Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT

I. PRINSIP
Darah yang diencerkan serta diwarnai dengan larutan hayem, lalu sel-sel darahyang
dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 40x.
II. DASAR TEORI

A. Pengertian Eritrosit
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel).Eritrosit merupakan
bagian utama dari sel-sel darah.Setiap mm kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa
mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-
kira 4 juta sel darah merah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan
garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat
berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa
hemoglobin.
Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat
mengikat oksigen.Hemoglobinakan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan
oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah
merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat
besi.Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf.Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.Sel darah merah
sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah.Setiap mm kubiknya darah pada
seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang
perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan
tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam
sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin.Hemoglobin
(Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin.Hemoglobin
mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan
tubuh.Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan
oksigen.
Eritrosit atau Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrosit berperan dalam sistem
transportasi sel untuk mengantarkan nutrien dan oksigen. Sel darah merah memiliki bentuk
bikonkaf dan berwarna kepucatan di daerah tengahnya. Bentuknya yang bikonkaf
memungkinkan volume oksigen yang diangkut lebih banyak dalam setiap sel darah merah.
Sel darah merah mamalia kehilangan inti selama proses pematangan yang berlangsung
sebelum memasuki peredaran darah (Ganong 2001). Selain itu sel darah merah mamalia
dewasa tidak memiliki mitokondria sebagai penghasil energi, oleh karena itu sebagai
penggantinya sel darah merah mamalia memiliki 9 membran berbentuk kantong yang berisi
enzime dan hemoglobin. Tidak adanya mitokondria ini menyebabkan sel darah merah tidak
dapat melakukan metabolisme secara aerobik. Sel darah merah hanya mengandalkan
glykolisis untuk memperoleh energi utama berupa ATP. Tanpa nukleus dan retikulum
endoplasma sel darah merah tidak dapat memproduksi enzime baru atau memperbaiki
komponen dari membrannya. Oleh sebab itu semakin tua umur sel darah, maka fleksibilitas
membran sel darah merah akan semakin berkurang sehingga semakin tua sel darah merah,
semakin kaku, dan mudah rusak (Silverthorn 2006). Secara morfologi sel darah merah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam tubuh. Pada keadaan tertentu sel
darah merah dapat berubah bentuk, sel darah yang seharusnya pipih akan berubah menjadi
membulat atau kembung. Perubahan morfologi sel darah merah ini disebut poikilositosis.
Perubahan morfologi dari sel darah merah dapat mengurangi afinitas hemoglobin dalam
mengikat oksigen. Pada penyakit tertentu, ukuran sel darah merah dapat di tentukan dengan
indeks eritrosit yaitu MCV (Mean Corpuscular Volume) untuk mengetahui keabnormalan
ukuran baik mengecil maupun membesar pada sel darah merah, seperti pada kasus defisiensi
besi maka sel darah merah akan berukuran kecil (Silverthorn 2006). Menurut Rebar (2000),
jumlah butir darah merah normal anjing sekitar 5.5-8.5 x 106 /μL sedangkan jumlah butir
darah merah kucing sekitar 5.0-10.0 x 106 /μL.
B. Pengertian Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode,
yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada
hitung leukosit.Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan
isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis.Masa hidup
eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan
limpa.Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru
yang memberi warna empedu.Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan
limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru.Kira-kira setiap hari ada
200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit secara keseluruhan.
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode,
yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada
hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang
digunakan adalah:
 Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g,
aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan
karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
 Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
 Natrium klorid 0.85 %
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam
hati dan limpa.Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu
pigmen biru yang memberi warna empedu.Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim
ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru.Kira-kira setiap
hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.Jumlah ini kurang dari 1% dari
jumlah eritrosit secara keseluruhan.
C. Penurunan eritrosit
Kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel,
cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan.
Penyebab
Difesiensi besi adalah penyebab anemia paling umum.Defesiensi besi dapat
terjadidari pola makan sehari-hari yang rendah besi.Kurang protein, asam folat, vitamin
B12 dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat
pentingnya unsur-unsur tersebut dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia juga
bisa disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus (slow bleeding)
seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek penggunaan
aspirin atau obat-obat nonsteroidal anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat,
penyakit yang berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing, malaria).
Pecandu alcohol, perokok, pasien dengan penyakit saluran pencernaan (gastritis, celiac
disease atau crohn’s disease), vegetarian ekstrim, orang lanjut usia dan wanita hamil
termasuk yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau kurang gizi atau
penyerapan gizi kurng baik.
D. Peningkatan eritrosit
Peningkatan eritrosit dapat meyebabkan polisitemia era, hemokonsentrasi/dehidrasi,
hipertensi , penyakit kardiovaskuler.
Salah satu penyakit akibat peningkatan eritrost adalah hipertensi, hipertensi tidak
menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak).Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
a. Keturunan
b. Usia
c. Garam
d. Kolesterol
e. Obesitas / Kegemukan
f. Stres
g. Rokok
h. Kafein
i. Alkohol
j. Kurang Olahraga
III.ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Hemacytometer dengan pipet thoma eritrosit
 Mikroskop

b. Bahan

 Larutan hayem dengan komposisi:


o HgCl2 0,25
o NaCl 0,50
o NaSO4 2,50
o Aquadest 100 ml
 Darah dengan antikoagulan EDTA
 Tissue
 Aquadest
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dipipet darah dengan pipet thoma eritrosit hingga skala 0,5
3. Dipipet larutan hayem hinggan skala 101
4. Dihomogenkan campuran tersebut dengan membentuk angka 8
5. Dibuang 3 sampai 4 tetes
6. Diletakkan objek glass pada kamar hitung kemudian larutan tadi diteteskan pada
kamar hitung.
7. Ditunggu 1 sampai 2 menit
8. Diamati dibawah mikroskop pada kotak R
V. NILAI RUJUKAN

Jenis Kelamin Eritrosit ( x106 / µl )


Laki-laki 4,6 – 6,2
Perempuan 4,2 – 5,4

VI. HASIL PENGAMATAN

Gambar kamar hitung untuk


eritrosit

Perbesaran 10x untuk


perhitungan eritrosit
Perbesaran 40x untuk
perhitungan eritrosit

Identitas Pasien :

Nama Pasien : Betania

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 Tahun

Dari perhitingan di dapat hasil :

Kotak pojok kiri atas = 179 sel


Kotak pojok kanan atas = 181 sel
Kotak bagian tengan = 132 sel
Kotak pojok kiri bawah = 143 sel
Kotak pojok kanan bawah = 134 sel
Jumlah keseluruhan =769
Jumlah eritosit/mm3 = 769x 10000
= 7,69 juta/mm3 darah
VII. PEMBAHASAN

Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam
tubuh. Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam tubuh darah dan sangat diperlukan dalam
proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan eritrosit dapat mengetahui
juga keadaan organ tubuh seseorang.

Cara menghitung eritrosit dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan aalt
khusus. Pada praktikum in, cara menghitung eritrosit dilakukan dengan cara manual
yaitu dengan menggunakan hemocytometer. Haemocytometer adalah alat yang dipakai
untuk menghitung jumlah sel darah yang terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan
dua macam pipet.Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum “Hitung Eritrosit”
adalah :
1. Haemositometer, adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan
terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar hitung
serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian.
2. Kamar Hitung, Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi
“improved Neubauer”. Luas “seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan bidang
ini dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya masing-masing 1 mm2.
Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang luasnya masing-masing
1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah berlainan pembaginya:
ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”.
Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing
luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang
bergaris-garis dan kaca penutup yang berpasangan adalah 1/10 mm. Maka volume
diatas tiap-tiap bidang menjadi sbb:

1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 =1/4000 mm3


1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm 3
1 bidang besar = 1x 1 x 1/10 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3

Kamar hitung “Neubeuer”( jadi karena bukan “Improved Neubeuer” berbeda karena
garis-garis dalam bidang besar ditengah-tengah berlainan. Cara menghitung jumlah
eritrosit memakai kamar hitung “Neubeuer” sedikit berbeda, agak lebih sukar dari
pemakaian Improved Neubeuer dan karena itu tidak dianjurkan.Ada pula kamar
hitung yang garis-garisnya dalam seluruh bidang yang dibagi berlainan sekali dari
Improved Neubeuer atau Neubeuer, yaitu yang bergaris bagi menurut “Burker” atau
menurut “Thoma”.Untuk menghitung yang volumenya lebih besar, yaitu kamar hitung
“Fuchs Roshental”.Ukuran “seluruh bidang yang dibagi” 4 x 4 mm, tingginya 2/10
mm, sedangkan garis baginya berlainan lagi.
3. Kaca Penutup, Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi
kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat
dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh dipakai.
Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan tehnik fasekontrast lebih
tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa.
4. Pipet, Pipet Thoma untuk mengencerkan leukosit (pipet leukosit) sama bentuknya
dengan pipet eritrosit. Di dalam bola terdapat sebutir kaca putih. Pada batang kapiler
juga terdapat garis-garis yang bertandakan “0,5” dan “1,0”. Garis diatas bola diberi
angka “11”. Seperti juga pada pipet eritrosit, angka- angka pada pipet leukosit hanya
menandakan derajat pengenceran yang terjadi, bukan volume mutlak. Jika lebih dulu
diisap darah sampai garis tanda “11”,maka darah dalam bola pipet diencerkan 20x.
5. Mikroskop,
6. Counter Tally

Bahan – bahan yang digunakan pada saat praktikum “Hitung Eritrosit” adalah :
1. Darah dengan antikoagulan EDTA
2. Larutan Hayem, adalah larutan isotonis yang digunakan sebagai pengencer darah dalm
perhitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan hayem
maka sel darah putih akan hancur sehingga yang tertinggal hanya sel darah merah saja.
Komposisi larutan hayem adalah 5 gr Na-Sulfat, 1 gr NaCl, 0,5 gr HgCl2 dan 100 mL
aquadest.

Dalam praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah mengambil darah vena
pasien yang ditempatkan dalam tabung berantikoagulan EDTA. Kemudia darah diambil
dengan pipet pengencer Thoma hingga batas 0,5 dan diambil larutan Hayem hingga batas
101. Setelah itu pipet dioyangkan agar larutan homogeny dan sel-sel darah lain selain
eritrosit lisis. Lalu dibuang 3-4 tetes pertama dan tetesan selanjutnya diteteskan pada
Rule Area kamar hitung. Setelah itu diletakan dibawah mikroskop dan dihitung jumlah
eritrositnya pada kotak Eritrosit

Pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut,

Nama Pasien : Betania

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 Tahun

Jumlah eritrosit : 7,69 juta sel/µl darah


Dari hasil yang didapat tersebut setelah dibandingkan denga rujukan yaitu perempuan
dewasa dengan jumlah eritrosit normal adalah 4,2-5,4 juta sel/ µl darah menunjukan
jumlah eritrosit dari pasien Betania melebihi dari nilai rujukan.

Hal lain yang memperngaruhi hasil praktikum adalah :

 Jumlah darah dan larutan Hayem yang dihisap ke dalm pipet tidak tepat
 Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah atau pengencer
 Darah tidak homogeny
 Ada gelembungudara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung
 Menghitung sel yang menyinggung faris batas tidak benar
Jadi, untuk memastikan keadaan pasien dianjurkan pasien melakukan pemeriksaan
lebih lanjut agar didapatkan hasil yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai