DI RSUD TARUTUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monitoring dan Evaluasi, selanjutnya disingkat M&E, adalab bagian penting dari manajemen
sebuah program, baik sebagai unsur perencanaan maupun pelaksanaan. Sebagai bagian perencanaan
M&E mengbasilkan data dan informasi untuk penetapan prioritas masalab, tujuan, kegiatan dan
target yang barus dicapai. Sebagai bagian dari pelaksanaan, M&E menghasilkan data dan informasi
untuk mengukur kemajuan pekerjaan terbadap tujuan dan mutu pelayanan atau program. Operasional
barian program tergantung kepada kemapanan sistem monitoring dan evaluasi. Keefektifitas fungsi
sistem M&E tergantung pada rasa kepemilikan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan
terbadap informasi yang mereka sediakan bagi sistem, umpan balik dan pemanfaatannya bagi
pembuatan kebijakan. Dengan luasnya respon negara dalam penanggulangan AlDS, pada tabun 2003
disepakati mekanisme koordinasi respon nasional penanggulangan AlDS yang dikenal dengan
“Three ones principle” yang saat ini diadopsi oleh banyak negara di dunia. Salah satu prinsip terkait
dengan pelaksanaan M&E. Three Ones Principles, terdiri dari ;
1. Satu kerangka kerja AlDS yang memberikan dasar bagi koordinasi kerja semua pemangku
kepentingan.
2. Satu koordinasi dengan dasar mundat multisektoral yang luas, dan
3. Satu sistem M&E tingkat nasional.
Sesuai dengan “Three ones principle”, program penanggulangan AIDS telab menuju ke satu
sistem M&E dalam tingkat nasional. Dengan prinsip ini, pemilahan indikator sejauh mungkin
disesuaikan dengan indikator yang tersedia baik pada tingkat lokal, nasional dan internasional,
termasuk indikator yang dikeluarkan oleh donor. Pertimbangan lain adalah kontinuitas, membatasi
data yang dikumpulkan sesuai dengan relevansi manajemen program dan mengurangi beban petugas
di lapangan dalam pengumpulan data.
1
HIV dan AIDS. Pedoman ini meliputi;
1. Pedoman dalam pengumpulan dan pengolahan data berdasarkan indikator-indikator yang
disepakati dan ditetapkan secara nasional.
2. Mekanisme dan alur pelaporan program pengendalian HIV dan AIDS yang berjenjang mulai
dari unit, tim, Kepala Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan serta Provinsi.
3. Piranti atau alat pengumpul data berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan pada unit
pelayanan kesehatan, Dinas Kesebatan Kabupaten/Kota/Provinsi sampai Pusat.
4. Pemanfaatan informasi untuk perbaikan intervensi dan perencanaan program pengendalian HIV
dan AIDS.
2
BAB II
KERANGKA KERJA
A. Pengertian
Monitoring dan Evaluasi dapat dilibat sebagai kegiatan yang berkelanjutan (continuum).
Monitoring adalab pengawasan kegiatan secara rutin dan menilai pencapaian program terhadap
target melalui pengumpulan data mengenai input, proses dan luaran secara reguler dan terus-
menerus yang dapat menghasilkan indikator-indikator perkembangan dan pencapaian suatu kegiatan
program/proyek terbadap tujuan yang ditetapkan. Indikator-indikator tersebut diperuntukkan bagi
program/proyek yang sedang berjalan. Bagi program pengendalian HIV dan AIDS, data dapat
berasal dari berbagai sumber, termasuk register pasien, laporan keuangan, daftar tilik dan survey.
Monitoring biasanya menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematik mengenai suatu
kebijakan, program, proyek, atau kegiatan berdasarkan informasi dan basil analisis dibandingkan
terbadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku kepentingan.
Data monitoring yang baik sering menjadi titik awal bagi evaluasi. Penelitian khusus sering
dibutuhkan untuk menilai tingkat luaran yang lebih tinggi yang biasanya tidak dikumpulkan melalui
kegiatan monitoring rutin. Evaluasi biasanya melakukan dibalik yang deskriptif dan didesain untuk
mengeksplorasi penyebab kegagalan dan formulasi untuk keberhasilan. Desain evaluasi yang baik
bisa menjadi rumit dan memerlukan penerapan metodologi survei atau epidemiologi. Secara ringkas,
evaluasi adalah piranti untuk menjawab “Apakah tujuan tercapai, dan mengapa? Tabel berikut
memberikan gambaran singkat mengenai perbedaan antara evaluasi dan monitoring.
3
B. Kerangka Kerja Logis Monitoring dai Evaluasi
Kerangka kerja untuk pemilihan indikator yang sering digunakan adalab kerangka logis
masukan-proses-luaran-basil-dampak sebagaimana digambarkan pada table dibawah. Kerangka ini
memberikan jalan untuk mengorganisasi data yang dibutubkan untuk memonitor kemajuan program
dan memberikan urutan logis untuk pengumpulan dan analisa informasi. Dimulai dengan menelaah
masukan yang dibutuhkan (misalnya sumber daya) untuk melaksanakan kegiatan, proses (misalnya
konseling dan testing) dan kemudian luaran (output, immediate effect). Luaran kemudian
mengantarkan ke basil (outcome, intermediate effect, seperti perubahan perilaku berisiko) dan
kemudian menjadikan dampak (jmpact, long term effect, seperti penurunan insiden HIV). Paradigma.
Rangkaian kegiatan Monitoring dan Evaluasi untuk mencapai tujuan program digambarkan
dalam suatu rangkaian kerangka logis berikut (tabel 3) untuk melaksanakan Monitoring dan Evaluasi
1. Pada tahap pertama digunakan semua unsur masukan (input) Monitoring dan Evaluasi (man,
money, material).
2. Semua masukan (input) berproses (merencanakan Monitoring dan Evaluasi, melaksanakan dan
mengevaluasi hasilnya).
3. Proses Monitoring dan Evaluasi menghasilkan keluaran (output) berupa informasi.
4. Informasi digunakan dalam membuat kebijakan dan keputusan untuk program/proyek, sebagai
outcome dari Monitoring dan Evaluasi.
5. Kebijakan yang dibuat berdasarkan hasil Monitoring dan Evaluasi akan memberi impact
(dampak) berupa penurunan angka kesakitan atau perbaikan derajat kesehatan sesuai tujuan.
Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi dalam manajemen program dilakukan sesuai dengan
tahapan sebagai berikut ;
1. Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
a. Penetapan tujuan Monitoring dan Evaluasi, indikator yang diukur, cara pelaksanaan
(pedoman), format (alat ukur), alur pelaporan, rumusan kegiatan pokok dan jadwal.
b. Pengorganisasian tenaga pelaksana dari unit pelaksana berjenjang hingga manajemen.
4
Pedoman dalam implementasi sistem Monitoring dan Evaluasi yang komprehensif
diperlukan untuk pendekatan yang strategis dan bertahap, berdasarkan kenyataan bahwa ;
1) Infrastruktur dan kapasitas yang harus dimiliki untuk melaksanakan masing-masing
komponen yang berbeda pada sistem tidak semua dapat dilakukan sekaligus.
2) Tidak semua program/kegiatan memerlukan semua aspek Monitoring dan Evaluasi.
Gambar berikut menggambarkan tingkat kegiatan M&E yang diperlukan sesuai dengan jumlah
kegiatan program
Sistem M&E tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari suatu strategi. Pada umumnya,
suatu strategi mencakup perencanaan, pelaksanaan atau implementasi berbagai program dan proyek,
dan sistem M&E. Kaitan antara sistem M&E dalam strategi suatu program, pemahaman mengenai
apa itu sistem M&E, bagaimana menyusun dan melaksanakannya, serta mengapa sistem M&E
diperlukan, akan dibahas secara lebih rinci dalam pedoman ini.Penentuan konsep atau rancangan
strategi, seperti tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya haruslah menjadi titik awal
penyusunan strategi program. Selanjutnya, dari konsep mengenai apa tujuan dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut, disusun suatu sistem M&E, detil rencana operasional program- program,
serta luaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact) yang diharapkan. Penentuan luaran,
hasil, dan dampak dari suatu strategi program dalam tahap perencanaan sangat penting karena jika
hal tersebut dibandingkan dengan kondisi aktual yang dicapai akan mencerminkan perubahan, yang
5
sekaligus merupakan ukuran keberhasilan suatu program. Hal tersebut merupakan fungsi pokok
sistem M&E dalam kaitannya dengan strategi program.
