MORFOLO
GI
ERITROSI
T
ADAMALAY WARDIWIRA
P1337434318042
Morfologi Eritrosit Pada Penyakit AIHA
● Pasien AIHA umumnya datang dengan keluhan pucat, lemah, perubahan warna urin
menjadi gelap dan disertai demam. Bila lebih berat dapat ditemukan tidak hanya
hiperbilirubinemia, tapi juga nyeri perut dan gejala gagal jantung. Splenomegali dan
hepatomegali sering ditemukan. Gejala AIHA pada anak tergantung pada beratnya
anemia dan kecepatan proses hemolitik yang terjadi. Disamping itu, proses hemolitik
dapat terjadi sekunder terhadap penyakit primernya.
Produksi eritrosit
- Gangguan metabolisme zat besi.
Kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi cukup menunjukkan adanya gangguan metabolisme zat besi pada penyakit
kronik. Hal ini memberikan konsep bahwa anemia dapat disebabkan oleh penurunan kemampuan Fe dalam sintesis Hb.
- Fungsi sumsum tulang.
Meskipun sumsum tulang yang normal dapat mengkompensasi pemendakan masa hidup eritrosit, diperlukan stimulus
eritropoetin oleh hipoksia akibat anemia. Pada penyakit kronik, kompensasi yang terjadi kurang dari yang diharapkan akibat
berkurangnya pelepasan atau menurunya respon terhadap eritropoetin.
Anemia peyakit kronis memiliki gambaran klinis sebagai berikut
Indeks dan morfologi eritrosit normositik normokromik atau hipokrom ringan dengan MCV
jarang <75 fl.
Anemia bersifat ringan atau tidak progresif, kadar haemoglobin pada pasien jarang ditemukan
kurang dari 9,0 g/dl, namun perlu dicatat bahwa beratnya anemia tergantung dari penyakit yang
mendasari terjadinya anemia tersebut.
Kadar TIBC yang menurun dengan kadar sTfR yang normal.
Kadar feritin serum yang normal maupun adanya peningkatan.
Kadar besi cadangan di sumsum tulang masih normal, sedangkan kadar besi dalam eritroblas
berkurang.
Morfologi Eritrosit Pada Penyakit Leukemia
Leukemia
Penyebab : belum diketahui pasti
FAKTOR HOST (Genetik, Kelainan kromosom)
Faktor lingkungan: Radiasi, Bahan kimia, Obat-obatan, Infeksi virus
1. Leukemia Akut
• Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini
tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari.
• Leukemia kronis
• Perjalanan penyakit yang tidak cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.
Leukemia Akut
• ALL : 75% pada anak (3-4 th)
• AML: insiden 80% pada dewasa
• pada orang tua ( > 40 th)
• Gambaran klinik :
• Kegagalan sumsum tulang (anemia, demam,infeksi, perdarahan (trombositopenia) Infiltrasi ke organ (nyeri tulang,
limfadenopati, splenomegali,hepatomegali )
• Gejala meningeal ( Sakit kepala, Mual, muntah, kejang)
• Hipertrofi gusi (bengkak)
Gambaran Lab
• Kadar Hb, Ht, jumlah eritrosit : turun
• Jumlah leukosit: meningkat
• Jumlah tombosit : menurun
• LED : meningkat ; Hapusan darah tepi : blast
Gambaran Lab
• Darah tepi : Hb, Ht, jumlah eritrosit sedikit meningkat
• Jumlah leukosit sangat tinggi
• Trombosit meningkat/normal/turun
• Hapusan Darah Tepi : normositik normokrom, lekosit semua stadium(CML), basofilia, eosinofili
Morfologi Eritrosit Pada Penyakit Malaria
Bentuk eritrosit normal (bikonkaf), cekungan pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang
akan mengikat oksigen, warna eritrosit normokrom, dan ukuran normositer. Penderita penyakit malaria yang diserang
Plasmodium falciparum bentuk eritrosit Normal (bikonkaf), ukuran Normositer (±7 Mikron), dan warna eritrosit Hipocrom
(eritrosit pucat > 1/3 bagian). Penderita penyakit malaria yang diserang Plasmodium Vivax bentuk eritrosit Abnormal
(krenasi) yaitu eritrosit mengkerut, ukuran Makrositer (>7 Mikron) dimana eritrosit membesar, dan warna eritrosit Hipocrom
(eritrosit pucat > 1/3 bagian).
Malaria berat biasanya disebabkan oleh Plasmodium falcipa-rum, gejalanya timbul 9-30 hari setelah terinfeksi, dapat
menyebabkan demam berulang setiap 36- 48 jam, atau demam kurang menonjol dan hampir terus menerus. Sedangkan
Plasmodiumvivax dapat menyebabkan demam dan berkeringat terjadi setiap 2 hari. Ketepatan diagnosa sangat
mempengaruhi ketepatan dalam prosedur penanganan pasien penyakit malaria dalam penyembuhan dan penyebaran
penyakit. Ketepatan diagnosa laboratorium untuk melihat gambaran bentuk, ukuran, dan warna eritrosit yang menyerang
pasien sehingga dapat mengurangi kematian dan penyembuhan penyakit malaria dengan cepat. Sebaiknya dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai cara penanganan lebih tepat terhadap pasien malaria dan memperhitungkan lama demam
pada saat pengambilan sampel darah
Morfologi Eritrosit Pada Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA, disebabkan oleh
defisiensi kobalamin (Vit B12) dan/atau asam folat.. Sel terutama yang terkena adalah sel yang pertukarannya (turn over)
cepat, terutama sel prekursor hematopoetik dan sel epitel gastro-intestinal.
Gangguan Absobsi atau metabolism folat atau Vit. B12 menyebabkan sintesis DNA akan dihambat dan siklus sel jadi
diperlambat selama eritropoesis. Namun sintesis hemoglobin di sitoplasma berlangsung terus dan tidak mengalami
perubahan sehingga ukuran eritrosit muda membesar dan eritrosit yang oval akan masuk kedalam darah. Pembentukan
granulosit dan megakariosit juga terganggu. Di samping gangguan proliferasi, anemia juga dicetuskan oleh kerusakan dini
eritrosit muda di sumsum tulang (peningkatan eritropoesis yang tidak efisien) dan juga karena pemendekan masa hidup
eritrosit di sirkulasi.
Pemeriksaan Laboratorium:
Pada pemeriksaan darah lengkap bisa ditemukan anemia dengan MCV yang meningkat >100 fL (makrositosis), kadang
disertai dengan leukopenia dan/atau trombositopenia. Pada apusan darah tepi terlihat gambaran anisopoikilositosis disertai
makroovalosit dan hipersegmentasi netrofil. Kadang juga ditemui eritrosit muda (normoblas).
makrositosis dengan makroovalosit hipersegmentasi netrofil normoblas