
lagi gumpalan eritrosit pada dasar tabung. (Walski, Chludzińska, Komorowska, &
Witkiewicz, 2014)
Pada praktikum kali ini, atas nama Tri Yulianti/20 th/ perempuan didapatkan hasil
pada tabung 1-5 yaitu tidak terjadi hemolysis sedangkan pada tabung 6-10 terjadi
hemolysis.
Peningkatan fragilitas osmotic dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
anemia hemolitik dan Hereditery sperocytosis. Sedangkan penurunan fragilitas
osmotic dapat terjadi pada penyakit hati, Spleenoctomy, Sickle cell anemia,
Thallasemia, Anemia defisiensi besi, polisitemia vera, dan keadaan dimana banyak
terdapat eritrosit dengan bentuk target sel. Fragilitas adalah kelemahan atau
kurangnya (kerapuhan) daya tahan yang terhadap faktor yang dapat menyebabkan
pecahnya kesinambungan atau integritas. Fragilitas eritrosit adalah kurangnya daya
tahan eritrosit terhadap hemolisis bila terpajan pada larutan garam yang semakin
hipotonik atau bila terkena trauma. Eritrosit akan membengkak bila berada pada
larutan hipotonis (larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah dari tekanan osmotik
eritrosit) dan akan mengkerut bila berada pada larutan hipertonik (larutan yang
tekanan osmotiknya lebih tinggi dari tekanan osmotik eritrosit) seperti pada larutan
dextrose, yang nantinya akan terjadi hemolisis. Namun eritrosit tidak akan rusak dan
tetap utuh jika berada pada larutan isotonis (larutan yang tekanan osmotiknya sama
dengan tekanan osmotic eritrosit). Tekanan osmotik sel darah merah sama dengan
tenanan osmotik larutan NaCl 0,9 %. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 0,8 %, belum terlihat adanya hemolisa, tetapi akan mengalami hemolisa
pada larutan NaCl 0,4 %, dan akan mengalami hemolisa sempurna pada NaCl 0,3 %.
Nilai normal untuk permulaan lisis adalah pada NaCl 0,42 % - 0,46 % dan 0,32 % -
0,34% untuk hemolisa sempurna (Walski et al., 2014).

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan resistansi osmotic:


1. pH plasma, suhu, konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah
2. Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas osmotik yang
tinggi
3. Sampel darah yang diambil lebih dari 3 jam dapat menunjukkan
peningkatan fragilitas osmotik.
4. Antikoagilan, vitamin C dan E, hydrogen peroksida sebagai hasil
sampingan metabolisme normal, waktu penyimpanan, panas, dingin, pH,
kelamin laki-laki, penuaan dan musim panas, menunjukkan peningkatan
kerentanan yang signifikan terhadap lisis hipotonik sel darah merah.
5. Status nutrisi. Status nutrisi memengaruhi komposisi penyusun membran
eritrosit. Penyusun eritrosit terdiri dari komponen fosfolipid, glikolipid,
kolesterol, dan protein (glikoprotein), yang sangat tergantung pada status
nutrisi yang dikonsumsi.
6. Temperature lingkungan, dan genetik juga dapat memengaruhi fragilitas
eritrosit (Priyadarshini et al., 2015).

X. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini, atas nama Tri Yulianti/20 th/ perempuan didapatkan hasil
pada tabung 1-5 yaitu tidak terjadi hemolysis sedangkan pada tabung 6-10 terjadi
hemolysis.

DAFTAR PUSTAKA

Azeez, O. I., Oyagbemi, A. A., & Iji, O. T. (2012). Haematology and Erythrocyte Osmotic
Fragility Indices in Domestic Chicken Following Exposure to a Polyvalent Iodophorous
Disinfectant. JJBS Jordan Journal of Biological Sciences, 5(2), 99–103.
Islah, L., Rita, B., Youssef, C., Abdarrahmane, B., Abdarrahman, H., & Mohammed, E. K.
(2016). Study of Incubation Conditions for Erythrocytes Osmotic Fragility Testing in
Dromedary Camel (Camelus dromedarius). International Journal of Research in
Environmental Science, 2(2), 2454–9444. https://doi.org/10.20431/2454-9444.0202004
Maiworm, A. I., Presta, G. A., Fonseca, A. S., & Bernardo-filho, M. (2008). Artigo Osmotic and
morphological effects on red blood cell membrane : action of an aqueous extract of Lantana
camara. Brazilian Journal of Pharmacognosy, 18(December 2007), 42–46.
Priyadarshini, K. H., Latha, P. A., Pradnya, S., Juhi, A., Samatha, P., & Ratnam, K. M. (2015).
Comparative study of erythrocyte fragility in diabetes mellitus and non diabetes mellitus.
International Journal of Medical Research & Health Sciences, 4(1), 183.
https://doi.org/10.5958/2319-5886.2015.00029.6
Sahastrabuddhe, A. P. (2016). Counting of Rbc and Wbc Using Image Processing: a Review,
356–360.
Walski, T., Chludzińska, L., Komorowska, M., & Witkiewicz, W. (2014). Individual osmotic
fragility distribution: A new parameter for determination of the osmotic properties of human
red blood cells. BioMed Research International, 2014. https://doi.org/10.1155/2014/162102

Anda mungkin juga menyukai