Anda di halaman 1dari 23

TEKANAN DAN FRAGILITAS OSMOTIK

Pratiwi Ratih Halimatus Sya’diah,M.Kes


PENDAHULUAN

• Sel eritrosit memiliki membran sel yang tidak dapat


diregangkan namun dapat dilalui oleh air.
• Sel eritrosit tidak lisis dalam larutan saline (NaCl 0,9%)
buffer normal (pH 7).
• Uji fragilitas osmotik atau resistensi osmotik = mengukur
kemampuan sel eritrosit dari proses lisis ketika sel
eritrosit dilarutkan pada larutan NaCl hipotonis pada
berbagai macam konsentrasi.
PENGERTIAN OSMOSIS

• Osmosis merupakan perpindahan air atau zat pelarut


dari larutan berkosentrasi rendah (hipotonik) ke
larutan yang berkosentrasi tinggi (hipertonik) melalui
membran semipermeabel
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OSMOSIS
• Ukuran zat terlarut
• Tebal membran
• Luas permukaan
• Jarak zat pelarut dan terlarut
• suhu
• Ukuran zat terlarut: semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya osmosis akan
semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotik yang berfungsi untuk memecah
zat pelarut bergerak melalui membrane semipermeable.
• Tebal membran: semakin tebal suatu membrane akan memperhambat terjadinya osmosis.
Karena dapat menyebabkan semakin sulitnya zat terlarut menembus membrane tersebut.
• Luas permukaan: semakin luas permukaan maka semakin cepat daya serapnya (proses
osmosis cepat).
PENGERTIAN TEKANAN OSMOSIS

• Tekanan Osmotik adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat


pelarut dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih pekat
• Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan
konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui
membran.
• Tekanan osmosis dapat diaplikasikan pada mekanisme transportasi
air dalam sel tanaman, membran sel darah merah, dunia
kedokteran, industry makanan, desalinasi air laut, bidang pertanian,
industry otomotif, dan masih banyak lagi.
TEKANAN OSMOTIK DALAM SEL DARAH
UJI FRAGILITAS OMSOSIS

Fragilitas osmotik (Osmotic Fragility) atau resistensi


osmotik eritrosit merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk menentukan daya tahan dinding
eritrosit terhadap larutan hipotonus yang dapat
melisiskan eritrosit (hemolisis)
MEKANISME
 Cairan di luar eritrosit (plasma) dan cairan di dalam eritrosit memiliki tekanan serupa, sehingga
menghasilkan tekanan osmotik yang sama. Kondisi ini dinamakan isotonik atau isoosmolar.
 Secara fisiologis, setiap saat terjadi perpindahan air dari dalam plasma ke dalam sel atau sebaliknya.
Perpindahan terjadi secara osmotik, dimana air akan berpindah ke daerah yang memiliki kadar air lebih
rendah melalui suatu pembatas (membran sel).
 Jika terjadi ketidakseimbangan tekanan, baik di dalam atau di luar eritrosit, dapat terjadi perubahan
bentuk pada eritrosit (mengerut atau mengembang), bahkan bisa terjadi hemolisis.
 Sel darah merah yang dimasukkan dalam larutan hipertonis akan mengalami krenasi (pengerutan) sel
karena lebih banyak air yang keluar sel daripada yang masuk.
 Demikian sebaliknya, apabila eritrosit berada dalam lingkungan yang hipotonis (konsentrasi air di luar
sel lebih tinggi daripada di dalam sel) , maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam sel yang akan
menyebabkan sel akan menggembung (bengkak). Apabila membran plasma tidak dapat menahan
tekanan tinggi intrasel tersebut oleh sebab tercapainya critical volume, maka sel akan pecah dan
hemoglobin akan dilepaskan
• Terjadinya hemolisis sel darah merah disebabkan oleh pecahnya membran sel akibat
perbedaan tekanan osmotik. Hal ini menyebabkan air akan tertarik masuk ke dalam
sel darah merah sehingga sel membengkak dan berubah bentuk menjadi sferis. Pada
keadaan ini dapat mengakibatkan membran sel darah merah mengalami peregangan.
Setelah mencapai volume tertentu, membran sel akan robek dan lisis sehingga
hemoglobin terlepas. Hemoglobin eritrosit yang mengalami hemolisis akan larut
dalam plasma dan mewarnai plasma menjadi merah
• Hemolisis yang terjadi pada sel darah merah normal mulai menjadi larutan garam
0,39% hingga 0,45%.
• Lisis sempurna terjadi pada sel darah merah pada larutan garam 0,30% hingga 0,33%
MANIFESTASI KLINIS
Peningkatan Fragilitas Osmotik Penurunan Fragilitas Osmotik

 Anemia hemolitik autoimun  Talasemia (mayor dan minor)


  Anemia (defisiensi besi, asam folat,
Pasca transfusi
B6)
 Toksisitas obat atau zat kimia  Polisitemia vera
 Leukemia limfositik kronis  Post splenektomi
 luka bakar  Nekrosis hati akut
 Ikterik obstruktif
Prinsip Pemeriksaan

• Sel eritrosit disuspensikan pada larutan saline


hipotonis bertingkat. Pada titik kritis membran sel
eritrosit akan rusak sehingga hemoglobin akan keluar
dari sel dan menyebabkan kekeruhan suspensi
larutan. Kekeruhan suspensi kemudian dilihat secara
visual atau fotokalorimetri dan dilaporkan dalam
bentuk persen.
Metode Pemeriksaan