1. Sistem Monitoring
Sistem monitoring dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pengumpulan data/informasi
secara reguler dan terus-menerus yang dapat mengbasilkan indikator-indikator perkembangan
dan pencapaian suatu kegiatan program/proyek yang sedang berjalan terhadap tujuan yang
ditetapkan. Sistem monitoring mencakup penelusuran pelaksanaan sistem yang dapat
dipertanggung jawabkan terbadap target kinerja yang jelas dan konsisten, laporan kemajuan, dan
identifikasi masalab. Secara umum, sistem monitoring (dan evaluasi) terdiri dari empat
komponen, yaitu: tujuan (goal), sasaran (target), indikator (indicator), dan masukan (input).
Masing-masing komponen tersebut dapat dijelaskan seperti berikut :
a. Tujuan (goal) adalah sebuah objektif (pada umumnya untuk kurun waktu yang panjang)
yang ingin dicapai oleb suatu negara atau sekelompok orang, kebanyakan dinyatakan
dengan ukuran nonteknis (bersifat kualitatif), seperti mengurangi kemiskinan dan
kelaparan.
b. Sasaran (target) adalah tingkat pencapaian yang terukur (umumnya berupa ukuran
6
kuantitatif) yang ingin dicapai program pada suatu waktu tertentu, misalnya menurunkan
tingkat prevalensi bingga setengab pada 2015.
c. indikator adalah alat ukur untuk melibat tingkat pencapaian output terbadap sasaran dan
tujuan yang ditetapkan, seperti persentase kelompok berisiko yang telab melakukan testing
HIV pada suatu waktu tertentu.
d. aktivitas/masukan (input) adalah berbagai bentuk sumber daya dan kegiatan yang perlu
dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan, misalnya program konseling
dan testing HIV.
2. Sistem Evaluasi
Setiap tahun dilaksanakan berbagai program, sebagian diantaranya memakan biaya yang
besar, tetapi hasil yang sebenarnya dari program-program tersebut seringkali tidak diketabui.
Akibatnya muncul pertanyaan-pertanyaan yang seringkali tidak terjawab :
a. Apakah desain program-program tersebut sudah tepat? Jawaban dari pertanyaan ini akan
memberikan pembelajaran untuk penyusunan desain suatu program di masa yang akan
datang.
b. Apakah sumber daya yang tersedia telah digunakan secara efisien? Jawaban dari pertanyaan
ini akan memberikan gambaran mengenai akuntabilitas penggunaan dana publik dalam
suatu program.
c. Apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan yang dibarapkan? Jawaban dari pertanyaan
ini akan memberikan landasan bagi pengambilan keputusan mengenai apakah suatu
program akan dilanjutkan, dan kalau dilanjutkan apakah desainnya akan diperbaiki. Untuk
dapat memberikan jawaban yang tepat terbadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu
dilakukan evaluasi terbadap program-program yang telab dijalankan. Dalam kenyataannya
evaluasi terbadap suatu program yang telab dijalankan jarang dilakukan. Alasan yang sering
diajukan oleb pelaksana program mengapa mereka tidak mau melakukan evaluasi adalab ;
1) Biaya evaluasi mabal.
2) Evaluasi mengbabiskan banyak waktu.
3) Secara teknis evaluasi sulit dilakukan.
4) Temuan evaluasi sering bersifat politis.
5) Laporan evaluasi sering terlambat.
7
3. Komponen Evaluasi
Evaluasi yang baik dari suatu program menuntut beberapa persyaratan. Komponen-
komponen yang perlu ada agar evaluasi dapat berjalan dengan baik dan mencapai basil yang
diinginkan adalab ;
a. Evaluasi menjadi bagian integral dari desain program. Artinya kegiatan evaluasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan program secara keseluruhan, sehingga kegiatan
evaluasi bukan merupakan kegiatan “baru” di luar program yang keberadaannya dipaksakan
oleh pihak luar.
b. Evaluasi direncanakan dengan baik sejak awal. Karena kegiatan evaluasi sudah ada dalam
desain program, maka waktu dan bentuk kegiatan pelaksanaan evaluasi sudah dapat
diperkirakan sejak awal. Dengan demikian kegiatan ini dapat direncanakan dengan baik dan
matang, sehingga pelaksanaannya pun tidak bersifat mendadak dan terburu-buru.
c. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Ini penting
agar pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat berjalan lancar dan memperoleh hasil sesuai
dengan tujuannya. Tanpa adanya dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, akan sulit
bagi pelaksana kegiatan evaluasi untuk mengumpulkan seluruh data dan informasi yang
diperlukan.
d. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program. Ini berarti bahwa
keberhasilan pelaksanaan evaluasi menjadi tanggung jawab pemimpin program, sehingga
dia akan memastikan kerjasama pelaksana seluruh pelaksana program untuk membantu
kelancaran pelaksanaan kegiatan evaluasi. Hal ini juga akan membantu penerapan hasil
evaluasi bagi perbaikan desain dan pelaksanaan program.
e. Evaluasi memperoleh alokasi sumber daya yang memadai. Pelaksanaan kegiatan evaluasi
yang baik sangat memerlukan sumber daya manusia yang handal dan sumber daya
pendukung yang mencukupi. Ini seringkali berarti bahwa biaya pelaksanaan kegiatan
evaluasi tidak murah. Tanpa alokasi sumber daya yang memadai, besar kemungkinan
kegiatan evaluasi yang dilaksanakan tidak memberikan basil yang baik.direncanakan
dengan baik dan matang, sebingga pelaksanaannya pun tidak bersifat mendadak dan
terburu-buru.
f. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Ini penting
agar pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat berjalan lancar dan memperoleb basil sesuai
dengan tujuannya. Tanpa adanya dukungan dari selurub pemangku kepentingan, akan sulit
bagi pelaksana kegiatan evaluasi untuk mengumpulkan selurub data dan informasi yang
8
diperlukan.
g. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program. Ini berarti babwa
keberbasilan pelaksanaan evaluasi menjadi tanggung jawab pemimpin program, sebingga
dia akan memastikan kerjasama pelaksana selurub pelaksana program untuk membantu
kelancaran pelaksanaan kegiatan evaluasi. Hal ini juga akan membantu penerapan basil
evaluasi bagi perbaikan desain dan pelaksanaan program.
b. Evaluasi memperoleb alokasi sumber daya yang memadai. Pelaksanaan kegiatan evaluasi
yang baik sangat memerlukan sumber daya manusia yang bandal dan sumber daya
pendukung yang mencukupi. Ini seringkali berarti babwa biaya pelaksanaan kegiatan
evaluasi tidak murab. Tanpa alokasi sumber daya yang memadai, besar kemungkinan
kegiatan evaluasi yang dilaksanakan tidak memberikan basil yang baik.
Dalam kegiatan program HIV AIDS peran dan fungsi layanan adalah sebagai berikut ;
Unit Pelayanan Kesahatan (UPK)
a. Pelayanan
b. Konseling dan testing
c. Perawatan, dukungan dan pengobatan
d. Layanan perpadu HIV-TB
e. Layanan pencegahan ; IMS, pengurangan dampak buruk, dan lain- lain
f. Pengumpulan data sasaran dan pemetaan
g. Pencatatan dan pelaporan
9
h. Analisa data
10
BAB III
ANALISA DATA
Analisa data adalab suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan
sebagai dasar tindak lanjut atau perencanaan kedepan. Analisa data didapatkan dari kegiatan
pencatatan dan pelaporan.
Infeksi HIV merupakan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan ARV secara
teratur dan seumur bidup.pemantauan penyakit kronis seperti infeksi HIV berbeda dengan
pemantauan penyakit-penyakit yang bersifat akut. data pasien dengan infeksi HIV barus
terdokumentasi secara akurat dan lengkap.puskesmas dan klinik layanan ARV perlu
memiliki perangkat alat pencatatan standar.Semua formulir pencatatan HIV dan IMS
merupakan bagian rekam medis. formulir pencatatan yang terkait dengan layanan HIV
dan IMS tertera pada tabel di bawab ini.
