Anda di halaman 1dari 32

Lampiran Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Umum Pindad

Nomor : Skep/ /RS/II/2020


Tanggal : 26 Februari 2020

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV AIDS


(HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monitoring dan Evaluasi, selanjutnya disingkat M&E, adalah bagian
penting dari manajemen sebuah program, baik sebagai unsur
perencanaan maupun pelaksanaan. Sebagai bagian perencanaan M&E
menghasilkan data dan informasi untuk penetapan prioritas masalah,
tujuan, kegiatan dan target yang harus dicapai. Sebagai bagian dari
pelaksanaan, M&E menghasilkan data dan informasi untuk mengukur
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan mutu pelayanan atau program.
Operasional harian program tergantung kepada kemapanan sistem
monitoring dan evaluasi. Keefektifan fungsi sistem M&E tergantung pada
rasa kepemilikan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan
terhadap informasi yang mereka sediakan bagi sistem, umpan balik dan
pemanfaatannya bagi pembuatan kebijakan. Dengan luasnya respon
negara dalam penanggulangan AIDS, pada tahun 2003 disepakati
mekanisme koordinasi respon nasional penanggulangan AIDS yang
dikenal dengan “Three ones principle” yang saat ini diadopsi oleh banyak
negara di dunia. Salah satu prinsip terkait dengan pelaksanaan M&E.
Three Ones Principles, terdiri dari :
1. Satu kerangka kerja AIDS yang memberikan dasar bagi koordinasi
kerja semua pemangku kepentingan.
2. Satu koordinasi dengan dasar mundat multisektoral yang luas, dan
3. Satu sistem M&E tingkat nasional.

1
Sesuai dengan “Three ones principle”, program penanggulangan AIDS
telah menuju ke satu sistem M&E dalam tingkat nasional. Dengan prinsip
ini, pemilihan indikator sejauh mungkin disesuaikan dengan indikator yang
tersedia baik pada tingkat lokal, nasional dan internasional, termasuk
indikator yang dikeluarkan oleh donor. Pertimbangan lain adalah
kontinuitas, membatasi data yang dikumpulkan sesuai dengan relevansi
manajemen program dan mengurangi beban petugas di lapangan dalam
pengumpulan data.

B. Maksud dan Tujuan Monitoring dan Evaluasi


Maksud dan tujuan dari kegiatan monitoring dan evaluasi program
pengendalian HIV dan AIDS adalah memberikan gambaran terkait capian
program HIV AIDS bagi manajemen dan penanggung jawab program
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan program
pengendalian HIV dan AIDS. Pedoman ini meliputi :
1. Pedoman dalam pengumpulan dan pengolahan data berdasarkan
indikator-indikator yang disepakati dan ditetapkan secara nasional.
2. Mekanisme dan alur pelaporan program pengendalian HIV dan AIDS
yang berjenjang mulai dari unit, tim, Kepala Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan serta Provinsi.
3. Piranti atau alat pengum[ul data berdasarkan indikator-indikator yang
telah ditetapkan pada unit pelayanan kesehatan, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota/Provinsi sampai Pusat.
4. Pemanfaatan informasi untuk perbaikan intervensi dan perencanaan
program pengendalian HIV dan AIDS.

2
BAB II

KERANGKA KERJA

A. Pengertian
Monitoring dan Evaluasi dapat dilihat sebagai kegiatan yang
berkelanjutan (continuum). Monitoring adalah pengawasan kegiatan
secara rutin dan menilai pencapaian program terhadap target melalui
pengumpulan data mengenai input, proses dan luaran secara reguler dan
terus-menerus yang dapat menghasilkan indikator-indikator
perkembangan dan pencapaian suatu kegiatan program/proyek terhadap
tujuan yang ditetapkan. Indikator-indikator tersebut diperuntukkan bagi
program/proyek yang sedang berjalan. Bagi program pengendalian HIV
dan AIDS, data dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk register
pasien, laporan keuangan, daftar tilik dan survey. Monitoring biasanya
menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara
sistematik mengenai suatu kebijakan, program, proyek, atau kegiatan
berdasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi,
keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku
kepentingan. Data monitoring yang baik sering menjadi titik awal bagi
evaluasi. Penelitian khusus sering dibutuhkan untuk menilai tingkat luaran
yang lebih tinggi yang biasanya tidak dikumpulkan melalui kegiatan
monitoring rutin. Evaluasi biasanya melakukan dibalik yang deskriptif dan
didesain untuk mengeksplorasi penyebab kegagalan dan formulasi untuk
keberhasilan. Desain evaluasi yang baik bisa menjadi rumit dan
memerlukan penerapan metodologi survei atau epidemiologi. Secara
ringkas, evaluasi adalah piranti untuk menjawab “Apakah tujuan tercapai,
dan mengapa?Tabel berikut memberikan gambaran singkat mengenai
perbedaan antara evaluasi dan monitoring.

