Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“SISTEM RESPIRASI”

BLOK 7

Oleh :
FRYSKA AGATHA ARITONANG (1661050098)
WELABSTON ETWIORY (1861050021)
JESSICA MOLENAAR (1861050032)
AURELIA GENDIS (1861050042)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2019
PENDAHULUAN

DARAH, CAIRAN SEREBROSPINAL DAN ANTIBODI

DARAH
Darah merupakan jaringan yang ditemukan didalam system
kardiovaskular. Darah berfungsi sebagai alat transport di dalam tubuh dan juga
mempertahankan keseimbangan air, asam basa serta mengatur suhu tubuh
dalam batas-batas normal.
Darah terdiri atas plasma darah dan sel darah (eristrosit, leukosit, dan
trombosit).
Kadar zat-zat yang larut dalam darah ini selalu dalam batas-batas tertentu
dan selalu dalam keseimbangan dinamik. Perubahan dalam susunannya
memberi gambaran tentang metabolism zat yang terdapat dalam darah dan juga
memberi gambaran tentang fungsi jaringan yang berhubungan dengannya.
PERCOBAAN 1 : HEMOLISIS SEL DARAH MERAH

DASAR PERCOBAAN :

Sel darah merah mempunyai daya tahan terhadap larutan sekitarnya.

TUJUAN PERCOBAAN :

Mempelajari ketahanan eritrosit dalam berbagai konstrasi NaCl

CARA KERJA :

1. Siapkan 10 tabung reaksi dengan campuran :

Derajat Hemolisis
Tabung Air (ml) NaCl 2% (ml) % NaCl
1 10 - 0 Hipotonis Hemolisis
2 9 1 0,2 Hipotonis Hemolisis
3 8 2 0,4 Hipotonis Hemolisis
4 7,5 2,5 0,5 Hipotonis Hemolisis
5 7 3 0,6 Hipotonis Hemolisis
6 6,5 3,5 0,7 Hipotonis Hemolisis
7 6 4 0,8 Hipotonis Hemolisis
8 5,5 4,5 0,9 Isotonis Isotonis
9 5 5 1 Hipertonis Krenasi
10 4,5 5,5 1,1 Hipertonis Krenasi

2. Tambahkan 2 tetes darah ke dalam setiap tabung


3. Campur dengan membalik-balikkan secara perlahan
4. Tunggu 1 jam dan catat derajat hemolysis
HASIL PENGAMATAN :

PERTANYAAN :

Apakah yang dimaksud dengan resistensi osmotic?


Resistensi osmotik adalah uji yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam
larutan yang hipotonis. Pada percobaan ini, berarti kurangnya daya tahan
eritrosit terhadap hemolisis bila terpajan pada larutan garam yang semakin
hipotonik. Dengan cara eritrosit dilarutkan dalam larutan NaCl dengan berbagai
konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan yang sedikit hipotonis, keadaan
ini dinamakan penurunan resistensi/daya tahan eritrosit dan apabila hemolisis
terjadi pada larutan NaCl yang sangat hipotonis, keadaan ini mengindikasikan
peningkatan resistensi eritrosit.

PEMBAHASAN :

Pada tabel diatas terlihat bahwa proses hemolisis terjadi pada tabung 1 sampai
dengan 7. Dengan pembanding adalah tabung 8. Lalu, tabung 9 dan tabung 10
mengalami proses krenasi. Dari hasil pengamatan di atas sesuai dengan teori
yaitu, cairan yang memiliki tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam
tubuh disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi dari pada dalam sel
disebut hipertonis, dan lebih rendah dari pada dalam sel disebut hipotonis.
Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma keluar
sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan dan membrane selnya rusak
tampak berkerut-kerut atau yang disebut krenasi. Sebaliknya, cairan hipotonis
akan menyebabkan air berpindah kedalam sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit
akan membesar dan kemudian akan pecah dan disebut hemolysis.
PERCOBAAN 2 : PENGARUH ZAT KIMIA

TUJUAN PERCOBAAN :

Mengamati pengaruh zat kimia terhadap eritrosit.

CARA KERJA :

1. Siapkan 6 tabung dengan 10 ml NaCl 0,9% dalam setiap tabung.


2. Kemudian tambahkan ke dalam tabung masing-masing :
A. : 2 tetes air + 2 tetes darah
B. : 2 tetes kloroform + 2 tetes darah
C. : 2 tetes eter + 2 tetes darah
D. : 2 tetes aseton + 2 tetes darah
E. : 2 tetes too-98luene + 2 tetes darah
F. : 2 tetes alcohol + 2 tetes darah
3. Kocok dan tunggu setengah jam
4. perhatikan apakah terjadi hemolysis

HASIL PENGAMATAN :

TABUNG Derajat Hemolisis (%)


A +++ (Hemolisis)
B ++ (Hemolisis)
C + (Hemolisis)
D + (Hemolisis)
E + (Krenasi)
F + (Krenasi)
PEMBAHASAN :

Sel merah akan mengalami lisis jika bereaksi dengan zat pelarut organic karena
bersifat melarutkan lemak. Membran sel darah merah, seperti membran sel
lainnya, merupakan membran lipid bilayer. Lipid bilayer tersebut terdiri dari
fosfolipid, yang tersusun dengan kepala hidrofilik menghadap lingkungan cair
di kedua sisi membrane dan ekor asil lemak membentuk bagian tengah
membran yang hidrofobik. Interaksi membrane sel yang berupa fosfolipid dan
pelarut organik merubah konformasi membran sel tersebut sehingga membrane
sel mengalami lisis. Eritrosit yang diteteskan ke dalam NaCl 0,9 % yang telah
diteteskan kloroform pada tabung 2, eter pada tabung 3, aseton pada tabung 4 ,
toluene pada tabung 5, dan alcohol pada tabung 4 dibiarkan selama 30 menit.
Kemudian, larutan tersebut dibandingkan dengan control, yaitu darah yang
diteteskan di dalam tabung berisi NaCl 0,9%. Eritrosit pada tabung 2 sampai 4
mengalami hemolysis sedangkan pada tabung 5 dan 6 mengalami krenasi. Hal
ini terlihat dari endapan yang terbentuk dan warna larutan pada tabung 2 sampai
6 yang berwarna merah cukup homogen. Warna merah tersebut karena hem dari
eritrosit yang lisis larut pada larutan tersebut.
PERCOBAAN 4 : TEST BENZIDINE (Darah Samar)

DASAR PERCOBAAN :

Test ini sangat peka untuk menyatakan darah.

CARA KERJA :

1. Sediakan 3 buah tabung reaksi


2. Isi setiap tabung dengan 2 ml dengan pengenceran 1 : 200, 1 : 400, dan 1 :
1.000.000
3. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tambahkan 3 tetes larutan benzidine
dalam asetat glasial jenuh dan 1ml H2O2 3%

HASIL PENGAMATAN :

Pengenceran Darah Warna


1 : 200 Biru Tua (+++)
1 : 400 Biru (++)
1 : 1.000.000 Biru Muda (+)
PERTANYAAN :
Untuk apa test benzidine dapat diterapkan ?
Untuk mengetahui adanya perdarahan yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik. Selain itu pada tumor ganas, seperti tumor
lambung ganas, sering didapatkan perdarahan dalam tinja, sehingga diperlukan
pemeriksaan benzidine test. Biasanya juga digunakan pada bagian forensic
untuk mengetahui intensitas darah.

PEMBAHASAN :
Prinsip kerja dalam uji benzidine ini menggunakan p-diamimodiphenyl (larutan
tauber) dan hydrogen peroksida sebagai reagent. Uji ini berdasarkan fakta
bahwa hemoglobin dapat berfungsi seperti enzim peroksidase. Yang
mempercepat oksidasi substrat tertentu seperti phenol atau amina aromatic.
Ketika benzidine dan hydrogen peroksida ditambahkan darah, suatu reaksi
redoks akan terjadi, yang mengkonversi benzidine menjadi produk dengan
warna kebiruan yang dikenal sebagai dianzo.
PERCOBAAN 5 : OKSIHEMOGLOBIN DAN HEMOGLOBIN
TEREDUKSI

DASAR PERCOBAAN :
Hb dapat mengikat dan melepaskan O2

CARA KERJA :
1. Campurkan dengan baik 2 ml darah dengan 6 ml air dalam tabung reaksi.
Perhatikan warna merah yang terjadi.
2. Bagilah dua isi tabung (A dan B). Tabung A sebagai control tidak
ditambah apa-apa.
3. Masukkan tabung B pereduksi kuat ( 1 tetes peraksi Stokes). Tambahkan
NH4OH secukupnya agar endapan yang terbentuk larut.
4. Perhatikan warna Hb tereduksi.
5. Kocong tabung B kuat-kuat dan perhatikan perubahan warna.
6. Bandingkan dengan proses faal pada pernafasan

HASIL PENGAMATAN :
Tabung Warna
A. Kontrol Merah darah
B. Bagian atas :
Merah
kecoklatan
Bagian dasar:
Merah gelap
Dengan Stokes pekat
setelah dikocok Merah pekat
A
B
PEMBAHASAN :
Hemoglobin merupakan protein besi yang terdapat di dalam sitoplasma sel
darah merah, yang mana berfungsi untuk mengikat oksigen pada rantai heme
nya. Pada percobaan, diketahui bahwa ikatan antara heme dan oksigen dapat
direduksi oleh pereduksi kuat yaitu pereaksi stokes yang pada percobaan ini
digunakan sebanyak 1 tetes. Dengan demikian, oksihemoglobin yang tadinya
berwarna merah darah atau yang dimaksud dengan tabung control (A) akan
berubah menjadi hemoglobin tereduksi dengan warna merah gelap pekat oleh
pereaksi stokes dan menjadi warna merah pekat setelah di kocok.

Pengujian kali ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa hemoglobin dapat


mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi
deoksi Hb dan O2. Dalam keadaan tereduksi, Fe dalam hemoglobin dapat
mengikat O2 menjadi HbO2. Dan HbO2 akan melepas 02 pada penambahan
reaksi stokes.

Hb(Fe2) + 02 <<<<<>>>>> Hb(Fe2)02

Pada hasil percobaaan Oksihemoglobin warna larutan pada tabung merah.


Kemudian pada percobaan deoksihemoglobin, tabung yang diberikan larutan
stokes sebanyak 1 tetes warna yang terbentuk adalah merah pekat karena pada
tabung tersebut terjadi proses pelepasan O2 (oksigen). Hemoglobin dapat
mengikat oksigen yaitu adanya warna merah terang pada tabung pertama
percobaan deoksihemoglobin yang tidak diberikan pereaksi stokes. Sedangkan
pada tabung B terjadi pelepasan O2 karena diberikan pereaksi stokes dan hasil
warna yang terbentuk menjadi merah pekat.
PERCOBAAN 6 : METHEMOGLOBIN

DASAR PERCOBAAN :
Ion fero pada Hb dapat teroksidasi menjadi ion feri

CARA KERJA :
A. 1. Campurkan 2 ml darah + 8 ml air + 2 ml K-ferisianida 33%
2. Perhatikan warna metHb yang terbentuk.
3. Ujilah dengan pereaksi Stokes dan perhatikan warnanya

B. 1. Campurkan 3 ml darah dengan 3 ml air dan hangatkan


2. Tambahkan 6 ml K-ferisianida 33%
3. Perhatikan gelembung-gelembung oksigen yang terbentuk

HASIL PENGAMATAN :
A2 Warna metHb : Merah tua (maroon)
A3 Warna dengan Stokes : Biru gelap/hijau lumut
B4 Gelembung-gelembung O2 Terlihat

Tak Terlihat

A2 A3 B4

PEMBAHASAN :
Methemoglobin adalah sejenis hemoglobin yang tidak dapat mengangkut
oksigen karna hemoglobin yang satu ini berikatan dengan Feri (Fe3+) tidak
seperti hemoglobin yang berikatan dengan fero (fe2+) yang mampu
mengangkut oksigen ke jaringan. Darah yang didalamnya juga terkandung
ion fe2+ dengan penambahan K3Fe(CN) 33% akan mengalami oksidasi
menjadi fe3+ dan terbentuklah metHb. MetHb ini tidak bisa mengikat
oksigen sehingga warna yang di hasilkan adalah merah pekat.
KESIMPULAN

PERCOBAAN 1 (HEMOLISIS SEL DARAH MERAH)


Tingkat fragilitas eritrosit tergantung pada konsentrasi larutan NaCl. Semakin
rendah konsentrasinya maka akan mengalami hemolysis, semakin tinggi
konsentrasinya maka akan mengalami krenasi.

PERCOBAAN 2 (PENGARUH ZAT KIMIA)


Pencampuran sel darah merah di dalam larutan NaCl 0,9 % dengan pelarut
organik, yaitu alcohol, eter, toluene, kloroform, dan aseton mengakibatkan
membran sel darah merah lisis.

PERCOBAAN 4 (TEST BENZIDINE DARAH SAMAR)


Uji benzidine untuk menyatakan ada tidaknya darah dan memiliki sifat yang
dapat mempercepat oksidasi substrat tertentu.

PERCOBAAN 5 (OKSIHEMOGLOBIN DAN HEMOGLOBIN


TEREDUKSI)
DeoksiHemoglobin akan mengakibatkan warna darah menjadi gelap.
Dikarenakan hemoglobin yang tidak mengikat oksigen. Namun ketika dikocok
kuat warna darah akan kembali merah terang karena pada saat itu terjadi reaksi
oksigenasi dari udara. Yang dimana hemoglobin berhasil mengikat oksigen lagi.

PERCOBAAN 6 (METHEMOGLOBIN)
Penambahan K3Fe(CN) 33% akan mengalami oksidasi menjadi fe3+ dan
terbentuklah metHb yang tidak dapat mengikat oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hamid, Abdul, 2001.“Biokimia Metabolisme Biomolekul”. Penerbit


Alfabeta : Jakarta.
2. Hardjasasmita, Pantjita. 2006.“Ikhtisar Biokimia Dasar”. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
3. Martoharsono, Soeharsono. 2000.” Biokimia Jilid II”. Penerbit Gadjah
Mada University Press : Jakarta.
4. Lohninger, Albert. 2008. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta : Erlangga
5. Peara, Evvelyn C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta :
PT.Gramedia

Anda mungkin juga menyukai