Anda di halaman 1dari 29

HEMATOLOGI

What is Darah???

 Darah merupakan jaringan ikat yang berbentuk cairan


 membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh dan karbon dioksida dari seluruh
bagian tubuh ke paru-paru
 membawa zat gizi dari sistem pencernaan dan hormon dari kelenjar endokrin ke semua
jaringan
 melindungi tubuh terhadap penyakit dan membuang produk limbah dan zat yang tidak
diinginkan dengan mengangkutnya ke organ ekskresi seperti ginjal
Fungsi Darah

 Nutrisi
 Pernafasan
 Ekstraksi
 Transportasi Hormon & Enzim
 Keseimbangan air
 Keseimbangan asam & basa
 Pengatur Suhu Tubu
 Penyimpanan
 Pertahanan
Sifat-sifat darah

 Warna: Darah berwarna merah. Darah arteri berwarna merah kirmizi karena
mengandung lebih banyak oksigen dan darah vena berwarna merah ungu karena
lebih banyak karbon dioksida.
 Volume: Rata-rata volume darah pada orang dewasa normal adalah 5 L. Pada bayi
baru lahir, volumenya adalah 450 ml. Ini meningkat selama pertumbuhan dan
mencapai 5 L saat pubertas. Pada wanita, ini lebih sedikit dan sekitar 4,5 L sekitar
8% dari berat badan pada orang dewasa muda yang sehat dan normal, dengan
berat sekitar 70 kg.
 Reaksi dan pH: Darah sedikit basa dan pH dalam kondisi normal adalah 7,4.
 Berat jenis: Berat jenis darah total : 1,052 sampai 1,061 Berat jenis sel darah 1,092
sampai 1,101 Berat jenis plasma 1,022 sampai 1,026
 Viskositas: Darah lima kali lebih kental daripada air. Hal ini terutama disebabkan
oleh sel darah merah dan protein plasma.
PEMERIKSAAN DARAH

 Pemeriksaan Hemoglobin
 Pemeriksaan Sel Darah Merah / RBC
 Pemeriksaan Sel Darah Putih / WBC
 Pemeriksaan Trombosit
 Pemeriksaan eosinofil
 Pemeriksaan Retikulosit
 Pemeriksaan Hematokrit
 Pemeriksaan Laju Endap Darah/ LED
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

 Hemoglobin (Hb) merupakan protein yang mengikat besi (Fe2+) sebagai komponen utama
dalam eritrosit dengan fungsi transportasi O2 dan CO2 serta memberi warna merah
dalam darah.
 Pemeriksaan hemoglobin bertujuan untuk menentukan konsentrasi atau kadar Hb (Hemoglobin)
dalam darah dengan satuan g/dL atau g% atau g/100 mL.
 Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan cara :
1. Fotoelektrik (Sianmethemoglobin)
2. Kolorimetrik visual (Hb Sahli)
3. Metode Tallquist
4. Metode tembaga sulfat (CuSO4)
Fotoelektrik (Sianmethemoglobin)

 Prinsip Ferrisianida dalam larutan drabkins mengubah besi hemoglobin dari


bentuk ferro menjadi cyanmethemoglobin yang berwarna stabil,
 5 ml larutan Drabkin + 20 mikro darah dibaca pada fotomoter dengan panjang
gelombang 540 nm
 Drabkin berisi Kaliumferrisianida dan Kaliumsianida
 Yang mengubah hemoglobin dalam bentuk oksihemoglobin, methemoglabin
dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin
 Sulfhemoglobin tidak ikut berubah karena tidak ikut larut
Kolorimetrik Visual (Hb Sahli)

 Hemoglobin diubah menjadi asam hematin, warna yang terjadi dibandingkan


secara visual dengan standart dalam alat
 Reagen yang digunakan HCL 0,1 N
 Metode Tallquist, pemeriksaan hemoglobin (Hb) dengan metode Tallquist didasarkan pada warna darah
karena Hb berperan dalam memberikan warna merah dalam eritrosit, konsentrasi Hb dalam darah sebanding
dengan cara membandingkan warna darah terhadap warna standar yang telah diketahui konsentrasi
hemoglobinnya dalam satuan (%). Standar warna Tallquist memiliki 10 gradasi dari warna merah muda
sampai merah tua dengan rentang 10% sampai 100% dan setiap gradasi selisih 10%.
 Metode tembaga sulfat (CuSO4)/ falling drop, metode tembaga sulfat didasarkan pada perbedaan berat jenis
darah dan berat jenis, CuSO4, CuSO4 yang digunakan memiliki BJ 1,053. Penetapan kadar Hb metode
tembaga sulfat dilakukan dengan cara meneteskan darah pada wadah atau gelas yang berisi larutan berwarna
biru CuSO4 dalam 15 detik. Jika darah tenggelam dalam waktu 15 detik, maka kadar Hb lebih dari 12,5
g/dL. Jika darah menetap ditengah-tengah atau muncul kembali kepermukaan, maka kadar Hb kurang dari
12,5 g/dL. Jika tetesan darah tenggelam secara perlahan, hasil meragukan sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan ulang atau konfirmasi dengan metode lain yang lebih baik.
PEMERIKSAAN SEL DARAH MERAH/RBC

 Menghitung Eritrosit
 Darah diencerkan dengan menggunakan larutan hayem/Larutan
Gower/SodiumChlorida dalam pipet eritrosit.
 Larutan pengencer bersifat isotonic untuk menjaga agar eritrosit tidak menjadi lisis
Perhitungan Jumlah Eritrosit

 Dilakukan di kamar hitung (Improved Neubauer)


 Perbesaran objektif 40 X
 Volume 1 kotak hitung eritrosit 0,2 x 0,2 x 0,1 mm^3 = 0,004 mm^3
 Volume 5 kotak 5 X 0,004 mm^3 = 0,02 mm^3
 Bila dalam penghitungan 5 kotak terdapat eritrosit sejumlah E, maka dalam 1 mm^3
cairan mengandung 1/0,02 X E = 50 E
 pengenceran 200 X, maka jumlah eritrosit dalam 1 mm^3 darah
= 200 X 50 E = 10.000 E
 Jika sel eritrosit terlalu banyak, pengenceran darah dibuat lebih tinggi misal
dengan memipet darah sampai tanda 0,3 lalu diencerkan sampai tanda 101 maka
pengenceran menjadi 333X (101-1/0,3). Pada kasus polycythemia
 Jika sel eritrositsangat rendah, maka pengenceran diperkecil menjadi 100 X. pada
kasus anemia
PEMERIKSAAN SEL DARAH PUTIH/WBC

 Menghitug Leukosit
 Menggunkana pipet thoma leukosit

 Larutan truk sebagai pengencer


 Kandungan larutan truk gentian violet 1 %yang berfugsi pewarna inti leukosit
Perhitungan Jumlah Leukosit

 Dilakukan di kamar hitung (Improved Neubauer)


 Perbesaran objektif 40 X
 Jumlah leukosit dalam 4 kotak = L
 Jumlah volume 4 kotak = (1 x 1 x 0,1) mm^3 x 4 = 0,4 mm^3
 Bila dalam penghitungan 4 kotak terdapat leukosit sejumlah L, maka dalam 1
mm^3 cairan mengandung 1/0,4 X L = 2 ½ L
 pengenceran 20 X, maka jumlah leukosit dalam 1 mm^3 darah
= 20 X 2 ½ L = 50 L
 Jika sel leukosit terlalu banyak missal dalam kasus leukemia , pengenceran
dapat dilakukan sebanyak 100 X dengan menggunakan pipet thoma eritrosit
 Jika sel leukosit terlalu sedikit pengenceran diperkecil menjadi 10 X
Kesalahan Pada Hitung Eritrosit &
Leukosit
 Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat
 Pengenceran dalam pipet tidak tepat
 Kurang menghomogenkan larutan pengencer dan darah dalam pipet thoma
 Tidak membuang beberapa tetes dari isi pepet thoma sebelum di masukkan ke
dalam kamar hitung
MENGHITUNG TROMBOSIT

 Cara langsung, menggunkan larutan rees ecker atau bisa juga menggunakan
larutan ammonium oksalat 1 %
 Kandungan pada larutan rees ecker adalah brilliant cresyl blue yang
mewarnai trombosit menjadi biru cerah
 Menggunakan pipet thoma eritrosit
MENGHITUNG SEL EOSINOFIL

