pada anak sampai saat ini masih tinggi. Terkait dengan hal tersebut khususnya pada pasien
dengan bayi baru lahir pemberian cairan parenteral lebih efektif diberikan menggunakan
infus melalui vena umbilikalis. Selain vena besar, vena umbilikal juga sangat mudah dicari
karena hanya satu-satunya pembuluh darah vena di umbilikal sehingga hanya membutuhkan
waktu yang relatif efisien.
VENA UMBILIKALIS
INDIKASI PEMBERIAN
1. Transfusi tukar
2. Monitoring tekananvena sentral (Central VenousPressure/CVP)
3. Pemberian cairan intravena, akses cepat pada keadaan darurat (saat resusitasi),
pemberian produk darah atau obat-obatan.
KONTRAINDIKASI
PERALATAN
TEKNIK PEMASANGAN
2. Lakukan persiapan
Persiapan alat. Susun semua alat yang diperlukan di atas meja steril. Siapkan cairan
NaCl-heparin dalam spuit 10cc. Pasang threewaystopcock ke kateter umbilikal, sambungkan
dengan spuit dan isi dengan NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off kearah
kateter. Hati-hati jangan sampai ada udara.
Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester ketempat tidur
atau tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan kain untuk
menghindar ikencing bayi mengotori lapangan tindakan. Pegang umbilikal dengan kasa
betadin atau klem (ingat umbilikal belum steril) dan tarik lembut secara vertikal. Lakukan
desinfeksi dengan cairan anti septic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah
dan teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal radius 5cm dari umbilikal)
setelah itu bersihkan umbilikal, dan pasang duk lubang di atas umbilikal.
4. Identifikasi vena umbilikal. Buang semua bekuan darah yang terdapat dalam vena dengan
pinsetiris. Pasang kateter dengan pinsetiris dan masukkan dengan lembut sampai ukuran yang
telah ditentukan. Jika terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa,
tarik4-5cm, kemudian masukkan kembali sambil diputar pelan searah jarum jam. Kalau
masih ada tahanan, bisa dicoba memasukkan kateter lain di bawah kateter pertama dan
masukan dengan lembut, biasanya kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus.
1. Jangan biarkan kateter dalam keadaan terbuka. Tekanan negatif dari intra
abdominal bisa menarik udara dan menyebabkan emboli udara.
2. Untuk pemberian cairan, kateter harus berada di dalam vena cava, tepat di bawah
atrium kanan, tidak boleh berada di dalam vena porta.
3. Untuk resusitasi, UVC dipasang dangkal, hanya sedikit dibawah kulit, sampai ada
aliran darah bebas (free-flow) saat ditarik dengan spuit.
4. Kateter umbilikal harus dilepas bila sudah tidak dibutuhkan lagi atau terjadi
malposisi/terlepas dari posisi awal.
5. Durasi pemasangan katetervena umbilikal dapatdipertahankan selama14 hari.
KOMPLIKASI
a. Perdarahan, infeksi
b. Enterokolitis nekrotikans
c. Perforasi kolon atau peritoneum
d. Hipertensi portal dan nekrosis hepar.
KESIMPULAN
Pemasangan kateterisasi vena umbilikus merupakan tindakan yang relatif efisien dalam
terapi pemberian cairan karena langsung di vena besar dalam tubuh, akan tetapi hanya bisa
dilakukan pada bayi yang baru lahir saja, karena tali pusat akan layu setelah 24 jam.
Tindakan relatif
mudah akan tetapi harus hati-hati dan selalu memperhatikan prinsip sterilisasi mengingat
komplikasi
yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grady NPO, Alexander M, Burns LA, Dellinger P, Garland J, Heard SO, et al. Guidelines
for
Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections, 2011. Centers for Disease Control
and
Prevention. 2011:1-83.
2. Cardenas G, Finelli M, Harris C, Jonas D, Martins G, Steinmass M, et al. Central Access:
Umbilical
Artery and Vein Cannulation. Clinical Best Practice Guideline. 2008:1-36.
3. O-Hara MB, Buzzard CJ, Reubens L, McDermott MP, DDiGrazio W, DAngio CT. A
Randomized
Trial Comparing Long-term and Short-term Use of Umbilical Venous Catheters in Premature
Infants with Birth Weights of Less Than 1251 Grams. Pediatrics. 2006;118(1):25-35.