Anda di halaman 1dari 14

RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH TARUTUNG
SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


445/15. /I/2020 1
1/6
STANDAR
Tanggal terbit: Ditetapkan oleh:
OPERASIONAL DIREKTUR
PROSEDUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARUTUNG
(SPO)

dr. JANRI AOYAGIE, MM


NIP.197511520006041004

Pembuluh darah umbilikal merupakan akses


intravaskuler yang relatif mudah ditemukan
pada neonatus. Sebagai aturan umum, bayi
dengan BBL < 1000 gram, harus dipasang
kateter vena umbilikal (Umbilical Venous
Cathetherization, UVC), bisa disertai dengan
UAC jika disertai dengan gawat nafas atau
memerlukan pengambilan darah berulang.
Kateterisasi Arteri Umbilikal (Umbilical
PENGERTIAN Arterial Catheterization, UAC) Anatomi
Arteri umbilikalis merupakan cabang dari a. iliaca interna dengan
diameter 2-3 mm. Pada bayi cukup bulan, masing-masing arteri
mempunyai panjang + 7 cm. Kateter arteri umbilikal biasanya
memasuki arteri femoralis melalui a. iliaca eksterna.
Gambar 1. Diagram sistim arterial neonatal (Ao, aorta; DA,
ductus arteriosus; ACCS, a. carotis communis sinistra; AICS, a.
iliaca communis sinistra; ARS, a. renalis sinistra.; AHD, a.
hypogastric dextra.; UAD, a. umbilicalis dextra). Dikutip dari
Intensive Care Nursery House Staff Manual, UCSF Children
hospital 2004.

Memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur


TUJUAN
KEBIJAKAN Indikasi
Primer
1. Neonatus sakit berat yang membutuhkan pengambilan darah
berulang, atau perlu monitoring gas darah dan saturasi O2
invasif, seperti pada keadaan gagal nafas, syok, PPHN serta
extreme prematurity.
2. Pengukuran tekanan darah arterial secara langsung.2
3. Angiografi.
Sekunder
1. Transfusi tukar.
2. Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan, jika tidak ada tempat lain.
Kontraindikasi
1. Terdapat tanda gangguan vaskuler di daerah
panggul atau ekstremitas bawah.
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan
darurat, dimana akses lain tidak memungkinkan.
3. Peritonitis.
4. Omfalitis dan omfalokel.
5. Perdarahan atau kecendrungan trombosis
merupakan kontraindikasi relatif.
PROSEDUR Peralatan :
Steril
1. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan
bawah.
2. Gaun operasi serta sarung tangan.
3. Duk yang berlubang di tengah (sebaiknya transparan,
sehingga bisa terlihat kalau ada komplikasi, seperti pucat
pada daerah panggul dan ekstremitas)
4. Kateter umbilikal single lumen, radio-opak, diameter kecil
(Fr 3,5 untuk berat badan < 1200 gr dan Fr 5 untuk berat
badan > 1200 gr) untuk meminimalkan jumlah darah yang
harus dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum
pengambilan sampel. Ujung kateter harus lembut dan
membulat, dari bahan yang tidak trombogenik.
5. Three-way stop cock dengan luer lock.
6. Spuit 10 cc
7. Cairan NaCL 0,9% - heparin 1 UI/cc (0,5 N saline)
8. Mangkok untuk cairan antiseptik (povidon iodine)
9. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari 1 bh duk
klem, 2 bh pinset anatomis dengan ujung runcing (pinset
iris), 1 bh gunting benang, 2 buah klem arteri bengkok
(mosquito hemostats), 1 bh needle holder dan 1 bh scalpel
no 11 dengan gagangnya.
10. Tali katun dan benang silk no 2/0 dengan jarum rounded
body.
11. Plester micropore
12. Kasa
Tidak steril
1. Pita pengukur (meteran)
2. Topi dan masker

Teknik Pemasangan
Pilih posisi pemasangan, letak rendah (low position, setinggi
vertebrae lumbal 3-4) atau letak tinggi (high position, setinggi
vertebrae torakal 6-9). Pada low position, ujung kateter terletak di
bawah a. renalis dan a. mesenterika, sehingga ujung kateter
terletak di bifurkatio aorta atau di bagian atas vertebrae lumbal 4,
sedangkan high position akan menempatkan ujung kateter di atas
aksis celiac. High position lebih disukai karena tidak akan
menyebabkan oklusi a. renalis dan mesenterika,

di samping itu insiden pucat (blanching) dan sianosis pada


ekstremitas bawah lebih rendah, tetapi pada posisi ini
hipertensi renovaskular lebih sering ditemukan.
Ukur panjang kateter yang akan dimasukkan. Terdapat
beberapa cara pengukuran panjang kateter arteri umbilikal,
antara lain:
a. Mengukur jarak antara ujung bahu bayi ke umbilikus,
ditambahkan dengan panjang sisa tali pusat
b. Untuk UAC letak tinggi, panjangnya bisa diukur dengan
rumus : (Berat badan x 3) + 9 cm.
c. Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter bisa
dilihat pada tabel.
d. Menggunakan grafik.

Dikutip dari Perlman M, Kirpalani HM, Moore AM. Residents


handbook of neonatology. 2nd ed. Hamilton: B.C. Decker Inc;
1999. p.23
Berat badan Panjang kateter
1000 gr 7 cm
1500 gr 8 cm
2000 gr 9 cm
2500 gr 10 cm
Gambar 2: Grafik pengukuran panjang kateter (high position,
setinggi T8) berdasarkan panjang badan. Dikutip dari Rosenfeld
W, Biagtan J, Schaeffer H et al: Evaluation of graphs for insertion
of umbilical artery catheters below the diaphragm. J Pediatr
98:628, 1981

1. Lakukan persiapan seperti pada prosedur mayor.


 Persiapan personal. Pasang topi dan masker, lepaskan
semua perhiasan di lengan dan jari. Cuci tangan dan lengan
bawah sesuai prosedur dengan cairan antiseptik (iodophor
atau chlorohexidine) selama 3-5 menit, kemudian dengan air
mengalir. Lengan harus selalu berada di atas siku.
Tutup kran air ( sebaiknya dengan siku atau kaki), kemudian
keringkan tangan dan lengan bawah dengan handuk steril.
Pasang gaun steril dengan bantuan asisten, selanjutnya
pasang sarung tangan steril tanpa menyentuh permukaan
luar.
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARUTUNG

SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 445/15. /I/2020 1 2/2
PROSEDUR
(SPO)
PROSEDUR  Persiapan alat. Susun semua alat yang diperlukan di atas
meja steril. Isi mangkok dengan povidon iodine dan pasang
mata scalpel ke gagangnya. Siapkan cairan NaCl-heparin di
dalam sebuah spuit 10 cc. Pasang three way stopcock ke
kateter umbilikal, sambungkan ke spuit dan isi dengan
NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off ke arah
kateter. Hati-hati, jangan sampai ada udara!
 Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok dan
kemudian diplester ke tempat tidur atau tahan dengan bantal
pasir. Pasang penampung urine, supaya tidak mengotori
lapangan tindakan. Oleskan povidone iodine dengan 3 kasa
terpisah. Pegang tali pusat dengan kasa betadine atau klem
(ingat, tali pusat belum steril!!) dan tarik lembut secara
vertikal. Bersihkan area di sekitar umbilikus, mulai dari
bagian tengah dan teruskan dengan gerakan melingkar ke
bagian luar, minimal radius 5 cm dari umbilikus. Setelah itu,
bersihkan tali pusat (umbical stump) dengan kasa kedua dan
pasang duk berlubang di atas umbilikus.
2. Pasang tali katun di sekeliling tali pusat dan ikat secukupnya
sehingga perdarahan dapat dicegah, tetapi kateter umbilikal
masih bisa masuk.
3. Potong tali pusat secara horizontal dengan scalpel, + 1,5 cm
dari kulit.
4. Stabilisasi tali pusat dengan hemostat, dan identifikasi
pembuluh darah. Vena berukuran lebih besar, oval dengan
dinding tipis, sedangkan ke 2 arteri terlihat lebih kecil,
membulat/menonjol dan berdinding tebal. Arteri biasanya
konstriksi, sehingga lumennya terlihat sangat kecil (pinpoint).
5. Pegang pangkal tali pusat, masukkan salah satu ujung runcing
pinset iris ke dalam lumen arteri lebih kurang 0,5 cm, sampai
lumen membuka dan

kemudian lebarkan pelan-pelan dengan kedua ujung pinset.


