Anda di halaman 1dari 71

Pemicu 2 Hematologi

Curhat saat Reuni


FRUDENSIA KRISTIANA
405110031

Learning Objectives
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Definisi Anemia
Klasifikasi Anemia
Pemeriksaan Laboratorium
Tata laksana Anemia
Epidemiologi
Komplikasi / penyulit

Learning Objective 1
DEFINISI ANEMIA

Definisi Anemia
Wintrobes Clinical Hematology :

Anemia is functionally defined as an insufficient RBC mass to


adequately deliver oxygen to peripheral tissues.
(Anemia secara fungsional didefinisikan sbg tidak cukupnya
massa sel darah merah untuk memadai pengantaran oksigen ke
jaringan perifer.)
Kapita Selekta :
Anemia didefinisikan sbg berkurangnya kadar hemoglobin darah.
Hematologi Klinik Ringkas :
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan atau massa
hemoglobin yg beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.

Definisi Anemia
Kamus Kedokteran Dorland; edisi 29 :

Penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam


darah dibawah normal, diukur per mm kubik atau melalui
1000 volume sel darah merah (packed red cells) dalam
100 ml darah; terjadi ketika keseimbangan antara
kehilangan darah (melalui perdarahan atau perusakan)
dan produksi darah terganggu.
Fisiologi Manusia, lauralee Sherwood;edisi 2 :

Anemia mengacu kepada penurunan dibawah normal


kapasitas darah mengangkut O2 & ditandai oleh
hematokrit yang rendah

Kriteria Anemia
Kriteria klinik :

Hemoglobin < 10 g/dl


Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm3

Cut off point yang umum dipakai ialah kriteria WHO

tahun 1968. Dinyatakan anemia, bila :


Laki-laki dewasa

Hemoglobin < 13 g/dl

Perempuan dewasa tdk hamil

Hemoglobin < 12 g/dl

Perempuan hamil

Hemoglobin < 11 g/dl

Anak umur : 6-14 tahun

Hemoglobin < 12 g/dl

Anak umur : 6 bulan6 tahun

Hemoglobin < 11 g/dl

Gambaran Klinis Anemia


Dapat dipertimbangkan menurut 4 kriteria utama:

Kecepatan awitan
Keparahan
Usia
Kurva disosiasi hemoglobin O2

Gejala Anemia
Nafas pendek, khususnya pada saat berolahraga
Kelemahan
Letargi
Palpitasi
Sakit kepala
Pada pasien berusia tua, mungkin ditemukan:

Gejala gagal jantung


Angina pektoris
Klaudikasio intermiten
Kebingungan (konfusi)

Tanda Anemia
Tanda Umum

Kepucatan membran mukosa kadar Hb < 9-10g/dl.


Sirkulasi yg hiperdinamik takikardia, nadi kuat, kardiomegali.
Gagal jantung kongestif mungkin ditemukan, khususnya pada orang
tua.

Tanda Khusus terkait dgn jenis anemia tertentu, seperti :

Koilonikia Anemia def. besi


Ikterus Anemia hemolitik atau megaloblastik
Ulkus tungkai Anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain
Deformitas tulang Thalassemia mayor dan anemia hemolitik
kongenital lain yg berat.
Neuropati (kerusakan saraf) Anemia def. vit. B12

Koilonikia

Penyebab Anemia

Gangguan Sintesis Heme

Gangguan
Metabolisme
Besi

- Kekurangan besi
- Penyakit
Menahun
- Atransferinemia

Gangguan
Sintesis
Protoporfirin

- Gangguan ALA
sintetase
- Def.Heme-sintetase
- Intoksikasi Pb
- Ideopathik

Gangguan Sintesis Globin

Thalasemia

Hb-Varian

Learning Objective 2
KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia berdasarkan derajat anemia :
1.
2.
3.
4.

Ringan sekali : Hb 10 g/dl - cut off point


Ringan : Hb 8 - 9,9 g/dl
Sedang : Hb 6 7,9 g/dl
Berat :
Hb < 6 g/dl

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit


A. Anemia hipokromik mikrositer

(MCV < 80 fl; MCH < 27 pg)


1. Anemia def. besi
2. Thalassemia
3. Anemia akibat penyakit kronis
4. Anemia sideroblastik
B. Anemia normokromik normositer
(MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg)
1. Anemia pasca pendarahan akut
2. Anemia aplastik hipoplastik
3. Anemia hemolitik terutama bentuk yg didapat
4. Anemia akibat penyakit kronis
5. Anemia mieloptisik
6. Anemia pada gagal ginjal kronik
7. Anemia pada mielofibrosis
8. Anemia pada sindrom mielodisplastik
9. Anemia pada leukimia akut

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit


C. Anemia makrositer

(MCV < 95 fl)


1.

