Anda di halaman 1dari 44

Deteksi Dini Kegawatdaruratan

Neonatus dan Upaya


Penanggulangannya
Berbagai Masalah
Kegawatdaruratan Neonatus
 Suhu  hipotermi, hipertermi
 Pernapasan  apnea, sesak, hipoksia
 Sirkulasi  syok/renjatan
 Saluran cerna  kembung, muntah
 Traktus urinarius  anuri, poliuri
 Metabolisme  hipoglikemi, hipokalsemi
 Lain-lain  perdarahan, kuning, kejang
Masalah Suhu
 Normal : 36,5 – 37,5o C
 Pengukuran di aksila selama 3’
 Hindari pengukuran di anus
 4 cara kehilangan panas : konduksi,
evaporasi, konveksi, dan radiasi
 Hipotermi adalah pembunuh utama
pada neonatus
Upaya Menurunkan Risiko Hipotermi
 Suhu optimal untuk ruangan bersalin/OK dan
ruang perawatan
 Suhu ruangan bayi ideal 24 – 26o C
 Alas tidur dan handuk pembungkus hangat
 Inkubator transpor hangat
 Saat melakukan tindakan, pastikan bayi hangat
 Pintu inkubator jangan sering dibuka
 Bila sudah stabil  metoda kanguru
Masalah Pernapasan

 Normal : RR 40 – 60 x/menit
 Bedakan “Periodic Breathing” dengan apnea
 Apnea : stop napas > 20 detik, atau kurang
dari 20 detik, tapi disertai bradikardi dan
atau SpO2 menurun
Evaluasi Respiratory Distress dengan
Skor Down
0 1 2
Frekuensi Napas < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit

Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat


retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara
ringan udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan tanpa alat bantu
stetoskop
…Evaluasi Respiratory Distress
dengan Skor Down

 Skor < 4 : tidak ada gawat napas


 Skor 4 – 7 : gawat napas
 Skor > 7 : ancaman gagal napas
(pemeriksaan gas darah harus dilakukan)
Upaya Mengatasi Hipoksia

 Berikan O2 seoptimal mungkin


 O2 nasal 0,5 – 2 L/menit
 O2 head box 3 – 5 L/menit
 Kadang-kadang boleh dimix antara O2 head
box 5 L/menit + O2 nasal s/d 2 L/menit
sambil dipersiapkan CPAP atau ventilator
…Upaya Mengatasi Hipoksia

 Target SpO2 BBL : 88 – 92 %


Masalah Sirkulasi
 Normal HR 120 – 140 x/menit
 Periksa kualitas isi nadi, waktu pengisian
kapiler (N < 2 detik)
 Tensi bayi harus diukur dengan manset
yang sesuai (no. 1 – 2 – 3 – 4); yang
dilaporkan MAP
 Normal : bradikardi saat tidur
Upaya Mengatasi Renjatan
 Berikan cairan isotonus 10 ml/kg/x selama
setengah jam dapat diulang 2x
 Tidak ada perubahan  inotropik
Dopamin/dobutamin 5 – 10 µg/kg/menit
 Caranya : 30 mg/kgBB inotropik, larutkan
dalam Dx 10 % sampai 50 ml, jalankan 1
ml/jam
Masalah Saluran Cerna
 Kembung, muntah, perdarahan  NEC
 Syarat pemberian minum:
– Tidak sakit berat
– Sirkulasi baik
 Residu yang dapat ditolerir: < 15 – 20 %
dari total minum sebelumnya
 Mekonium harus keluar < 48 jam
Masalah Traktus Urinarius

 Urin harus keluar < 24 jam


 Normal 2 – 4 ml/kg/jam
 Oliguri/anuri : mungkin hipoalbuminemi/syok
Hipoglikemia
 Normal Gula Darah Sewaktu (GDS) : > 40 –
45 mg/dl s/d 120 mg/dl
 Periksa GDS : Heel prick : kaki harus
hangat, merah, usap pakai alkohol 70 %,
dan tunggu sampai kuning
 Glucose Infusion Rate (GIR) : 4 – 6
mg/kg/menit
Rumus ……% Dx X ……ml/jam
6 X BB
Hipoglikemia

 Awalnya cairan Dx 10 %  60 ml/kg/hari


 Bila hipoglikemia  Dx 10 % 2 – 4 ml/kg
bolus
 Bila hipoglikemia menetap  insulin drip
Hipokalsemia

 Definisi:
– Kadar kalsium serum < 7 mg/dL (1,75 mmol/L)
– Prematur : < 7 mg/dL (1,75 mmol/L)
– Cukup bulan < 8 mg/dL (2,00 mmol/L)
– Kadar kalsium ion (lebih sensitif) 4,4 mg/dL
(1,10 mmol/L)
…Hipokalsemia

 Faktor risiko:
a. Stres berat selama masa perinatal
b. Ibu penderita DM
c. Asupan nutrisi enteral ↓
d. Transfusi berulang
…Hipokalsemia
 Faktor risiko:
e. Alkalosis
f. Diuretik
g. Hiperparatiroid kongenital
h. Asupan magnesium rendah
i. Asupan fosfat berlebihan
…Hipokalsemia

 Gejala Klinis
Akut :
Apnea, iritabel, tremor ringan, tetani, kejang.
Gangguan hantaran jantung berupa aritmia
dan Q-T memanjang
…Hipokalsemia
 Gejala Klinis
Kronis :
Rickets dengan demineralisasi tulang,
epnea,
ALP : fraktur iga dan tulang panjang
…Hipokalsemia

 Tatalaksana:
2 – 4 mL/kgBB/hari larutan kalsium glukonas 10%
Masalah Infeksi Nosokomial (IN)

 Neonatus sangat rentan terhadap IN


 Penting diperhatikan cuci tangan prosedural
– Persiapan cairan parenteral
 Penggunaan ASI eksklusif
 Rasio pasien dan perawat
KERACUNAN
Keracunan jengkol
 Penyebab : asam jengkol, asam amino yg
mengandung belerang
 Umur tertinggi : 4 – 7 tahun
 Laki-laki : perempuan = 9 : 1
 Tergantung pada kerentanan seseorang
GEJALA
:
- Keluhan timbul dalam waktu 5 – 12 jam
- Nyeri perut
- Muntah
- Kolik dan nyeri saat berkemih
- Vol. urine kurang sampai anuria
- Hematuri
- Nafas dan urin bau jengkol
Laboratorium
 Sedimen urin : Hablur asam jengkol, berupa
jarum runcing atau bergumpal seperti roset.

Terapi
- Banyak minum
- Na. bicarbonat 2-5 mEq/kg (4-8 jam)
- Antibiotik bila ada infeksi
Prognosis

 Umumnya baik
 Dapat mengakibatkan kematian

Pencegahan
- Jangan makan biji jengkol
KERACUNAN SINGKONG
 Penyebab : asam sianida (HCN)
 Tergantung jenis singkongdan
pengolahannya
 HCN larut dalam air
 Akibat : Asfiksia, menggangu oksidasi
 Bekerja sangat cepat, † : beberapa menit
 Tubuh : enzim rodanase (kerja lambat)
Gejala
 Timbul beberapa jam
 Gangguan sal. Cerna : mual, muntah, diare
 Sesak napas dan sianosis
 Pusing, lemah, kesadaran menurun, apatis,
koma
 Renjatan
Diagnosis
 Mudah ditegakkan : riwayat makan singkong

 Terapi :
- < 4 jam : kumbah lambung
- Natrium tiosulfat 30% : 10 – 30 ml IV pelan-
pelan
- Amil nitrit inhalasi
- O2
Prognosis
 Baik bila penanganan cepat

 Pencegahan
 Jangan makan singkong beracun
Keracunan Minyak tanah
 Berat : tertelan dan teraspirasi
 Bila masuk paru : keracunan akut,
perdarahan, bronkopneumoni.
 Beberapa menit sampai beberapa jam
 † : asfiksia karena edema dan konsolidasi
paru
 Depresi SSP, perdarahan kecil pada organ
Gejala
 Gejala inhalasi :
- euforia (seperti intoksikasi alkohol)
 Gejala akibat terminum :
- gejala iritasi : faring, esofagus, lambung,
usus,  rasa terbakar dan ulkus.
- gejala fibrilasi Ventrikel
- gejala SSP : kantuk, koma
- gejala paru : BP
terapi
 Jangan membuat muntah
 Jangan menggunakan adrenalin
 Terapi yang baik :
- supportif
- O2
-IVFD , kalau perlu
- Antibiotik, profilaksis
- Kaffein, bila ada depresi SSP
Gigitan ular
 Racun ular berbisa mengandung enzim
proteolitik  neurotoksik dan hemotoksik
 Neurotoksik  kesukaran bernapas
 Hemotoksik  hemolisis dan perdarahan
gejala
 Rasa sakit setempat, hebat, tidak hilang,
menjadi merah, bengkak
 Rasa mual, muntah, pingsan
 15 % gigitan kobra : meninggal
terapi
 Tentukan jenis ular. Berbisa : 2 luka tusuk
oleh taring. Tidak berbisa : deret gigi
 Penderita tidak boleh bergerak.
 Torniket pasang dekat gigitan ular. 1 jari
dapat masuk antara torniket dan kulit.
Pasang 1 jam.
 Kompres es pada luka untuk memperlambat
penyebaran racun dan menurunkan rasa
sakit
 Perawatan luka :
- cuci luka dengan sabun dan air
- sayat luka dan isap darahnya.(3 menit
pertama – 1 jam)
- Berikan anti bisa ular (Baca aturan pakai)
- obati kesukaran dalam bernapas.
Luka bakar
 Sebab : panas, sinar X, sinar ultraviolet,
listrik, nuklir.
 Kaidah dalam menentukan parahnya luka:
– dalamnya : derajat 1, 2, 3
– luas permukaan : prosentasi ( tabel menurut
umur) . Merupakan indeks prognostik
– Umur : rentan pada < 2 th dan > 60 th
– Penyakit sampingan
– Lokasi luka bakar
– Luka sampingan
– Jenis Luka bakar
– Luka bakar pada anak

Merawat Penderita di Rumah :


- Pertolongan terbaik pada luka bakar ringan
adalah mencelupkan dalam air ledeng yang
dingin
- Luka harus dibersihkan, cairan garam fisiologi
 Pencegahan tetanus
 Pemberian antibiotik

 Perawatan :
1. Metode terbuka
2. Metode tertutup
3. Eksisi primer
Pemberian makanan
 Kebutuhan meningkat 2-4 kali
 Keseimbangan nitrogen
 Antasida
 Vitamin dan zat besi
komplikasi
 Sepsis : pneumoni
biakan 2 kali seminggu
 Perdarahan karena tukak stess
 Komplikasi unik pada anak-anak

Anda mungkin juga menyukai