Pegang kateter arteri dengan pinset dan masukkan dengan
lembut ke dalam arteri. Biasanya akan terdapat tahanan di
dinding anterior abdomen, tahanan ini bisa dihilangkan
dengan mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau
mengeluar-masukkan kateter akan membuat arteri semakin
spasme. Jika tahanan belum bisa diatasi, tunggu selama 2-3
menit sampai vasospasme membaik atau bisa dicoba di arteri
sebelahnya.

Gambar 4: Proses pemotongan, identifikasi dan dilatasi arteri


umbilikal. Dikutip dari Iowa neonatology handbook: procedures,
2006.
1. Setelah kateter berada ditempat yang sesuai ukuran, darah
akan mengalir dengan mudah, kadang bisa naik sendiri dan
terlihat adanya pulsasi. Lakukan foto rontgen untuk
konfirmasi posisi, kalau perlu AP-lateral. Harus diingat
bahwa setelah lapangan steril ditutup, kateter hanya bisa
ditarik, tidak boleh didorong lagi ke dalam arteri.
2. Perhatikan adanya warna pucat, mottling atau kebiruan di
kaki. Hal ini bisa disebabkan oleh vasospasme, jika tidak
membaik dalam waktu beberapa menit, kateter harus ditarik
keluar pelan-pelan.
Setelah posisi tepat, jahit-ikat (purse-string suture) kateter ke
jelly wharton dengan benang silk 3/0, hati-hati, jangan sampai
menembus kateter. Simpulkan benang dikateter dan tarik
sisanya ke atas. Pasang plester micropore mengikat benang
dan kateter

6. seperti bendera, kemudian jahit lagi di bagian atas plester.


Ini akan memberikan fiksasi yang cukup sehingga kateter
tidak akan berubah posisi. Selanjutnya hubungkan three
way ke NaCl-heparin 1UI/ml 0,5-1 cc/jam. Jangan
memasang klem atau melakukan jahitan di kulit perut bayi.
7. Bersihkan lagi tali pusat, tidak perlu ditutup, sehingga
terlihat kalau ada komplikasi. Kateter harus dicabut jika
ada tanda-tanda infeksi di tali pusat, seperti kemerahan,
bau atau bernanah.
Jika tidak diperlukan lagi, kateter arteri umbilikal bisa di
lepas. Bersihkan tali pusat dengan kapas alkohol, matikan
pompa infus dan klem kateter. Tarik kateter pelan-pelan
sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit perut
dengan micropore. Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti
(biasanya sekitar 10-20 menit), cabut kateter dengan
lembut dan dilakukan penekanan selama 5 – 10 menit
sampai perdarahan berhenti. Jangan telungkupkan bayi,
minimal 4 jam dan observasi adanya perdarahan.
Perhatian
1. Kateter arteri terpasang hanya selama ada indikasi primer.
2. Jangan menggunakan pipa lambung (feeding tubes) sebagai
kateter. Pipa lambung dikaitkan dengan insiden trombosis
yang lebih tinggi, selain itu tidak radio-opak sehingga tidak
terlihat pada rontgen.
3. Pada bayi yang sangat prematur, cairan pemeliharaan NaCl
0,9% - heparin 1 UI/cc bisa menimbulkan hipernatremia,
sehingga pada pasien ini direkomendasikan cairan dengan
konsentrasi 0,5 UI/cc.
4. Jangan menutup umbilikus dengan kasa atau plester setelah
pemasangan kateter. Penutupan menyebabkan komplikasi
seperti perdarahan, dislokasi kateter atau infeksi, terlambat
diketahui.
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Vasospasme arteri
3. Emboli karena bekuan darah atau udara
4. Trombosis di daerah :
Arteri femoralis: iskemia/gangren di ekstremitas bawah
Arteri renalis : hipertensi, gagal ginjal, hematuria
Arteri mesenterika : iskemia usus, enterokolitis nekrotikans
5. Perforasi arteri menyebabkan perdarahan retrograde dan
hematom intra abdominal.
Kateterisasi Vena Umbilikal
(Umbilical venous
cathetherization, UVC)
Anatomis
Vena umbilikal merupakan
satu-satunya vena di umbilikus,
relatif besar dengan diameter 4-
5 mm, panjang 2-3 cm dan
berdinding tipis. Dari
umbilikus, vena berjalan ke arah
kepala, sedikit ke kanan dan
memasuki cabang sinistra vena
portal setelah memberikan
beberapa cabang kecil di dalam
hepar.
Gambar 6. Diagram sistim
vena umbilicalis pada
neonatus. (DV, ductus venosus; FO, foramen ovale; VCI, vena
cava inferior; VP, vena porta; VCS, vena cava superior; VU, v.
umbilicalis).