3
B. Kerangka Kerja Logis Monitoring dan Evaluasi
Kerangka kerja untuk pemilihan indikator yang sering digunakan
adalah kerangka logis masukan-proses-luaran-hasil-dampak
sebagaimana digambarkan pada table dibawah. Kerangka ini memberikan
jalan untuk mengorganisasi data yang dibutuhkan untuk memonitor
kemajuan program dan memberikan urutan logis untuk pengumpulan dan
analisa informasi. Dimulai dengan menelaah masukan yang dibutuhkan
(misalnya sumber daya) untuk melaksanakan kegiatan, proses (misalnya
konseling dan testing) dan kemudian luaran (output, immediate effect).
Luaran kemudian mengantarkan ke hasil (outcome, intermediate effect,
seperti perubahan perilaku berisiko) dan kemudian menjadikan dampak
(impact, long term effect, seperti penurunan insiden HIV). Paradigma
tersebut digambarkan dalam Tabel 2 berikut dengan menampilkan jenis
data yang diperlukan pada masing-masing tahap.

4
Rangkaian kegiatan Monitoring dan Evaluasi untuk mencapai tujuan
program digambarkan dalam suatu rangkaian kerangka logis berikut
(tabel 3) untuk melaksanakan Monitoring dan Evaluasi
1. Pada tahap pertama digunakan semua unsur masukan (input)
Monitoring dan Evaluasi (man, money, material).
2. Semua masukan (input) berproses (merencanakan Monitoring dan
Evaluasi, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya).
3. Proses Monitoring dan Evaluasi menghasilkan keluaran (output)
berupa informasi.
4. Informasi digunakan dalam membuat kebijakan dan keputusan untuk
program/proyek, sebagai outcome dari Monitoring dan Evaluasi.
5. Kebijakan yang dibuat berdasarkan hasil Monitoring dan Evaluasi akan
memberi impact (dampak) berupa penurunan angka kesakitan atau
perbaikan derajat kesehatan sesuai tujuan.

5
Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi dalam manajemen program
dilakukan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
a. Penetapan tujuan Monitoring dan Evaluasi, indikator yang diukur,
cara pelaksanaan (pedoman), format (alat ukur), alur pelaporan,
rumusan kegiatan pokok dan jadwal.
b. Pengorganisasian tenaga pelaksana dari unit pelaksana berjenjang
hingga manajemen.
c. Pendanaan kegiatan sesuai alokasi dan kegiatan yang
direncanakan.
2. Implementasi Monitoring dan Evaluasi
a. Pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi sesuai rencana dan
jadwal.
b. Pengawasan mutu Monitoring dan Evaluasi dengan supervisi,
bimbingan teknis dan monitoring.
3. Penilaian Monitoring dan Evaluasi
a. Penilaian Monitoring dan Evaluasi untuk rencana perbaikan

6
Pedoman dalam implementasi sistem Monitoring dan Evaluasi
yang komprehensif diperlukan untuk pendekatan yang strategis
dan bertahap, berdasarkan kenyataan bahwa :
1) Infrastruktur dan kapasitas yang harus dimiliki untuk
melaksanakan masing-masing komponen yang berbeda pada
sistem tidak semua dapat dilakukan sekaligus.
2) Tidak semua program/kegiatan memerlukan semua aspek
Monitoring dan Evaluasi.

Gambar berikut menggambarkan tingkat kegiatan M&E yang


diperlukan sesuai dengan jumlah kegiatan program

Investigasi setiap masalah dimulai dengan menanyakan pertanyaan


yang terkait, seperti digambarkan pada gambar berikut :

7
C. Sistem Monitoring dan Evaluasi
Sistem M&E tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari suatu
strategi. Pada umumnya, suatu strategi mencakup perencanaan,
pelaksanaan atau implementasi berbagai program dan proyek, dan sistem
M&E. Kaitan antara sistem M&E dalam strategi suatu program,
pemahaman mengenai apa itu sistem M&E, bagaimana menyusun dan
melaksanakannya, serta mengapa sistem M&E diperlukan, akan dibahas
secara lebih rinci dalam pedoman ini.Penentuan konsep atau rancangan
strategi, seperti tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya
haruslah menjadi titik awal penyusunan strategi program. Selanjutnya,
dari konsep mengenai apa tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut, disusun suatu sistem M&E, detil rencana operasional program-
program, serta luaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact)
yang diharapkan. Penentuan luaran, hasil, dan dampak dari suatu strategi
program dalam tahap perencanaan sangat penting karena jika hal
tersebut dibandingkan dengan kondisi aktual yang dicapai akan
mencerminkan perubahan, yang sekaligus merupakan ukuran
keberhasilan suatu program. Hal tersebut merupakan fungsi pokok sistem
M&E dalam kaitannya dengan strategi program.

8
Tahap-tahap sistem Monitoring dan Evaluasi secara rinci, yang
mencakup :
 Pengembangan sistem Monitoring dan Evaluasi dengan
mengidentifikasi apa saja informasi yang dibutuhkan. Penyusunan
dan pengembangan sistem ini harus mengacu pada tujuan (apa
yang ingin dicapai) dan cara pencapaian (mekanisme
pelaksanaan) yang ditetapkan.
 Pengumpulan dan manajemen informasi yang erat kaitannya
dengan pengukuran indikator keluaran, hasil, dan dampak
program/proyek. Di samping itu juga perlu dilakukan pengecekan
terhadap pelaksanaan operasional di lapangan.
 Refleksi hal-hal kritis yang perlu diperbaiki dari para pemangku
kepentingan (stakeholders). Dari data/informasi yang dikumpulkan
perlu dianalisis dan direfleksikan oleh semua pemangku
kepentingan, yang hasilnya digunakan untuk perbaikan dan
pengembangan sistem Monitoring dan Evaluasi.
 Komunikasi dan pelaporan hasil dari pelaksanaan semua kegiatan
monitoring dan evaluasi kepada para pemangku kepentingan.
Komunikasi dan pelaporan hasil tersebut semestinya dimanfaatkan
sebagai masukan baik untuk perbaikan pelaksanaan tahap-tahap
berikutnya dari kegiatan program/proyek yang sedang berjalan
maupun pelaksanaan program/proyek serupa di masa yang akan
datang.

1. Sistem Monitoring
Sistem monitoring dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pengumpulan data/informasi secara reguler dan terus-menerus yang
dapat menghasilkan indikator-indikator perkembangan dan
pencapaian suatu kegiatan program/proyek yang sedang berjalan
terhadap tujuan yang ditetapkan. Sistem monitoring mencakup

9
penelusuran pelaksanaan sistem yang dapat dipertanggung jawabkan
terhadap target kinerja yang jelas dan konsisten, laporan kemajuan,
dan identifikasi masalah. Secara umum, sistem monitoring (dan
evaluasi) terdiri dari empat komponen, yaitu: tujuan (goal), sasaran
(target), indikator (indicator), dan masukan (input). Masing-masing
komponen tersebut dapat dijelaskan seperti berikut :
a. tujuan (goal) adalah sebuah objektif (pada umumnya untuk kurun
waktu yang panjang) yang ingin dicapai oleh suatu negara atau
sekelompok orang, kebanyakan dinyatakan dengan ukuran
nonteknis (bersifat kualitatif), seperti mengurangi kemiskinan dan
kelaparan.
b. sasaran (target) adalah tingkat pencapaian yang terukur (umumnya
berupa ukuran kuantitatif) yang ingin dicapai program pada suatu
waktu tertentu, misalnya menurunkan tingkat prevalensi hingga
setengah pada 2015.
c. indikator adalah alat ukur untuk melihat tingkat pencapaian output
terhadap sasaran dan tujuan yang ditetapkan, seperti persentase
kelompok berisiko yang telah melakukan testing HIV pada suatu
waktu tertentu.
d. aktivitas/masukan (input) adalah berbagai bentuk sumber daya dan
kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang ditetapkan, misalnya program konseling dan testing HIV.

