Anda di halaman 1dari 56

Ns. I Kade Wijaya., M.Kep.

 Masuknya suatu zat kedalam


tubuh kita yang dapat
mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan
kematian.
 Semua zat dapat berlaku
sebagai racun, tergantung
dosis dan cara
pemberiannya
 Petugas kesehatan harus mengenal dengan
cepat,tepat dugaan keracunan
 Kasus keracunan merupakan keadaan gawat
darurat medis, perlu pertolongan segera
 Tanpa menunda waktu evakuasi korban
ke RS.
 Seseorang yang sehat mendadak sakit
 Gejalanya tak sesuai dengan suatu keadaan
patologik tertentu
 Gejala menjadi cepat karena dosis yang besar
 Anamnestik menunjukan keracunan, terutama kasus
bunuh diri/kecelakan ( perhatikan benda disekitar
penderita dan simpan semua zat yang ada di tempat
kejadian )
 Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dlm
waktu lama/ lingkungan kerja dngn zat kimia
Cara msk ke tubuh dari jenis racun
menentukan gejala yang timbul dan cara
penanggulangannya :
 Tertelan melalui mulut : makanan,minuman
 Terhisap melalui hidung : gas CO
 Terserap melalui kulit/mata : zat kimia
 Suntikan : gigitan binatang/ alat suntik
Bentuk zat racun :
- Cair : alkohol,bensin, minyak
tanah,pestisida,..dll.
- Gas : CO, H2S
- Padat : obat, makanan
 Bunuh diri/ attended suicide
 Diracuni/ homicide
 Tidak disengaja/ accidental poisoning
 Berlebihan/ over dosis
 Sengaja untuk maksud tertentu, tahu ukuran
mematikan/ poisoning for kick
Keracunan botolinum
Clostridium botolinum dihasilkan oleh kuman anaerob
dengan sifat racun eksotoksin mis : makanan kaleng
Tanda dan gejala :
 Masa laten 4 jam – 6 hari
 Lemah, gangguan penglihatan, reflek pupil (-)
 Tidak ada gangguan pencernaan/ kesadaran

Penanganan :
 Netralisasi cairan
 Upayakan muntah
 Anti botollinum serum
 Periksa laboratorum
Mis: kepiting rajungan ikan laut lainnya.
Gejala : - mual, muntah, panas disekitar mulut,
nyeri perut, diare, pruritis, sulit bernafas,
rasa baal pd ekstremitas
Masa laten : ¼ - 4 jam
Penanganan : Netralsasi cairan, upayakan muntah,
kuras lambung, bla perlu nafas buatan
Terbentuknya asam jengkol
Diduga menimbulkan keracunan : jumlah, cara
pengolahan.
Masa laten beberapa jam - 48 jam
Gejala : nafas, mulut, air seni berbau jengkol,
sakit pinggang disertai sakit perut, nyeri
waktu b.a.k/ disertai darah.
Penanganan
 Nitralisir dengan cairan : minum air putih banyak
 Upayakan untuk muntah
 Berikan norit 1 – 2 sendok makan dengan air
hangat
 Pemberian analgetik
Terjadi krn penyimpanan,pengolahan, yang tidak
baik
Masa laten : beberapa menit – 2 jam
Gejala : sakit perut, diare, mual, muntah, keringat
banyak,
Penanganan : Netralisasi cairan, upayakan
muntah, norit 1 – 2 sdm, berikan SA bila
perlu
Singkong mengandung HCN
Masa laten 1 – beberapa jam
Gejala : mual, muntah, sesak, sianosis, menurunnya
tingkat kesadaran
Penanganan : Netralsasi cairan, berikan susu, upayakan
muntah, berikan norit, 1 – 2 sdm
 Mengandung Baccillus cocovenans membentuk asam
bongkrek
 Tanda dan gejala :
 Masa laten terjadi dalam beberapa jam
 Kejang perut, otot
 Sesak nafas, bisa terjadi kematian
PENANGANAN
 Netralisir dengan cairan
 Upayakan muntah
 Berikan norit 1-2 sendok mkn dngn air hangat
 Penyebab Staphylococcus aureus denga sifat
racun endotoksin/ enterotoksin
 Tanda dan gejala:
 Mual, muntah
 Diare
 Nyeri perut, kepala
 Demam, dehidrasi dpt menyerupai disentri
 Netralisasikan dengan cairan
 Upayakan untuk muntah
 Berikan norit1-2 sdk mkn dengan air hangat
 Obati seperti kasus gastroenteritis
Alkohol/ etil alkohol (wiski 40%, alkohol pekat
95%/75%, Spiritus / Metil alkohol
Gejala : kekacauan mental, pupil dilatasi,
muntah, berbau alkohol
Penanganan : upayakan muntah, pertahankan
nafas, beri kopi hitam, nafas buatan bila perlu
Penanganan :
Upayakan muntah
Pertahankan nafas /nafas buatan bila
perlu
Bila sadar beri kopi hitam
Gejala : nafas, nadi cepat, gelisah, nyeri
perut,muntah sering bercampur
darah, sakit kepala
Penanganan : upayakan muntah, beri susu,
beri Vit K bila ada perdarahan
Jenis : luminal dan obat tidur sejenisnya
Gejala : Reflek berkurang, depresi pernafasan,
pupil kecil akhirnya dilatasi melebar,
Syok.
Penanganan : berikan air hangat, norit,
upayakan muntah, jaga jalan nafas
Jenis : racun tikus, insektisida, pengawat kayu
Gejala : perut, tenggorokan rasa terbakar, muntah,
mulut kering, buang air besar seperti cucian beras,
nafas dan kotoran bau bawang, kejang ----- syok.

Penanganan : upayakan muntah,beri air hangat atau


larutan norit, bawa ke RS
Sifat: tidak berbau dan tidak berwarna.
Gejala : bibir dan kulit berwarna merah jambu, sakit
kepala dan pusing, bingung---sesak nafas, syok.

Penanganan : pindahkan ke area berlawanan mata


angin, berikan oksigen, beri O2 konsentrasi tinggi,
beri nafas buatan k/p
Inhalasi : nyeri kepala, mual, muntah, lemah, sesak
nafas.
Tertelan : muntah, diare,sangat berbahaya bila
aspirasi.
Penanganan : Jangan lakukan muntah buatan, beri
larutan norit atau air hangat.
 Sifat : tidak berbau dan tdk berwarna lebih
ringan dari Co
 Berasal dari tambang eksplorasi gas alam
 Masuk kedalam organ pernafasan tp dihirup
 Berat ringan tergantung jumlah yang masuk
 Sesak nafas seperti tercekik
 Sianotik, Syok
 Hilang keasadaran
 Dapat terjadi kematian
 Penolong harus memakai alat breathing
apparatus
 Jauhkan penderita dari sumber lokasi H2S
berlawanan dengan arah angin
 Berikan O2 konsentrasi tinggi
 Segera bawa ke RS
 Gigitan binatang termasuk kategori
racun melalui suntikan
 Gigitan dpt membahayakan jiwa dengan
menimbulkan reaksi alergi
 Gigitan binatang:
• Darat
• laut
 Gigitan anjing ,kucing, kera
 Menimbulkan luka memar hebat, infeksi, serta
robekan jaringan.
 Tanda dan gejala:
 Sakit kepala
 Demam
 Kejang-kejang
 Kemungkinan rabies
 Amankan diri dan lingkungan sekitar
 Nilai keadaan dari A,B,C
 Cuci luka dengan air mengalir
 Imobilisasi bagian luka yang digigit
 Berikan SAR ( serum anti rabies )
 Bila dpt, lakukan penangkapan binatang yang
menggigit u/ identifikasi
 Segera bawa ke RS
 Parahnya tergantung dr Ular
berbisa/tidak, jenis ular, bagian tubuh
yg digigit, seberapa banyak racun yg
disemprotkan
 Bisa ular menyebabkan reaksi toksik
pada syaraf, darah, dan jantung.
 Neurotoksin: berakibat pd syaraf tepi/ pusat
 Myotoksin: Kerusakan sel otot ( ginjal)
 Kardiotoksin: Kerusakan otot jantung
 Cytotoksin : gangguan jantung dan pembuluh darah
 Cytolytik; peradangan dan mati jaringan
 Enzim : zat aktif penyebaran bisa
 Ada dua lubang bekas gigitan yang sejajar
 Ada tanda kemerahan disekitar luka
 Bengkak dan nyeri
 Timbul dalam 10 mnt
 Demam
 Mual-muntah
 Kelemahan
 Mimisan
 Nadi cepat dan kecil
 Penurunan rasa raba- mati rasa
 Kejang, pingsan
 Gangguan pernafasan
 Aman diri dan lingkungan sekitar
 Nilai A,B,C
 Tenangkan penderita
 Beri kompres dingin/ es bila ada luka bekas gigitan
 Lakukan tourniquet selama 2 jam tanpa membukanya,
kecuali SABU telah diberikan
 Imobolisasikan angggota badan yang digigit dibawah
ketinggian jantung
 Usahakan ular dapat ditangkap u/ identifikasi
 Bawa segera ke RS
Jenis : laba2, tawon,
kelabang,kaljengking
Tanda dan gejala :
 Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan
 Gatal2
 Nyeri dan terasa panas
 Demam,menggigil, sulit tidur
 Dapat terjadi syok
 Aman diri dan lingkungan sekitar
 Nilai keadaan A,B,C
 Tenangkan penderita
 Ambil sengatan kalau nampak ( hati-hati
saat mencabut jangan sampai menekan
kantong bisa)
 Kompres dingin
 Imobilisasikan daerah yang digigit
 Dapat diberikan penawar sakit;ponstan
 Bawa ke RS
 Gigitan Trigonid ( duri babi)
 Terdapat di laut dangkal
 Sengatan disebabkan menginjak/ bersentuhan
Tanda dan gejala ;
 Nyeri setelah 90 mnt
 Panas didaerah gigitan
 Pusing sampai hilang kesadaran
 Amankan diri dan lingkungan
 Nilai A,B,C
 Tenangkan penderita
 Cabut duri babi yang menusuk
 Rendan dengan air hangat
 Bersihkan luka dan imobolisasikan daerah
luka
 Tanda dan gejala :
 Rasa panas dan terbakar
 Sedikit perdarahan di kulit
 Mual-muntah
 Kejang otot
 Syok sampai kesulitan bernafas
 Aman diri dan lingkungan sekitar
 Nilai A,B,c
 Bebaskan anggota badan yang cidera
dengan handuk basah
 Cuci luka dg larutan amoniak / alkohol
70%
 Bawa ke RS
 Tanda dan gejala
 Pembengkakan
 Mual muntah sampai diare
 Kejang-kejang bahkan disertai kelumpuhan otot
 Bawa ke RS
 Kegagalan nafas dalam 10-15 mnt
 Luka gigitan kecil tdk nyeri
 Berwarna merah dan benjolan
 Kehilangan rasa raba
 Mual-muntah
 Kesulitan menelan, bernafas
 Gangguan penglihatan,inkoordinasi
 Kelumpuhan otot
 Pernafasan, nadi berhenti, diikuti kematian
 Aman diri dan lingkungan sekitar
 Nilai A,B,c
 Tenangkan penderita
 Bersihkan/ cuci luka bekas gigitan dengan air
hangat
 Lakukan pressure pada bagian cidera
 Lakukan RJP bila perlu
 Bawa ke RS
 Rasa terbakar ditenggorokan dan lambung
 Pernapasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan,
pasien terlihat lemah
 Mual, muntah, haus, buang air besar cair
 Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar dan
pandangan kabur
 Bingung
 Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan
pernapasan
 Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus,
banyak berkeringat, bintik merah kecil dikulit dan
membran mukosa
Komplikasi menurut brunner and suddarth (2001) :
 Kejang
 Koma
 Henti jantung
 Henti nafas
 Syok
Pemeriksaan diagnostik menurut Boswick (1997)
dalam Sambominanga (2015) :
 Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan
lengkap (urin, gula darah, cairan lambung, analisa
gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase
hati).
 EKG, untuk melihat dan memantau kerja dari
jantung.
 Foto thoraks / abdomen, untuk melihat apakah
terjadi perubahan pada organ pernafasan dan
organ pencernaan, Tes toksikologi kuantitatif.
 Pengkajian Primer
 Airway (A) : Kaji apakah terdapat sumbatan karena edema
(inflamasi) saluran pernapasan akibat dari keracunan gas
(inhalasi) atau reaksi alergi berat. Akibat sekret atau cairan yang
tertelan baik disengaja maupun tidak disengaja.
 Breathing (B) : Nafas cepat atau lambat, keracunan
asetaminofen dapat menyebabkan depresi pusat nafas.
 Circulation (C) : Kaji jika ada reaksi perdarahan lambung
karena keracunan zat korosif atau zat racun lain yang teringesti,
kaji jika ada mual-muntah, tanda dehidrasi, diare/GE.
 Disability (D) : Kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun,
reaksi pupil terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.
 Exposure (E) : Kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat
terpapar racun (tersiram zat kimia), demam tinggi.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
cairan / sekret pada jalan napas (00031)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
Ansietas. (00032)
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ventilasi-Perfusi.
(00030)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan oksegen ke jaringan. (00228)
5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (00007)
6. Ansietas berhubungan dengan pemajanan toksin. (00146)
7. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. (00092)
8. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (00201)
9. Risiko infeksi (00004)
A. Mencegah dan menghentikan penyerapan racun
Self defensif ‘”universal precaution’”
1. Bila racun ditelan :
. Encerkan, halang penyerapan= berkan cairan dalam
jumlah banyak gunakan air/susu/norit.
. Emesis, upayakan muntah( < 4 jam setelah racun
ditelan)
2. Bila racun melalui kulit/mata
 Pakaian lepaskan
 Cuci bagan yang tekena dengan air, bila racun
berbenuk serbuk sapu dahulu.
 Hindarkan mengena penolong

3. Bila racun terinhalasi


Pindahkan penderita berlawanan arah angin
Beri oksigen konsentras tinggi.
Jangan lakukan mouth to mouth
B. Pengobatan simtomatik
RJP bila gagal nafas & henti jantung
Analgetik bila nyeri

C. Segera evakuasi ke RS terdekat


Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
 Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis
pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan
pernapasan dan sistem sirkulasi.
 Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah,
kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat
kesehatan yang tepat.
 Tangani syok yang tepat.
 Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
 Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat
mungkin untuk menurunkan efek toksin.
 Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin
memicu sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami
kejang karena oksigen tidak adekuat.
 Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung
penghilangan zat yang ditelan, yaitu:
 Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
 Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon
atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan
ke pasien.
 Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
 Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Menurunkan peningkatan suhu.
 Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
 Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung
dan muntah.
 Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada
pasien koma.
 Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia
jantung dan kejang.
 Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang
menunjukkan tanda dan gejala masalah potensial dan
prosedur untuk bantuan ulang.

Anda mungkin juga menyukai