2.

Megaloblastik
a.
Anemia def. vit. B12
b.
Anemia def. asam folat
Nonmegaloblastik
a.
Anemia pd penyakit hati kronik
b.
Anemia pd hipotiroid
c.
Anemia pd sindroma mielodisplastik

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit


MORFOLOGI
ANEMIA

ERITROSIT

VER

HER

KHER

Makrositer

Normositer
normokrom

Mikrositer
normokrom

N / N

Mikrositer
hipokrom

N / N N / N

Morfologi

hipokromatik
mikrositik
Ukuran kecil
bentuk kecil
MCV =
MCHC =

Normokromik
normositik

Makrositik

Ukuran normal
bentuk normal
MCV = normal
MCHC = normal

Ukuran besar
MCV =
MCHC = normal

Penyebab =
Penyebab=
Hilang darah akut
Fe = an. Deff besi
Hemolisis
Sideroblastik,
Infeksi
hilang darah kronis
Gangguan endokrin
Gangguan sintesis globin
Gang. Ginjal
= talasemia
Kegagalan ss tlg
Peny. Infiltratif metastatik
Pd ss tlg

Penyebab =
Terganggu DNA =
deff B12/ as. Folat/
Keduanya
Kemoterapi cancer

Anemia Mikrositik Hipokrom


Mikrositik : kecil

karena sintesis eritrosit yang terus berlangsung


Hipokromi : pewarnaan yang kurang (hemoglobin nya kurang)
Insufisinsi sintesis heme dan besi menyebabkan VER dan
KHER mengalami penurunan.
Hanya sedikit besi yang terikat ke protoporfirin dan enzim
penentu kecepatan heme sintetase memerlukan besi untuk
menghentikan sintesis heme.
Kekurangan besi pembelahan terus berlanjut sel sel
lebih kecil.
Karena jumlah besi yang tidak memadai, jumlah Hb di setiap
sel juga berkurang hipokrom

Patofisiologi
An sideroblastik

Defisiensi Fe

Ferritin + Protophofirin

HEME

Gangguan
sintesis

+ Globin

Hemoglobin

ANEMIA

Patofisiologi Anemia Mikrositik Hipokrom

Anemia Defisiensi Besi


Penyebab utama :

1.
2.
3.

a.
b.
4.

a.
b.
c.
d.

Makanan yang tidak memadai


Malabsorbsi
Peningkatan pengeluaran besi
Haid
perdarahan saluran cerna
Peningkatan kebutuhan besi
Bayi
Remaja
wania hamil
menyusui

Jika terjadi defisiensi besi maka cadangan


retikuloendotel (homosiderin dan feritin) akan habis
seluruhnya sebelum timbul anemia

Anemia pada Penyakit Kronik


Disebabkan penurunan pelepasan besi dari makrofag ke plasma.
Memendeknya umur eritrosit.
Respon eritropoietin tidak adekuat terhadap anemia yang

disebabkan oleh efek sitokin.


Gambaran khas nya :
1.

2.
3.
4.
5.

Indeks dan morfologi eritrosit normositik normokrom atau hipokrom


ringan.(VER = 75fl)
Anemia bersifat ringan dan tidak progresif (Hb < 9 g/dl)
TIBC menurun, sTfR normal
Kadar feritin serum normal
Retikuloendotel normal di sumsum tulang dan berkurang di eritroblas

Anemia Sideroblastik
Anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam

darah tepi dan besi sumsum tulang yang


meningkat.
Sideroblas cincin ini adalah eritroblas yang
abnormal yang mengandung banyak granula besi
yang etrsusun dalam suatu bentuk cincin atau
kerah yang melingkari inti.
Mutasi sering terjadi pada gen asam aminolevulinat sintase (ALA-S) yang etrdapat
dalam kromosom X

Thalassemia
Terjadi penurunan kecepatan produksi rantai globin
Sindrom ini di klasifikasikan berdasar rantai globin :

thalasemia : produksi rantai alfa menurun


thalasemia : produksi rantai beta menurun

Dapat terjadi akibat kelainan pada sekuens

pengkode,transkipsi,atau pengolahan atau defek pada


translasi gen.
Delesi pada keempat lokus rantai alfa menyebabkan hilang
nya RNA massenger untuk sintesis rantai alfa.
Thalasemia beta menyebabkan defisiensi mencolok pada
kadar mRNA atau tidak menghasilkan mRNA sama sekali.

