3
Faktor risiko (+) bayi risiko tinggi
4
Faktor risiko (+) bayi risiko tinggi, …
5
Etiologi kegawatdaruratan neonatus
Bedah Non bedah
Kel.tr.respiratorius: Prematuritas : HMD,
hernia diafragma, AOP
atresia koana, fistula Infeksi
trakeo-esofagus, Aspirasi mekonium
agenesis trakea, dll Transient tachypneu of
the newborn
Kel. Tr.GIT: atresia ani,
Penyakit perdarahan
stenosis pilorus / Hiperbilirubinemia
duodenum, Penyakit metabolik
omphalocele, Perdarahan intrakranial
gastroschisis, atresia
esofagus ± fistula
trakeo-esofagus,
6
dll
Berbagai masalah/tanda
kegawatdaruratan neonatus
Suhu hipotermi, hipertermi
Pernapasan apnea, sesak, hipoksia
Sirkulasi syok/renjatan
Saluran cerna distensi abdomen, muntah,
hipersalivasi
Traktus urinarius anuri, poliuri
Metabolisme hipoglikemi, hipokalsemi
Lain-lain perdarahan, kuning, kejang
7
Berbagai masalah/tanda
kegawatdaruratan neonatus
Suhu hipotermi, hipertermi
Pernapasan apnea, sesak, hipoksia
Sirkulasi syok/renjatan
Saluran cerna distensi abdomen, muntah,
hipersalivasi
Traktus urinarius anuri,
Metabolisme hipoglikemi, hipokalsemi
Lain-lain perdarahan, kuning, kejang
8
Masalah Suhu
Normal : 36,5 – 37,5o C
Pengukuran di aksila selama 5’
Hindari pengukuran di anus
4 cara kehilangan panas : konduksi,
evaporasi, konveksi, dan radiasi
9
Mekanisme hilangnya panas
10
Hipotermia
Pembunuh utama neonatus
Hipotermia: suhu tubuh di bawah 36,5 ºC
Faktor risiko:
Lingkungan yang dingin
Asuhan neonatus yang tidak tepat segera setelah
lahir misalnya pengeringan tubuh tidak memadai,
baju tidak memadai, dan dipisahkan dari ibu.
Prosedur penghangatan tidak memadai (sebelum
dan selama transport/ perjalanan).
Neonatus yang sakit dan stres.
11
Tanda Dan Gejala Hipotermia
12
Tanda Dan Gejala Hipotermia (lanjutan)
Saat hipotermia menetap, tanda berikut
berlanjut:
Letargi
Apnea dan bradikardia
Risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia,
asidosis metabolik, sesak napas, dan faktor
pembekuan yang abnormal (DIC, perdarahan
intraventrikel, perdarahan paru).
13
Hipertermia
Hipertermia: suhu tubuh di atas 37.5 ºC
Faktor risiko:
Suhu lingkungan
Dehidrasi
Perdarahan Intrakranial
Infeksi
Catatan: Inkubator harus dipantau ketat
terhadap terjadinya suhu terlalu tinggi atau
terlalu rendah yang tidak benar.
14
Tanda dan gejala Hipertermia
Kulit terasa hangat/panas, terlihat kemerahan,
atau merah muda pada awalnya dan kemudian
terlihat pucat.
15
Tanda dan gejala Hipertermia (lanjutan)
Pola yang mirip dengan hipotermia mungkin
terjadi jika masalah berlanjut:
Meningkatnya laju metabolik, iritabel/rewel,
takikardia, dan takipnea.
Dehidrasi, perdarahan intrakranial, heat stroke,
dan kematian.
16
Upaya Menurunkan Risiko
Hipotermi
Suhu optimal untuk ruangan bersalin/OK dan
ruang perawatan
Suhu ruangan bayi ideal 24 – 26o C
Alas tidur dan handuk pembungkus hangat
Inkubator transpor hangat
Saat melakukan tindakan, pastikan bayi
hangat
Pintu inkubator jangan sering dibuka
Bila sudah stabil metoda kanguru
17
Masalah Pernapasan
Normal : RR 40 – 60 x/menit
Bedakan “Periodic Breathing” dengan apnu
Apnu : stop napas > 20 detik, atau kurang
dari 20 detik, tapi disertai bradikardi dan
atau SpO2 menurun
18
Evaluasi gawat napas dengan
Skor Down
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Napas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
19
Evaluasi gawat napas dengan
Skor Down
20
Tatalaksana umum
Pasang jalur infus intravena, sesuai
dengan kondisi bayi, bila bayi tidak
dalam keadaan dehidrasi berikan infus
Dekstrosa 10%
Pantau tanda vital, jaga patensi jalan
napas
Berikan Oksigen (1-2 liter/menit dengan
kateter nasal, atau sesuai dengan saturasi
bila menggunakan metode pemberian O2
dgn cara lain) 21
Upaya Mengatasi Hipoksia
23
Apnea of prematurity
26
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
Terapi Umum
Melakukan stimulasi taktil.
CPAP pada apnea berulang dan
memanjang.
Terapi farmakologis (kafein atau teofilin)
mungkin diperlukan.
Pantau kadarnya.
27
Apnea (lanjutan)
Tatalaksana Apnea
Terapi Spesifik
Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi,
misalnya pengobatan sepsis, hipoglikemia,
anemia dan kelainan elektrolit.
28
Masalah Sirkulasi
Normal HR 120 – 140 x/menit
Periksa kualitas isi nadi, waktu pengisian
kapiler (N < 2 detik)
Normal : bradikardi saat tidur
29
SYOK/RENJATAN
kurangnya pasokan darah arterial ke jaringan,
dan harus dicurigai pada bayi yang
menunjukkan tanda :
1. “dusky”, pucat, “mottled skin”
2. Pengisian kapiler yang melambat
3. Hipotensi
4. Produksi urine berkurang
5. Suhu kulit dibawah normal
6. Asidosis metabolik berat yang menetap
7. Takikardia
30
Upaya Mengatasi Renjatan
Berikan cairan isotonus 10 ml/kg/x
selama setengah jam dapat diulang 2x
Tidak ada perubahan inotropik
Dopamin/dobutamin 5 – 10 µg/kg/menit
Caranya : 30 mg/kgBB inotropik, larutkan
dalam Dx 10 % sampai 50 ml, jalankan 1
ml/jam
31
Masalah Saluran Cerna
Kembung, muntah, perdarahan NEC
Syarat pemberian minum:
Tidak sakit berat
Sirkulasi baik
Residu yang dapat ditolerir: < 15 – 20
% dari total minum sebelumnya
Mekonium harus keluar < 48 jam
32
MUNTAH
Yang harus diperhatikan :
1. Volume muntahan
2. Isi muntahan : bilious, berdarah, susu yang belum
dicerna,
3. Apakah tanda vital normal ? Tanda vital yang
abnormal mungkin berhubungan dengan proses
yang abnormal seperti kelainan intra abdominal
4. Apakah perut tetap ‘lemas’ dengan bising usus
normal atau perut menjadi kembung dengan
tampilan usus yang kembung ?
5. Kapan b.a.b terakhir ? Konstipasi dapat
menyebabkan kembung dengan toleransi minum
yang buruk dan muntah
33
Diagnosis banding muntah
A. Pemeriksaan fisik.
Lakukan pemeriksaan fisik lengkap terutama
daerah abdomen.
* adakah bising usus ( bila tidak terdengar mungkin
menunjukkan ileus atau peritonitis.
* adakah distensi lambung
* adakah nyeri tekan
*adakah kemerahan dinding perut ( tanda penting
pada peritonitis)
* adakah tampak segmen usus yang kembung
36
B. Pemeriksaan Lab.
1. Darah lengkap dan hitung jenis. Penting untuk
mengetahui sepsis atau perdarahan
2. Kultur darah
3. Kadar Kalium serum. Untuk mengetahui apakah
hipokalemia yang menjadi penyebab ileus
4. pH feces. Untuk menyingkirkan intoleransi laktosa
5. Uji koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
37
C. Pemeriksaan radiologi dan lainnya.
38
Tatalaksana muntah
A. Muntah hijau
39
Tatalaksana muntah
B. Muntah berdarah
1. Trauma pemasangan OGT. Bisa terjadi bila OGT
terlalu besar atau pemasangan traumatik. Ganti
dengan OGT yang terkecil, lakukan bilas lambung
dan observasi bayi.
2. Perdarahan saluran cerna.
a. Tukak lambung. Lakukan bilas lambung dan
berikan ranitidine
b. DIC. Penangan DIC secara umum
c. Defisiensi vit. K. Berikan vit. K inj. setelah lahir
40
Tatalaksana muntah
41
Tatalaksana muntah
42
Masalah Traktus Urinarius
43
Kejang dan spasme pada
neonatus
Kejang:
Gerakan abnormal pada wajah, mata,
mulut, lidah & ekstrimitas
Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas,
gerakan spt mengayuh sepeda, mata
berkedip, berputar, juling.
44
Lanj…
45
Spasme:
46
Tatalaksana Umum Kejang
Medikamentosa
Fenobarbital 20 mg/kg BB i.v dlm waktu 5
menit, jika kejang tdk berhenti dpt diulang dgn
dosis 10 mg/kg BB sebanyak 2x dgn selang
waktu 30 menit. Jika tdk tersedia jalur i.v &
atau tdk tersedia sediaan obat i.v, maka dpt
diberikan i.m
Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20
mg/kg BB i.v dlm larutan garam fisiologis dgn
kecepatan 1mg/kg BB/menit.
47
Tata Laksana Umum
Pengobatan rumatan
Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis
tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara i.v
atau per oral. Sampai bebas kejang 7 hari.
48
Tatalaksana Spasme/Tetanus
Neonatorum
Berikan Diazepam 10mg/kg BB/ hari dgn drip
selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam,
maksimum 40 mg/ kg/hari
Bila frekuensi napas kurang 30x/ mnt,
hentikan pemberian obat meskipun bayi masih
mengalami spasme.
Bila tali pusat merah & membengkak,
mengeluarkan pus atau berbau busuk obati
utk infeksi tali pusat.
49
Spasme/ tetanus
lanjutan..
50
Terapi Suportif
51
Mengurangi rangsang suara, cahaya
maupun tindakan invasif
Pasang pipa nasogastrik & beri ASI
peras diantara spasme. Mulai dgn
jumlah setengah kebutuhan per hari &
pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yg
diberikan shg tercapai jumlah yg
diperlukan
52
Hipoglikemia pada Neonatus
Neonatus bisa menunjukkan gejala ataupun
tidak.
Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan, dan
selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus
dengan faktor risiko.
Tanda klinis:
• Tidak tenang, gerakan tak beraturan (jittering)
• Sianosis
• Kejang atau tremor
• Letargi dan sulit menyusui
• Asupan yang buruk
53
Hipoglikemia
lanjutan….
Normal Gula Darah Sewaktu (GDS) : >
40 – 45 mg/dl s/d 120 mg/dl
Periksa GDS : Heel prick : kaki harus
hangat, merah, usap pakai alkohol 70 %,
dan tunggu sampai kuning
Glucose Infusion Rate (GIR) : 4 – 6
mg/kg/menit
Rumus ……% Dx X ……ml/jam
6 X BB
54
Hipoglikemia
lanjut…
55
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
GD < 47 mg/dL
-- Koreksi secara IV bolus dekstrosa 10% 2 cc/kgBB Nutrisi oral enteral segera: ASI atau
-- IVFD Dekstrosa 10% minimal 60 mL/kg/hari (hari pertama) PASI, maks 100 mL/kg/hari (hari pertama bila
dengan GIR 6-8 mg/kg/menit tidak ada kontraindikasi mutlak oral
-- Oral tetap diberikan bila tidak ada kontra indikasi Bila kontra indikasi (+) IVFD (tanpa bolus)
GD 47 mg/dL
Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali berturut-turut normal
56
Pencegahan Umum
Kegawatdaruratan Neonatus
ANC yang baik
Identifikasi faktor risiko
Persalinan aman & bersih
Pemantauan ketat terutama pd bayi risti
Pengendalian infeksi
BANGKITKAN SENSE OF
EMERGENCY
57
58