2. Sistem Evaluasi
Setiap tahun dilaksanakan berbagai program, sebagian
diantaranya memakan biaya yang besar, tetapi hasil yang sebenarnya
dari program-program tersebut seringkali tidak diketahui. Akibatnya
muncul pertanyaan-pertanyaan yang seringkali tidak terjawab :

10
a. Apakah desain program-program tersebut sudah tepat? Jawaban
dari pertanyaan ini akan memberikan pembelajaran untuk
penyusunan desain suatu program di masa yang akan datang.
b. Apakah sumberdaya yang tersedia telah digunakan secara efisien?
Jawaban dari pertanyaan ini akan memberikan gambaran
mengenai akuntabilitas penggunaan dana publik dalam suatu
program.
c. Apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan yang diharapkan?
Jawaban dari pertanyaan ini akan memberikan landasan bagi
pengambilan keputusan mengenai apakah suatu program akan
dilanjutkan, dan kalau dilanjutkan apakah desainnya akan
diperbaiki. Untuk dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap program-program yang telah dijalankan. Dalam
kenyataannya evaluasi terhadap suatu program yang telah
dijalankan jarang dilakukan. Alasan yang sering diajukan oleh
pelaksana program mengapa mereka tidak mau melakukan
evaluasi adalah :
1) Biaya evaluasi mahal.
2) Evaluasi menghabiskan banyak waktu.
3) Secara teknis evaluasi sulit dilakukan.
4) Temuan evaluasi sering bersifat politis.
5) Laporan evaluasi sering terlambat.

3. Komponen Evaluasi
Evaluasi yang baik dari suatu program menuntut beberapa
persyaratan. Komponen-komponen yang perlu ada agar evaluasi
dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan
adalah :

11
a. Evaluasi menjadi bagian integral dari desain program. Artinya
kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan program secara keseluruhan, sehingga kegiatan evaluasi
bukan merupakan kegiatan “baru” di luar program yang
keberadaannya dipaksakan oleh pihak luar.
b. Evaluasi direncanakan dengan baik sejak awal. Karena kegiatan
evaluasi sudah ada dalam desain program, maka waktu dan
bentuk kegiatan pelaksanaan evaluasi sudah dapat diperkirakan
sejak awal. Dengan demikian kegiatan ini dapat direncanakan
dengan baik dan matang, sehingga pelaksanaannya pun tidak
bersifat mendadak dan terburu-buru.
c. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku
kepentingan. Ini penting agar pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat
berjalan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuannya.
Tanpa adanya dukungan dari seluruh pemangku kepentingan,
akan sulit bagi pelaksana kegiatan evaluasi untuk mengumpulkan
seluruh data dan informasi yang diperlukan.
d. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program.
Ini berarti bahwa keberhasilan pelaksanaan evaluasi menjadi
tanggung jawab pemimpin program, sehingga dia akan
memastikan kerjasama pelaksana seluruh pelaksana program
untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan evaluasi. Hal ini
juga akan membantu penerapan hasil evaluasi bagi perbaikan
desain dan pelaksanaan program.
e. Evaluasi memperoleh alokasi sumber daya yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi yang baik sangat memerlukan
sumber daya manusia yang handal dan sumber daya pendukung
yang mencukupi. Ini seringkali berarti bahwa biaya pelaksanaan
kegiatan evaluasi tidak murah. Tanpa alokasi sumber daya yang
memadai, besar kemungkinan kegiatan evaluasi yang

