Anda di halaman 1dari 35

ANEMIA

NAMA : SHOFWA SALSABILA ()


NURUL WAHYUDI ()

MUHAMMAD FARID ()
AQDA PUTRA FISABILILLAH ()
APASIH YANG DIMAKSUD ANEMIA….????
• Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu
hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal.
Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht)
yang rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb
remaja putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12
gr/dl (Tarwoto, dkk, 2010).
• Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium.
Nilai Hb normal
• Pria : 13 gram/dl
• Wanita & anak usia 6-14 tahun : 12 gram/dl
• Anak usia 6 bulan-6 tahun :11 gram/dl
• Dikatakan anemia apabila Hb kurang dari batas normal.
ETIOLOGI
PENYEBAB TERSERING DARI ANEMIA ADALAH KEKURANGAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN UNTUK SINTESIS ERITROSIT,
ANTARALAIN BESI, VITAMIN B12 DAN ASAM FOLAT. ELEBIHNYA MERUPAKAN AKIBAT DARI BERAGAM KONDISI
SEPERTIPERDARAHAN, KELAINAN GENETIK, PENYAKIT KRONIK, KERA!UNAN OBAT, DAN SEBAGAINYA.

1. Perdarahan Hebat
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
4. Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan
5. Berdasarkan ukuran sel darah merah
KLASIFIKASI ANEMIA

1. Anemia Makrositk
Anemia Makrositik :Ukuran SDM lebih besar dari normal tetapi normokrom karena
konsentrasi Hb-nya normal (MCV meningkat; MCHC normal) hal ini disebabkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis DNA.
Defisiensi B12 dan atau asam folat.
Akibat Kemoterapi & agen-agen yg menganggu metabolisme sel.
FAKTOR RESIKO

• terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan kaum pria .cadangan
besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya
justru lebih tinggin .setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi
melalui ekskresi secara normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga
1 mg lagi.
• Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan melahirkan .ketika
hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus
memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat
melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.
2. Anemia mikrositik
• Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV
atau Mean Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah
anemia pernisiosa.
• Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita
anemia ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain
yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti
terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual.
• Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah
mikroskop ,tampak selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika penderita
anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.
3. Anemia Defisiensi Vitamin C
• Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang terjadi,yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin
c biasanya adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
• Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,sehingga jika terjadi
kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi
anemia. Untuk mendiagnosa penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah.
Pada anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran kecil.
4.Anemia Hemolitik
• Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepatdari
normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia hemolitik,umur sel darah
merah lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
5.Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan
sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel
sabit,sel darah merah memiliki hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel
menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh
darah terkecil dalam limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati
pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada kematian.
6. Anemia aplastic
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa Anemia aplastik
terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan darah merah terganggu .Pada anemia
aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia
aplastik disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-
penyakit yang lain.
MENURUT MORFOLOGI

• Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel
darah merah, sedangkan kromik menujukkan warnanya.
Sudah dikenal klasifikasi besar yaitu:
ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROM.

• Dimana ukuran dan bertuk sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang normal. (MCV dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu
menderita anemia. Penyebab anemai jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis,
penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum
tulang, dan penyakit-penyakit infiltrat metastatik pada susum tulang.
ANEMIA MAKROSITIK NORMOKROM

• Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom
karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat B12 dan/atau asam folat.
Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan
mengganggu metabolisme sel.
MIKROSITIK HIPOKROM

• Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
kurang dari normal(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik
dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia
(penyakit hemoglobin abnormal kongenital)
KRITERIA ANEMIA

• Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
• Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO .Dinyatakan sebagai anemia bila
tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut
No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl
• Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat
nilai sebagai berikut.
• 1. Hb <10gr/dl
• 2. Hematokrit <30%
• 3. Eritrosit <2,8 juta

• Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam
masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini
menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis
membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada anemia defisiensi besi.
PATOFISIOLOGI

• Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
• Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam
hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
• Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun
akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
• Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada dua kelompok:

• Insufisiensi produksi (penurunan retikulosit)

• Anemia mikrositik

• Anemia defesiensi zat besi:

• Normalnya, sekitar 1 mg zat besi diabsorbsi dan hilang per hari; ketidakseimbangan antara asupan, kebutuhan, dan kehilangan zat besi mengakibatkan defisiensi zat besi.

• Defisiensi zat besi diet umum terjadi pada kondisi yang membutuhkan peningakatan zat besi seperti masa bayi dan kehamilan; kekuranga absorbsi zat besi dapat terjadi setelah gastrektomi parsial, gastritis atropikans (seperti
pada H.pylori) dn pada penyakit usus (penyakit seliak).

• Peningkatan kehilangan zat besi terjadi pada menstruasi (sampai 20 mg pada setiap kali menstruasi) dan pada kehilangan darah kronis (mis. Penyakit tukak peptic, kanker kolon, flebotomi repetitif).

• Defisiensi zat besi mengakibatkan penurunan ferritin (sebagai respon terhadap gen protein 1 pengatur zat besi) dan penurunan cadangan zat besi di sumsum tulang sehingga menyebabkan produksi SDM yang abnormal.

