Anda di halaman 1dari 20

Kelainan Darah pada Hemoglobin, Jumlah dan

Morfologi Eritrosit

Elina Seftiani Feroline Nanlohy


22018009 22018014

Mayang Mila Nabilah Delia


Fadhilah Noviana
22018022 22018025
Kelainan Darah pada Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang ada di dalam sel darah merah.

Protein inilah yang memberikan warna merah pada darah. Selain pemberi

warna, Hb juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit).

Ketika kondisi hemoglobin seseorang lebih tinggi atau lebih rendah

daripada jumlah normal, dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan.


1. Kadar Hemoglobin Rendah

Kadar hemoglobin yang rendah merupakan gejala


anemia. Anemia adalah kurangnya sel darah merah
(eritrosit) dan/atau hemoglobin yang mengakibatkan sel-sel
tubuh kekurangan oksigen sehingga mengganggu
fungsi normal sistem tubuh.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat
besi dalam tubuh. Zat besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah
merah yang dikenal sebagai hemoglobin. Saat tubuh mengalami anemia defisiensi besi,
maka sel darah merah juga akan mengalami kekurangan pasokan hemoglobin yang
berfungsi mengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh. Tanpa pasokan oksigen yang cukup dalam darah, tubuh juga tidak
mendapat oksigen yang memadai.

Anemia pernisiosa disebut juga anemia biermer merupakan anemia yang


disebabkan karena keurangan vitamin B12. Vitamin B12 diperlukan untuk
membentuk sel darah merah dan menjaga kenormalan fungsi saraf. Sehingga
apabila seseorang mengalami anemia pernisiosa ini biasanya disertai
dengan gangguan saraf, seperti sering kesemutan, rasa baal atau kebas pada
tangan dan kaki, gangguan daya ingat, dan gangguan penglihatan.

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh kelainan proses


pembentukan DNA sel darah merah. Penyebab utama anemia megaloblastik adalah
kekurangan (defisiensi) vitamin B12 dan asam folat. Penderita anemia megaloblastik
mengalami ketidakseimbangan proses pematangan nukleus (inti) dan sitoplasma sel
darah merah. Kekurangan folat atau vitamin B12 memperlambat replikasi nukleus dan
memperlambat proses pematangan (maturasi) sel darah merah. Akibatnya, sel darah
merah yang diproduksi tubuh memiliki ukuran yang besar dan pecah saat berada di
sumsum tulang.
Anemia Aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang disebabkan oleh kegagalan
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat
memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan
platelet (trombosit). Terjadi ketika sumsum tulang berhenti atau tidak cukup membuat sel darah
baru. Rendahnya tingkat sel darah merah menyebabkan anemia. Dengan rendahnya tingkat sel
darah putih, tubuh kurang mampu melawan infeksi. Dengan terlalu sedikitnya trombosit, darah
tidak bisa membeku secara normal.

Anemia sideroblastik, atau anemia sideroachrestic adalah suatu bentuk anemiadi


mana sumsum tulang menghasilkan sideroblas bercincin daripada sel darah merah yang sehat
(eritrosit). Pada anemia sideroblastik, tubuh memiliki zat besi tetapi tidak dapat
memasukkannya ke dalam hemoglobin , yang dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen secara efisien. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan genetik atau secara tidak
langsung sebagai bagian dari sindrom myelodisplatik.

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh kondisi ketika sel darah
merah hancur sebelum waktunya. Pada tubuh yang sehat, sel darah merah memiliki waktu
hidup sekitar 120 hari sebelum akhirnya hancur dan digantikan oleh sel darah merah baru.
Pada keadaan awal, sumsum tulang belakang akan berusaha mengatasi kekurangan darah
merah dengan menghasilkan sel darah merah dengan lebih cepat. Namun, jika kondisi
hancurnya sel darah merah berlangsung terus-menerus, usaha kompensasi dari sumsum
tulang akan gagal dan terjadilah anemia.
• Anemia hemolitik bisa terbagi berdasarkan penyebabnya, yaitu didapat dan herediter. penyebab
hemolisis didapat yaitu gangguan sistem imun, misalnya pada penyakit Lupus Eritematosus,
transfusi darah yang tidak cocok dan eritroblastosis fetalis.
• Hemolisis atau hancurnya sel darah merah pada anemia hemolitik herediter biasanya disebabkan
karena gangguan atau kerusakan membran, kerusakan enzim, ataupun hemoglobin yang tidak
normal. Berbagai penyebab anemia hemolitik herediter, antara lain :
a. Anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia)
Sel sabit, atau disebut juga anemia sel sabit atau sickle cell anemia,
adalah penyakit anemia turunan. Sel sabit adalah kondisi di mana
tidak adanya sel darah merah yang sehat untuk mengantarkan
oksigen ke seluruh tubuh. Biasanya, sel darah merah berbentuk bulat
dan dapat bergerak dengan mudah melalui pembuluh darah, yang
membantu mengantarkan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Pada
anemia sel sabit, sel-sel ini berubah menjadi sabit dan kaku serta
lengket. Kelainan bentuk sel ini dapat menyebabkan kesulitan
bergerak melalui pembuluh darah, dan dapat memperlambat atau
menghentikan aliran darah dan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Situasi ini memicu rusaknya jaringan dan organ-organ karena tidak
mendapat cukup darah
b. Talasemia (Thalasemia)

