Anda di halaman 1dari 12

UJIAN BOX E

1. Bayi lahir kurang bulan datang dengan sesak


a. Apa yang dilakukan di IGD?
i. Letakkan di tempat datar
ii. Nilai down score nonatus
Skor RR Retraksi Air Entry Sianosis Merintih
0 < 60 - + - -
1 60-80 Ringan Menurun +, +,
hilang O2 stetoskop
2 >80 Berat - +, +,
tidak hilang tanpa
dengan O2 stetoskop
< 4 = Tidak ada distress napas
4 – 6 = Distress napas
> 6 = Gagal Napas

iii. Apabila distress napas/gagal napas → Resusitasi


iv. Cek Kesadaran GCS
v. Tempat datar
vi. Bebaskan jalan napas. Apabila ada lendir → Suction/hisap
vii. Pastikan Airway, Breathing, Circulation clear.
viii. Berikan O2 nasal/head box → Distress napas. Intubasi → Gagal napas
ix. Pasang IV line:
1. IVFD D7,5% + Ca Glukonas 10% sesuai kebutuhan cairan
berdasarkan BB & hari lahir
2. Ampisilin (25mg/kgbb/8jam) IV
3. Gentamicin (2,5mg/kgBB/12jam) IV
x. Monitoring temperature → cegah hipotermi
xi. Monitoring saturasi oksigen
xii. Usia gestasi < 28 minggu → Injeksi aminofilin loading dose 7mg/kgBB
xiii. Ro Thorax
xiv. Evaluasi Down Score
b. Apa penyebab yang mungkin?
i. Hyaline Membrane Disease → sindrom gawat napas → defisiensi
surfaktan paru. Faktor risiko → Prematuritas, ibu DM
ii. Transient Tachypnea of Newborn → Ggn nafas sementara (< 72 jam
hilang) → kelebihan cairan di paru (alveoli). Faktor → Usia gestasi <
39 mgg, SC, premature, asfiksia
iii. Meconium aspiration syndrome → Ggn nafas akibat masuknya air
ketuban yang bercampuir mekoneum ke sal. napas. Faktor → Gawat
janin
iv. Hernia diafragmatika
v. Pneumothorax → Udara dalam rongga pleura. Faktor → Pemakaian
ventilasi mekanik
vi. Kelumpuhan di N. Phrenicus
vii. BP
viii. PJB
ix. Kelainan metabolik

2. Bayi kejang, riwayat demam saat melahirkan


a. Apa yang dilakukan di IGD?
1. Periksa ABC, bersihkan jalan napas dan beri terapi O2
2. IV Line, cairan D10% dosis rumatan sesuai dengan kebutuhan bayi
3. Bila ada kejang →
Phenobarbital loading dose 20mg/kgBB IV (20-30 menit),
maintenance 3-5 mg/kgBB/12jam/oral/IM→ Masih kejang →
Phenobarbital dosis ke 2 (10 mg/kgBB) → 20-30 menit → Masih
kejang → Phenobarbital dosis 3 (10mg/kgBB) Max. Dose
40mg/kgBB/hari → 20 -30 menit → Masih kejang → Phenitoin 20
mg/kgBB IV (dalam NaCl, 30 menit), maintenance 3-5mg/kgBB/hari
→ Masih kejang → Lorazepam 0,05 – 0,1 mg/kgBB ulangi 2-3
dosis/15 menit (bila tidak ada, Diazepam 0,1-0m3mg/kgBB) IV
4. Bila hipoglikemia → Tangani, D10% dosis 2cc/kgBB bolus
5. Bila hipokalsemia → Ca Glukonas 10% 3 cc/kgBB drip perlahan
6. Bila hipomagnesemia → MgSO4 0,25 cc/kgBB IM
7. Bila defisiensi piridoksin → Piridoksin 25-50mg IV
b. Apa penyebab yang mungkin?
i. Infeksi
1. Meningitis
2. Sepsis neonatorum
3. Tetanus neonatorum
ii. Metabolik → Hipoglikemi
iii. Hipokalsemia
iv. Hypomagnesemia
v. Trauma → Perdarahan intracranial

3. Tatalaksana hipoglikemia
a. Asimptomatik
i. ASI sedini mungkin/1-2 jam, 3-10cc/kg
ii. Monitoring glukosa darah sebelum pemberian berikutnya
iii. Gagal peroral, BSS rendah → IV line → D10%
iv. ASI Teruskan → Evaluasi
b. Simptomatik
i. D10% 2cc/kgBB Bolus IV → IVFD D10% 4-6mg/kgBB/menit atau
IVFD D10% GIR 6-8mg/kgBB/menit
ii. Cek ulang kadar gula darah 30-60 menit setelah bolus
iii. Pertahankan > 45mg/dl
iv. ASI sering

