Anda di halaman 1dari 5

Uray Anifa Rahmadita Putri Hendry

Beta 2018
04011181823038

ANEMIA

Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal
(Depkes 2008) Nilai tersebut berbeda-beda untuk kelompok umur dan jenis kelamin sebagaimana
ditetapkan oleh WHO seperti tercantum pada tabel

Ada penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai
batasannya, hal ini disebabkan oleh perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan
penyakit lain, keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia,dan lain-lain yang sulit
dikelompokkan. Menurut Depkes , anemia dibagi menjadi 2 derajat yaitu anemia sedang dan anemia
berat. Anemia sedang bila kadar 8-11g/dl dan dikatakan anemia berat bila <8 g/dl

Penyebab terjadinya anemia secara umum :


1)Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti
mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguanpada sumsum tulang.
2)Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.
3)Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikanmenjadi tiga jenis anemia:


1)Anemia normositik normokrom.
- Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan
penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
- Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin
(Indeks eritrositnormalpada anak: MCV 73–101fl, MCH 23 –31pg, MCHC 26 –35%),bentuk dan
ukuran eritrosit.
2)Anemia makrositik hiperkrom
- Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkromkarena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31
pg, MCHC = > 35%).
- Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 , asam folat), serta anemia
makrositik non-megaloblastik (penyakit hati,dan myelodisplasia)
- Gejalan klinis : pucat , ikterik , glossitis ( lidah warna merah daging dan nyeri) , stomatitis
angularis , malabsobsi ringan dan penurunan BB , purpura dan pigmentasi melanin , dan neuropati
(defisensi vit. B12)
3) Anemia mikrositik hipokrom
- Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73fl, MCH <23 pg, MCHC 26 -35%).
- Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
- 1)Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
- 2)Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
- 3)Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik
 Gangguan pembentukan protoporfin
 Terjadi timbunan besi dalam mitokondria eritrosit berinti
 pulasan biru prusia  ringed sideroblast
 Butir besi tampak di eritrosit  siderosit

ADB
A. Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron
store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang.
Dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh, maka defisiensi dapat dibagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu (Purnami, 2007) :
a. Iron depleted state, yaitu cadanagn besi menururn, tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis
belum terganggu.
b. Iron deficient erythropoiesis, yaitu cadangan besi kosong penyediaan besi untuk eritropoesis
terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.
c. Iron deficiency anemia, yaitu cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi.
Defisiensi besi merupakan penyebab anemia di dunia dan sering dijumpai pada perempuan usia subur,
disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan kebutuhan besi selama kehamilan. Penyebab
lain anemia defisiensi besi adalah asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi-bayi yang hanya
diberi diet susu saja selama 12-24 bulan dan pada individu-individu tertentu yang vegetarian ketat.
Gangguan absorbsi setelah gastrektomi dan kehilangan darah menetap, seperti pada perdarahan saluran
cerna lambat akibat polip, neoplasma, gastritis, varises esophagus, ingesti aspirin, dan hemoroid.

B. Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh :
a. Kebutuhan besi yang meningkat secara fisiologis, seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan,dan kehamilan.
b. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
• Saluran cerna : tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, infeksi cacing tambang
• Saluran genitalia wanita : menorrhagia
• Saluran kemih : hematuria
• Saluran napas : hemoptoe
c. Kurangnya besi yang diserap
• Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat akibat kurangnya jumlah besi total dalam
makanan, atau kualitas besi (boavalaibilitas) besi yang tidak baik.
• Malabsorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
d. Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan anemia defisiensi besi pada masa
fetus dan pada awal masa neonatus.
e. Latihan yang berlebihan
Pada atlit yang berolahraga berat seperti olah raga lintas alam memiliki kadar feritin serum < 10 µg/dl

C. Patofisiologi
Patogenesis anemia defisiensi besi dimulai ketika cadangan besi dalam tubuh habis yang ditandai
dengan menurunnya kadar feritin yang diikuti juga oleh saturasi transferin dan besi serum. Penurunan
saturasi transferin disebabkan tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga apotransferin yang dibentuk hati
menurun dan tidak terjadi pengikatan dengan besi sehingga transferin yang terbentuk juga sedikit.
Sedangkan total iron binding protein (TIBC) atau kapasitas mengikat besi total yang dilakukan oleh
transferin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga
transferin berusaha mengikat besi dari manapun dengan meningkatkan kapasitasnya.
Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus berlangsung dengan memerlukan
besi yang akan berikatan dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Pada anemia defisiensi besi, besi
yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah
hemoglobin yang dibentuk juga berkurang. Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit pun
mengalami hipokromia (pucat). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCHC (mean corpuscular
Hemoglobin Concentration) < 32%. Sedangkan protoporfirin terus dibentuk eritrosit sehingga pada
anemia defisiensi besi, protoporfirin eritrosit bebas (FEP) meningkat. Hal ini dapat menjadi indikator dini
sensitif adanya defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi untuk
menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi tidak tersedia sehingga pembelahan
sel tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan sel yang lebih kecil
(mikrositik). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl.