Thalasemia adalah ketidakmampuan memproduksi sel darah merah dan

hemoglobin, merujuk kepada sekelompok penyakit kelainan darah genetik atau penyakit

bawaan yang ditandai oleh kerusakan produksi sel darah atau struktur hemoglobin, protein

ditemukan di dalam sel-sel darah merah. Ketika seseorang memiliki thalasemia, itu artinya

salah satu dari komponen terpenting dalam struktur hemoglobin telah hilang atau rusak

(diubah). Tergantung pada kelainan gen tertentu, gangguan ini dapat menciptakan kondisi

yang nihil sampai pada gejala yang mengancam keberlangsungan hidup penderita.
Anemia Pada Gagal Ginjal
Untuk membentuk sel darah merah tubuh memerlukan hormon erythropoietin
sebagai sinyal tubuh yang merangsang pembentukan eritrosit. Hormon ini dihasilkan
oleh ginjal, jadi apabila seseorang mengalami gangguan pada ginjal dalam kurun
waktu yang lama (gagal ginjal kronis) maka bisa menimbulkan anemia. Ketika ginjal
sakit atau rusak, mereka tidak membuat cukup erythropoietin (EPO). Akibatnya,
sumsum tulang membuat sel-sel darah merah lebih sedikit, menyebabkan anemia.
Ketika darah memiliki jumlah sel darah merah yang lebih sedikit, hal itu
menghalangi tubuh dari oksigen yang dibutuhkan.

Anemia Pasca Perdarahan Akut


Anemia pasca perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang disebabkan oleh pendarahan.
Pendarahan hebat merupakan penyebab tersering anemia. Apabila terjadi
kehilangan darah, tubuh akan segera menarik cairan dari jaringan diluar
pembuluh darah untuk menjaga pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya,
darah menjadi lebih encer dan persentase sel darah merah berkurang.
2. Kadar Hemoglobin Tinggi

Hemoglobin tinggi berarti tingginya kadar protein


pembawa oksigen di dalam darah. Hal ini bisa terjadi
karena banyaknya jumlah sel-sel darah merah atau
karena tingginya konsentrasi Hemoglobin (Hb) di dalam
sel darah merah. Tingginya kadar Hb tidaklah sama
dengan tingginya jumlah eritrosit, karena kadar
hemoglobin rendah bisa terjadi pada seseorang yang
memiliki jumlah eritrosit normal. Begitupula sebaliknya,
namun meningkatnya produksi sel darah merah
umumnya diikuti dengan meningkatnya Hemoglobin
darah. Kadar hemoglobin (Hb) yang tinggi seringkali
kita jumpai ketika terdapat peningkatan produksi sel-sel
darah merah sebagai upaya tubuh
untuk mengkompensasi kadar oksigen yang rendah
dalam darah yang dibutuhkan oleh jaringan. Kadar
hemoglobin tinggi disebut juga polisitemia.
Pengertian dan Morfologi Eritrosit

Sel darah merah atau disebut juga eritrosit berasal dari bahasa
Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti
selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian utama dari darah.
• Berbentuk bulat atau oval
• Seperti cakram bikonkaf serta berwarna merah disebabkan oleh
hemoglobin (Hb)
• Bagian tengah sel ini lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi
• Tidak memiliki inti
• Dibagian tengahnya tampak lebih pucat yang disebut dengan
central pallor
• Berdiamter 7-8 µm, tebal 1,5-2,5 µm.
Umur eritrosit 120 hari, setelah itu akan dirombak didalam
hati menjadi bilirubin dan biliverdin (zat warna empedu).
Pemeriksaan Eritrosit

