Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional 2019

Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
 

PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) HAND


HYGIENE PADA TENAGA KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT DR. TADJUDDIN CHALID KOTA MAKASSAR
 

Nurbaety1, Alfina Baharuddin2, A.Rizki Amelia3, Syafrilia Julianti4


1,2,3,4
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitasi Muslim Indonesia
Email: nurbaeti63@gmail.com 1, alfina.riyadi@gmail.com2, kikiarizkiamelia@yahoo.co.id 3

Corresponding author: alfina.riyadi@gmail.com

Abstrak
Hand hygiene pada tenaga kesehatan merupakan hal paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi nosokomial. Penelitian ini adalah jenis metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran penerapan standar prosedur operasional (SPO) hand hygiene pada tenaga kesehatan di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dengan total sampel sebanyak 85 responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kapatuhan penerapan hand hygiene pada tenaga kesehatan sebelum kontak
dengan pasien yaitu sebanyak 85 orang (100%), sebelum melakukan tindakan aseptik yaitu sebanyak 58
orang (68,2%), setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien yaitu sebanyak 82 orang (96,5%), setelah
kontak dengan pasien yaitu sebanyak 81 orang (95,3%), setelah kontak dengan lingkungan pasien yaitu
sebanyak 82 orang (96,5%). Peneliti menyimpulkan bahwa masih rendahnya angka kepatuhan tenaga
kesehatan dibeberapa momen hand hygiene di masing-masing unit kerja instalasi rawat inap pada
penerapan hand hygiene dengan handwash maupun hand hygiene dengan handrub

Kata Kunci : Hand Hygiene, Standar Prosedur Operasional (SPO)

PENDAHULUAN menggunakan cairan antiseptik yg berbahan dasar


Rumah sakit sebagai sebuah unit pelayanan alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk
medis tidak terlepas dari kegiatan pengobatan dan meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme
perawatan penderita-penderita dengan kasus tanpa menggunakan air dan handuk (pada tangan
penyakit infeksi mulai dari yang ringan sampai yang bersih). Pembersihan Tangan dengan Sabun
yang terberat, dengan kemungkinan adanya Antiseptik/Cairan/Larutan dan Air Mengalir
bermacam-macam mikroba sebagai penyebabnya. (Handwash) adalah Mencuci tangan dengan air
Salah satu potensi bahaya di rumah sakit yaitu mengalir dengan menggunakan sabun/cairan
adanya bahaya penyakit infeksi yang biasanya antiseptik yg bertujuan membersihkan tangan dari
disebut infeksi nosokomial atau kini dikenal transien mikroorganisme di tangan (pada tangan
dengan istilah infeksi rumah sakit (Hospital yang kotor). Pembersihan Tangan Bedah (Surgical
Acquired Infections/HAI) atau infeksi yang Handwash) pada tindakan operasi.
berkaitan dengan pelayanan kesehatan Pada buku Standar Pelayanan Minimal
(Healthcare-associated Infections/HAIs).1 Rumah Sakit disebutkan bahwa pencegahan dan
Olehnya itu kebersihan Tangan bagi pengendalian infeksi nosokomial merupakan
petugas kesehatan di rumah sakit merupakan salah pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh rumah
satu faktor mengurangi terjadinya infeksi rumah sakit. Saat ini, angka infeksi nosokomial (INOS)
sakit. Kebersihan tangan adalah proses telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu
pembersihan kotoran dan mikroorganisme pada pelayanan rumah sakit. Pada beberapa penelitian
tangan yang di dapat melalui kontak dengan dikatakan bahwa hand hygiene merupakan salah
pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan satu faktor yang mempunyai pengaruh besar
lingkungan (flora transien) dengan menggunakan terhadap pencegahan terjadinya INOS di rumah
sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau sakit. Kepatuhan petugas kesehatan dalam
menggunakan hand rub berbasis alkohol. melakukan kegiatan hand hygiene dapat
Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik menurunkan angka INOS sebanyak 40%.
(Handrub) adalah Mencuci tangan dengan

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),  78
26-27 Juli 2019
 
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
 
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar
global patient safety challenge dengan clean care tahun 2018.5
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi
penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan
dengan five moments for hand hygiene. Five METODE PENELITIAN
moments for hand hygiene adalah 5 momen Penelitian ini merupakan penelitian
krusial mencuci tangan pada petugas kesehatan deskriptif bertujuan mendapatkan suatu gambaran
untuk mengoptimalkan kebersihan tangan dengan yang realistis dan obyektif dari suatu kondisi
mencuci tangan disaat: sebelum kontak dengan tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, kuantitatif yang dilakukan dengan menyebar
setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien kuesioner dan observasi langsung.
yang berisiko, setelah kontak dengan pasien, dan Populasi target dari penelitian ini yaitu
setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien tenaga kesehatan yang bertugas di instalasi rawat
(WHO, 2009). Five moments for hand hygiene ini inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
sangat penting dilakukan diantaranya sebelum Makassar. Adapun jumlah populasi sebanyak 85
kontak dengan pasien penting dilakukan guna orang. Teknik yang digunakan dalam
melindungi pasien dari kuman yang kita bawa dari pengambilan jumlah sampel yaitu total sampling.
luar, sedangkan sebelum melakukan tindakan Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga
aseptik, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh kesehatan yang bertugas di instalasi rawat inap
pasien yang berisiko, setelah kontak dengan Rumah Sakit Tadjuddin Chalid Makassar yang
pasien, dan setelah bersentuhan dengan berinteraksi langsung dengan pasien dan
lingkungan pasien juga penting dilakukan guna berpotensi sebagai perantara dalam kejadian
melindungi diri kita dan lingkungan agar terhindar infeksi rumah sakit yaitu sebanyak 85 orang.
dari kuman.3 Pengumpulan data dilakukan dengan cara
Pada penelitian yang dilakukan oleh Indah menggabungkan dari berbagai teknik
Lestari N di RSUP Adam Malik Medan pada pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
tahun 2014 didapatkan hasil bahwa sebesar (observasi, dokumentasi dan penyebaran
37,21% kepatuhan petugas kesehatan pada kuisioner). Pengolahan data dilakukan dengan
momen sebelum kontak dengan pasien, 30,47% data dari lapangan dikumpulkan, kemudian
sebelum tindakan aseptik, 46,53% setelah terpapar diperiksa, dan diteliti kelengkapannya, serta
cairan tubuh pasien yang berisiko, 45,60% setelah diolah menggunakan software SPSS.
kontak dengan pasien dan 21,27% setelah
menyentuh lingkungan sekitar pasien (Indah
Lestari N, 2014).4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data satu tahun terakhir yang Karakteristik Umum Responden
dilaporkan oleh komite Pencegahan dan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di
Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin
ditemukan kasus infeksi rumah sakit jenis plebitis Chalid Kota Makassar Tahun 2018 yang tertinggi
pada tahun 2017 sebanyak 12 orang. Dari hasil adalah perempuan yaitu sebanyak 74 orang
observasi yang telah dilakukan terhadap 8 orang (87,1%) dan terendah adalah laki-laki yaitu
tenaga kesehatan di instalasi rawat inap terdapat 6 sebanyak 11 orang (12,9%).
orang tenaga kesehatan yang melakukan cuci Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
tangan sebelum kontak langsung dengan pasien, 3 distribusi responden berdasarkan profesi di
orang tenaga kesehatan yang melakukan cuci Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin
tangan setelah bersentuhan denan cairan tubuh Chalid Kota Makassar Tahun 2018 adalah dokter
pasien yang beresiko, 8 orang tenaga kesehatan sebanyak 11 orang (12,9%), perawat sebanyak 74
yang melakukan cuci tangan setelah kontak orang (87,1%) dan bidan 15 orang (17,6%).
dengan pasien. Karena rendahnya angka Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
kepatuhan five moment for hand hygiene pada distrubusi responden berdasarkan unit perawatan
tenaga kesehatan, maka peneliti merasa perlu di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr.
untuk meneliti tentang gambaran penerapan Tadjuddin Chalid Kota Makassar Tahun 2018
Standar Prosedur Operasional (SPO) hand yang tertinggi adalah mawar yaitu sebanyak 20
hygiene pada tenaga kesehatan di instalasi rawat orang (23,5%) dan terendah adalah anggrek yaitu
sebanyak 8 orang (9,4%).

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),  79
26-27 Juli 2019
 
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
 

Karakteristik Variabel Yang Diteliti Sebelum Kontak Dengan


n %
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa Pasien
distribusi responden berdasarkan sebelum kontak Patuh 85 100
dengan pasien pada tenaga kesehatan dapat kita
lihat bahwa sebanyak 85 orang (100%) yang Tidak Patuh 0 0
termasuk dalam kategori patuh dan 0 orang (0%)
yang termasuk dalam kategori tidak patuh. Total 85 100
Sumber: Data Primer
Pembahasan Hasil penelitian di Rumah sakit Dr.
Sebelum Kontak Dengan Pasien Tadjuddin Chalid Kota Makassar pada tabel 1
Sebelum kontak dengan pasien dalam menunjukkan bahwa kepatuhan Tenaga Kesehatan
penelitian ini adalah membersihkan kedua tangan tentang prosedur SOP hand higiene sebelum
dengan cara cuci tangan sebelum bersentuhan kontak dengan pasien didapatkan 100 % patuh.
dengan pasien. Namun secara keseluruhan Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik
tingginya tingkat kepatuhan pada hand hygiene
dengan handrub dikarenakan tenaga kesehatan Tabel 2. Distribusi RespondenYang Mengikuti
lebih memilih cara mencuci tangan yang bisa Prosedur SOP Berdasarkan
menghemat waktu. Dan juga alasan lain mengapa Sebelum Melakukan Tindakan
handrub lebih tinggi karena jika ada pasien yang Aseptik Pada Tenaga Kesehatan di
tiba-tiba membutuhkan dokter atau tenaga Rawat Inap Rumah Sakit Dr.
kesehatan lainnya maka para tenaga kesehatan Tadjuddin Chalid Kota Makassar
tersebut biasanya langsung mencuci tangannya
dengan alcohol terlebih lagi di setiap sudut Sebelum Melakukan
n %
ruangan telah tersedia handrub maka akan Tindakan Aseptik
mempermudah tenaga kesehatan untuk bergerak Patuh 58 68,2
lebih cepat menangani pasien. Kepatuhan tenaga Tidak Patuh 27 31,8
kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang
serius pihak rumah sakit khususnya hand higiene, Total 85 100
yang seharusnya diberikan pengawasan serta Sumber: Data Primer
sanksi apabila ada petugas kesehatan tidak patuh.
Ketidakpatuhan ini didasari dengan berbagai Sebelum melakukan tindakan aseptik dalam
alasan yaitu karena terlalu sibuk, cuci tangan penelitian ini adalah membersihkan kedua tangan
sangat menghabiskan banyak waktu dan juga dengan cara cuci tangan sebelum melakukan
pasien yang tiba-tiba membutuhkan bantuan tindakan aseptic. Pada momen sebelum tindakan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya sehingga aseptic ini tidak adanya kepatuhan pada dokter
membuat dokter atau tenaga kesehatan lainnya dikarenakan kegiatan dokter yang hanya sering
terburu-buru maka hanya membasuh telapak melakukan visit ke pasien sehingga dokter tidak
tangannya tanpa mengikuti cara mencuci tangan melakukan cuci tangan akan tetapi hasil dari
menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) jawaban yang diterima pada lembar kuesioner
hand hygiene yang telah ditentukan oleh pihak berbanding terbaik dengan hasil observasi yang
rumah sakit. Penetliti menilai bahwa alasan ini dilakukan oleh peneliti yang dimana dokter
tidak layak untuk petugas kesehtan sebab objek menjawab “ya” pada pernyataan melakukan cuci
yang dihadapi adalah orang sedang sakit dimana tangan sesuai standar prosedur operasional hand
imun mereka rendah, sehingga sangat rentang hygiene tapi yang terjadi dilapangan berbeda.
dengan infeksi dan penularan penyakit. Oleh karena itu penting pengawasan dari pihak
rumah sakit dalam penerapan prosedur SOP. Hasil
Tabel 1.Distribusi Tenaga Kesehatan Yang penelitian pada tabel 2 menunjukkan terdapat
Mengikuti Prosedur SOP Berdasarkan 31,8 % tenega kesehatan yang tidak mengikuti
Sebelum Kontak Dengan Pasien di Rawat prosedur SOP. Artinya jumlah tersebut termasuk
Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Kota banyak yang mengabaikan hand higiene.
Makassar
Hasil ini sejalan dengan penelitian Indah
Lestari (2014) yang memaparkan bahwa tindakan
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),  80
26-27 Juli 2019
 