Anemia Normokromik Normositer


Eritrosit memiliki ukuran dan bentuk normal serta

mengandung jumlah Hb normal.


VER dan KHER normal
Penyebab anemia ini :
- kehilangan darah akut
- hemolisis
- penyakit kronik yang meliputi ggn endokrin,ggn
ginjal,kegagalan sumsum tulang dan penyakit infiltratif
metastatik pada sumsum tulang.

Anemia Makrositer
Eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal
VER meningkat dan KHER normal
Disebabkan terganggu nya aatu terhenti nya sintesis

asam deoksiribonukleat (DNA)


Ditemukan pada defisiensi Vit B12 da asam folat.
Dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker karena agenagen menggangu sintesis DNA.

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis


A. Produksi eritrosit menurun
1.
Kekurangan bahan untuk eritrosit
a. Besi : Anemia def. besi
b. Vit. B12 dan asam folat : Anemia megaloblastik
2.
Gangguan utilisasi besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3.
Kerusakan jaringan sumsum tulang
a. Atrofi dgn penggantian oleh jar. lemak : Anemia aplastik/hipoplastik
b. Penggantian oleh jar. fibrotik/tumor : Anemia
leukoeritroblastik/mieloptisik
4.
Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui
a. Anemia diseritropoetik
b. Anemia pada sindrom mielodisplastik

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis


B. Kehilangan eritrosit dari tubuh
1.
Anemia pasca pendarahan akut
2.
Anemia pasca pendarahan kronik
C. Peningkatan penghancuran eritrosit dlm tubuh

(Hemolisis)
Faktor ekstrakorpuskuler

1.

a.

b.
c.
d.
e.

Antibodi terhadap eritrosit


i.
Autoantibodi-AIHA (autoimmune hemolytic anemia)
ii.
Isoantibodi-HDN (hemolytic disease of the newborn)
Hipersplenisme
Pemaparan terhadap bahan kimia
Akibat infeksi bakteri/parasit
Kerusakan mekanik

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis


2.

Faktor intrakorpuskuler
a.

b.

c.

Gangguan membran
i.
Hereditary spherocytosis
ii.
Hereditary elliptocytosis
Gangguan enzim
i.
Def. pyruvate-kinase
ii.
Def. G6PD (glucose-6 phosphate dehydrogenase)
Gangguang hemoglobin
i.
Hemoglobinopati struktural
ii.
Thalassemia

D. Bentuk campuran
E. Bentuk yg petogenesisnya belum jelas

Learning Objective 3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Lab. Hematologik


Dilakukan secara bertahap.
Pemeriksaan berikutnya dilakukan dgn

memperhatikan hasil pemeriksaan terdahulu


sehingga lebih terarah dan efisien.

Pemeriksaan Lab. Hematologik


Tes penyaring :

1.

Dikerjakan pd tahap awal pd setiap kasus anemia.


Dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia
tsb.
Meliputi :

Kadar hemoglobin
Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Perkembangan electronic counting di bidang hematologi maka
hasil Hb, leukosit, dan trombosit serta indeks eritrosit dapat
diketahui sekaligus, selain itu jg dapat diketahui RDW (red cell
distribution width) yg menunjukan tingkat anisositosis sel darah
merah)
Apusan darah tepi

Pemeriksaan Lab. Hematologik


2. Pemeriksaan rutin :
Dikerjakan pd semua kasus anemia, utk mengetahui kelainan
pd sistem leukosit dan trombosit.
Meliputi :

Laju endap darah


Hitung diferensial
Hitung retikulosit

3. Pemeriksaan sumsum tulang :


Dikerjakan pd sebagian besar kasus anemia utk mendapatkan
diagnosis definitif meskipun ada bbrp kasus yg diagnosanya
tdk memerlukan pemeriksaan ini.

Pemeriksaan Lab. Hematologik


4. Pemeriksaan atas indikasi khusus :
Dikerjakan bila kita telah mempunyai dugaan diagnosis awal.
Fungsinya utk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tsb.
Meliputi :

Anemia def. besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan


feritin serum.
Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vit. B12.
Anemia hemolitik : hit. Retikulosit, tes Coombs, elektroforesis Hb.
Anemia pd leukimia akut : pemeriksaan sitokimia.