• Tujuan :
Untuk menghitung jumlah eritrosit dalam darah
• Metode
Mikrovisual
• Prinsip :
Pengenceran darah dengan larutan hayem menyebabkan lisis sel
leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel
eritrosit. Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang
sedang di tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.
• Alat-alat

• Bahan

‐ Darah kapiler

• Reagen

‐ Alcohol

‐ Larutan Hayem
Cara Kerja
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
• Mengambil darah kapiler
 Jari yang akan di tusuk di usap dengan alkohol 70%
 Gunakan lancet yang steril.
 Tusuk jari yang sudah di beri alcohol
 Buang 3 tetesan pertama
 Segera gunakan pemeriksaan karena mudah membeku
 Usap jari dengan kapas pada bekas tusukan tadi.
• Mengisi Pipet Thoma dan Bilik Hitung
Cara Menghitung Sel

• Atur fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10x), kemudian lensa tersebut diganti
dengan lensa objektif besar (40x),
• Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada
garis-garis bagi tersebut.
• Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil (misalnya ; pada
keempat sudut bidang besar di tambah dengan satu bidang di bagian tengah). Cara dan
ketentuan menghitung sel mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke
bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung garis suatu bidang,
sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel
yang menyinggung garis sebelah kanan dan bawah tidak boleh dihitung.
Perhitungan

Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Luas tiap bidang

kecil ¼ mm kuadrat, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan

eritrosit yang dihitung dalam 5 x 16 bidang kamar kecil = 80 bidang

kecil, yang jumlah luasnya 1/5 mm kuadrat. Sehingga didapat

volume yaitu 0,02 mm kubik. Faktor untuk mendapatkan jumlah

eritrosit dalam ul darah menjadi 50 x 200 = 10.000.


Jumlah Eritrosit

Nilai normal eritrosit dalam darah yaitu :


• Bayi baru lahir 0-3 hari : 4,0 – 5,9 juta sel/mm³
• Bayi 1-2 minggu : 3,6 – 5,5 juta sel/mm³
• Bayi 1-6 bulan : 3,1 – 4,3 juta sel/mm³
• Bayi 7 bulan – 6 tahun : 3,7 – 4,9 juta sel/mm³
• Anak 2-5 tahun : 3,9 – 5,0 juta sel/mm³
• Anak 5-8 tahun : 4,0 – 4,9 juta sel/mm³
• Anak 13-18 tahun : 4,5 – 5,5 juta sel/mm³
• Dewasa Pria : 4,2 – 5,5 juta sel/mm³
• Dewasa Wanita : 3,2 – 5,2 juta sel/mm³
Sumber kesalahan :

• Jumlah darah/larutan Heyem yang diisap kedalam pipet tidak tepat.


• Memakai pipet yang basah
• Berkurangnya darah dalam pipet pada waktu penghapusan darah yang melekat pada bagian luar ujung pipet.
• Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap darah/larutan pengencer.
• Adanya bekuan darah
• Darah tidak dihomogenkan
• Kamar hitung/kaca penutup kotor
• Ada gelembung udara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung
• Letak kaca penutup tidak tepat
• Meja mikroskop tidak datar
• Menghitung sel yang menyinggung garis batas tidak benar
• Kaca penutup bergeser karena tersebtuh oleh lensa mikroskop
• Larutan pengencer kotor
• Menghitung eritrosit tidak memakai lensa obyektif 40x sehingga kurang teliti
Kesimpulan

Hemoglobin adalah protein yang ada di dalam sel darah merah. Protein inilah yang
memberikan warna merah pada darah. Strukturnya terdiri dari empat rantai. Setiap rantainya
mengandung senyawa yang disebut heme, yang mengandung zat besi. Kelainan kadar hemoglobin
terbagi menjadi 2 yaitu kelainan kadar hemoglobin tinggi dan kelainan kadar hemoglobin rendah.
Kadar hemoglobin tinggi menyebabkan polisitemia dan kadar hemoglobin rendah menyebabkan
anemia. Eritrosit adalah sel darah merah yang agak bulat atau oval, seperti cakram bikonkaf dan tidak
berinti dengan diamter 7-8 µm dan tebal 1,5-2,5 µm. Metode yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan jumlah eritrosit yaitu dengan menggunakan larutan hayem.

Anda mungkin juga menyukai