• SDM menjadi kecil (mikrositik; penurunan rerata volume korpuskular [MCV]) dan pucat (hipokromik; penurunan rerata konsentrasi hemoglobin korpuskular [MCHC]).

• Anemia karena penyakit kronis (ACD) merupakan anemia yang umum terjadi pada pasien rawat inap.

• Anemia dihubungkan dengan kondisi inflamasi dan neoplastik yang mendasari

• Mekanisme anemia belum dipahami dengan baik tetapi melibatkan gangguan eritropoiesis, defisiensi eritropoietin relatif, penurunan pemakaian zat besi, sintesis hemoglobin abnormal dan penurunan ketahanan hidup SDM.

• Karena merupakan protein fase akut, ferritin sering kali normal atau meninggi pada ACD.
ANEMIA MAKROSITIK

• Alkoholisme merupakan penyebab paling umum anemia makrositik, diikuti oleh obat tertentu, defisiensi vitamin B12 dan folat, penyakit hepar, hipotiroidisme.

• Alkohol mempegaruhi maturasi SDM dan juga berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dan folat, dengan demikian alkohol merupakan penyebab umum terjadinya anemia makrositik (MCV tinggi).

• Pada defisiensi vitamin B12 dan folat, SDM memiliki sintesis asam deoksiribonukleat (DNA) yang abnormal pada prekursor sel benih (stemcell) sumsum tulang (megaloblastik) dengan poduksi SDM yang tidak memadai dan
tidak normal. Hipersegmentasi neutrofil dan makrosit dapat dilihat pada preparat apus.

• Beberapa pasien tidak mampu mengabsobsi vitamin B12 karena penghancuran faktor intrinsik autoimun yang dibuat dilambung dan diperlukan untuk absorbsi normal vitamin B12 di ileum (anemia pernisiosa). Pasien gastritis
atropikan (seperti pada H.pylori) dan pasien pasca gastrektomi juga beresiko mengalami malabsobsi vitamin B12.

• Penyakit sumsum tulang

• Abnormalitas sumsum tulang menyebabkan peurunan produksi SDM dan meliputi :

• Penggantian sel benih eritropoetika oleh sel tumor leukemik atau metastatik.

• Aplasia sumsum tulang (anemia aplastika).

• Defisiensi abnormal pada sel benih hematopoetik yang terlihat dalam sindrom mielodisplastik.

• Penyakit ginjal

• Pasien penderita penyakit ginjal kronis memiliki eritropoietin yang tidak memadai dan mengalami penurunan produksi SDM.

• Penanganan pada eritropoietin rekombinan sangat efektif tetapi dapat menyebabkan keadaan defisiensi zat besi relatif yang memerlukan suplementasi zat besi.
PENINGKATAN DESTRUKSI (PENINGKATAN
RETIKULOSIT)
• Anemia hemolitika imun

• Peningkatan antibodi dan / atau komplemen ke SDM

• Mungkin dimediasi antibodi IgG yang bereaksi pada SDM pada suhu tubuh (antibodi hangat) atau oleh IgG yang bereaksi dengan SDM pada suhu lebih dingin (antibodi dingin).

• 50% bersifat idiopatik; penyebab sekunder melputi :

• Neoplasia (leukimia kronis, limfoma)

• Gangguan vaskular kolagen (lupus eritematosa sistemik, artritis rematoid).

• Obat (α – metildopa, penisilin)

• Infeksi (mikoplasma, mononukleosis infeksiosa)

• SDM bisa mengalami lisis atau dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa. Polikromasia ( akibat penigkatan retikulosit) dan sel fragmen (skistosit) tampak pada preparat apus darah.

• Anemia hemolitika turunan

• Sferositosis herediter:

• Penurunan autosomal dominan; biasa pada warga eropa utara

• Defek pada protein sitoskeleton pada sel darah merah menyebabkan sferositosis yang luas permukaan membran nya berkurang dibanding volume sel.

• SDM rapuh dan dikeluarkan oleh limpa


ANEMIA SEL SABIT

• Substitusi asam amino (HbS) mengakibatkan polimerasi molekul hemoglobin intrasel dalam merespon deoksigenasi, asidosis, suhu dingin. Pada sifat sel sabit, 40%
hemoglobin total adalah HbS dan anemia bersifat ringan. Terdapat juga mutasi hemoglobin lain yang dapat menyebabkan sel sabit termasuk HbC.

• Sel sabit melekat ke endotelium dan menyebabkan obstruksi mikrovaskular (penyakit vasooklusif) dengan infark organ.

• Sindrom dada akut merupakan komplikasi umum yang terjadi akibat vasooklusif pembuluh darah paru dengan inflitrat paru, infark, efusi, dan hipoksemia.

• Sel sabit dikeluarkan oleh limpa, yang mengakibatkan krisis sel sabit dengan nyeri berat dan anemia berat.

• Komplikasi meliputi kerentanan terhadap infeksi dan sepsis (terutama terhadap S.pneumoniae akibat disfungsi limpa), keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, disfungsi paru dan ginjal, stroke, tukak kulit, nekrosis tulang, gagal paru, pendarahan retina, dan kecanduan narkotika.

• Thalamesia

• Defek herediter dalam sintesis hemoglobin: α-thalamesia terjadi akibat penurunan produksi globin α dan β-thalamesia terjadi akibat sintesis globin β abnormal yang
mengakibatkan ketidakefektifan eritropoiesis.

• Akumulasi dan prespitasi tetramer hemoglobin abnormal mengakibatkan apoptosis eritroblast dan SDM serta destruksi limpa.

• Hemolisis mengakibatkan kelebihan zat besi yang bermakna pada kerusakan multi organ, terutama pada hepar.

• Beberapa bentuk thalamesia (termasuk pembawa, sifat dan keadaan sakit) mengakibatkan berbagai derajat anemia hipokromik mikrositik dengan hemolisis.
WOC
MANIFESTASI KLINIS

• Tanda-tanda umum anemia:

• pucat,

• takicardi,

• bising sistolik anorganik,

• bising karotis,

• pembesaran jantung.
• Manifestasi khusus pada anemia:

• Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

• Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat
pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.

• Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali


• Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan antara lain sebagai berikut :

• Kulit Wajah terlihat Pucat

• Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat.

• Kelopak Mata Pucat

• Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna
kelopak mata bagian bawah.

• Ujung Jari Pucat

• pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.

• Terlalu Sering dan mudah lelah

• Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi
tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.

• Denyut Jantung menjadi tidak teratur

• Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur.
pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.

• Sering merasa Mual

• Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness.

• Sakit kepala

• Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.

• Kekebalan tubuh menurun

• Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun tubuh.

• Sesak napas

• Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Kadar Hb

• Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16)
(g/dl)Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)

• Indeks eritrosit Pria: Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)Wanita: Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)

• Jumlah leukosit dan trombosit

• Pria: Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)


Wanita: Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)

• Pria: Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul)


Wanita: Trombosit : 150.000 – 400.000(/ul)

• Hitung retikulosit . sel eritrosit yang belum matang, dan kadarrya dalam eritrosit manusia sekitar 1%

• Sediaan apus darah

• Pameriksaan sumsum tulang

• Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :


• Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
• Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.
• Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
Konsep asuhan keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Intoleransi aktivitas B.d Setelah dilakukan askep .... jam Klien Terapi aktivitas :
ketidakseimbangan dapat menunjukkan toleransi terhadap · Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
suplai & kebutuhan O2 aktivitas dgn KH: · Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
· Klien mampu aktivitas minimal · Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/ meningktkan aktivitas
· Kemampuan aktivitas meningkat · Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
secara bertahap
· Tidak ada keluhan sesak nafas dan Monitoring V/S
lelah selama dan setelah aktivits minimal · Pantau V/S ps sebelum, selama, dan setelah aktivitas selama 3-5 menit.
· v/s dbn selama dan setelah aktivitas
Energi manajemen
· Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai energi cukup u/ melakukannya.
· Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.

Manajemen nutrisi
· Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi

Emosional support
· Berikan reinfortcemen positip bila ps mengalami kemajuan
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari … jam klien menunjukan status nutrisi · Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh b.d adekuat dengan KH: · Kaji makanan yang disukai oleh klien.
intake nutrisi inadekuat, BB stabil, tingkat energi adekuat · Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP
faktor psikologis masukan nutrisi adekuat · Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan banyak
mengandung vitamin C
· Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah
konstipasi.
· Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
· Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

Monitor Nutrisi
· Monitor BB jika memungkinkan
· Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
· Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
· Monitor adanya mual muntah.
· Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order
· Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
· Monitor intake nutrisi dan kalori.

· Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.


3 Perfusi jaringan tdk efektive Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan sirkulasi : arterial insuficiency
b.d perubahan ikatan O2 … jam perfusi jaringan klien adekuat dengan · Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema
dengan Hb, penurunan criteria : kapiler refil, temperatur ekstremitas).
konsentrasi Hb dalam darah. - Membran mukosa merah muda · Evaluasi nadi, oedema
- Conjunctiva tidak anemis · Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
- Akral hangat · Kaji nyeri
- TTV dalam batas normal · Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
· Berikan therapi antikoagulan.
· Rubah posisi pasien jika memungkinkan
· Monitor status cairan intake dan output
· Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah
4 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep …. jam tidak Konrol infeksi :
imunitas tubuh menurun, terdapat faktor risiko infeksi dg KH: · Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
prosedur invasive · bebas dari gejala infeksi, · Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup
· angka lekosit normal (4-11.000) · Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan
· V/S dbn klien.
· Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.
· Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
· Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
· Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
· Lakukan perawatan luka dan dresing infus,DC setiap hari jika ada
· Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan yang adekuat
· berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
· Monitor hitung granulosit dan WBC.
· Monitor kerentanan terhadap infeksi.
· Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
· Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas.
· Monitor perubahan tingkat energi.
· Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan.
· Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
· Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai