Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit.
1. 2.
Laki-laki dewasa
< 13 g/dl
3.
Wanita hamil
< 11 g/dl
Klasifikasi
No 1. Morfologi Sel Anemia makrositik normokromik 2. Anemia mikrositik hipokromik Keterangan Bentuk eritrosit yang besar dengan konsentrasi Jenis Anemia Anemia Pernisiosa Anemia defisiensi folat Anemia defisiensi besi Anemia sideroblastik Thalasemia
3.
Penghancuran atau
penurunan jumlah eritrosit tanpa disertai kelainan bentuk dan konsentrasi hemoglobin
Anemia aplastik
Anemia posthemoragik Anemia hemolitik Anemia Sickle Cell Anemia pada penyakit kronis
Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi (misalnya: interleukin 1) Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen (misalnya pada keadaan hipotiroid)
2. Gangguan pematangan kadar retikulosit yang rendah, gangguan morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks eritrosit yang abnormal. Gangguan pematangan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
a.
Gangguan pematangan inti Pada keadaan ini biasanya ditemukan kelainan morfologi berupa makrositik. Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme DNA (seperti metotreksat, alkylating agent), dan myelodisplasia. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan pematangan inti, namun keadaan ini lebih disebabkan
b. Gangguan pematangan sitoplasma Pada keadaan ini biasanya ditemukan kelainan morfologi berupa mikrositik dan hipokromik. Penyebab dari gangguan pematangan sitoplasma adalah defisiensi besi yang berat, gangguan sintesa globin (misalnya pada thalasemia), dan gangguan sintesa heme (misalnya pada anemia sideroblastik)
3. Penurunan waktu hidup sel darah merah Disebabkan oleh kehilangan darah atau hemolisis. Terdapat peningkatan jumlah retikulosit. - Kehilangan darah dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada fase akut, belum ditemukan peningkatan retikulosit yang bermakna karena diperlukan waktu untuk terjadinya peningkatan eritropoietin dan proliferasi sel dari sumsum tulang. Sedangkan pada fase kronis gambarannya akan menyerupai anemia defisiensi besi. - Gambaran dari anemia hemolitik dapat bermacam-macam, dapat akut maupun kronis. Pada anemia hemolisis kronis, seperti pada sferositosis herediter, pasien datang bukan karena keadaan anemia itu sendiri, melainkan karena komplikasi yang ditimbulkan oleh pemecahan sel darah merah dalam jangka waktu lama, seperti splenomegali, krisis aplastik, dan
Pemeriksaan Penunjang
Complete Blood Count (CBC) Eritrosit Hemoglobin (N : 12-16 gr/dl ; : 14-18 gr/dl) Hematokrit (N : 37-47% ; : 42-52%) Indeks eritrosit Mean Cell Volume (MCV) = 10 6 (N: 90 + 8 fl) Mean Cell Hemoglobin (MCH) =
hemoglobin x 10
Jumlah eritrosit x 10 6 (N: 30 + 3 pg) Mean Cell Hemoglobin Concentration (MCHC) = 10 hemoglobin x
Hematokrit
(N: 33 + 2%) Leukosit (N : 4500 11.000/mm3)
Hitung Retikulosit
RI =(% retikulosit x kadar hematokrit/45%) x (1/ faktor koreksi) Faktor koreksi untuk: Ht 35% : 1,5 Ht 25% : 2,0 Ht 15% : 2,5
Keterangan:
RI < 2-2,5% : produksi atau pematangan eritrosit yang tidak adekuat RI > 2,5% : penghancuran eritrosit yang berlebihan
Penyebab :
Faktor nutrisi: rendahnya asupan besi total dalam makanan atau bioavailabilitas besi yang dikonsumsi kurang baik (makanan banyak serat, rendah daging, dan rendah vitamin C). Kebutuhan yang meningkat, seperti pada bayi prematur, anak dalam pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui. Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, colitis kronik. Kehilangan besi akibat perdarahan kronis, misalnya: perdarahan tukak peptik, keganasan lambung/kolon, hemoroid, infeksi cacing tambang, menometrorraghia, hematuria, atau hemaptoe.
Pemeriksaan Penunjang
Bila pada SADT terdapat anisositosis, merupakan tanda awal terjadinya defisiensi besi Pada anemia hipokrom mikrositer yang ekstrim terdapat poikilositosis (sel cincin, sel pensil, sel target)
TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan saturasi transferin dihitung dari: Konsentrasi besi serum memiliki siklus diurnal, yakni mencapai kadar puncak pada pukul 8-10 pagi
Feritin serum merupakan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia defisiensi besi yang paling kuat, cukup reliabel dan praktis. Angka serum feritin yang normal belum dapat menyingkirkan diagnosa defisiensi besi, namun feritin serum >100 mg/dl sudah dapat memastikan tidak ada defisiensi
Peningkatan reseptor transferin dalam serum (normal 4-9 g/dl), dipakai untuk membedakan anemia defisiensi besi dengan anemia pada penyakit kronis. Gambaran apus sumsum tulang menunjukkan jumlah normoblas basofil yang meningkat, disertai penurunan stadium berikutnya. Terdapat pula mikronormoblas (sitoplasma sedikit dan bentuk tidak teratur. Pengecatan sumsum tulang dengan Prussian blue merupakan gold standar diagnosis defisiensi besi yang akan memberikan hasil sideroblas negatif (normoblas yang mengandung granula feritin pada sitoplasmanya, normal 40-60%). Pemeriksaan mencari penyebab defisiensi, misalnya pemeriksaan feses, barium enema,
Diagnosis
Tiga tahap mendiagnosa suatu anemia defisiensi besi: 1). Menentukan adanya anemia 2). Memastikan adanya defisiensi besi 3). Menentukan penyebab defisiensi. Secara laboratoris dipakai kriteria modifikasi Kerlin untuk menegakkan diagnosa: anemia hipokrom mikrositer pada SADT ATAU MCV <80 fl dan MCH < 31% dengan satu atau lebih kriteria berikut:
Besi serum <50 mg/dl TIBC >350 mg/dl Saturasi transferin <15% Feritin serum <20 mg/dl Pengecatan sumsum tulang dengan biru prussia menunjukkan sideroblas negatif Dengan pemberian sulfas ferosus 3x200mg/hari selama 4 minggu terdapat kenaikan Hb >2 gr/dl
Terapi
Pemberian preparat besi: Oral: sulfas ferosus. Dosis anjuran 3x200mg/hari yang dapat meningkatkan eritropoiesis hingga 2-3 kali dari normal. Pemberian dilakukan sebaiknya saat lambung kosong (lebih sering menimbulkan efek samping) paling sedikit selama 3-12 bulan. Bila terdapat efek samping gastrointestinal (mual, muntah, konstipasi) pemberian dilakukan setelah makan atau osis dikurangi menjadi 3x100mg. Untuk meningkatkan penyerapan dapat diberikan bersama vitamin C 3x100 mg/hari. Parenteral,misal preparat ferric gluconate atau iron sucrose (IV pelan atau IM). Pemberian secara IM menimbulkan nyeri dan warna hitam pada lokasi suntikan.
Kebutuhan besi (mg) = {(15 Hbsekarang ) x BB x 2,4} + (500 atau 1000)
Diet, terutama yang tinggi protein hewani dan kaya vitamin C. Transfusi diberikan bila terdapat indikasi yaitu:
Terdapat penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung Gejala sangat berat, misalnya pusing sangat menyolok Pasien memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat, misalnya kehamilan trimester akhir atau pre operasi
Anemia Megaloblastik
Definisi
Anemia megaloblastik adalah anaemia yang disebabkan abnormalitas hematopoesis dengan karakteristik dismaturasi nukleus dan sitoplasma sel mieloid dan eritroid sebagai akibat gangguan sintesis DNA.
