2
Deteksi dini
Identifikasi bayi risiko tinggi !!
3
Faktor risiko (+) bayi risiko tinggi
4
Faktor risiko (+) bayi risiko tinggi, …
5
Etiologi kegawatdaruratan neonatus
Bedah Non bedah
• Kel.tr.respiratorius: hernia Prematuritas : HMD,
diafragma, atresia koana, AOP
fistula trakeo-esofagus, Infeksi
agenesis trakea, dll Aspirasi mekonium
• Kel. Tr.GIT: atresia ani, Transient tachypneu of
stenosis pilorus / duode- the newborn
num, omphalocele, gas- Penyakit perdarahan
troschisis, atresia esofagus Hiperbilirubinemia
± fistula trakeo-esofagus, Penyakit metabolik
• dll Perdarahan intrakranial
6
Berbagai masalah/tanda
kegawatdaruratan neonatus
8
Mekanisme hilangnya panas
9
Hipotermia
Pembunuh utama neonatus
11
Tanda Dan Gejala Hipotermia (lanjutan)
Saat hipotermia menetap, tanda berikut berlanjut:
• Letargi
• Apnea dan bradikardia
• Risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia, asidosis metabolik, sesak napas, dan
faktor pembekuan yang abnormal (DIC, perdarahan intraventrikel, perdarahan
paru).
12
Hipertermia
Hipertermia: suhu tubuh di atas 37.5 ºC
• Faktor risiko:
• Suhu lingkungan
• Dehidrasi
• Perdarahan Intrakranial
• Infeksi
• Catatan: Inkubator harus dipantau ketat terhadap
terjadinya suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah
yang tidak benar.
13
Tanda dan gejala Hipertermia
• Kulit terasa hangat/panas, terlihat kemerahan, atau
merah muda pada awalnya dan kemudian terlihat pu-
cat.
14
Tanda dan gejala Hipertermia (lanjutan)
• Pola yang mirip dengan hipotermia mungkin terjadi
jika masalah berlanjut:
Meningkatnya laju metabolik, iritabel/rewel, takikar-
dia, dan takipnea.
• Dehidrasi, perdarahan intrakranial, heat stroke, dan
kematian.
15
Upaya Menurunkan Risiko
Hipotermi
• Suhu optimal untuk ruangan bersalin/OK dan ruang
perawatan
• Suhu ruangan bayi ideal 24 – 26o C
• Alas tidur dan handuk pembungkus hangat
• Inkubator transpor hangat
• Saat melakukan tindakan, pastikan bayi hangat
• Pintu inkubator jangan sering dibuka
• Bila sudah stabil metoda kanguru
16
Masalah Pernapasan
• Normal : RR 40 – 60 x/menit
• Bedakan “Periodic Breathing” dengan apnu
• Apnu : stop napas > 20 detik, atau kurang dari 20 detik, tapi disertai
bradikardi dan atau SpO2 menurun
17
Evaluasi gawat napas dengan
Skor Down
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Napas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
18
Evaluasi gawat napas dengan
Skor Down
19
Tatalaksana umum
• Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, bila bayi
tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus Dekstrosa 10%
• Pantau tanda vital, jaga patensi jalan napas
• Berikan Oksigen (1-2 liter/menit dengan kateter nasal, atau sesuai dengan
saturasi bila menggunakan metode pemberian O2 dgn cara lain)
20
Upaya Mengatasi Hipoksia
21
…Upaya Mengatasi Hipoksia
22
Apnea of prematurity
23
a (lanjutan)
25
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
• Terapi Umum
• Melakukan stimulasi taktil.
• CPAP pada apnea berulang dan memanjang.
• Terapi farmakologis (kafein atau teofilin) mungkin diperlukan.
• Pantau kadarnya.
26
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
• Terapi Spesifik
• Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan sepsis, hipog-
likemia, anemia dan kelainan elektrolit.
27
Masalah Sirkulasi
28
SYOK/RENJATAN
kurangnya pasokan darah arterial ke jaringan, dan
harus dicurigai pada bayi yang menunjukkan
tanda :
1. “dusky”, pucat, “mottled skin”
2. Pengisian kapiler yang melambat
3. Hipotensi
4. Produksi urine berkurang
5. Suhu kulit dibawah normal
6. Asidosis metabolik berat yang menetap
7. Takikardia
29
Upaya Mengatasi Renjatan
30
Masalah Saluran Cerna
31
MUNTAH
Yang harus diperhatikan :
1. Volume muntahan
2. Isi muntahan : bilious, berdarah, susu yang belum
dicerna,
3. Apakah tanda vital normal ? Tanda vital yang abnormal
mungkin berhubungan dengan proses yang abnormal
seperti kelainan intra abdominal
4. Apakah perut tetap ‘lemas’ dengan bising usus normal
atau perut menjadi kembung dengan tampilan usus
yang kembung ?
5. Kapan b.a.b terakhir ? Konstipasi dapat menyebabkan
kembung dengan toleransi minum yang buruk dan
muntah
32
Diagnosis banding muntah
33
Diagnosis banding muntah
4. Muntah susu yang telah dicerna. Mungkin karena pen-
gosongan lambung yang lama, pemberian minum yang
berlebihan atau karena osmolaritas berlebih akibat penam-
bahan bahan / vitamin pada susu
5. Sepsis. Sepsis dapat menyebabkan ileus
6. Intoleransi formula. Jarang terjadi, mungkin karena intol-
eransi karbohidrat. Bisa dibuktikan dengan pemeriksaan pH
feces. Mungkin ada riwayat serupa dalam keluarga
7. Pemberian minum yang terlalu agresif. Biasanya pada
prematur kecil yang pemberian minumnya terlalu cepat di-
tambah.
8. Konstipasi. Perut ‘penuh’, lemas dan b.a.b terakhir 48 -72
jam yang lalu
34
Yang harus dilakukan pada kasus muntah
A. Pemeriksaan fisik.
Lakukan pemeriksaan fisik lengkap terutama daerah ab-
domen.
* adakah bising usus ( bila tidak terdengar mungkin me-
nunjukkan ileus atau peritonitis.
* adakah distensi lambung
* adakah nyeri tekan
*adakah kemerahan dinding perut ( tanda penting pada
peritonitis)
* adakah tampak segmen usus yang kembung
35
B. Pemeriksaan Lab.
1. Darah lengkap dan hitung jenis. Penting untuk menge-
tahui sepsis atau perdarahan
2. Kultur darah
3. Kadar Kalium serum. Untuk mengetahui apakah
hipokalemia yang menjadi penyebab ileus
4. pH feces. Untuk menyingkirkan intoleransi laktosa
5. Uji koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
36
C. Pemeriksaan radiologi dan lainnya.
37
Tatalaksana muntah
A. Muntah hijau
38
Tatalaksana muntah
B. Muntah berdarah
1. Trauma pemasangan OGT. Bisa terjadi bila OGT
terlalu besar atau pemasangan traumatik. Ganti
dengan OGT yang terkecil, lakukan bilas lambung
dan observasi bayi.
2. Perdarahan saluran cerna.
a. Tukak lambung. Lakukan bilas lambung dan
berikan ranitidine
b. DIC. Penangan DIC secara umum
c. Defisiensi vit. K. Berikan vit. K inj. setelah lahir
39
Tatalaksana muntah
40
Tatalaksana muntah
41
Masalah Traktus Urinarius
42
Kejang dan spasme pada neonatus
Kejang:
• Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah & ekstrimitas
• Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan spt mengayuh sepeda, mata
berkedip, berputar, juling.
43
Lanj…
44
Spasme:
45
Tatalaksana Umum Kejang
Medikamentosa
• Fenobarbital 20 mg/kg BB i.v dlm waktu 5 menit,
jika kejang tdk berhenti dpt diulang dgn dosis 10
mg/kg BB sebanyak 2x dgn selang waktu 30 menit.
Jika tdk tersedia jalur i.v & atau tdk tersedia sediaan
obat i.v, maka dpt diberikan i.m
• Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg BB
i.v dlm larutan garam fisiologis dgn kecepatan
1mg/kg BB/menit.
46
Tata Laksana Umum
Pengobatan rumatan
• Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal
atau terbagi tiap 12 jam secara i.v atau per oral.
Sampai bebas kejang 7 hari.
47
Tatalaksana Spasme/Tetanus Neonato-
rum
• Berikan Diazepam 10mg/kg BB/ hari dgn drip se-
lama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40
mg/ kg/hari
• Bila frekuensi napas kurang 30x/ mnt, hentikan
pemberian obat meskipun bayi masih mengalami
spasme.
• Bila tali pusat merah & membengkak, mengeluarkan
pus atau berbau busuk obati utk infeksi tali pusat.
48
Spasme/ tetanus
lanjutan..
49
Terapi Suportif
50
• Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif
• Pasang pipa nasogastrik & beri ASI peras diantara spasme. Mulai dgn
jumlah setengah kebutuhan per hari & pelan-pelan dinaikkan
jumlah ASI yg diberikan shg tercapai jumlah yg diperlukan
51
Hipoglikemia pada Neonatus
Neonatus bisa menunjukkan gejala ataupun
tidak.
Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan, dan se-
lalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus den-
gan faktor risiko.
Tanda klinis:
• Tidak tenang, gerakan tak beraturan (jittering)
• Sianosis
• Kejang atau tremor
• Letargi dan sulit menyusui
• Asupan yang buruk
52
Hipoglikemia
lanjutan….
• Normal Gula Darah Sewaktu (GDS) : > 40 – 45 mg/dl s/d 120 mg/dl
• Periksa GDS : Heel prick : kaki harus hangat, merah, usap pakai alko-
hol 70 %, dan tunggu sampai kuning
53
Hipoglikemia
lanjut…
54
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
GD < 47 mg/dL
- Koreksi secara IV bolus dekstrosa 10% 2 cc/kgBB Nutrisi oral enteral segera: ASI atau
- IVFD Dekstrosa 10% minimal 60 mL/kg/hari (hari pertama) PASI, maks 100 mL/kg/hari (hari pertama bila
dengan GIR 6-8 mg/kg/menit tidak ada kontraindikasi mutlak oral
- Oral tetap diberikan bila tidak ada kontra indikasi Bila kontra indikasi (+) IVFD (tanpa bolus)
GD 47 mg/dL
Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali berturut-turut normal
55
Pencegahan Umum Kegawatdaruratan
Neonatus
• ANC yang baik
• Identifikasi faktor risiko
• Persalinan aman & bersih
• Pemantauan ketat terutama pd bayi risti
• Pengendalian infeksi
• BANGKITKAN SENSE OF EMERGENCY
56
57