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
 

cuci tangan yang dilakukan petugas kesehatan Tabel 3. Distribusi Responden yang mengikuti
sebelum melakukan tindakan aseptic sebesar SOP Berdasarkan Setelah Kontak
69,5%, hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan Dengan Pasien di Rawat Inap
petugas kesehatan masih rendah. Adapun alasan Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
ditemukan peneliti Kota Makassar
Bahwa sebelum melakukan tindakan aseptik
perawat dan bidan biasanya mengabaikan cuci Setelah Kontak Dengan
N %
tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung Pasien
tangan karena mereka beranggapan bahwa dengan Patuh 81 95.3
menggunakan sarung tangan maka tangan mereka Tidak Patuh 4 4.7
akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, Total 85 100
serta pemakaian sarung tangan yang berulang dari Sumber: Data Primer
satu pasien ke pasien lainnya dimana jika hal ini Hasil penelitian menunjukkan terdapat
terjadi akan membahayakan pasien. 95.3% tenaga kesehatan mengikuti prosedur SOP.
Pada indikasi sebelum melakukan tindakan Artinya tingkat kepatuhan dalam penerapan SOP
aseptik tenaga kesehatan selalu menggunakan hand higiene setelah kontak dengan pasien sudah
sarung tangan dan tidak melakukan cuci tangan bagus.
sebelum menggunakan sarung tangan, hal ini bila
dikaitkan dengan alasan mengapa tidak mencuci Setelah Kontak Dengan Lingkungan Pasien
tangan sejalan dengan pendapat Alvarado (2000) Setelah bersentuhan dengan lingkungan
yang dikutip oleh Tietjen (2004) mengenai sekitar dalam penelitian ini adalah membersihkan
“mengapa tenaga kesehatan tidak mencuci tangan kedua tangan dengan cara cuci tangan setelah
mereka” salah satu alasannya adalah tindakan cuci kontak dengan furniture yang ada di lingkungan
tangan tidak perlu ketika sarung tangan dipakai. sekitar pasien. Ketidakpatuhan yang terjadi
Bagaimanapun, sarung tangan tidak memberikan dikarenakan tenaga kesehatan menganggap tidak
perlindungan penuh terhadap kontaminasi tangan adanya kuman berbahaya karena tidak menyentuh
dan sarung tangan tidak dapat menggantikan pasien ataupun terkena cairan tubuh pasien.
perlunya cuci tangan, maka tenaga kesehatan Padahal kuman juga melekat di lingkungan pasien
harus mencuci tangan sebelum memakai sarung seperti tempat tidur, laken, tiang infus, linen
tangan dan sesudah melepasnya (Tietjen, dkk, kotor, dsb.
2004), sarung tangan juga harus diganti untuk Tabel 4. Distribusi Responden yang
setiap pasien (Nicholls & Wilson, 2001). mengikuti SOP Berdasarkan Setelah
Kontak Dengan Lingkungan di
Rawat Inap Rumah Sakit Dr.
Setelah Kontak Dengan Pasien Tadjuddin Chalid Kota Makassar
Setelah kontak dengan pasien dalam Setelah Kontak Dengan
penelitian ini adalah membersihkan kedua tangan N %
Lingkungan
dengan cara cuci tangan setelah bersentuhan Patuh 82 96.5
dengan pasien. Adanya ketidakpatuhan cuci Tidak Patuh 3 3.5
tangan pada saat setelah kontak dengan pasien
Total 85 100
dikarenakan dokter atau tenaga kesehatan lainnya
beranggapan bahwa pada saat masuk ke kamar Sumber: Data Primer
pasien mereka hanya sekedar mengecek kondisi Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pasien saja dan tidak banyak menyentuh atau 96.5% tenaga kesehatan mengikuti penerapan
memegang barang sekitar pasien atau pasien itu prosedur SOP hand higiene berdasarkan setelah
sendiri sehingga mereka berpikir bahwa tangan kontak dengan lingkungan. Artinya kepatuhan
mereka tidak kotor dan tidak perlu untuk dicuci tenaga kesehatan sudah bagus.
dan juga adanya faktor malas untuk mencuci Dari 4 variabel yang diteliti dengan
tangan sehingga mereka tidak mencuci tangannya. peneiliatan diskriptif menggambarkan bahawa
tingkat kepetuhan yang terendah adalah sebelum
melakukan tindakan akseptic dan kepatuhan yang
tertinggi adalah 100%. sebelum kontak dengan

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),  81
26-27 Juli 2019
 
Prosiding Seminar Nasional 2019
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
 

pasien . Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Kesehatan Universitas Islam Negeri
Suryoputri (2011) yang memaparkan bahwa Syarif Hidayatullah: Jakarta.
kepatuhan cuci tangan terendah terjadi pada 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
indikasi sebelum kontak dengan pasien. Pedoman Manajerial Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dan
KESIMPULAN DAN SARAN Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
1. Penerapan hand hygiene pada tenaga Departemen Kesehatan RI; 2011.
kesehatan berdasarkan sebelum kontak 3. Baharuddin A, et al, 2018. Sociodemographic
dengan pasien yaitu sebanyak 85 orang The Characteristic Of Slum And Urban
(100%) yang mematuhi prosedur SOP Area” Custumer Behavior Depot And
2. Penerapan hand hygiene pada tenaga Identification Of Escherchia coli With
kesehatan berdasarkan sebelum melakukan RT-PCR By Gen EF-Tu . Publish at : The
tindakan aseptik yaitu sebanyak 58 orang Indian Journal Of Publish Health &
(68,2%) yang mematuhi prosedur SOP. Development (scopus) Vol 9 No 11
3. Penerapan hand hygiene pada tenaga November 2018, ISSN-0976-
kesehatan berdasarkan setelah kontak dengan 0245.Available at: http://www.ijphrd.com.
pasien yaitu sebanyak 81 orang (95,3%) sudah 4. WHO. 2009.Who Guidelines On Hand
patuh, sedangkan berdasarkan hasil observasi Hygiene In Health Care, First Global
hand hygiene dengan handwash menunjukkan Patient Safety Challenge Clean Care Is
bahwa 79 orang (92,9%) yang patuh dan hasil Safe Care.
observasi hand hygiene dengan handrub 5. Fauzia, Neila., Dkk. Kepatuhan Standar
menunjukkan bahwa 2 orang (2,4%) yang Prosedur Operasional Hand Hygiene
patuh. Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap
4. Penerapan hand hygiene pada tenaga Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
kesehatan berdasarkan setelah kontak dengan Brawijaya. 2014; 28(1).
lingkungan yaitu 96,5% yang mematuhi 6. Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid, 2017.
prosedur SOP . Profil RS Dr. Tadjuddin Chalid 2017.
SARAN 7. Marfu’ah, Siti., & Liena, Sofiana. Analisis
Penelitian ini menyarankan pada tenaga Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene
kesehatan meningkatkan kesadaran dalam Perawat Dalam Pencegahan Infeksi
kepatuhan melakukan cuci tangan perlu Nosokomial. Jurnal Kesehatan
ditingkatkan agar pelaksanaan cuci tangan Masyarakat. 2018; 12(1).
menjadi budaya kerja yang diterapkan baik. 8. Ningsih, Shely Silfia Ratna, dkk. Gambaran
Menyadari pentingnya mencuci tangan untuk Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan Tangan
mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial Oleh Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit
pada pasien demi meningkatkan mutu pelayanan Dustira Cimahi. Jurnal Pendidikan
dan mengurangi masa rawat pasien yang mungkin Keperawatan Indonesia. 2017; 3(1).
bertambah bila terjadi infeksi nosokomial. 9. Baharuddin A, 2017 Kualitas Air Minum Isi
Ulang Pada Depot Di Wilayah Kerja
DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Dahlia Kota Makassar.
1. Ferdinah, Rahfita. Gambaran Perilaku Hand Publish At hygiene Jurnal Kesehatan
Hygiene Dan Determinannya Pada lingkungan 3 (2) 62-68. . Avalaible of
Perawat Di Ruang Rawat Inap Gedung X http: //journal.uin-alauddin.ac.id
Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),  82
26-27 Juli 2019
 

Anda mungkin juga menyukai