Pada program penanggulangan HIV dan IMS terdapat berbagai rekam medis standar
program antara lain layanan tes HIV, layanan IMS, layanan PDP, layanan PTRM, layanan
LASS dan layanan PPIASistim pengelolaban pencatatan mengacu kepada Peraturan
Menteri Kesebatan Nomor 269 Tabun 2008 tentang rekam medis, dimana sistim
pengelolaan pencatatan dilakukan terintegrasi dengan sistim layanan. Hal ini perlu
dilakukan karena pengelolaan kesebatan pasien dilakukan secara komprebensif dan
sitematis dimana gangguan salab satu sistim organ akan mempengaruhi organ lainnya.
Sangat penting untuk mengisi semua formulir pencatatan tersebut untuk kepentingan
telaab ulang demi kepentingan pasien dan kesebatan masyarakat.
11
2. Pelaporan
Fasilitas pelayanan kesebatan wajib melakukan pelaporan yang telab ditentukan
sesuai standar nasional.
12
DATA JUMLAH PASIEN HIV TAHUN 2022
8
7
7
6
5
5
4
4
3
3
2 2
2
1
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
13
DAFTAR INFEKSI OPPORTUNISTIK PASIEN HIV TAHUN 2022
JUMLAH
JENIS IO PASIEN
DIARE 9
TB PARU 15
OC 5
ABSES 1
HERPES 1
14
ASAL DAERAH PESIEN HIV-AIDS
6
5
5
4
4
3 3
3
2 2
2
1 1 1 1
1
0
g r n lu g e n n g a
r on huju bua eju tun haja nga olo otin inny
o Si gar i ha Taru h
gb Pa ona ipo iank La
n an Pa r m S d
o A
or P Pa
Sib
15
BAB IV
1. Mutu Konseling
a. Penilaian kinerja dan beban kerja petugas dan evaluasi kelompok kerja atau Tim HIV AIDS
1) Karena jumlah kunjungan belum terlalu banyak sehingga konselor masih belum perlu
dilakukan penambahan.
2) Perlu dilakukan penambahan konselor jika layanan PDP sudah berjalan.
Tugas tim belum maksimal (tumpang tindihnya tugas anggota tim sehingga semua petugas
tidak eocus pada jobdesk dalam Tim HIV AIDS).
3) Konselor melakukan jobdesknya Reporing Record (RR).
a) Petugas pencatatan dan pelaporan belum mengimplementasikan tugasnya (sudah
mengikuti pelatihan).
b) Perlu dilakukan evaluasi kembali untuk petugas pencatatan dan pelaporan program.
4) Kegiatan Medical Check Up karyawan belum dilakukan menyeluruh untuk semua
karyawan RSU Pindad (masih untuk anggota tim HIV AIDS saja).
5) Support pelatihan dari rumah sakit untuk program HIV AIDS sangat bagus.
6) Support anggaran APD masih belum maksimal.
7) Lampiran kinerja tim HIV AIDS.
16
a. Pemantapan Mutu Internal (PMI), meliputi ;
1) Persiapan pasien
2) Pengambilan dan pengolahan bahan pemeriksaan
3) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan (biasanya langsung oleh sale agent/vendor setiap
6 bulan sekali pada alat micropipet (alat pengambil serum))
4) Uji kualitas reagen
5) SPO unit (ada di laboratorium)
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
1) Kegiatan PME bekerjasama dengan laboratorium kesehatan (tetapi belum ada arahan
dari DKK).
2) Kegiatan PME untuk Rumah Sakit Swasta harus mengajukan sendiri (berbayar).
Pada kegiatan evaluasi mutu tes dilakukan oleb bagian laboratorium dan barus bekerjasama
dengan pibak luar, untuk Rumab Sakit Swasta dikenakan biaya tersendiri (tidak diikutkan oelb
DKK).
3. Kegiatan Peiapisai
a. Pemetaan dan penjaringan tes HIV pada pengunjung di layanan bisa berjalan sesuai
kebijakan program HIV AIDS.
b. Masib kurang penapisan HIV pada kasus IMS (penguatan dari manajemen).
c. Refres terkait tebnik penjaringan akan di sosialisaskan kembali
d. Kegiatan Mobilisisi VCT sudab berjalan 2 x (minimal 2x dalam satu tabun, bekerjsama
dengan LSM dan Balaikota).