4. Faktor risiko hipoglikemia


a. Prematur
b. BBLR
c. Bayi besar, lahir dari ibu DM (Insulin berlebih)
d. Bayi asfiksia
e. KMK

5. Faktor risiko BBLR?


• Prematur
• IUGR
• Komplikasi selama kehamilan
• Janin dengan kondisi medis bawaan
• Kehamilan ganda
• Ibu malnutrisi
• Usia ibu (terlalu muda), jarak hamil terlalu dekat
• Ibu hamil pengguna NAPZA/minum alcohol
• Sosial ekonomi
• Faktor psikologis

6. Komplikasi BBLR?
a. Sindrom aspirasi meconium
b. Hipoglikemi simptomatik
c. Hyaline membrane disease
d. Asfiksia neonatorum
e. Hyperbilirubinemia
f. Dampak jangka pendek
i. Hipotermi, hipoglikemi, hiperglikemi
ii. Masalah pemberian ASI
iii. Ggn Imunologi
iv. Ikterus
v. Ggn pernapasan
vi. Asfiksia
g. Dampak jangka panjang
i. Ggn pertumbuhan perkembangan
ii. Kemampuan berbicara dan komunikasi terganggu
iii. Ggn neurologis dan kognisi

7. Stabilisasi, transportasi, resusitasi neonates


a. Stabilisasi
• Identifikasi faktor yang apabila tidak diatasi →
menyebabkan/memperburuk keadaan neonates
• Pemeliharaan : ventilasi, pemantauan kardiovaskular, suhu, metabolic,
pemeliharaan akses vena, pemakaian AB sesuai, NGT sesuai indikasi
• STABLE
• Sugar → Cek GDS
• Temperature → Cegah hipotermi, jaga kehangatan tubuh
• Airway → Jalan napas, SpO2, pertahankan bantuan napas
• Blood Pressure → 4 ekstremitas, CRT, deteksi dini ggn sirkulasi
• Lab → Deteksi risiko infeks
• Emotional support → Komunikasi dengan keluarga
b. Transportasi
• Bertujuan untuk memberikan terapi dan penanganan lanjutan di tempat
yang dirujuk + pengawasan selama dilakukan transportasi → neonates
dalam keadaan aman dan memiliki hasil akhir baik
• Tim Transportasi
o 2 bantuan medis dengan keahlian BLS dan ALS
• Kelengkapan
o Inkubator, suction, infus pump, peralatan O2
c. Resusitasi
8. Masalah yang terjadi pada bayi premature
• Gangguan pernafasan : hipoksia, asfiksia
• Hipotermi
• Hipoglikemia
• Ikterus
• Masalah pemberian makan (Mengisap dan menelan buruk, ileus
fungsional)
• Entrokolitis nekrotikan
• Perdarahan intraventricular
• Anemia
• HMD

9. Jelaskan penegakan diagnosis dan tatalaksana sepsis neonates?


• Gejala klinis sepsis terdiri atas:
i. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang
disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk
hipotermi/hipertermi
ii. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
iii. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
iv. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegaly
v. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
vi. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema,
dingin.
vii. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
• Kriteria diagnosis
o Gejala klinis sepsis + > 1 pemeriksaan laboratorium yang positif (
lekosit < 5000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2 atau lebih, mikro
LED>15 mm/jam, CRP > 9mg/dL ), kultur darah positif)
• Tatalaksana
▪ Cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
▪ Terapi oksigen bila diperlukan
▪ Antibiotik : Ceftazidime.
Bila curiga stafilokokkus → sefalosporin generasi ke-2, 50
mg/kgBB/hari 2 kali pemberian → tidak ada perbaikan dalam 48 jam
atau KU memburuk → pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih
poten (meropenem, atau sesuai hasil tes resistensi) → Antibiotika
diberikan 7-10 hari → Dihentikan setelah klinis membaik 5 hari

10. Omfalitis + cara rawat tali pusat


• Inflamasi pada pangkal tali pusat yang ditandai dengan eritema, edema, dan
eksudat purulen pada umbilikus. Omfalitis lebih sering terjadi pada neonatus
dan dapat berprogresi cepat menjadi necrotizing fasciitis dan sepsis. Etiologi
tersering dari omfalitis adalah bakteri, umumnya gabungan antara bakteri
gram positif dan gram negatif.
• Manifestasi klinis omfalitis adalah timbulnya kemerahan pada pangkal tali
pusat disertai dengan edema, nyeri, dan keluar nanah dari umbilikus.
Infeksi dapat meluas ke struktur organ yang lebih dalam sehingga menimbulkan
ekimosis periumbilikal, bulae krepitasi, atau bahkan gangguan hemodinamik
akibat sepsis.
• Tata laksana utama omfalitis adalah pemberian antibiotik yang dapat
membunuh bakteri gram positif, gram negatif, dan bakteri anaerob. Biasanya
antibiotik diberikan dalam bentuk kombinasi antara pencillin, aminoglikosida,
dan metronidazole klindamisin. Selain pemberian antibiotik, perawatan tali
pusat juga perlu diperhatikan untuk mencegah meluasnya infeksi
• Pemotongan tali pusat
o Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
o Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
o Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril.
o Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan
masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
o Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini
• Perawatan tali pusat
o Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
o Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
o Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
o Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
▪ Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
▪ Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
▪ Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
▪ Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan.