D. Manifestasi Klinis
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :
a. Gejala umum anemia
Kadar Hb < 7-8 g/dl dengan gejala badan lemah, lesu, cepat lelah, pucat, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging.
b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala khas pada anemia defisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain :
1. Koilonychia yaitu kuku mudah rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip
seperti sendok (spoon nail).
2. Atrofi papil lidah yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
3. Stomatitis angularis yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
5. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
c. Gejala penyakit dasar
Pada anemi defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia
defisiensi besi tersebut, misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN

Darah akan bertambah dalam kehamilan, yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi,
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah merah 18% dan hemoglobin
19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk
membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat
terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45%-65% dimulai pada
trimester 2 kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1.000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Prawirohardjo, 2002).

ANALISIS MASALAH

1. Rani datang ke Puskesmas dengan keluhan mudah lelah dan lemas. Rani juga merasa pandangan
berkunang-kunang. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan sekarang bertambah berat.
Selain itu, Rani juga mengeluh sering sakit kepala dan napas terengah-engah saat melakukan pekerjaan
berat lainnya.
a. apa hubungan keluhan dengan kasus (anemia)?
Anemia disebabkan oleh menurun nya kadar Hb didalam eritrosit. Penurunan tersebut disebabkan
banyak hal , misalnya pendarahan yang hebat , defisensi zat gizi, produksi sel-sel darah di sum-sum
tulang yang menurun, penghanucuran sel sebe;um waktunya dll.
Dengan penyebab-penyebab ini Hb pengangkut oksigen ke seluruh tubuh turun secara tidak
langsung. Kadar oksigen yang turun menyebabkan metobilsme menurun , energy yang di hasilkan juga
sedikit , sehingga akan mudah lemas. Saat metabolism aerob tidak optimal, berlangsunglah proses
anaerob. Pada proses anaerob dihasilkanlah asam laktat yang menyebabkan otot lelah. Terjadi juga
hipoksia jaringan ( otak ) yang menyebabkan pusing. Oksigen yang kurang juga menyebabkan mata
berkunang-kunang dan nafas ter engah-engah

2. Kesan: Anemia mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis suspek defisiensi besi


a. Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom dan anisopoikilositosis?
Patogenesis anemia defisiensi besi dimulai ketika cadangan besi dalam tubuh habis yang ditandai
dengan menurunnya kadar feritin yang diikuti juga oleh saturasi transferin dan besi serum. Penurunan
saturasi transferin disebabkan tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga apotransferin yang dibentuk hati
menurun dan tidak terjadi pengikatan dengan besi sehingga transferin yang terbentuk juga sedikit.
Sedangkan total iron binding protein (TIBC) atau kapasitas mengikat besi total yang dilakukan oleh
transferin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga
transferin berusaha mengikat besi dari manapun dengan meningkatkan kapasitasnya.
Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus berlangsung dengan memerlukan
besi yang akan berikatan dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Pada anemia defisiensi besi, besi
yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah
hemoglobin yang dibentuk juga berkurang. Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit pun
mengalami hipokromia (pucat). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCHC (mean corpuscular
Hemoglobin Concentration) < 32%. Sedangkan protoporfirin terus dibentuk eritrosit sehingga pada anemia
defisiensi besi, protoporfirin eritrosit bebas (FEP) meningkat. Hal ini dapat menjadi indikator dini sensitif
adanya defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi untuk
menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi tidak tersedia sehingga pembelahan
sel tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan sel yang lebih kecil (mikrositik).
Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl.

b. Bagaimana tanda atau gejala makroskopis dan mikroskopis dari anemia mikrositik hipokrom,
anisopoikilositosis suspek defisiensi besi?
Gejala khas pada anemia defisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain :
1. Koilonychia yaitu kuku mudah rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga
mirip seperti sendok (spoon nail).
2. Atrofi papil lidah yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
3. Stomatitis angularis yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.

4. Disfagia yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

5. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.

c. Apa dampak anemia yang dialami Rani terhadap dirinya dan janinnya?
Kekurangan zat besi berasosiasi kurang menguntungkan untuk ibu dan bayi, termasuk meningkatkan risiko
perdarahan, sepsis, kematian ibu, prematuritas, kematian perinatal, dan berat badan lahir rendah (WHO,
1999).

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Masrizal, 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II
WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention, and Control. A guide for Programme
Manager

Anda mungkin juga menyukai