PHA
Dr. Koro baru saja dipercaya menjadi Kepala Puskemas Rona. Sebagai Public Health
Administrator yang baru, pengetahuan tentang ilmu Public Health Administrationmenjadi
sangat penting. Apalagi saat ini sedang terjadi Pandemi Covid 19.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manager di wilayah kerjanya, Dr. Koro harus
melakukan upaya-upaya dari “hulu sampai ke hilir”. Upaya di “hulu” adalah pencegahan.
Upaya di “hilir” adalah pengobatan. Pemahamannya tentang five levelof prevention menjadi
sangat penting. Upaya di “hulu” yang dilakukannya adalahmemastikan upaya preventif dan
upaya promotif berjalan baik agar kasus-kasus Covid19 di wilayah kerjanya tidak meningkat.
Dalam hal ini, pemerintah sudah menetapkan kebijakan 3 M. Untuk upaya di “hilir”,
pemerintah juga sudah menetapkan kebijakan yang dikenal dengan istilah 3 T.
Minggu pertama bertugas, Dr. Koro langsung mendapatkan informasi dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang menaunginya bahwa ditemukan seorang warga di wilayah kerjanya
saat ini sedang dirawat di rumah sakit karena positif Covid 19. Dr. Koroharus menugaskan
staf fungsionalnya melakukan upaya tracing atas kasus tersebut. Selain itu, Dr. Koro harus
terus melakukan upaya penyuluhan Kesehatan 3 M yang lebihintens di wilayah kerjanya.
Sebagai seorang leader di Puskesmas, Dr. Koro memiliki indikator keberhasilan kinerja
dalam pelayanan Kesehatan di wilayah kerjanya, khususnya dalam penanganan Pandemi
Covid 19.
maps/public-health-administration
1
Administrasi Kesehatan Masyarakat
2
contohnya ialah air, udara, jalan, dan berbagai sumber alamiah lain yang dapat di
daur ulang.
B. Tatacara
Merupakan berbagai kemajuan itekdok (contohnya: rontgen, USG, rapid test
untuk COVID 19) yang dimiliki dan diterapkan.
C. Kesanggupan
Merupakan keadaan fisik, mental, biologis tenaga pelaksanaan
II. Proses
Merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam praktek sehari-hari, untuk memudahkan ini sering disederhanakan
menjadi empat macam saja yakni:
A. Perencanaan (planning)
Merupakan pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana dapat mencapai
tujuan, yang didalamnya termasuk penyusunan anggaran belanja
B. Pengorganisasian (organizing)
Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang
kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya
memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan.
C. Penggerakan (actuating)
Merupakan pelaksanaan dari planning yang sudah ditentukan, yang
didalamnya termasuk pengarahan, pengkordinasian, bimbingan, penggerakan,
pengawasan.
D. Pengawasan (controlling)
Pengontrolan dibutuhkaN agar pekerja berjalan sesuai dengan visi, misi,
aturan dan program kerja. Baik dalam tahap perencanaa, pelaksanaan dan
pengorganisasian termasuk juga penyusunan laporan. Sehingga hal tersebut
dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi, dan penyesuaian-penyesuaian
sesuai dengan kondisi, situasi dan perkembangan zaman.
III. Keluaran
Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan admistrasi. Untuk administrasi
kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health
service). Pada saat ini pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya. Secara umum
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama pelayanan kedokteran (medical service).
Kedua, pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
IV. Sasaran
Sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya
kesehatan tersebut, ditujukan. Untuk administrasi kesehatan sasaran yang
dimaksudkan disini dibedakan atas empat macam yakni perseorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Dapat bersifat sasaran langsung (direct target gr oup),
atau pun bersifat sasaran tidak langsung (indirect target group).
V. Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkann oleh keluaran. Untuk administrasi
kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin meningkatnya derajat kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan (needs)
dan tutuntan (demand) perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat
terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat
terpenuhi. Kebutuhan dan tutuntan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak
pemakai jasa pelayanan kesehatan.
3
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
I. Tujuan Puskesmas
Pembanguan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas yang sehat dengan masyarakat :
A. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup
sehat;
B. Mampu menjangkau Yankes bermutu;
C. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
D. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
II. Fungsi Puskesmas
A. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berikut ini merupakan kewenangan UKM:
1. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas
dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
6. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual;
9. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan;
10. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan
respon penanggulangan penyakit;
11. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan
4
12. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas.
B. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Berikut ini merupakan
kewenangan UKP:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan faktor biologis,
psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter - pasien yang erat
dan setara;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif;
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu, berfokus
pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat;
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kesehatan,
keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja;
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi;
6. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan;
8. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
9. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan; dan
10. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau
sebagai jejaring rumah sakit pendidikan.
6
Sarana evakuasi; Sistem pengendalian kebisingan; dan Kendaraan puskesmas keliling,
ambulans dan kendaraan lainnya.