Etiologi
Defisiensi asam folat Asupan Kurang Gangguan Nutrisi : Alkoholisme, bayi prematur, orang tua, hemodialisis, anoreksia nervosa. Malabsorbsi : Alkoholisme, celiac dan tropical sprue, gastrektomi parsial, reseksi usus halus, Crohns disease, skleroderma, obat anti konvulsan (fenitoin, fenobarbital, karbamazepin), sulfasalazine, kolestiramin, limfoma intestinal, hipotiroidisme. Peningkatan kebutuhan : Kehamilan, anemia hemolitik, keganasan, hipertiroidisme, dermatitis eksfoliativa, eritropoesis yang tidak efektif (anemia pernisisosa, anemia sideroblastik, leukemia, anemia hemolitik, mielofibrosis). Gangguan metabolisme folat : penghambat dihidrofolat reduktase (metotreksat, pirimetamin, triamteren, pentamidin, trimetoprin), akohol, defisiensi enzim. Penurunan cadangan folat di hati : alkoholisme, sirosis non
Gangguan metabolisme seluler : defisiensi enzim, abnormalitas protein pembawa kobalamin (defisiensi transkobalamin II), paparan NO yang berlangsung lama
Diagnosis
Guna menegakkan diagnosis anemia megalobalstik, perlu menelusuri pemeriksaan fisik, laboratorium darah juga sumsusm tulang Bisanya penderita datang berobat karena keluhan neuropsikiatri, keluhan epigastrik, diare dan bukan oleh keluhan aneminya. penyakit biasanya terjadi perlahan-lahan. Keluhan lain berupa rambut cepat memutih, lemah badan, penurunan berat badan. Pada defisiensi B12, diagnosis ditegakkan rata-rata setelah 15 bulan dari onset gejala, biasanya didapatkan triad : lemah badan, sore tongue, parestesi sampai gangguan berjalan1. Pada Anemia megaloblastik ditemukan :
Gejala : Anemia, ikterus ringan, glositis, stomatitis, purpura, neuropati. SADT : eritrosit yang besar berbentuk lonjong, trombosit dan lekosit aga menurun, hipersegmentasi netrofil, Giant stab-cell, retikulosit menurun.
Terapi
Suportif : - transfusi bila ada hipoksia - suspensi trombosit bila trombositopenia mengancam jiwa Defisiensi B12 : Pemberian sianokobalamin atau hidroksokobalamin. Defisiensi asam folat : Pemberian asam folat 1mg/hari selama 2-3 minggu, kemudian dosis pemeliharaan 0,25-0,5 mg/hari Terapi penyakit dasar Menghentikan obat-obat penyebab anemia megaloblastik.
Anemia Aplastik
Definisi
Anemia anaplastik merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah sel-sel darah yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit) dan hiposelularitas dari sumsum tulang. Anemia aplastik merupakan kegagalan hemopoiesis yang jarang ditemukan namun berpotensi membahayakan jiwa
Epidemiologi
Insidesi anemia aplastik didapatkan bervariasi di seluruh dunia dan berkisar antara 2 sampai 6 kasus per satu juta penduduk per tahun. Anemia aplastik yang didapat umumnya muncul pada usia 15 sampai 25 tahun dan puncak insiden kedua yaitu setelah usia 60 tahun. Pada umumnya resiko bagi pria dan wanita untuk menderita anemia aplastik adalah sama.