12
dilaksanakan tidak memberikan hasil yang baik.direncanakan
dengan baik dan matang, sehingga pelaksanaannya pun tidak
bersifat mendadak dan terburu-buru.
f. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku
kepentingan. Ini penting agar pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat
berjalan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuannya.
Tanpa adanya dukungan dari seluruh pemangku kepentingan,
akan sulit bagi pelaksana kegiatan evaluasi untuk mengumpulkan
seluruh data dan informasi yang diperlukan.
g. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program.
Ini berarti bahwa keberhasilan pelaksanaan evaluasi menjadi
tanggung jawab pemimpin program, sehingga dia akan
memastikan kerjasama pelaksana seluruh pelaksana program
untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan evaluasi. Hal ini
juga akan membantu penerapan hasil evaluasi bagi perbaikan
desain dan pelaksanaan program.
h. Evaluasi memperoleh alokasi sumber daya yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi yang baik sangat memerlukan
sumber daya manusia yang handal dan sumber daya pendukung
yang mencukupi. Ini seringkali berarti bahwa biaya pelaksanaan
kegiatan evaluasi tidak murah. Tanpa alokasi sumber daya yang
memadai, besar kemungkinan kegiatan evaluasi yang
dilaksanakan tidak memberikan hasil yang baik.

4. Kriteria Penilaian dalam Evaluasi


Penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil suatu program yang
dilakukan dalam evaluasi perlu didasarkan pada kriteria-kriteria yang
jelas dan objektif. Ini penting untuk menghindarkan ketidaksepakatan
atau penolakan terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan.

13
Terdapat beberapa kriteria penilaian yang umum digunakan dalam
evaluasi :
a. Relevansi (relevance): Apakah tujuan program mendukung tujuan
kebijakan?
b. Keefektifan (effectiveness): Apakah tujuan program dapat tercapai?
c. Efisiensi (efficiency): Apakah tujuan program tercapai dengan biaya
paling rendah?
d. Hasil (outcomes): Apakah indikator-indikator tujuan program
membaik?
e. Dampak (impact): Apakah indikator-indikator tujuan kebijakan
membaik?
f. Keberlanjutan (sustainability): Apakah perbaikan indikator-indikator
terus berlanjut setelah program selesai?

Dalam kegiatan program HIV AIDS peran dan fungsi layanan adalah
sebagai berikut :
Unit Pelayanan Kesahatan (UPK)
a. Pelayanan
b. Konseling dan testing
c. Perawatan, dukungan dan pengobatan
d. Layanan perpadu HIV-TB
e. Layanan pencegahan : IMS, pengurangan dampak buruk, dan lain-
lain
f. Pengumpulan data sasaran dan pemetaan
g. Pencatatan dan pelaporan
h. Analisa data

14
BAB III
ANALISA DATA

Analisa data adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang


akan digunakan sebagai dasar tindak lanjut atau perencanaan kedepan.
Analisa data didapatkan dari kegiatan pencatatan dan pelaporan.

A. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pencatatan
perawatan, tindak lanjut perawatan pasien HIV dan pemberian ARV
serta mendokumentasikannya dalam rekam medis sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008. Di samping
itu fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pelaporan
kasus HIV, kasus AIDS dan pengobatannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Infeksi HIV merupakan penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan ARV secara teratur dan seumur hidup.pemantauan
penyakit kronis seperti infeksi HIV berbeda dengan pemantauan
penyakit-penyakit yang bersifat akut. data pasien dengan infeksi HIV
harus terdokumentasi secara akurat dan lengkap.puskesmas dan
klinik layanan ARV perlu memiliki perangkat alat pencatatan
standar.Semua formulir pencatatan HIV dan IMS merupakan bagian
rekam medis. formulir pencatatan yang terkait dengan layanan HIV
dan IMS tertera pada tabel di bawah ini.
Pada program penanggulangan HIV dan IMS terdapat berbagai
rekam medis standar program antara lain layanan tes HIV, layanan
IMS, layanan PDP, layanan PTRM, layanan LASS dan layanan
PPIASistim pengelolahan pencatatan mengacu kepada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang rekam medis,
dimana sistim pengelolaan pencatatan dilakukan terintegrasi dengan

15
sistim layanan. Hal ini perlu dilakukan karena pengelolaan kesehatan
pasien dilakukan secara komprehensif dan sitematis dimana
gangguan salah satu sistim organ akan mempengaruhi organ lainnya.
Sangat penting untuk mengisi semua formulir pencatatan tersebut
untuk kepentingan telaah ulang demi kepentingan pasien dan
kesehatan masyarakat.

2. Pelaporan
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pelaporan yang
telah ditentukan sesuai standar nasional.

16
B. Analisa Data (Profil Data Layanan HIV AIDS)
Grafik 1. Profil Kunjungan Layanan Tes HIV

Grafik 2. Profil Kunjungan Layanan Tes HIV Berdasarkan Jenis


Kelamin

Grafik 3. Profil Kunjungan VCT Berdasarkan Usia

17
Grafik 4. Profil Kunjungsn PITC Berdasarkan Usia

Grafik 5. Profil Kunjungan Layanan Berdasarkan Faktor Risiko

Grafik 6. Profil Hasil Laboratorium Kegiatan Notifikasi Pasangan

18
Grafik 7. Profil Pasien yang Dirujuk dengan Hasil HIV Positif

Grafik 8. Profil Kegiatan Kolaborasi TB HIV

19
20
Grafik 9. Profil Kegiatan Kunjungan Layanan IMS

21
Bumil Cek HIV

Berdasarkan data diatas maka trending pengunjung layanan Tes HIV


di RSU Pindad didominasi oleh perempuan untuk pengunjung layanan
PITC 1523 orang dan VCT oleh Laki laki 106 orang dengan faktor risiko
LSL 31 orang sedangkan untuk usia didominasi oleh peremuan dengan
usia produktif 25-49 baik pada layanan VCT dan PITC.
Sedangkan untuk kegiatan kolaborasi TB HIV didominasi oleh kasus
TB HIV sebanyak 16 orang, kasus HIV 10 orang.dengan pasien yang

22
dirujuk sebanyak 22 orang dan menolak ARV 2 orang dengan status
sudah terlaporkan ke DKK .
Maka berdasarkan hal tersebut bisa disimpulkan bahwa keberadaan
layanan ini sangat penting. karena rata rata pengunjung layanan ini
adalah perempuan yang mayoritas adalah ibu rumah tangga yang akan
mempersiapkan kehamilan, memiliki anak remaja dan perempuan yang
akan menikah , adapun sosialisas dan promosi layanan tes HIV di RSU
Pindad bisa lebih ditekankan pada pengunjung usia remaja dan dewasa
muda karena tingkat faktor risiko sehubungan dengan pergaulan bebas
dan narkoba.

23
BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV AIDS DI RSU PINDAD

A. Layanan Tes HIV (VCT dan PITC) Berjalan Sejak April 2018

1. Mutu Konseling
a. Penilaian kinerja dan beban kerja petugas dan evaluasi kelompok
kerja atau Tim HIV AIDS
1) Karena jumlah kunjungan belum terlalu banyak sehingga
konselor masih belum perlu dilakukan penambahan.
2) Perlu dilakukan penambahan konselor jika layanan PDP
sudah berjalan.
3) Tugas tim belum maksimal (tumpang tindihnya tugas anggota
tim sehingga semua petugas tidak focus pada jobdesk dalam
Tim HIV AIDS).
4) Konselor melakukan jobdesknya Reporing Record (RR).
a) Petugas pencatatan dan pelaporan belum
mengimplementasikan tugasnya (sudah mengikuti
pelatihan).
b) Perlu dilakukan evaluasi kembali untuk petugas pencatatan
dan pelaporan program.
5) Kegiatan Medical Check Up karyawan belum dilakukan
menyeluruh untuk semua karyawan RSU Pindad (masih untuk
anggota tim HIV AIDS saja).
6) Support pelatihan dari rumah sakit untuk program HIV AIDS
sangat bagus.
7) Support anggaran APD masih belum maksimal.
8) Lampiran kinerja tim HIV AIDS.

24
b. Formulir persetujuan pemeriksaan
1) Informed Concent pada kegiatan pemberitahuan informasi
terkait kegiatan pelayanan tes HIV sudah berjalan cukup baik,
para petugas mampu melakukan penawaran tes HIV di
pelayanan.
2) Refresh ilmu HIV AIDS masih akan dilakukan untuk info pada
petugas-petugas baru dan meningkatkan mutu SPM di
pelayanan.
c. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan VCT
1) Masih dalam proses perhitungan oleh pihak Humas.
d. Syarat minimal layanan sesuai yang ditentukan oleh WHO
1) Fasilitas pelayanan HIV AIDS (masih dalam tahap observasi
oleh manajemen).