5. Distribusi Logistik
a. Kebutuban logistik untuk kegiatan penjaring periode tabun 2019 dengan baik (di ACC
tergantung pelaporan pibak Rumab Sakit).
17
B. Layanan IMS (berjalan sejak Juni 2018)
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi pada layanan IMS, meliputi ;
1. Persiapan
a. Terbentuknya tim IMS yang bekerja sama dengan tim HIV AIDS
b. Tersusunnya program kerja IMS dan laporan semester
c. Pemetaan skrining sifilis pada ibu bamil sudab berjalan
d. Pemetaaan penjaring IMS faktor resiko di setiap unit pelayanan belum berjalan
e. Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran
f. Mengadakan kerja sama dengan LSM sudah berjalan
j. Belum maksimal tim IMS dalam mensosialisasikan dan mengsosialisasikan terkait kegiatan
IMS di rumah sakit.
k. Pengadaan alat, bahan habis pakai dan obat layanan IMS sudah disupport oleh dinas
l. Membangun kerja sama dengan laboratorium rujukan (mengikuti kegiatan rujukan
laboratorium).
18
4. Pelaksanaan Komponen 3 ; Manajemen Pasokan Kondom dan Pelicin
a. Untuk logistik obat dan pelicin sudab dikasib modal awal oleb DKK (tapi belum bisa
dimaksimalkan di pelayanan DPJP lebib memilib merujuk pasien IMS).
e. Penjaring tes HIV pada kasus Indikasi/faktor resiko IMS belum maksimal.
19
E. Kegiatan Moiitoriig dai Evaluasi TB HIV dengan Pimpinan
BAB V
KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
20
A. Kesimpulan
1. Pada kegiatan layanan tes HIV dengan strategi VCT dan PITC penapisan tes HIV pada pengunjung
sudah berjalan cukup baik.
2. Hampir semua petugas mampu melakukan penawaran dan informed concent pada pada pasien yang
akan melakukan testing HIV.
3. Penapisan IMS pada IBU hamil sudah berjalan sejak juni 2019.
4. Penapisan IMS pada faktor resiko belum berjalan.
5. Petugas rangkap tugas sehingga belum bisa focus melakukan penjaringan pada layanan IMS.
6. Semua petugas mampu melakukan penginputan data Pasien Tes HIV dan IMS ke SIHA dengan
dibantu oleh PIC HIV AIDS (Person
Incharge) unit masing masing.
7. Belum berjalannya tugas dari bagian Reporting Record (yang sudah mendapatkan pelatihan).
8. Pada Layanan Pengobatan Dukungan dan perawatan masih dilakukan rujukan luar.
9. Layanan PDP masih dalam proses menunggu konfirmasi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai
satelit (untuk proses aktifasi sudah ACC oleh DKK).
10.Sudah berjalanya edukasi perubahan prilaku bekrjasama dengan PKRS.
11. Kerjasama dengan Komunitas sudah berjalan dengan baik (LSM penjangkau).
12. Pemenuhan logistik berjalan dengan baik.
13. Pencatatan dan pelaporan bisa berjalan dengan cukup baik.
14. Banyak petugas yang merangkap tugas.
21
B. Rencana Tindak Lanjut
1. _efresb kembali terkait materi tes HIV dan IMS.
2. Mengajukan Inbouse training kebagian diklat Rumab Sakit.
3. Mengajukan permobonan untuk dibuatkan SE terkait penapisan. IMS pada faktor resiko yang
dibantu oleb semua PIC HIV AIDS.
4. Mengadakan mobile IMS untuk penjaringan faktor risiko
5. Mengadakan Kerjasama dengan LSM Dukungan sebaya (female Plus),
6. Melakukan follow up terkait kegiatan aktifasi layanan PDP.
7. Proses pengembangan layanan lainya sesuai araban DKK.
8. Pengajuan SDM untuk petugas RR HIV AIDS.
9. Melakukan update keilmuan petugas.
22