Anda di halaman 1dari 62

Eko Sulistijono

Divisi Perinatologi Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak


FK UB/RSU Dr. Saiful Anwar
MALAN G
 Setiap hari di seluruh dunia:
• 1.450 ibu meninggal saat melahirkan – 1 orang setiap
menit
• 10.800 bayi baru lahir meninggal dlm 4 minggu
pertama setelah lahir - 7 Neonatus setiap menit
• 29.000 Balita meninggal - 15 anak setiap menit
 Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara
berkembang
 Sebagian besar kematian tersebut bisa dicegah jika ada
akses terhadap pelayanan dasar berbiaya rendah

2
Sumber : Laporan Tahunan Devisi Perinatologi IKA RSSA Malang Tahun 2009
TUJUAN
• MENGETAHUI BERBAGAI KASUS YANG TERGOLONG
KEGAWATAN PADA NEONATUS
• MEMAHAMI TATALAKSANA KEGAWAATAN PADA
NEONATUS
• DAPAT MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KEGAWATAN NEONATUS

5
YANG TERGOLONG KEGAWATAN

PONED ( Pelayanan Kesehatan Obstetri Neonatal Esensial


Dasar)

1. Asfiksia neonatorum
2. BBLR / prematuritas dengan penyulitnya
3. Infeksi / sepsis neonatorum
4. Tetanus neonatorum

6
YANG TERGOLONG KEGAWATAN

MTBM ( Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit ) :


• Kejang
• Ganguan napas
• Hipotermia berat
• Ikterus patologis
• Infeksi berat / sepsis neonatorum
• Gangguan saluran cerna berat
• Berat Lahir Rendah / prematuritas
• Diare dehidrasi, diare persisten, darah dalam tinja
• Kelainan bawaan berat
PAKET MINIMAL PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL
1. Persalinan aman dan bersih
2. Usaha bernapas spontan
3. Menjaga bayi tetap hangat
4. Meyusui dini dan eksklusif
5. Perawatan neonatus
6. Tatalaksana neonatus sakit

8
Sebetulnya asfiksia pada BBL, dapat dicegah.
Tindakan pencegahan:
• Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur
yang berkualitas
• Meningkatkan status nutrisi ibu
• Manajemen persalinan yang baik dan benar
• Melaksanakan Pelayanan Neonatal Esensial,
terutama dengan melakukan resusitasi yang
baik dan benar sesuai standar

poned 2012/nd
10
 Hipertensi kehamilan  Kehamilan postmatur
 Diabetes maternal  Kehamilan ganda
 Hipertensi kronik  PJT
 Anemia  Obat2an ibu
 Riw. kematian janin  Pengguna nafza
 Perdrhn trim.2 atau 3  Malrotasi janin
 Infeksi maternal  Gerakan janin <<
 Pernyakit kronik ibu  Tanpa pemr antenatal
 Polihidramnion  Usia , 16 atau > 35
 KPD
 Lahir dg tindakan :  Bradikardi
caesar, vakum, forsep  Fj janin tidak teratur
 Sungsang  Anestesi umum
 Prematur  Tetani uterus
 Partus presipitatus  Narkotik ( 4 jam )
 Ketuban pejah >12jm  Ketuban hijau kental /
 Korioamnionitis campur mekonium
 Partus lama  Prolaps tali pusat
 Kala II lama  Solusio plasenta
 Plasenta previa
Penatalaksanaan Bayi Asfiksia
ABC Resusitasi
A (Airway) : memastikan jalan napas terbuka
B (Breathing) : memulai pernapasan
C (Circulation) : mempertahankan sirkulasi darah

A. Memastikan jalan napas terbuka


Meletakan bayi dalam posisi (sedikit fleksi)
Menghisap cairan/lendir dalam mulut dan hidung
Bila perlu memasukan pipa endotrakeal(*)
(*) dilakukan oleh ahlinya

13
Penanganan A

14
B. MEMULAI PERNAPASAN

Melakukan rangsang taktil


Melakukan VTP (ventilasi tekanan positip)
Sungkup dan balon atau pipa ET dan balon(*)
(*) dilakukan oleh ahlinya

15
C. MEMPERTAHANKAN SIRKULASI DARAH
Kompresi dada
Pemberian obat

16
 Jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan
selimut ataupun didekap oleh ibunya
 Minta ibu untuk segera menyusukan bayinya
 Cegah infeksi ikutan atau paparan bahan tidak
sehat
 Pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala,
termasuk kemampuan menghisap ASI
 Rujuk bila terdapat tanda-tanda gawatdarurat
(demam tinggi, ikterus, lemah, tidak dapat
menghisap ASI, kejang-kejang)
 Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit
 Adanya retraksi (tarikan) interkostal
 Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau
megap- megap (bising napas inspirasi)
 Tubuh bayi pucat atau kebiruan
 Bayi lemas
 Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit,
mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda
tambahan gangguan napas.
 Frekuensi napas bayi kurang 40 kali/menit.
 Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah
dan bibir).
 Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)
 Gangguan Napas merupakan salah satu Kegawatan
Perinatal yang dapat memberi dampak buruk bagi
BBL, yaitu kematian atau bila dapat bertahan hidup
dengan gejala sisa atau sekuele
 Apnea merupakan salah satu Tanda Bahaya atau
Danger Sign yang harus segera ditangani
dimanapun BBL tersebut berada
 Gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak
faktor penyebab, penanganan awal kegawatan
merupakan hal yang sangat penting
 Kelainan paru : Pnemonia
 Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan , Disfungsi
miokardium
 Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia,
Perdarahan otak
 Kelainan metabolik : Hipoglikemia , Asidosis
metabolik
 Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel
Trakheoesofageal, Hernia diafragmatika
 Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient
tachypnea of the Newborn “ Penyakit Membran Hialin,
 Pada Bayi Kurang Bulan :
• Penyakit Membran Hialin
• Pneumonia
• Asfiksia
• Kelainan atau Malformasi Kongenital

 Pada Bayi Cukup Bulan :


• Sindrom Aspirasi Mekonium
• Pneumonia
• ” Transient Tachypnea of the Newborn ”
• Asidosis
• Kelainan atau Malformasi Kongenital
Anamnesis
 Waktu timbulnya gangguan napas
 Usia kehamilan
 Pengobatan steroid antenatal
 Faktor predisposisi: KPD (Ketuban Pecah
Dini), Demam pada ibu sebelum persalinan
 Riwayat Asfiksia dan Persalinan dengan
tindakan
 Riwayat aspirasi
Pemeriksaan Fisik
 Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit atau
frekuensi napas bayi kurang 40 kali/menit dan
mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda
tambahan gangguan napas sebagai berikut :
 Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan
bibir).
 Tarikan dinding dada
 Merintih
 Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)
EVALUASI GAWAT NAPAS DENGAN SKOR DOWN

0 1 2
Frek. Napas < 60 x/mnt 60-80 x/mnt > 80 x/mnt
Retraksi Tidak ada Ringan Berat
Sianosis Tidak Hilang dengan O2 Sianosis dengan
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
masuk
Merintih Tidak Dapat didengar Terdengar tanpa
dengan stetoskop alat bantu

Skor < 4 : Tidak ada gawat napas


Skor 4 – 7 : Gawat napas
Skor > 7 : Ancaman gagal napas ( Pemeriksaan gas darah harus
dilakukan )
 Pasang jalur infus intravena ,
 Bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse
Dekstrosa 5 %
 Pantau selalu tanda vital
 Jaga patensi jalan napas
 Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
 Jika bayi mengalami apnea:
 Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang
diperlukan
 Lakukan penilaian lanjut
 Bila terjadi kejang, atasi kejang
 Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas
tersedia )
 Pemberian nutrisi adekuat
 Hipotermiadalah suhu tubuh kurang
dari 36.5ºC pada pengukuran suhu
melalui ketiak
 Radiasi: dari bayi ke lingkungan
dingin terdekat.
 Konduksi: langsung dari bayi ke
sesuatu yang kontak dg bayi
 Konveksi: kehilangan panas dari bayi
ke udara sekitar
 Evaporasi: penguapan air dari kulit
bayi
 Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang
25C dan bebas dari aliran angin).
 Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang
dingin (misal dinding dingin atau jendela) walaupun
bayi dalam inkubator atau di bawah pemancar
panas.
 Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan
yang dingin (mis. alasi tempat tidur atau meja
periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum
bayi diletakkan).
 Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi
tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau
kontak kulit dengan perawat.
Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap
saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan
dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus
intravena atau selama resusitasi dengan cara:

 Memakai pakaian dan mengenakan topi.


 Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan
lembut dan selimuti.
 Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk
pemantauan atau tindakan.
 Berikan tambahan kehangatan pada waktu
dilakukan tindakan (mis. menggunakan pemancar
panas).
 Ganti popok setiap kali basah.
 Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit
(mis. kain kasa yang basah), usahakan agar bayi
tetap hangat.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan
tangan dingin.
 Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel (lihat
lampiran)
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit  Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat,
atau menghangatkan bayi hipotermi (32 – 36,4oC)
apabila cara lain tidak mungkin dilakukan

Kangaroo  Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <


Mother Care 2500 g, terutama direkomendasikan untuk
(KMC) perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan
< 1800 g
 Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis,
gangguan napas berat).
 Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya.
 Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh
keluarga (pengganti ibu)
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Pemancar  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 g
panas atau lebih
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan, atau menghangatkan kembali bayi
hipotermi

Lampu  Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat


penghangat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan
jarak 60 cm

Inkubator  Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat


< 1,500 g yang tidak dapat dilakukan KMC
 Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat)
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN

Boks  Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan


penghangat boks penghangat dengan menggunakan lampu
pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas

Ruangan  Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g


hangat yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau
prosedur pengobatan,
 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan
napas berat)
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh 32 ºC – Hipotermia sedang
lingkungan yang rendah 36.4 ºC
 Waktu timbulnya kurang  Gangguan napas
dari 2 hari  Denyut jantung < 100
kali/menit
 Malas minum
 Letargi
 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh < 32 ºC Hipotermia berat
lingkungan yang rendah  Tanda lain hipotermia
 Waktu timbulnya kurang sedang
dari 2 hari  Kulit teraba keras
 Napas pelan dan
dalam
 Tidak terpapar dengan  Suhu tubuh Suhu tubuh tidak
dingin atau panas yang berfluktuasi antara 36 stabil (lihat Dugaan
berlebihan ºC – 39 ºC meskipun sepsis)
berada di suhu
lingkungan yang stabil
 Fluktuasi sesudah
periode suhu stabil
 Hipoglikemiadalah keadaan hasil
pengukuran kadar glukose darah kurang
dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
 Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah.
 Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir,
karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya
hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan
sampai kematian.
 Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu
dengan diabetes melitus.
 Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk
ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir.
 Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada
 Penganan/ pengendalian kadar glukosa ibu
Diabetes Mellitus (Lihat pengelolaan ibu DM di Buku
Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal).
 Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan
BBLR.
 Penanganan keadaan yang dapat meningkatkan
penggunaan glukosa bayi (mis. pada asfiksia,
hipotermi, hiperterm, gangguan pernapasan)
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan
minum ASI dini
Anamnesis
 Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
 Riwayat bayi prematur
 Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
 Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
 Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
 Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
Pemeriksaan klinis
Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi sudah
harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih baik.
Gejala yang sering terlihat adalah:
 tremor ("jitteriness")
 bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
 sianosis
 kejang
 apne atau nafas lambat, tidak teratur
 tangis melengking atau lemah merintih.
 hipotoni
 masalah minum
 nistagmus gerakan involunter pada mata
 Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV
bolus pelan dalam lima menit.
 Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan
cepat, berikan larutan glukose melalui pipa
lambung dengan dosis yang sama.
 Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan
rumatan, kemudian lakukan rujukan
 Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat
menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
 Merupakan sindroma klinis dari
penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan.
 Bakteri, virus, jamur dan protozoa
dapat menyebabkan sepsis pada
neonatus
 Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik,
sehingga skrining sepsis dan pengelolaan terhadap faktor
risiko perlu dilakukan.
 Mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur
sehingga memudahkan invasi mikroorganisme, sehingga
infeksi mudah menjadi berat dan dapat menimbulkan
kematian dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat
 Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero
(antenatal), pada waktu persalinan (intranatal), atau
setelah lahir dan selama periode neonatal (pasca natal).
 Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh janin.
Infeksi yang didapat saat persalinan terjadi akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan
vagina, tinja, urin ibu. Semua infeksi yang terjadi setelah
lahir disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum:
◦ Ibu demam sebelum dan selama persalinan
◦ Ketuban Pecah Dini
◦ Persalinan dengan tindakan
◦ Timbul asfiksia pada saat lahir

◦ BBLR

 Terapi awal pada neonatus yang mengalami infeksi


harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur
 Angka kematian sepsis neonatorum
cukup tinggi (13-50% )
 Masalah yang sering timbul sebagai
komplikasi sepsis neonatorum:
Meningitis, kejang, hipotermia,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas
dan gangguan minum
 Mencegah dan mengobati ibu demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau infeksi intrauterin.
 Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban
pecah dini.
 Perawatan antenatal yang baik dan berkualitas
 Mencegah persalinan prematur
 Melakukan pertolongan persalinan yang bersih
dan aman
 Mencegah asfiksia neonatorum
 Melakukan resusitasi dengan benar
 Melakukan tindakan pencegahan Infeksi
 Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko
sepsis dan pengelolaan yang efektif.
Anamnesis
 Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam
dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban
pecah dini.
 Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan,
lingkungan persalinan yang kurang higienis
 Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan,
berat lahir rendah.
 Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur
mekonium
Anamnesis
 Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat
memberat
 Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau
aktivitas berkurang atau iritabel /rewel, bayi malas
minum, demam tinggi atau hipotermi, gangguan
napas, kulit ikterus, sklerema atau skleredema,
kejang
Keadaan umum
 Suhu tubuh tidak normal (hipotermi atau
hipertermi), letargi atau lunglai, mengantuk atau
aktivitas berkurang
 Malas minum sebelumnya minum dengan baik.
 Iritabel atau rewel,
 Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
Keadaan umum
 Gastrointestinal: Muntah, diare, perut kembung,
hepatomegali Tanda mulai muncul sesudah hari ke
empat.
 Kulit: Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat,
petekie, ruam, sklerem, ikterik
 Kardiopulmoner: Takipnu, gangguan napas,
takikardi, hipotensi
 Neurologis: Iritabilitas, penurunan kesadaran,
kejang, ubun-ubun membonjol, kaku kuduk sesuai
dengan meningitis
RUJUKAN

 Persiapkan untuk merujuk bayi yang menderita


infeksi neonatal dengan komplikasi, setelah
keadaan stabil.
 Pengelolan bersama dengan sub bagian neurologi
anak, pediatri sosial, bagian mata, bedah syaraf dan
rehabilitasi medik.
Pemantauan (“Monitoring”)
 Tumbuh Kembang
 Komplikasi yang sering terjadi pada penderita
dengan sepsis dapat akibatkan gangguan tumbuh
kembang, mis. gejala sisa neurologis berupa
retardasi mental, gangguan penglihatan, kesukaran
belajar, kelainan tingkah laku.
….Metode Kangguru
Neonatal Emergency Transport Team
Penanganan bayi baru lahir dengan
cepat dan benar
Terima Kasih
 menurunkan angka kematian dan kesakitan
bayi baru lahir
 mencapai tumbuh kembang optimal
 Merujuk bayi sakit dilakukan setelah STABLE

62

Anda mungkin juga menyukai