Persyaratan peralatan meliputi: Jumlah dan jenis peralatan sesuai kebutuhan
pelayanan; Kelengkapan izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; Standar mutu, keamanan, dan keselamatan; dan Diuji dan dikalibrasi secara
berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Persyaratan ketenagaan meliputi: dokter dan/atau dokter layanan primer,
dokter gigi; tenaga kesehatan lainnya (perawat, bidan, tenaga promosi kesehatan dan
ilmu perilaku, tenaga sanitasi lingkungan, nutrisionis, tenaga apoteker dan/atau tenaga
teknis kefarmasian, ahli teknologi laboratorium medik) dan; tenaga nonkesehatan
(mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
kegiatan operasional lain di Puskesmas).
Persyaratan kefarmasian sebagaimana yang dimaksud berupa ruang farmasi.
Persyaratan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud berupa ruang laboratorium
klinik untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan
pemulihan kesehatan.
7
M. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu, PKD,
Puskesling, Posyandu dan di masyarakat.
N. Sebagai dokter (fungsional) melaksanakan tugas pelayanan pemeriksaan dan
pengobatan pasien Puskesmas.
O. Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskemas.
Kepala tata usaha sebagaimana dimaksud memiliki tugas dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran Puskesmas.
Penanggung jawab sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas: Penanggung
jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat; Penanggung jawab UKP,
kefarmasian, dan laboratorium; Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring Puskesmas; Penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan
puskesmas; dan penanggung jawab mutu.
-142-
8
9
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk
menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas para tahun
berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kepada masyarakat dalam
upaya mengatasi masalah kesehatan setempat. Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut :
I. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan
pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan
cara:
A. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas
yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas.
B. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas
kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan
Perncanaan Tingkat Puskesmas.
C. Puskesmas mari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementrian Kesehatan.
10
e. Data Sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis
sekolah, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
f. Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah,
sarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah.
2. Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas)
a. Status Kesehatan terdiri dari:
Data kematian, kunjungan kesakitan, pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbanyak
yang ditemukan
b. Kejadian Luar Biasa
c. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap
desa/kelurahan, dapat dilihat dari Laporan Kinerja Puskesmas
d. Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain
B. Metode Pengumpulan Data
1. Penentuan Sumber data
Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang
terekam dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil
kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan data lainnya seperti hasil survei
kepuasan pelanggan untuk menilai mutu pelayanan Puskesmas.
2. Format Pengumpulan Data
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh petugas atau pengelola program yang
bersangkutan. Data yang diperoleh diperbaharui setiap bulan, sehingga pada akhir
tahun diperoleh data yang baru.
C. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan
perencanaan Puskesmas.
D. Analisis Data
Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan kualitas
data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan
analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun
bentuk pie. Dari hasil analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan
masing-masing Puskesmas.
11
macam metode seperti matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb. Penetapan
penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.
3. Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah mencakup (what, who, when, where, how)
dikenal dengan 4 (empat) w 1 (satu) h.
4. Mencari akar penyebab masalah
Dapat dilakukan dengan diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga
diagram tulang ikan karena digambarkan membentuk tulang ikan). Diagram
pohon masalah disebut problem trees.
5. Menetapkan cara-cara pemecahan masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
digunakan kriteria matriks.
B. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan meliputi Upaya Kesehatan Wajib, Upaya
Kesehatan Pengembangan dan Upaya Kesehatan Penunjang.
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib ke dalam
matriks
b. Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib.
c. Waktu penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
b. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan
kedalam matriks.
c. Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan.
3. Upaya Kesehatan Penunjang
IV. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
A. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
B. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang diusulkan dan
dituasi pada saat penyusunan RPK.
C. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan
serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasinpelaksanaan.
D. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK.
E. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
12
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai
instrumen mawas diri karena setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara
mandiri, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun
aspek penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu
pelayanan. Tujuan dari PKP ialah tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas
secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten
/kota. Sedangkan manfaat PKP ialah puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi)
kunjungan, dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar
belakang serta hambatan masalah kesehatan diwilayah kerjanya berdasarkan adanya
kesenjangan pencapaian kinerja Puskesmas (out put dan out come). Puskesmas dan dinas
kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk
dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya, serta dapat
menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber daya Puskesmas dan urgensi pembinaan
Puskesmas.
Ruang lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil
pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan.
Pelayanan kesehatan yang meliputi: Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan. Pelaksanaan manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan
meliputi: Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan pelaksanaan
penilaian kinerja, manajemen sumberdaya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll.
Mutu Pelayanan Puskesmas, meliputi: Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang
ditetapkan, penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan, penilaian out put pelayanan berdasarkan upaya kesehatan
yang diselenggarakan. Dimana masing-masing program/kegiatan mempunyai indikator mutu
tersendiri, sebagai contoh angka drop out pengobatan pada program penanggulangan TBC,
penanggalangan out-come pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
13
Cakupan hasil (out put) dan hasil mutu dari kegiatan yang telah ditetapkan untuk
dilaksanakan di Puskesmas, dihitung dengan membandingkan hasil yang telah dicapai
terhadap target standar yang telah ditetapkan.