Etiologi
Penyebab anemia aplastik pada umumnya adalah idiopatik (kurang lebih pada 75% kasus), namun selain itu anemia aplastik juga dapat disebabkan oleh:
Radiasi Bahan Kimia : benzen, arsen Obat-obatan : klorampenikol, obat-obat kemoterapi (6merkaptopurin, vinkristin, busulfan), fenilbutazon, antikonvulsan, senyawa sulfur, emas. Infeksi: virus hepatitis (non-A, non-B, non-C), Epstein Barr Virus, Parvovirus B19, HIV, sitomegalovirus Kelainan Imunologis : eosinophillic fascitis Kehamilan Kelainan Kongenital atau Bawaan Sindroma Fanconi Sindroma Shwachman- Diamond
Klasifikasi
Klasifikasi Anemia aplastik berat 1.selularitas sumsum tulang 2.sitopenia sedikitnya 2 dari 3 seri sel darah < 25% 1.hitung neutrofil <500/L 2.hitung trombosit <20.000/ L 3.hitung retikulosit absolut Kriteria
<60.000/ L Anemia aplastik sangat berat Idem, kecuali hitung neutrofil <2000/ L Anemia aplastik tidak berat Sumsum tulang hiposelularitas namun sitopenia tidak
Trombositopenia (manifestasi awal) : perdarahan gusi, GIT, epistaksis, menoragia, petekie, perdarahan retina Anemia : lemah, pucat, dyspnea, jantung berdebar Leukopenia : sering terkena infeksi Sistemik: sakit kepala, demam, penurunan berat badan, nafsu makan menurun
Pemeriksaan fisik
Petekie, ekimosis Perdarahan retina Perdarahan serviks Darah pada feses Pucat pada kulit dan mukosa membran
Pemeriksaan Penunjang
Sediaan apus darah tepi Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Jenis anemia adalah normokrom normositer. Kadang-kadang ditemukan pula adanya makrositosis, anisositosis dan poikilositosis. Persentase retikulosit umumnya normal atau rendah. Granulosit dan trombosit ditemukan rendah. Limfositosis relatif terdapat lebih dari 75% kasus Sumsum tulang Diharuskan dilakukan biopsi sumsum tulang pada setiap tersangka kasus anemia aplastik. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan keadaan hiposelularitas dan peningkatan jaringan lemak
Diagnosa
Terapi
Menghindari kontak dengan toksin/ obat penyebab Umum: menghindari kontak dengan penderita infeksi, isolasi, menggunakan sabun antiseptik, sikat gigi lunak, obat pelunak buang air besar, pencegahan menstruasi: obat anovulatoir Transfusi:
PRC Trombosit: profilaksis pada penderita dengan trombosit <10.00020.000/mm3. Bila terdapat infeksi, perdarahan, demam, maka diperlukan transfusi pada kadar trombosit yang lebih tinggi. Granulosit : tidak bermanfaat sebagai profilaksis. Dapat dipertimbangkan pemberian 1 x 1010 neutrofil selama 4-7 hari pada infeksi bakterial yang tidak berespon dengan pemberian antibiotik
Penanganan infeksi Transplantasi sumsum tulang Merupakan terapi terpilih untuk usia muda 9-40
Efek samping: demam, menggigil, rash, trombositopenia, serum sickness, hipotensi. Catatan :
jika trombosit <50.000/mm3 sebelum dan sesudah ATG, perlu transfusi suspensi trombosit Jika ada serum sickness : metilprednisolon 10/mg/kgBB/hari IV atau kortikosteroid yang setara
Cyclosporin A Dosis : 3-7mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, penyesuaian dosis dilakukan setiap minggu untuk mempertahankan kadar dalam darah 400-800 mg/ml. Pengobatan diberikan minimal selama 3 bulan, bila ada respon, diteruskan sampai respon maksimal, kemudian dosis diturunkan dalam beberapa bulan. Kombinasi ATG dan Cyclosporin A Stimulasi hematopoiesis dan regenerasi sumsum tulang rh GM-CSF (rekombinan Human Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Factor) Androgen : testosteron/ metil testosteron ; 1-2 mg/kgBB/ hari Kortikosteroid : prednison 1-2 mg/kgBB/hari diberikan maksimum 3 bulan
Prognosis
Pada umumnya penderita meninggal karena infeksi, perdarahan atau akibat dari komplikasi transfusi. Prognosa dari anemia aplastik akan menjadi buruk bila ditemukan 2 dari 3 kriteria berupa jumlah neutrofil <500/uL, jumlah platelet <20,000/uL, and corrected reticulocyte count <1% (atau absolute reticulocyte count <60,000/uL). Perjalanan penyakit bervariasi, 25% penderita bertahan hidup selama 4 bulan, 25% selama 4-12 bulan, 35% selama lebih dari 1 tahun, 10-20% mengalami perbaikan spontan (parsial/komplit)