• Sanford : mencampurkan eritrosit ke dalam


larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda-
beda dan diinkubasi selama 120 menit.
• OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test):
Fotometeri
Sanford method

• Apabila darah dimasukkan ke larutan hipotonisRBC maka urutan bentuk


atau kejadian sebagai berikut:
RBC bentuk bikonkaf  oval  agak membulat  membulat 
membesar  membesar maksimal  pecah.
Sanford method
• Hemolisis:
Pecah parsial berupa larutan yang semua jernih bening menjadi kuning, disebut sebagai HEMOLISIS PERMULAAN.
Sementara pecah menyeluruh, ditandai larutan berwarna merah dan tidak ada satupun sel eritrosit didasar tabung
mengendap, ini disebut HEMOLISIS SEMPURNA atau HEMOLISIS LENGKAP.

Fragility dan Resistensi


Fragility atau fragilitas merupakan istilah kerapuhan RBC sedangkan Resistensi adalah istilah ketahanan RBC. Dua istilah
saling berlawanan.

Makna klinis
Secara fisiologi, terjadi hemolisis dalam tubuh dari RBC tua sekitar 0.5-1.5% yang terjadi dalam RES terutama pada lien.
Namun dapat terjadi hemolisis berlebih bila ada gangguan, yang ditandai dengan anemia dan ikterus. Kondisi inilah yang
mengharuskan untuk diperiksa OFT (osmotic fragilitas test).

Interpretasi hasil:
Penurunan fragilitas: anemia sel sabit, talasemia mayor dan minor, anemia def besi, def B12/asam folat, Hemoglobinopati C,
polisetemia vera, past spleenektomi, nekrosis hati akut.
Peningkatan fragilitas: sferositosis herediter, transfusi tidak kompatibel, AIHA, toksisitas obat, luka bakar.
Sanford method
• Nilai Normal
Permulaan hemolisis: NaCl 0.42 +/- 0.02%
Hemolisis Sempurna: NaCl 0.32 +/- 0.02%
Apabila pembacaan hasil kosentrasi dikiri nilai normal maka dikatakan
fragilitas meningkat, sebaliknya dikanan maka fragilitas menurun.

Pembacaan kasus:
Misal apabila hemolisis permulaan terjadi pada konsentrasi 0.5% maka
dikatakan Fragilitas meningkat, resistensi menurun. Sebaliknya apabila pada
hemolisis sempurna pada 0.2%, maka dibaca resistensi meningkat, fragilitas
menurun.
Catatan

• Apabila terjadinya hemolisis pada larutan salin yang


sedikit hipotonis hal ini disebut dengan peningkatan
fragilitas sel darah merah (penurunan resistensi atau
daya tahan sel darah merah).
• Sedangkan apabila terjadi hemolisis pada larutan yang
sangat hipotonis, keadaan ini mengindikasikan
terjadinya penurunan fragilitas osmotik (peningkatan
resistensi sel darah merah).
Metode fotometri
Pemeriksaaan tes resistensi osmotik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1. Larutan hipotonis dengan berbagai konsentrasi (0,9%; 0,75%; 0,65%; 0,60%; 0,55%;
0,50%; 0,45%; 0,40%; 0,35%; 0,30%; 0,20%; dan 0,1%) dibuat dari larutan stok NaCl 1%.
2. Sampel darah heparin sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam lima mL larutan NaCl
isotonis dan hipotonis dengan berbagai konsentrasi tersebut pada nomor 1), lalu
dihomogenisasi.
3. Larutan tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit.
4. Larutan dihomogenisasi kembali lalu disentrifugasi selama lima menit pada kecepatan
3000 rpm.
5. Supernatan larutan kemudian diukur absorbansnya pada panjang gelombang 540 nm
dengan supernatan tabung-1 (NaCl 0,9%) sebagai blanko.
6. Persen hemolisis dihitung dengan membagi absorbansi sampel dengan absorbansi
tabung ke-12 (NaCl 0,10%) lalu dikalikan 100%.
7. Pembuatan kurva resistensi osmotik dengan konsentrasi NaCl pada bagian axis (x) dan
% hemolisis pada bagian ordinat (y).
8. Hasil dilaporkan dengan membandingkan kurva sampel dengan kurva nilai normal.
contoh pelaporan :
Nilai Normal

Nilai normal pemeriksaan resistensi osmotik tes (ROT) adalah sebagai


berikut
1. Permulaan hemolisis terjadi pada konsentrasi NaCl 0,40 – 0,45%
2. Hemolisis sempurna terjadi pada konsentrasi NaCl 0,30 – 0,35%
3. Persentase hemolisis pada keadaan normal adalah sebagai berikut:
97-100%hemolisis dalam NaCl 0,30%
50-90% hemolisis dalam NaCl 0,40%
5-45% hemolisis dalam NaCl 0,45%
0% hemolisis dalam NaCl 0,55%
Interpretasi Hasil

• Hasil tes fragilitas osmotik dipengaruhi oleh bentuk sel


eritrosit yang tergantung pada volume, luas permukaan
membran, dan kondisi membran sel eritrosit.
• Pada kondisi normal, sel eritrosit akan mulai lisis dalam
larutan NaCl 0,5% dan lisis 100 % pada larutan NaCl
0,3%.
• Hasil pemeriksaan resistensi osmotik harus
diibandingkan dengan kurva normal
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai