PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN
PADA NEONATUS
Contoh Kasus 1
Bayi cukup bulan, 3200 gram, lahir SC a.i.
gawat janin. Ketuban hijau kental AS 2/5,
sesak, bayi biru dan merintih. Tiba di RS
rujukan usia 7 jam, kondisinya biru walaupun
diberi O2 nasal merintih dan retraksi dalam.
Dilakukan pemasangan infus dan intubasi
bayi kejang-kejang dan perdarahan lambung
Contoh Kasus 2
Bayi prematur, gestasi 34 minggu, berat
1500 gram, AS 10/10, lahir spontan
karena pecah ketuban. Tiba di RS rujukan
usia 4 jam. Menangis lemah, suhu 35 oC.
Cek gula darah 15 mg/dL
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan pada neonatus :
Masalah klinis neonatus yang
dapat menyebabkan kematian
segera
Perlu deteksi dini
Tata laksana sesegera mungkin
Merujuk bayi
Berbagai Masalah
Kegawatdaruratan Neonatus
SESAK NAPAS
Gejala klinis:
Takipnu : frekuensi napas 60/menit
Sianosis sentral pada udara kamar
Retraksi
Expiratory grunting
Bila 2 gejala klinis sesak
napas
Frekuensi
Napas
< 60x/menit
60-80 x/menit
>80x/menit
Retraksi
Tidak ada
retraksi
Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
Tidak sianosis
Sianosis hilang
dengan O2
Sianosis
menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry
Udara masuk
Penurunan ringan
udara masuk
Merintih
Tidak merintih
Dapat didengar
dengan stetoskop
Dapat didengar
tanpa alat bantu
Skor 4 5
Skor > 6
sesak
napas
Penyebab sesak napas :
Organ paru:
Penyakit membran hialin (PMH)
Wet Lung Syndrome (WLS) = Transient
Tachypnoea of the newborn (TTN) = Transient
Respiratory Distress of the newbotn (TRDN)
Sindrom Aspirasi Mekoneum (SAM)
Pneumonia
Di luar paru:
Pneumotoraks, gagal jantung,hipotermi, asidosis
metabolik, anemia, polisitemia
Patofisiologi
Penyakit membran hialin
Prematur
Surfaktan kurang
Alveolus kolaps saat akhir ekspirasi
Bayi sesak napas
Makin muda usia kehamilan makin tinggi risiko PMH
patofisiologi
Fetal
lung
fluid
air
air
First
breath
Second
breath
air
Third
breath
patofisiologi
patofisiologi
patofisiologi
Pneumotoraks
Alveolus pecah udara keluar dari
paru-paru menekan paru-paru
paru-paru tidak dapat berkembang
pada saat inspirasi
sesak
napas
Perawatan suportif umum
1. Hangatkan dalam inkubator
2. Intervensi minimal
3. Beri cairan intravena
4. Atasi sianosis sentral dengan O2
head box 4 liter/menit
5. Observasi tanda klinis
6. Rujuk
sesak napas
Tata laksana :
PMH : surfaktan
Wet lung syndrome : tidak ada penanganan khusus
SAM : tidak ada pengobatan spesifik, bila berat
ventilator
Antibiotik untuk pneumonia
Pneumotoraks : pasang WSD, keadaan darurat aspirasi
pleura
Setiap neonatus dengan sesak napas
tanpa diketahui penyebab beri antibiotik
sampai terbukti bukan infeksi
APNU
Apnu : henti napas 20 detik
sehingga menyebabkan
bradikardi atau sianosis
Periodic apnu : henti napas < 20 detik,
tidak terdapat bradikardi atau sianosis
apnu
Penyebab apnu :
Prematuritas (tersering)
Distres pernapasan
Infeksi : sepsis / meningitis
Hipoksia, hipotermi, hipoglikemi
Hipertermi
Perdarahan periventrikular
Refluks gastroesofageal
Kejang
Analgesik/sedasi pada ibu
Anemia
apnu
Tata laksana apnu (umum) :
Tata laksana sesuai penyebab
Jaga suhu 36,50-37,50C
Berikan oksigen head box
Nasal CPAP
Ventilasi mekanik
apnu
Kejang
Bentuk kejang neonatus
1. Kejang subtle : menghisap, mengunyah,
juluran lidah, kedipan mata, mengayuh
2. Kejang tonik : kekakuan simetris pada
batang tubuh, leher, tungkai
3. Kejang klonik : kontraksi ritmik otot
tungkai, batang tubuh
4. Kejang mioklonik : kontraksi mendadak
secara acak, berulang pada otot tungkai
dan badan
.
kejang
Penyebab kejang pada neonatus
Hipoksik-iskemik
Perdarahan intrakranial, trauma lahir
Sepsis, meningitis
Metabolik : hipo/hipernatremia, hipokalsemia,
hipomagnesemi, hipoglikemi
Anomali kromosom
Kelainan bawaan SSP
Inborn errors of metabolism
Drug withdrawal
. kejang
Pemeriksaan penunjang :
Darah :
Hb, Ht, trombosit, glukosa, Ca, Mg, Na, K,
analisis gas darah, bilirubin, amoniak
Pungsi lumbal
Titer TORCH
USG/CT Scan kepala
EEG
Kelainan metabolisme lain
. kejang
Tata laksana kejang :
Penanganan suportif umum
Posisikan, hisap mulut / jalan napas
Oksigenisasi, bila perlu VTP
. kejang
Obat anti kejang :
Lini pertama: fenobarbital IV dengan
loading dose 20 mg/kg IV selama 10-15
menit. Loading dose ulangan dapat
diberikan sebanyak 20 mg/kg IV bila kejang
belum teratasi
Lini kedua : fenitoin IV 20mg/kg IV
dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% dengan
kecepatan pemberian 1mg/kg/menit.
. kejang
Obat anti kejang :
Lini ketiga : midazolam 0,15 mg/kg IV
bolus diikuti dengan infus midazolam
1-4g/kg/menit.
. kejang
Tata laksana kejang :
Hipoksik-iskemik ensefalopati
Pertahankan suhu, tekanan darah,
ventilasi, antikejang, restriksi cairan
Perdarahan intrakranial
Cari kausa, operasi
Infeksi
Antibiotika selama 2-3 minggu
. kejang
Tata laksana kejang :
Drug withdrawal
Terapi suportif, morfin / fenobarbital
Metabolik
Koreksi hipo/hipernatremia,
hipokalsemia, hipomagnesemi,
hipoglikemi
Risiko Hipoglikemi
Asfiksia
Hipotermi
Bayi prematur
Bayi berat lahir rendah
Bayi kecil masa kehamilan
Bayi besar masa kehamilan
Sepsis
Ibu diabetes mellitus
GD < 47 mg/dL
GD ulang 1 jam
GD < 36 mg/dL
GD 36 - < 47mg/dL
Oral: ASI atau PASI yang dilarutkan dengan
Dekstrosa 5%
Desktrose
- Volume sampai maks 100 mL/kg/hari (hari I) atau
- Konsentrasi vena perifer maks 12,5% , umbilikal
dapat mencapai 25%
GD ulang (1 jam)
GD > 36 - < 47 mg/dL**
GD 47 mg/dL
Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali berturut-turut normal
Syok
Tanda klinis syok
Waktu pengisian kapiler menurun
(>3 detik)
Tangan dan kaki dingin, badan hangat
Takikardi atau bradikardi
Tekanan darah rendah
Pucat atau sianosis
syok
Penyebab :
Hipoksia
Perangsangan refleks vagal
Perdarahan
Dehidrasi
Sepsis
Gagal jantung
syok
Tata laksana
Sesuai etiologi
Beri oksigen pada hipoksia
Tranfusi darah pada perdarahan
Antibiotik pada kasus infeksi
Syok hipovolemia
Syok kardiogenik
Syok septik
Evaluasi Syok
1. Usaha bernapas
2. Nadi
Kekuatan
Perbandingan
brakhial dan
femoral
Evaluasi Syok
3. Perfusi perifer
Capillary refill time (CRT)
Normal 3 detik
Bandingkan ekstremitas
atas dan bawah
Evaluasi Syok
4. Warna
Sianosis
Pucat, putih
Hemoglobin rendah
mottled skin
Evaluasi Syok
5. Denyut jantung
Normal
120 160 x/mnt
Dapat bervariasi antara 80 200 x/mnt
Evaluasi Syok
6. Tekanan darah
Hipoksia
Hipoglikemia
Hipotermia
Hipotensi
Asidosis
Aritmia
Infeksi
Imbalans elektrolit/mineral
Inotropik
Dopamin drip
Dobutamin drip
Dosis
5 20 microgram/kg/menit
Infus IV konstan (melalui infusion pump)
Persiapan Dopamine/dobutamine
Dopamine/ Dobutamine
Cara membuat
30mg/kg dalam 50 ml
Dosis ekuivalen
1 ml/jam : 10 microgram/kg/menit
Rentang dosis
5-20 microgram/kg/menit
Aturan Infus
Dopamine/Dobutamine
Perdarahan
Normalnya perdarahan akan berhenti
spontan karena spasme arteri,
trombosit, faktor pembekuan
Penyebab : kerusakan pembuluh
darah, trombositopeni, fungsi
trombosit abnormal, penurunan faktor
pembekuan
perdarahan
Kerusakan pembuluh darah : trauma
(terutama pada bayi prematur)
Trombositopeni : sepsis, DIC, autoimun
trombositopenia
Fungsi trombosit abnormal : aspirin saat
hamil
Penurunan faktor pembekuan : hemorrhagic
disease of the newborn (vitamin K), hemofili,
DIC, penyakit hati, antikoagulan saat hamil
perdarahan
Hemorrhagic disease of the newborn
Saat lahir cadangan vitamin K terbatas
berperan dalam produksi faktor
pembekuan
ASI hanya sedikit mengandung vitamin K
Bila tidak diberi suplementasi vitamin K
pada hari ke 4-7 faktor pembekuan
menurun kembali normal setelah
bakteri usus memproduksi vitamin K
perdarahan
Hemorrhagic disease of the newborn
Gejala klinis : hematemesis, melena,
hematom, perdarahan dari umbilikal,
perdarahan dari bekas luka tusukan
Pencegahan : vitamin K1 1 mg
intramuskular
56
Metode Kramer
Zona
Bagian tubuh
yang kuning
Rata-rata bilirubin
indirek serum (mg/dL)
Kepala dan
leher
5,9
Pusat leher
8,8
Pusat paha
11,8
Leher +
tungkai
14,6
Tangan + kaki
> 14,6
58
Pedoman Terapi
Hiperbilirubinemia
Fototerapi
24 jam
25-48 jam
49-72 jam
>72 jam
Transfusi Tukar
10-12 (7-10)
20 (18)
12-15 (10-12)
15-18 (12-15)
18-20 (12-15)
20-25 (20)
25-30 (>20)
25-30 (>20
59
Memberikan minum
Mengganggu bayi
Memandikan
Melakukan tindakan tanpa O2
Neutral Thermal
Environment
Kisaran suhu lingkungan sehingga bayi
dapat mempertahankan suhu tubuhnya
tetap normal dengan metabolisme basal
minimum dan kebutuhan oksigen terkecil
Kisaran normal
36.5 C
36.0 C
32.0 C
66
67
Transportasi bayi
Hangatkan dengan adekuat bungkus
bayi, beri topi
Ibu ikut dirujuk
Letakkan bayi di samping ibu
Stabilisasi klinis bayi : bila memungkinkan
dengan oksigen dan infus
Merujuk bukan memindahkan KEMATIAN ke
tempat lain
Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada neonatus
Perlu antisipasi adanya
kegawatan dengan penilaian
neonatus atas risiko
Perlu deteksi sedini mungkin dan
tata laksana sesegera mungkin
untuk mencegah terjadinya
kerusakan organ dan kematian