11. Perawatan metode kangguru


• Perawatan metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan
khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu tubuh.
• Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 gram, tanpa
masalah/komplikasi.
• Syarat
o Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
o Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
o Bayi tidak Kejang
o Bayi tidak Diare
o Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit
• Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen :
o Posisi
o Nutrisi
o Dukungan
o Pemantauan
• Posisi
o Bayi telanjang dada(popok,topi,kaus kaki,sarung tangan) telungkup di
dada posisi tegak/diagonal menempel langsung dengan kulit ibu
o Atur posisi kepala jangan terhalang jalan napas
o Tangan dan kaki bayi dalam fleksi seperti katak
o Fiksasi dengan selendang
o Ibu dan bayi dalam 1 pakaian dengan ibu
• Nutrisi
o BBLR diberikan ASI
o Tidak mampu menelan ASI → NGT
• Dukungan
o Keluarga memberi dukungan
• Pemantauan
o Pantau tumbuh kembang

12. Inisiasi menyusui dini


• Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusu sendiri
• Bayi yang tidak membutuhkan resusitasi → dikeringkan → diletakkan diatas
perut ibu → tengkurap → selimuti ibu + bayi → kontak ibu + bayi sedikitnya 1
jam
• Bayi akan bergerak ke arah aerola → mulai mengulum putting → menyusu
• Lakukan Askep → BB, PB, LK, Vit.K, Salep mata
• Tunda mandi 6 jam
13. BBLR
• Terapi BBLR
o Indikasi Rawat
▪ BBL < 1500 gr
▪ Usia gestasi ≤35 mgg
▪ Dengan komplikasi
o Perawatan
▪ Inkubator, suhu 36,5-37,5, cegah hipotermi
▪ Distress pernapasan, tx sesuai distress
▪ Usia gestasi
▪ BB > 1500 gr tanpa asfiksia dan tanda distress → Rawat gabung
▪ BB < 1500 gr → rawat IKA, beri ASI/LLM
▪ KMK → minum 2 jam setelah lahir
▪ Tanda hipoglikemia → Periksa Gula darah dengan dekstrostik
▪ Kebutuhan cairan kgBB/24 jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
80 100 120 130 135 140 150 160 165 170 175 180 190 200
▪ Jenis cairan IVFD
o > 2000 gr → Dekstrose 10% 500 cc + Ca glukonas 10%
o < 2000 gr → Dekstrose 7½% 500 cc + Ca glukonas 10%
o CA Glukonas/hari → 5cc/kgBB
▪ Hari 3 → Tmbah NaCl 15% 6 cc/kolf dan KCl sesuai
kebutuhan
▪ Hari 2 → Protein 1 gr/kgBB/hari → naikkan perlahan
→ 1½, 2, 2½, 3 gr/kgBB/hari
▪ Bayi tanpa distress pernafasan → minum peroral →
hisap sendiri/nasogatrik drip
• Bila tidak mentolerir → sebanyak yang bisa
ditoleransi lambung + IVFD
▪ Bayi < 1500 gr → Minum tiap 2-3 jam sonde
lambung → ASI ibu bertahap 1x/hari → 2-3x/hari dst
sampai pulang
▪ Bayi < 32 mgg :
o Theophilin PO 6 mg → 1,5 mg/kgBB/kali/8
jam sampai 34 mgg
o Theopilin pada masa gestasi 33 -34 mgg bila
ada → apnu + bradikardi + sianosis
o Belum bisa PO → IV Aminophylin 7-
8mg/kgBB → 2mg/kgBB tiap 8 jam

14. Terapi Meningitis


i. Cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
ii. Terapi oksigen bila diperlukan
iii. Antibiotik : Ceftazidime.
Tidak ada perbaikan dalam 48 jam atau KU memburuk → pertimbangkan pindah
ke antibiotika yang lebih poten (meropenem, atau sesuai hasil tes resistensi) →
Antibiotika diberikan 21 hari

15. Cairan neonatus aterm


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
60 80 100 120 130 140 150 160 165 170 175 180 190 200

Anda mungkin juga menyukai