Anemia Hemolitik
Definisi
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebakan adanya peningkatan destruksi eritrosit yang melebihi kemampuan kompensasi eritropoiesis sumsum tulang. Sel darah merah usianya sekitar 120 hari tetapi pada anemia hemolitik usianya berkurang. Lisis dari sel darah merah normal terjadi di makrofag sumsum tulang,
Pada prinsipnya anemia hemolisis dapat terjadi karena 1) Defek molekular hemoglobinopati atau enzimopati 2) Abnormalitas struktur dan fungsi membran-membran 3) faktor lingkungan seperti trauma mekanik atau autoantibodi. Berdasarkan etiologinya anemia hemolisis dapat dikelompokkan menjadi : 1. Anemia hemolisis herediter, yang termasuk kelompok ini adalah: a) Defek enzim / enzimopati
Defek jalur Embden Meyerhof Defisiensi piruvat kinase Defisiensi glukosa fosfat isomerase Defisiensi fosfogliserat kinase defek jalur heksosa monofosfat Defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) Defisiensi glutation reduktase
b) Hemoglobinopati
Thalasemia Anemia Sickle cell Hemoglobinopati lain
Dapat asimptomatik, maupun akut dan berat. Pada bentuk berat dan akut, pada umumnya berupa :
Mendadak mual, panas badan, muntah, menggigil, nyeri perut, pinggang dan ekstrimitas, lemah badan, sesak nafas, pucat Gangguan kardiovaskuler BAK warna merah/gelap
Bentuk kronis, keluhan lemah badan berlangsung dalm periode beberapa minggu sampai bulan. Bentuk asimptomatik biasanya tanpa gejala. Bentuk sedang berat : pucat, subikterik, splenomegali, petekhie, purpura (Sindrom Evans), hemolisis kongenital. Dapat terjadi komplikasi berupa kolelitihiasis/kolesistitis, hepatitis pasca transfusi, hemokromatosis.
Terapi
Tergantung etiologi Anemia Hemolitik autoimun :
Glukokortikoid : Prednison 40 mg/m2 luas permukaan tubub (LPT)/hari. Respon biasanya terlihat setelah 7 hari, retikulosit meningkat, Hb meningkat 2-3 gr %/minggu. Bila Hb sudah mencapai 10 gr%, dosis steroid dapat diturunkan dalam 4-6 minggu sampi 20 mg/m2 LPT/bari; kemudian diturunkan salam 3-4 bulan. Beberapa kasus memerlukan prednison dosis pemeliharaan 5-10 mg selang sehari Splenoktomi : pada kasus yang tidak berespon dengan pemberian glukokortikoid Imunosupresif : pada kasus gagal steroid dan tidak memungkinkan splenoktomi Azatioprin : 80 mg/m2/hari, atau Siklofosfamid : 60-75 mg/m2/hari Obat imunosupresif diberikan selama 6 bulan. kemudian tappering off, biasanya dikombinasikan dengan Prednison 40 mg/m2 LPT/hari. Dosis prednison diturunkan bertahap dalam waktu 3 bulan Obat imunosupresif intravena : 0,4 gr/kgBB/hari sampai 1 gr/kgBB/hari selama 5 hari Danazol : 600-800 mg/hari, bila ada respon, dosis diturunkan menjadi 200-400 mg/hari. Diberikan bersama dengan Prednison. Plasmaferess
Kelainan congenital, misalnya: Talasemia : Transfusi berkala, pertahankan Hb 10 gr % Desferal untuk mencegah penumpukan besi : Diberikan bila serum Feritin mencapai 1000 g/dL biasanya setelah transfusi labu ke 12 Dosis inisial 20 mg/kgBB, diberikan 8-12 jam infus SC di dinding anterior abdomen, selama 5 hari/minggu. Diberikan bersama dengan 100-200 mg vitamin C per oral untuk meningkatkan ekskresi Fe Pada keadaan pemunpukan Fe bcrat, terutama disertai komplikasi jantung dan endokrin, deferoxamine diberikan 50 mg/kgBB secara infus kontinue IV. Sferositosis herediter.
Pada hemolisis kronik diberikan Asam Folat 0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik HUS (Hemolytic Uremic Syndrome) :
Adanya Triad : Hemolitik mikroangiopati, trombositopeni, GGA Terapi suportif, perhatikan kesimbangan cairan, transfusi (pertahankan Hb 9 gr%), jangan beri suspensi trombosit Dialisis