2. Mutu Tes HIV dan IMS


Pada kegiatan ini dilakukan oleh unit laboratorium.
a. Pemantapan Mutu Internal (PMI), meliputi :
1) Persiapan pasien
2) Pengambilan dan pengolahan bahan pemeriksaan
3) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan (biasanya langsung oleh
sale agent/vendor setiap 6 bulan sekali pada alat micropipet
(alat pengambil serum))
4) Uji kualitas reagen
5) SPO unit (ada di laboratorium)
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
1) Kegiatan PME bekerjasama dengan laboratorium kesehatan
(tetapi belum ada arahan dari DKK).
2) Kegiatan PME untuk Rumah Sakit Swasta harus mengajukan
sendiri (berbayar).

25
Pada kegiatan evaluasi mutu tes dilakukan oleh bagian laboratorium
dan harus bekerjasama dengan pihak luar, untuk Rumah Sakit Swasta
dikenakan biaya tersendiri (tidak diikutkan oelh DKK).

3. Kegiatan Penapisan
a. Pemetaan dan penjaringan tes HIV pada pengunjung di layanan
bisa berjalan sesuai kebijakan program HIV AIDS.
b. Masih kurang penapisan HIV pada kasus IMS (penguatan dari
manajemen).
c. Refres terkait tehnik penjaringan akan di sosialisaskan kembali
d. Kegiatan Mobilisisi VCT sudah berjalan 2 x (minimal 2x dalam satu
tahun, bekerjsama dengan LSM dan Balaikota).

4. Pencatatan dan Pelaporan


a. Kegiatan pencatatan dan pelaporan periode tahun 2019 sudah
berjalan dengan baik (laporan shoftcopy dan hardcopy ke DKK
Kota Bandung).

5. Distribusi Logistik
a. Kebutuhan logistik untuk kegiatan penjaring periode tahun 2019
dengan baik (di ACC tergantung pelaporan pihak Rumah Sakit).

B. Layanan IMS (berjalan sejak Juni 2018)


Kegiatan Monitoring dan Evaluasi pada layanan IMS, meliputi :

1. Persiapan
a. Terbentuknya tim IMS yang bekerja sama dengan tim HIV AIDS
b. Tersusunnya program kerja IMS dan laporan semester
c. Pemetaan skrining sifilis pada ibu hamil sudah berjalan

26
d. Pemetaaan penjaring IMS faktor resiko di setiap unit pelayanan
belum berjalan
e. Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran
f. Mengadakan kerja sama dengan LSM sudah berjalan
g. Sudah tersedianya logistik pelincin dan Kondom
h. SDM /Tim IMS belum ada yang masuk POKJA
i. MOU mekanisme rujukan ke fasilitas kesehatan lainnya belum ada
j. Belum maksimal tim IMS dalam mensosialisasikan dan
mengsosialisasikan terkait kegiatan IMS di rumah sakit.
k. Pengadaan alat, bahan habis pakai dan obat layanan IMS sudah
disupport oleh dinas
l. Membangun kerja sama dengan laboratorium rujukan (mengikuti
kegiatan rujukan laboratorium).

2. Pelaksanaan Komponen 1 : Peningkatan Peran Positif Pemangku


Kepentingan
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan IMS faktor risiko (sudah ada)
b. Menetapkan mekanisme penerapan peraturan SOP di pelayanan
terkait kegiatan pemetaan populasi kunci (belum ada)
c. Belum ada edaran terkait kegiatan penapisan IMS pada faktor
risiko

3. Pelaksanaan Komponen 2 : Komunikasi Perubahan Perilaku


a. Komunikasi dan edukasi bekerjasama dengan PKRS (sudah
berjalan)
b. KIE bekerjasama dengan DPJP belum berjalan

4. Pelaksanaan Komponen 3 : Manajemen Pasokan Kondom dan


Pelicin

27
a. Untuk logistik obat dan pelicin sudah dikasih modal awal oleh DKK
(tapi belum bisa dimaksimalkan di pelayanan DPJP lebih memilih
merujuk pasien IMS).

5. Pelaksanaan Komponen 4 : Penatalaksanaan IMS


a. Kegiatan penapisan IMS di masing-masing unit belum berjalan
maksimal.
b. Penapisan baru berjalan pada kegiatan IMS triple eliminasi (IMS
bumil).
c. DPJP selalu melakukan rujukan untuk konversi hasil (misal RPR di
konversi TPHA) ke RS Rujukan.
d. Jika ada kasus yang positif selalu di rujuk oleh DPJP (sehingga
logistik sering ED).
e. Penjaring tes HIV pada kasus Indikasi/faktor resiko IMS belum
maksimal.

6. Monitoring dan Evaluasi


a. Kegiatan pencatatan dan pelaporan sudah berjalan
b. Pelaporan sudah berjalan ke DKK.

C. Kegiatan Kolaborasi TB HIV


1. Penapisan pada pasien HIV melakukan skrinning TB sudah berjalan.
2. Penapisan HIV pada pasien TB sudah berjalan.
3. Tindak lanjut pada pasien TB HIV masih dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan ODHA.

28
D. Layanan PDP (Perawatan Dukungan Pengobatan)
1. Masih dalam proses pengembangan.
2. Belum berjalan, masih proses koordinasi antara DKK dengan Rumah
Sakit yang akan dijadikan pengampu RSU Pindad.
3. Fasilitas masih dalam proses evaluasi pihak Rumah Sakit.
4. Alur kegiatan masih dalam proses konsep penyusunan oleh Tim HIV
AIDS.

29
E. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi TB HIV dengan Pimpinan

30
BAB V
KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
1. Pada kegiatan layanan tes HIV dengan strategi VCT dan PITC
penapisan tes HIV pada pengunjung sudah berjalan cukup baik.
2. Hampir semua petugas mampu melakukan penawaran dan informed
concent pada pada pasien yang akan melakukan testing HIV.
3. Penapisan IMS pada IBU hamil sudah berjalan sejak juni 2019.
4. Penapisan IMS pada faktor resiko belum berjalan.
5. Petugas rangkap tugas sehingga belum bisa focus melakukan
penjaringan pada layanan IMS.
6. Semua petugas mampu melakukan penginputan data Pasien Tes HIV
dan IMS ke SIHA dengan dibantu oleh PIC HIV AIDS (Person
Incharge) unit masing masing.
7. Belum berjalannya tugas dari bagian Reporting Record (yang sudah
mendapatkan pelatihan).
8. Pada Layanan Pengobatan Dukungan dan perawatan masih dilakukan
rujukan luar.
9. Layanan PDP masih dalam proses menunggu konfirmasi dari Rumah
Sakit Hasan Sadikin sebagai satelit (untuk proses aktifasi sudah ACC
oleh DKK).
10. Sudah berjalanya edukasi perubahan prilaku bekrjasama dengan
PKRS.
11. Kerjasama dengan Komunitas sudah berjalan dengan baik (LSM
penjangkau).
12. Pemenuhan logistik berjalan dengan baik.
13. Pencatatan dan pelaporan bisa berjalan dengan cukup baik.
14. Banyak petugas yang merangkap tugas.

31
B. Rencana Tindak Lanjut
1. Refresh kembali terkait materi tes HIV dan IMS.
2. Mengajukan Inhouse training kebagian diklat Rumah Sakit.
3. Mengajukan permohonan untuk dibuatkan SE terkait penapisan.
IMS pada faktor resiko yang dibantu oleh semua PIC HIV AIDS.
4. Mengadakan mobile IMS untuk penjaringan faktor risiko
5. Mengadakan Kerjasama dengan LSM Dukungan sebaya (female
Plus),
6. Melakukan follow up terkait kegiatan aktifasi layanan PDP.
7. Proses pengembangan layanan lainya sesuai arahan DKK.
8. Pengajuan SDM untuk petugas RR HIV AIDS.
9. Melakukan update keilmuan petugas.
10. Melakukan evaluasi terkait SDM dan fasilitas di pelayanan.
11. Melakukan evaluasi terkait mutu pelayanan HIV AIDS.

Mengetahui,
KEPALA RUMAH SAKIT KETUA TIM HIV-AIDS

BAGUS ANINDITO DWI ARMELIA ALSANSURI

32

Anda mungkin juga menyukai