Pemeriksaan Lab. Nonhematologik


Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman

1.
2.
3.
4.
5.

Berbagai jenis anemia dapat disebabkan oleh penyakit

sistemik, seperti :

Gagal ginjal kronik (anemia nonmegaloblastik)


Penyakit hati kronik (anemia normokromik normositer)
Hipotiroidisme (anemia nonmegaloblastik)

Pemeriksaan Penunjang Lain


Biopsi kelenjar yg dilanjutkan dgn pemeriksaan

histopatologi.
Radiologi : torak, bone survey, USG, scanning,
limfangiografi.
Pemeriksaan sitogenetik.
Pemeriksaan biologi molekuler (PCR-polymerase
chain reaction, FISH-fluorescence in situ
hybridization, dll)

Learning Objective 4
TATA LAKSANA ANEMIA

Diagnosis Kasus Anemia


Utk menegakan diagnosis anemia harus ditempuh 3

langkah, yaitu :
1.
2.
3.

Langkah pertama : membuktikan adanya anemia.


Langkah kedua : menetapkan jenis anemia yg dijumpai.
Langkah ketiga : menentukan penyebab anemia tsb.

Utk dapat melaksanakan ketiga langkah tsb,

dilakukan :
Pendekatan

klinik : anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Pendekatan laboratorik : analisis hasil lab. sesuai tahapannya.
Pendekatan epidemiologik : penentuan etiologi.

Prinsip Terapi
Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis

ditegakkan.
Terapi diberikan atas indikasi yg jelas, rasional dan
efisien.

Jenis Terapi
Terapi gawat-darurat : transfusi sel darah merah

yang dimampatkan (packed red cell).


Terapi khas utk masing-masing anemia
Terapi kausal (mengobati penyakit dasar)
Terapi ex juvantivus : terapi yg terpaksa diberikan
sebelum diagnosis dapat ditegakkan.

Transfusi Darah
Definisi :
Proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit
(respien),dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.

Tujuan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.


Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar
tetap bermanfaat.
Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
Memperbaiki fungsi Hemostatis.
Tindakan terapi kasus tertentu.

Syarat Calon Pendonor


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Keadaan umum baik;


Usia 17-65 tahun;
Berat badan 50kg atau lebih;
Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih;
Tidak demam (temperature oral < 37,5C);
Frekuensi dan irama denyut nadi normal;
Tekanan darah 50-100/90-180mmHg;
Tidak menderita Hipotensi dan Hipertensi;
Tidak ada lesi kulit yang berat;
Menjadi donor terakhir minimal 8 minggu yang lalu;
Bukan pencandu alkohol/narkoba;

Syarat Calon Pendonor


12. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita);
13. Tidak menderita tuberkulosis aktif;
14. Tidak menderita asma bronkial simptomatik;
15. Pasca pembedahan (6 bulan setelah operasi besar, luka

16.
17.
18.
19.

operasi telah sembuh pada operasi kecil, minimal 3 hari


setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut);
Tidak ada riwayat kejang;
Tidak ada riwayat perdarahan abnormal;
Tidak menderita penyakit infeksi yang menular melalui
darah;
Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

Klasifikasi Transfusi
Allotransfusi : darah yg akan ditransfusikan berasal dri darah

org lain
Transfusi Autolog : transfusi darah yg paling aman adl dimana
donor juga berlaku sebagai resipien, karena hal ini
menghilangkan resiko tjd ketidakcocokan & penyakit yg
ditularkan melalui darah.
Dibagi mjd 3 :

Pradeposit : darah diambil dr resipien yg potensial dlm bbrpa


minggu sblum operasi selektif
Hemodilusi : darah diambil tepat sblm pembedahan (stlh
dianestesi) & diinfuskan kembali stlh operasi
Penyelamatan : darah yg hilang selama operasi dikumpulkan
selama perdarahan berat & diinfuskan kembali

Jenis Darah
Darah Lengkap/ Whole Blood : Diberikan pd penderita yg

kehilangan darah lebih dari 25 %.