IV. Analisis Hasil & Langkah Pemecahan
A. Melakukan identifikasi masalah, kendala/hambatan dan penyebab serta latar
belakangnya
B. Mencari alternatif dalam upaya penanggulangannya/pemecahan masalah.
C. Merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah
D. Merumuskan bentuk rencana usulan kegiatan tahun depan, sebagai bagian dari
kegiatan perencanaan Puskesmas.
V. Pelaksanaan Penilaian
A. Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka mawas diri mengukur keberhasilan
kinerjanya.
B. Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk melakukan kompilasi
hasil pencapaian (out put dan out come)
C. Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan pengumpulan data
pencapaian, dengan memperhitungkan cakupan hasil (out put) kegiatan dan
mutu bila hal tersebut memungkinkan.
D. Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan
analisis masalah, identifikasi kendala/hambatan, mencari penyebab dan latar
belakangnya, mengenali faktor-faktor pendukung dan penghambat.
E. Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana pemecahannya dengan
mempertimbangkan kecendrungan timbulnya masalah (ancaman) untuk perbaikan
(peluang) dengan metoda analisis sederhana maupun analisa kecendrungan
dengan menggunakan data yang ada.
F. Hasil perhitungan, analisa data dan usulan rencana pemecahan nya dilaporkan ke
dinas kabupaten/kota.
14
kegiatan, dalam bentuk grafik sarang laba-laba, ataupun cara
penampilan lainya.
III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas *).
a. Menganalisis masalah dan kendala, merumuskan pemecahan
masalah, rencana perbaikan sekaligus rencana usulan kegiatan
yang akan datang.
b. Menerima informasi dari kabupaten/kota tentang rencana
anggaran yang mungkin akan diterima masing-masing Puskesmas
dengan membahas rancangan kegiatan, besarnya target, besarnya
biaya dan kebutuhan sumber daya lain yang diperlukan, dan
jadwal kegiatan bersama dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Bersama Tim perencanaan Puskesmas menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas untuk tahun berjalan.
d. Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur lintas sektor
terkait, untuk keterpaduan.
e. Mendiseminasikan informasi sekaligus membagi tugas dan
tanggung jawab untuk kegiatan tahun yang akan dilaksanakan,
dalam forum pertemuan lokakarya tahunan Puskesmas.
f. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas sektor terkait di
kecamatan, untuk mendiseminasikan rencana kegiatan-kegiatan
Puskesmas yang ada kaitannya dengan Lintas Sektor di tingkat
kecamatan.
g. Mempersiapkan seluruh pelayanan Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan.
15
Public Health Education (PHE)
5 LEVELS PREVENTION
Leavell dan clark membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan itu adalah:
I. Masa sebelum sakit (pre-pathogenesis)
A. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion).
B. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
II. Pada masa sakit (patogenesis)
A. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan
yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment).
B. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).
C. Rehabilitasi (Rehabilitation).
I. Health Promotion
Promosi kesehatan adalah tahapan yang pertama dan utama dalam hal mencegah
penyakit. Singkatnya perlu ada persamaan persepsi bahwa yang namanya promosi
kesehatan adalah proses memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat agar
masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini
pemberdayaan masyarakat harus lebih kental, masyarakat harus lebih berpartisipasi aktif.
Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat berubah perilakunya, dari perilaku yang tidak
baik menjadi baik. Nah, dalam memaukan masyarakat tersebutlah, maka dipakai yang
namanya pendidikan kesehatan. Sedangkan dalam memampukan masyarakat, dilakukan
intervensi lingkungan. Pendidikan kesehatan yang dapat ditempuh ada banyak, bisa
melalui penyuluhan, konseling, konsultasi, dan lain-lain. Adapun intervensi lingkungan
adalah dengan mendesain lingkungan sedemikian rupa agar masyarakat dapat terbantu
hidup sehat. Contohnya lewat regulasi yang berlaku, lewat organisasi, lewat UU, dan
lain-lain. Jadi, ruang lingkup promosi kesehatan itu sangat luas, tidak terbatas hanya
pada pendidikan kesehatan saja. Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus:
A. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
B. Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti:
1. Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah,
2. Penyediaan air rumah tangga yang baik,
16
3. Membuka jendela agar sirkulasi udara baik,
4. Rajin membersihkan rumah sehingga debunya berkurang berefek pada
berkurangnya faktor resiko terjadinya asma bronkial.
5. Mencuci tangan ketika makan,
6. Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun dan tidak memakai handuk
secara bersama,
7. Rajin mencuci handuk dan pakaian lainnya.
C. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan.
17
Dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali
dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Pada kasus diatas pasien yang menderita skabies
dan asma bronkial, penyakit ini tidak mengakibatkan kecacatan yang berarti.
V. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat,sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.
Pada kasus diatas, tidak mennyebabkan adanya masalah dengan masyarakat , sehingga
tidak perlunya dilakukan rehabilitasi.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
A. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya.
Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya perlu mendapatkan
rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.
B. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan
social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.
C. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat
dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan
dan ketidak mampuannya.
D. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.
18
19
VII. Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara
Depkes RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas III tahun 1991/1992. Jakarta: Depkes RI.
Menteri Kesehatan RI. 2016. Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri. Peraturan Menteri Kesehatan No 70 tahun 2016.
20