Indikasi
1. Transfusi tukar
2. Monitoring tekanan vena sentral (central venous
pressure/CVP)
3. Pemberian cairan intra vena, akses cepat pada keadaan
gawat darurat (saat resusitasi), pemberian produk darah atau
obat-obatan.
Kontraindikasi : Sama dengan UAC
Peralatan : Sama dengan UAC
Teknik Pemasangan
1. Ukur panjang kateter yang akan dimasukkan, terdapat
beberapa cara, yaitu :
a. Mengukur jarak antara umbilikus ke processus
xyphoideus, ditambah dengan panjang sisa umbilikal.
b. Menggunakan rumus : (1,5 x berat lahir) + 5,5 cm atau
½ {(Berat badan x 3) + 9 cm} + 1 cm
c. Menggunakan grafik
Gambar 7 : Panjang kateter vena umbilikal berdasarkan jarak
antara bahu ke umbilikus. Dikutip dari Iowa neonatology
handbook: procedures, 2006.
2. Lakukan persiapan prosedur mayor, ikat umbilikal dan
potong datar dengan scalpel (seperti pada pemasangan
UAC).
3. Identifikasi vena umbilikal. Buang semua bekuan darah
yang terdapat di dalam vena dengan pinset iris. Pegang
kateter dengan pinset iris dan masukkan dengan lembut
sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika terdapat tahanan
pada saat memasukkan kateter, jangan dipaksa, tarik + 4 -5
cm, kemudian masukkan kembali sambil diputar pelan
searah jarum jam. Kalau masih ada tahanan, bisa dicoba
masukkan kateter lain di bawah kateter pertama dan
masukkan dengan lembut, biasanya kateter kedua akan
langsung memasuki duktus venosus.1 Prosedur selanjutnya
sama dengan UAC.
Perhatian
1. Jangan biarkan kateter dalam keadaan terbuka. Tekanan
negatif dari intra abdomen bisa menarik udara dan
menyebabkan emboli udara.
2. Untuk pemberian cairan, kateter vena umbilikal (UVC)
harus berada di dalam vena cava, pas di bawah atrium
kanan, tidak boleh berada di dalam sistem vena porta.
3. Untuk resusitasi, UVC dipasang dangkal, hanya sedikit di
bawah kulit, sampai ada aliran darah bebas (free-flow) saat
ditarik dengan spuit.
Komplikasi
1. Perdarahan, infeksi
2. Enterokolitis nekrotikans
3. Perforasi kolon atau peritonium
Hipertensi portal dan nekrosis hepar
UNIT TERKAIT  NICU
 Neonati
 Komite keperawatan
 Komite medik

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH TARUTUNG

SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 2/2
PROSEDUR
(SPO)
Sekunder
1. Transfusi tukar.
2. Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan, jika tidak ada tempat lain.
Kontraindikasi
1. Terdapat tanda gangguan vaskuler di daerah panggul atau
ekstremitas bawah.
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat,
dimana akses lain tidak memungkinkan.
3. Peritonitis.
4. Omfalitis dan omfalokel.
5. Perdarahan atau kecendrungan trombosis merupakan
kontraindikasi relatif.

PROSEDUR

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH TARUTUNG

SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 2/2
PROSEDUR
(SPO)
Sekunder
1. Transfusi tukar.
2. Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan, jika tidak ada tempat lain.
Kontraindikasi
1. Terdapat tanda gangguan vaskuler di daerah panggul atau
ekstremitas bawah.
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat,
dimana akses lain tidak memungkinkan.
3. Peritonitis.
4. Omfalitis dan omfalokel.
5. Perdarahan atau kecendrungan trombosis merupakan
kontraindikasi relatif.

PROSEDUR

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH TARUTUNG

SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 2/2
PROSEDUR
(SPO)
Sekunder
1. Transfusi tukar.
2. Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan, jika tidak ada tempat lain.
Kontraindikasi
1. Terdapat tanda gangguan vaskuler di daerah panggul atau
ekstremitas bawah.
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat,
dimana akses lain tidak memungkinkan.
3. Peritonitis.
4. Omfalitis dan omfalokel.
5. Perdarahan atau kecendrungan trombosis merupakan
kontraindikasi relatif.
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARUTUNG

SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 2/6
PROSEDUR
(SPO)
Sekunder
1. Transfusi tukar.
2. Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan, jika tidak ada tempat lain.
Kontraindikasi
1. Terdapat tanda gangguan vaskuler di daerah
panggul atau ekstremitas bawah.
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan
darurat, dimana akses lain tidak memungkinkan.
3. Peritonitis.
4. Omfalitis dan omfalokel.
5. Perdarahan atau kecendrungan trombosis merupakan
kontraindikasi relatif.
Peralatan :
Steril
1. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan
bawah.
PROSEDUR 2. Gaun operasi serta sarung tangan.
3. Duk yang berlubang di tengah (sebaiknya transparan,
sehingga bisa terlihat kalau ada komplikasi, seperti pucat
pada daerah panggul dan ekstremitas)
4. Kateter umbilikal single lumen, radio-opak, diameter kecil
(Fr 3,5 untuk berat badan < 1200 gr dan Fr 5 untuk berat
badan > 1200 gr) untuk meminimalkan jumlah darah yang
harus dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum
pengambilan sampel. Ujung kateter harus lembut dan
membulat, dari bahan yang tidak trombogenik.
5. Three-way stop cock dengan luer lock.
6. Spuit 10 cc
7. Cairan NaCL 0,9% - heparin 1 UI/cc (0,5 N saline)
8. Mangkok untuk cairan antiseptik (povidon iodine)
9. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari 1 bh duk
klem, 2 bh pinset anatomis dengan ujung runcing (pinset
iris), 1 bh gunting benang, 2 buah klem arteri bengkok
(mosquito hemostats), 1 bh needle holder dan 1 bh scalpel
no 11 dengan gagangnya.
10. Tali katun dan benang silk no 2/0 dengan jarum rounded
body.
11. Plester micropore
12. Kasa
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL
TARUTUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 3/6
PROSEDUR
(SPO)
Tidak steril
1. Pita pengukur (meteran)
2. Topi dan masker
Teknik Pemasangan
Pilih posisi pemasangan, letak rendah (low position, setinggi
vertebrae lumbal 3-4) atau letak tinggi (high position, setinggi
vertebrae torakal 6-9). Pada low position, ujung kateter terletak di
bawah a. renalis dan a. mesenterika, sehingga ujung kateter
terletak di bifurkatio aorta atau di bagian atas vertebrae lumbal 4,
sedangkan high position akan menempatkan ujung kateter di atas
aksis celiac. High position lebih disukai karena tidak akan
menyebabkan oklusi a. renalis dan mesenterika,

di samping itu insiden pucat (blanching) dan sianosis pada


ekstremitas bawah lebih rendah, tetapi pada posisi ini hipertensi
renovaskular lebih sering ditemukan.
Ukur panjang kateter yang akan dimasukkan. Terdapat beberapa
cara pengukuran panjang kateter arteri umbilikal, antara lain:
a. Mengukur jarak antara ujung bahu bayi ke umbilikus,
ditambahkan dengan panjang sisa tali pusat
b. Untuk UAC letak tinggi, panjangnya bisa diukur dengan
rumus : (Berat badan x 3) + 9 cm.
c. Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter bisa
dilihat pada tabel.
d. Menggunakan grafik.
Dikutip dari Perlman M, Kirpalani HM, Moore AM. Residents
handbook of neonatology. 2nd ed. Hamilton: B.C. Decker Inc;
1999. p.23
Gambar 2: Grafik pengukuran panjang kateter (high position,
setinggi T8) berdasarkan panjang badan. Dikutip dari Rosenfeld
W, Biagtan J, Schaeffer H et al: Evaluation of graphs for insertion
of umbilical artery catheters below the diaphragm. J Pediatr
98:628, 1981
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARUTUNG
SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 4/6
PROSEDUR
(SPO)
1. Lakukan persiapan seperti pada prosedur mayor.
 Persiapan personal. Pasang topi dan masker, lepaskan
semua perhiasan di lengan dan jari. Cuci tangan dan lengan
bawah sesuai prosedur dengan cairan antiseptik (iodophor
atau chlorohexidine) selama 3-5 menit, kemudian dengan air
mengalir. Lengan harus selalu berada di atas siku.
Tutup kran air ( sebaiknya dengan siku atau kaki),
kemudian keringkan tangan dan lengan bawah dengan
handuk steril. Pasang gaun steril dengan bantuan asisten,
selanjutnya pasang sarung tangan steril tanpa menyentuh
permukaan
 Persiapan alat. Susun semua alat yang diperlukan di atas
meja steril. Isi mangkok dengan povidon iodine dan pasang
mata scalpel ke gagangnya. Siapkan cairan NaCl-heparin di
dalam sebuah spuit 10 cc. Pasang three way stopcock ke
kateter umbilikal, sambungkan ke spuit dan isi dengan
NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off ke arah
kateter. Hati-hati, jangan sampai ada udara!
 Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok dan
kemudian diplester ke tempat tidur atau tahan dengan bantal
pasir. Pasang penampung urine, supaya tidak mengotori
lapangan tindakan. Oleskan povidone iodine dengan 3 kasa
terpisah. Pegang tali pusat dengan kasa betadine atau klem
(ingat, tali pusat belum steril!!) dan tarik lembut secara
vertikal. Bersihkan area di sekitar umbilikus, mulai dari
bagian tengah dan teruskan dengan gerakan melingkar ke
bagian luar, minimal radius 5 cm dari umbilikus. Setelah itu,
bersihkan tali pusat (umbical stump) dengan kasa kedua dan
pasang duk berlubang di atas umbilikus.
2. Pasang tali katun di sekeliling tali pusat dan ikat secukupnya
sehingga perdarahan dapat dicegah, tetapi kateter umbilikal
masih bisa masuk.
3. Potong tali pusat secara horizontal dengan scalpel, + 1,5 cm
dari kulit.
4. Stabilisasi tali pusat dengan hemostat, dan identifikasi
pembuluh darah. Vena berukuran lebih besar, oval dengan
dinding tipis, sedangkan ke 2 arteri terlihat lebih kecil,
membulat/menonjol dan berdinding tebal. Arteri biasanya
konstriksi, sehingga lumennya terlihat sangat kecil (pinpoint).
5. Pegang pangkal tali pusat, masukkan salah satu ujung runcing
pinset iris ke dalam lumen arteri lebih kurang 0,5 cm, sampai
lumen membuka dan
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARUTUNG
SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 5/6
PROSEDUR
(SPO)
kemudian lebarkan pelan-pelan dengan kedua ujung pinset.
Pegang kateter arteri dengan pinset dan masukkan dengan
lembut ke dalam arteri. Biasanya akan terdapat tahanan di
dinding anterior abdomen, tahanan ini bisa dihilangkan
dengan mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau
mengeluar-masukkan kateter akan membuat arteri semakin
spasme. Jika tahanan belum bisa diatasi, tunggu selama 2-3
menit sampai vasospasme membaik atau bisa dicoba di arteri
sebelahnya.

6. seperti bendera, kemudian jahit lagi di bagian atas plester.


Ini akan memberikan fiksasi yang cukup sehingga kateter
tidak akan berubah posisi. Selanjutnya hubungkan three
way ke NaCl-heparin 1UI/ml 0,5-1 cc/jam. Jangan
memasang klem atau melakukan jahitan di kulit perut bayi.
7. Bersihkan lagi tali pusat, tidak perlu ditutup, sehingga
terlihat kalau ada komplikasi. Kateter harus dicabut jika
ada tanda-tanda infeksi di tali pusat, seperti kemerahan,
bau atau bernanah.
Jika tidak diperlukan lagi, kateter arteri umbilikal bisa di
lepas. Bersihkan tali pusat dengan kapas alkohol, matikan
pompa infus dan klem kateter. Tarik kateter pelan-pelan
sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit perut
dengan micropore. Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti
(biasanya sekitar 10-20 menit), cabut kateter dengan
lembut dan dilakukan penekanan selama 5 – 10 menit
sampai perdarahan berhenti. Jangan telungkupkan bayi,
minimal 4 jam dan observasi adanya perdarahan.
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARUTUNG
SOP PROSEDUR PEMASANGAN KATETER
UMBILIKAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


STANDAR
OPERASIONAL 1 6/6
PROSEDUR
(SPO)
UNIT TERKAIT  NICU
 Neonati
 Komite keperawatan
 Komite medik

Anda mungkin juga menyukai