Darah segar : darah yg baru diambil dari donor-6 jam sesdh
pengambilan.
Keuntungannya : faktor pembekuannya msh lengkap
termasuk faktor V dan VIII dan fungsi eritrosit msh relatif
baik.
Kerugiannya : sulit diperoleh dlm wkt yg tepat krn utk
pemeriksaan golongan, reaksi silang & transportasi
diperlukan wkt > 4 jam & resiko penularan penyakit relatif
banyak.
Darah baru : darah yg disimpan antara 6 jam-6 hari sesdh
diambil dr donor. Faktor pembekuan disini sdh hampir habis
& dpt tjd peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

Jenis Darah

Darah simpan : Darah yg disimpan > 6 hari.


Keuntungannya : mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan
CMV hilang.
Kerugiannya : faktor pembekuan faktor V dan VIII sdh habis.
Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yg
disebabkan karena afinitas Hb thd oksigen yg tinggi, shg oksigen
sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia & asam laktat tinggi.

Jenis Darah
Darah Komponen :

Leukodeplesi : pembuangan leukosit mencegah


penularan CMV, menurunkan insidensi reaksi demam
transfusi & aloimunisasi

Sel Darah Merah (packed red cell) :


Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan
darah yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif
atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi
terhadap protein plasma.
Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang
tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan
untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel
darah merah yang menetap.

Jenis Darah

Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi


organ atau sumsum tulang.
Konsentrat granulosit : Diberikan pada penderita yang
jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/
berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik,
kualitas Leukosit menurun.
Konsentrat trombosit : Diberikan pada penderita yang
mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit,
profilaksis perdarahan

Jenis Darah

Plasma beku segar : plasma yg dibekukan scr cpt, dipisahkan dr


darah segar & disimpan di suhu < -30 o Untuk mengganti faktor
pembekuan, penggantian cairan yang hilang.
Kriopresipitat : mencairkan plasma beku segar pd suhu 4 o C
& mengandung konsentrat faktor VIII & fibrinogen terapi
hemofilia A & penyakit von willebrand
Konsentrat faktor VIII (freeze dried) : hemofilia A & penyakit
von willebrand, kasus bedah & pasien anak
Konsentrat kompleks faktor IX-Protrombin (freeze dried) :
ada sejumlah preparat yg mengandung faktor II, VII, IX, X
dlm jumlah bervariasi terapi hemofilia B, penyakit hati,
perdarahan akibat OD antikoagulan oral
Konsentrat protein C : kasus sepsis berat dgn DIC (ex :
septikemia meningokokus utk mengurangi trombosis akibat
def. protein C)

Jenis Darah

Kriosupernatan :
Larutan albumin manusia (4,5%) : mengandung albumin
manusia penanganan syok hipovolemik & pasien
hipoalbuminemia
Larutan albumin manusia (20%) (albumin rendah garam)
: pengembang volume plasma pasien dgn
hipoalbuminemia berat, sindrom nefrotik/gagal hati
Imunoglobulin : pd pasien trombositopenia imun,
purpura pasca transfusi/ trombositopenia neonatal
aloimun

Donor Darah Khusus


a. Transfusi tradisional
Pendonor menyumbangkan darah lengkap dan resipien menerimanya.
Tergantung keadaan, resipien bisa menerima salah 1 komponen darah.
Transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya
pengobatan yang khusus mengurangi resiko terjadinya efek samping.
Ex : Aferesis
Karena sebagian besar darah kembali ke donor, maka donor dengan aman bisa
memberikan trombositnya sebanyak 8-10 kali dalam 1 kali prosedur ini.
b.

Transfusi autolog
Aman dimana donor juga berlaku sebagai resipien, menghilangkan resiko
ketidakcocokan serta menghindari penyakit menular.
Kadang jika seorang pasien mengalami perdarahan atau menjalani
pembedahan, darah bisa dikumpulkan dan diberikan kembali.

Donor Darah Khusus


c. Donor Terarah

Anggota keluarga,teman dapat menyumbangkan


darahnya secara khusus satu sama lain jika golongan
darah resipien dan donor serta faktor Rhnya cocok.
Resipien merasa aman.
Darah dari anggota keluarga diobati dengan penyinaran
untuk mencegah penyakit graft-versus-host, yang
meskipun jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi jika
terdapat hubungan darah diantara donor dan resipien.

Tindakan Pencegahan & Reaksi


Diperiksa ulang

Darah memang ditujukan untuk resipien tersebut, petugas


secara perlahan memberikan darah kepada resipien,
biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.
Sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam 15
menit pertama awal prosedur, resipien harus diawasi
secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit
dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi
harus dihentikan.
Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil.