 Menggunakan larutan pengencer yang mengandung eosin (Von Dungern) untuk


memberi warna merah pada granula eosinophil
 Menggunakan pipet leukosit dengan pengenceran 10 X
 Dihitung pada semua kotak dalam kamar hitung
 Volume kamar hitung 1 x 1 x 0,1 X 9 mm^3 = 0,9 mm^3
 Jumlah eosinofil = 100/9 N
 Kamar hitung khusus eosinophil Fuchs-Rosenthal
MENGHITUNG RETIKULOSIT

 Persentasi retikulosit terhadap seluru eritrosit yang beredar dalam sirkulasi


darah dihitung dengan melihat tanda-tanda khusus berupa benang-benang
filament sisa-sisa RNA yang dapat terlihat memlalui pewarnaan supravital
yaitu pewarnaan sel Ketika dalam keadaan hidup segar
 Tujuan pemeriksaan memantau keadaan sum-sum tulang belakang sebagai
produsen eritrosit dan hilangnya sejumlah eritrosit dari sirkulasi darah karena
anemia, pendarahan dll
 Menggunakan larutan Brilliant Cresyl blue / new methylene Blue
 Pemeriksaan sediaan dilakukan dbawah mikroskop dengan perbesaran 100X
dengan menghitung jumlah retikulosit dalam1000 eritrosit dewasa
 Meningkatnya jumlah retikulosit menandakan penderita kehilangan banyak
darah sehingga produksi sumsum tulang dipacu. Pada kasus anemia hemolitik,
anemia difisiensi besi, talasemia
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT

 Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah
atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV)
 Pemeriksaan hemtokrit secara manual ada dua macam yaitu metode makrohematokrit dan metode
mikrohematokrit
 makrohematokrit mempergunakan tabung wintrobe, pemeriksaan hemtokrit bisa bersamaan dengan
pemeriksaan laju endap darah (LED)
 metode mikrohematokrit membutuhkan sedikit volume darah karena menggunakan tabung kapiler kemudian
di sentrifugasi, didasarkan pada prinsip memisahkan unsur seluler darah dari plasma dengan sentrifugasi,
Setelah darah disentrifugasi dalam tabung kapiler, sel-sel merah berada di bagian bawah tabung, sel-sel putih
dan trombosit membentuk lapisan tipis di atas sel-sel merah, dan plasma berada di atas. Susunan berlapis ini
setelah sentrifugasi disebut packed cell column. Lapisan yang mengandung sel-sel putih dan trombosit
memiliki penampilan berwarna keputihan-kecoklatan yang disebut sebagai buffy coat.
PEMERIKSAAN LED

 Pemeriksaan laju endap dara (LED) atau erythrocyte sedimentation rate (ESR) merupakan
pengukuran kecepatan sedimentasi sel eritrosit setelah 60 menit.
 LED meningkat jika konsentrasi plasma yang disebut "acute-phase proteins" yang meningkat pada
kerusakan jaringan akut, peradangan kronis, infeksi kronis, dan kehamilan
 LED juga mencerminkan peningkatan protein percepatan tertentu, seperti fibrinogen dan gamma
globulin, dan penurunan protein, seperti albumin. Selain itu dapat meningkat pada anemia, thalasemia
yang disebabkan karena adanya kelainan morfologi sel eritrosit.
 Prinsip dari pemeriksaan LED bedasarkan pada prinsip sedimentasi proses partikel padat mengendap
di bagian bawah cairan. Sampel darah dengan antikoagulan dibiarkan tidak terganggu, eritrosit secara
bertahap terpisah dari plasma dan mengendap di bagian bawah. Jadi dalam pemeriksaan LED
mengukur sedimentasi eritrosit dalam plasma dalam waktu 60 menit
 alam waktu 60 menit terjadi beberapa fase sampai terjadi endapan eritrsit,
berikut 3 fase pada pemeriksaan LED :
1. Fase sel eritrosit membentuk rouleaux : Pada periode awal 10 menit, proses
pembentukan rouleaux terjadi dan terdapat sedikit sedimentasi.
2. Fase pengendapan sel eritrosit : Dalam 40 menit berikutnya, pengendapan sel
darah merah terjadi dengan kecepatan konstan.
3. Fase pemadatan eritrosit : Dalam 10 menit terakhir, sedimentasi melambat dan
terjadi pemadatan sel darah merah ke dasar. Itulah mengapa ESR dengan
semua metode dinyatakan sebagai mm terlebih dahulu

Anda mungkin juga menyukai