Tindakan Pencegahan & Reaksi


Kadang reaksi ringan kadang bisa terjadi, reaksi yang berat dan fatal

jarang terjadi.
Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi
(hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.
Gejalanya berupa:

- gatal-gatal
- kemerahan
- pembengkakan
- pusing
- demam
- sakit kepala.
Gejala yang jarang terjadi : kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan
kejang otot.

Tindakan Pencegahan & Reaksi


Walaupun dilakukan penggolongan dan cross-matching secara teliti,

tetapi kesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang
didonorkan segera dihancurkan setelah ditransfusikan (reaksi
hemolitik0)
Biasanya reaksi ini dimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan
selama atau segera setelah dilakukannya transfusi.
Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak, kemerahan di
wajah dan nyeri punggung yang hebat.
Reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal.
Untuk memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan
pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah
dan air kemih penderita.

Tindakan Pencegahan & Reaksi


Resipien bisa mengalami kelebihan cairan.

Yang paling peka : resipien penderita penyakit jantung


transfusi dilakukan lebih lambat dan dipantau secara ketat.
Penyakit graft-versus-host : komplikasi yang jarang terjadi,

yang terutama mengenai orang-orang yang mengalami


gangguan sistem kekebalan karena obat atau penyakit.
Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel
darah putih donor (graft).
Gejalanya berupa demam, kemerahan, tekanan darah
rendah, kerusakan jaringan dan syok.

Indikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Acute blood less > 25%


Perdarahan berat
Trombositopenia berat
Leukopenia berat
Gangguan hati

Komplikasi Transfusi
Dini :
1. Reaksi hemolitik :
a. Segera
b. Lambat
2. Reaksi yg tjd akibat infeksi
3. Reaksi alergi thd leukosit, trombosit/protein
4. Reaksi pirogenik
5. Kelebihan beban sirkulasi
6. Emboli udara
7. Tromboflebitis
8. Toksisitas sitrat
9. Hiperkalemia
10. Kelainan pembekuan (stlah transfusi masif)
11. Cedera paru akut terkait dgn transfusi

Komplikasi Transfusi
Lanjut :
1. Virus : hepatitis, HIV, CMV,dll
2. Bakteri : treponema pallidum, brucella, salmonella
3. Parasit : malaria, toxoplasma, mikrofilaria
4. Kelebihan timbunan besi akibat transfusi
5. Sensitisasi imun
6. Penyakit cangkok melawan pejamu yg terkait

transfusi

Learning Objective 5
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi Anemia di Dunia


Sangat bervariasi tergantung pada geografi.
Salah satu faktor determinan utama adalah taraf sosial

ekonomi masyarakat.
Data anemia yg dikumpulkan oleh WHO di seluruh dunia
sampai dgn tahun 1985 dapat dilihat sbg berikut :
Prevalensi individu yg anemia (%)
Anak

Anak

0-4 tahun

5-12 tahun

Negara maju

12

Negara
berkembang

51

Dunia

43

Laki

Wanita 15-49 tahun


Hamil

Semua

14

11

46

26

59

47

37

18

51

35

Prevalensi Anemia di Indonesia


Kelainan yg sering dijumpai di Indonesia, namun angka

prevalensi yang resmi belum pernah resmi diterbitkan.


Angka prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini
dapat dilihat sbg berikut :
Kelompok Populasi

Angka Prevalensi

Anak prasekolah (balita)

30-40%

Anak usia sekolah

25-35%

Dewasa tidak hamil

30-40%

Hamil

50-70%

Laki-laki dewasa

20-30%

Pekerja berpenghasilan rendah

30-40%

Learning Objective 6
KOMPLIKASI / PENYULIT

Komplikasi Anemia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kurangnya konsentrasi
Daya tahan tubuh berkurang
Gagal jantung / payah jantung
Angina pectoris
Kerusakan jantung
Serangan jantung
Peningkatan kadar tembaga
Sulit bernafas
Sakit dada
Sakit kepala
Perubahan warna kulit
Hipertensi

Daftar Pustaka
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita Selekta

Hematologi. Edisi 4.Jakarta:EGC ; 2002.


Wintrobe MM, Clinical Hemotology, 9 ed. Philadelphia; Lea
and Febiger, 1993.
Made IB, Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta:EGC; 2007.
Donor darah: PMI Tarakan, 2006. Ada di:
http://pmi.tarakankota.go.id/site/modules.php?
name=Transfusi_Darah_PMI_Tarakan&op=detil&mkode=1

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai