Anda di halaman 1dari 62

Dr. H.

Herman Bermawi, SpA(K)


Dr. Afifa Ramadanti, SpA

Divisi Neonatologi Ilmu Kesehatan Anak


RSMH Palembang

1
Stabilisasi Neonatus
Stabilisasi Pre Transport /
Pasca Resusitasi dari Neonatus
Sakit
Guidelines for Neonatal Healthcare providers
www.StableProgram.org

2
 Semua rumah sakit / fasilitasi kesehatan harus
siap melakukan Resusitasi, Stabilisasi,
Transportasi dari bayi sakit atau prematur
 Proses penanganan yang seragam,
terstandarisasi dan pendekatan tim yang
komprehensif  dapat memperbaiki stabilitas,
keamanan dan hasil akhir dari bayi secara
keseluruhan

3
 Memberikan panduan tentang pre-transport/stabilisasi paska
resusitasi 
 Memudahkan untuk mengevaluasi tindakan
 Terutama mencakup masalah masalah yang sering terjadi pada
neonatus

 Meningkatkan patient safety dengan cara 


 Standarisasi proses dan penatalaksanaan
 Meningkatkan kerja tim
 Mengidentifikasi kemungkinan kesalahan dapat terjadi
 Mengurangi/mencegah dampak negatif dengan memberikan panduan
penatalaksaan yang aman untuk pasien

4
STABLE STABILISASI

 Sugar + Safe Care  Oksigenasi


 Temperature  Sirkulasi
 Airway
 Kehangatan
 Blood Pressure
 Stabilitas glukosa
 Pemantauan fungsi-
 Lab Work fungsi tubuh
 Emotional Support  Penyuluhan/persiapan
orang tua

5
STABLE

Resusitasi Stabilisasi

6
 Prinsip utama merujuk yang paling aman adalah
pada saat masih intra uterin  rujuk ibu sebelum
persalinan ke pusat yang menyediakan pelayanan
spesialistik untuk ibu dan bayi.

 Pada semua keadaan  petugas kesehatan


harus memiliki kemempuan
Antisipasi
Cepat mengenali keadaan
Menangani masalah yang terjadi

7
 Tujuan tim transport neonatus
 melakukan transport bayi dalam keadaan
stabil baik.
 Tujuan dapat dicapai jika
Mengikutkan semua anggota tim kesehatan
Terkoordinasi
Waktunya tepat
Terorganisasi
Konsisten

8
Pertanyaan (self assessment):
? Apakah pasien dalam keadaan stabil baik?
? Apakah masalah yang terjadi mempengaruhi kemampuan
stabilisasi bayi?
 Peralatan, pendidikan/pengetahuan, pengalaman
? Bagaimana sikap kita sebagai satu tim?
? Apa yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki
performance?
? Apakah kita memberikan penanganan pasien yang
aman?
 Identifikasi kesalahan yang dapat dicegah?
? Bagaimana hasil akhir pasien?

9
Pranatal -- Perinatal -- Pascanatal
Perhatian pada:
 Oksigenasi
 Sirkulasi
 Kehangatan
 Stabilitas glukosa
 Pemantauan fungsi-fungsi tubuh
 Penyuluhan/persiapan orang tua

10
Stabilisasi
Suhu/Temperatur

11
Klasifikasi hipotermia berdasarkan temperatur
(core temperature):
 Ringan, 36,4 ⁰C – 36⁰C

 Sedang, 35,9 ⁰C – 32 ⁰C

 Berat, <32 ⁰C

Tujuan stabilisasi temperatur :


 Mempertahankan temperatur 36,5 ⁰C – 37,5⁰C,
diukur melalui aksila

(*WHO (1997). Thermal protection of


the newborn: A practical guide) 12
Bayi yang paling RENTAN
adalah bayi:
 Prematur/BBLR

 KMK

 Resusitasi berkepanjangan

 Bayi sakit

 Lain-lain , a.l. Gastroschisis /


defek spinal

13
 Konduksi

 Konveksi

 Evaporasi

 Radiasi

14
15
16
 Hangatkan hati-hati
 Monitor ketat
 Suhu aksila
 Laju dan ritme jantung
 Tekanan darah
 Laju dan usaha napas
 Saturasi oksigen
 Status asam basa (jika ada)
 Glukosa darah

17
Inkubator
 Keuntungan  kontrol laju penghangatan yang lebih baik

 Atur suhu udara 1⁰–1,5 ⁰ C (atau lebih) di atas suhu kulit

 Mungkin memerlukan gradient suhu udara

 sebelum suhu bayi akan


 naik
 Naikkan suhu udara

 perlahan yang ditoleransi

18
19
20
 Cegah hipotermia pada kesempatan pertama
 Bayi yang paling rentan

 Prematur dan KMK

 Membutuhkan resusitasi lama

 Sakit akut

 Defek kulit terbuka (abdomen, spina)

21
 Ingat yang dasar/utama
 Hangatkan, lembabkan oksigen secepat
mungkin
 Hangatkan obyek yang akan bersentuhan
dengan bayi
 Gunakan radiant warmer dengan servo-
control
 Hangatkan secara hati-hati

 Siap untuk melakukan resusitasi


22
23
Nilai dan catat:
 Laju Napas (frekuensi napas)

 Usaha Napas

 Kualitas air entry pada auskultasi

 Retraksi – lokasi, keparahan

 Merintih/grunting, napas cuping hidung

 Apnea  frekuensi, lama, laju jantung dan saturasi O2


selama apnea, hilang sendiri vs perlu stimulasi
 Kebutuhan O2

 Saturasi O2

 Gas Darah  jika membutuhkan O2 atau curiga syok


(jika ada)
24
0 1 2

Laju Napas <60/mnt 60-80/mnt >80/mnt

Retraksi Tidak ada Ringan Berat

Sianosis Tidak ada Sianosis, Sinosis (+) dng


hilang dng O2 O2

Air Entry (+) ↓ Tidak ada

Gasping Tidak ada Terdengar dng Terdengar


stetoskop tanpa alat
25
Skor <4 Gawat Napas Ringan

Skor 4 – 5 Gawat Napas Sedang

Skor ≥6 Gawat Napas berat (analisis gas


darah harus dilakukan)

26
Apnea didefinisikan sebagai tidak adanya
aliran gas inspirasi selama 20 detik atau
kurang jika berhubungan dengan bradikardia
(<100/mnt), sianosis atau pucat.

Neonatal Handbook, Royal Women Hospital 2005

27
Apnea Neonatal
 Dosis awal : 6 mg/kg/dosis

 Dosis rumatan :
 < I kg, 24 jam setelah dosis awal
 > 1 kg, 12 jam setelah dosis awal
 Umur < 7 hari :2,5 mg/kg/dosis, setiap 12 jam IV
 Umur 8 – 14 hari : 3 mg/kg/dosis, setiap 12 jam IV
 Umur > 14 hari : 4 mg/kg/dosis, setiap 12 jam IV

28
Apnea neonatal
 Dosis awal : IV, Oral : 20 mg/kg

 Dosis rumatan

(24 jam setelah dosis awal)


IV, Oral : 5 mg/kg/hari
Dosis rumatan dapat ditambah, sampai
maksimum 10 mg/kg/hari

29
Laju Napas <30/menit:
 Jika terjadi, dapat merupakan tanda

kelelahan (exhaustion)
 Periksa beratnya apnea dan kualitas air entry
 Gasping
 Tanda Utama akan akan terjadinya henti
kardiorespirasi
Laju Napas >60/mnt:
 Nilai ventilasi dan oksigenasi
 Kerja napas
 Gas Darah

30
Laju Napas >60/mnt dan PCO2 rendah
 pikirkan sebab non-pulmoner
 Penyakit Jantung Bawaan

 Metabolik asidosis dan syok

 Kelainan otak:

 Perdarahan

 Meningitis

 Edema

31
Laju Napas >60/mnt dan PCO2 tinggi
 pikirkan sebab pulmoner
 RDS
 Pneumonia
 Aspirasi
 Obstruksi jalan napas
 Lain-Lain:
 Masa di dada

 Hernia diafragmatika

 Pneumotoraks

32
Kerja pernapasan atau usaha napas
 Merintih/grunting 

 usaha untuk ↑ tekanan intratoraks sebagai respons terhadap


kolaps alveoli
 Membantu mempertahankan sedikit volume udara dalam
alveoli
 Napas cuping hidung 

 usaha untuk ↓ resisten jalan napas

 Tanda perlu udara

 Retraksi

33
Kebutuhan O2
 Terjadi sianosis sentral?
 Diskolorasi kebiruan pada membran
lidah dan mukosa
 Desaturasi darah arteri sekunder
terhadap disfungsi kardiak/respirasi
 Jika bayi sianosis pada udara kamar
dan terdapat gawat napas
 nilai saturasi O2 dan siapkan O2

34
Stabilisasi psca resusitasi
 Berikan O2

 Pertahankan saturasi O2 88 – 92%

 Hindari saturasi tinggi, khususnya pada prematur

 Catat

 Jumlah O2 yang diberikan

 Cara pemberian

 Saturasi O2

 Lokasi probe saturasi

35
Arteri Kapiler
pH <48 jam 7.30 – 7.40 Sama
> 48 jam 7.35 – 7.45 Sama

PCO2 35 - 45 35 - 50
PO2 udara 50 - 80 (35 – 45...)
kamar
HCO3 <48 jam 19 – 22 Sama
> 48 jam 20 - 26 Sama

Base Excess −4 sampai +4 Sama


36
37
38
Jika bayi sakit  hindari minum enteral
 Risiko aspirasi:
 Distres pernapasan berhubungan dengan koordinasi isap telan
napas
 Cepat lelah, mengisap lemah

 Berisiko untuk terjadinya ileus

 waktu pengosongan lambung


terlambat dan muntah

39
 Pasang akses intravena (IV) secepatnya untuk
memberikan:
 Cairan glukosa  untuk
mendapatkan glukosa
normal
 Jalan untuk obat-obat

emergensi

40
 Simpanan glikogen
yang inadekuat

 Hiperinsulinemia

 Penggunaan glukosa
yang berlebihan

41
42
 Jitteriness
 Iritabilitas
 Hipotonia, letargi
 High-pitched cry, tangisan lemah
 Hipotermia
 Refleks isap lemah/koordinasi
 Takipnea
 Sianosis
 Apnea
 Kejang

43
Untuk neonatus sakit yang memerlukan
transport atau perawatan intensif , dan untuk
mendapatkan perawatan yang aman dan
menyeluruh/uniform,
Pertahankan gula darah 50 – 110 mg/dL (2,8-6,0
mmol/L)

(Adapted from Cowett & Farag (2004)


Seminar of Neonatology, Vol 9: 37-47)

44
 D10W tanpa elektrolit
 Berpikirlah bahwa pemberian glukosa sebagai pengobatan
 60-80 ml/kg/hari  memberikan dosis glukosa 4,2 - 5,5mg/
kg/menit
 Berat (kg)
o Dikalikan 60 – 80

o Dibagi 24 (jam)

o mL/jam IV, dengan infusion pump

Kg x (60-80)
24

45
Pengobatan IV  bayi yang tidak dapat minum enteral
 Mulai IV D W 60-80 mL/kg/hari
10

 Beri 2 mL/kg D10W beberapa menit


 Periksa gula darah 30-60 menit setelah bolus
 Dokumentasikan
respon terhadap terapi 
apakah tanda-tanda
menghilang setelah
normoglikemia?

46
 Ulangi bolus IV  2 mL/kg D10W
 Pilihan lain:
 Jika belum dilakukan ↑ infus sampai 100
ml/kg/hari
 ↑ konsentrasi glukosa ke D W atau D W
12,5 15

 Janganinfus > D12,5W di vena perifer  indikasi


vena sentral
 Pantau ketat kadar glukosa, terutma jika
hiperinsulinisme atau bayi KMK  mungkin perlu
ulangi bolus glukosa

47
 Risiko hipoglikemia meningkat pada KMK, prematur, IDM,
BMK, bayi sakit atau stres
 Hindari minum enteral (PO atau NG) pada bayi sakit/stres
 Berikan cairan IV D10W 60-80 mL/kg/hri
 Gunakan D10W untuk bolus
 Monitor gula darah atas
indikasi
 Pertahankan gula darah
50-110 mg/dL

48
49
 Perfusi organ vital dan pasokan O2 yang inadekuat
 Suatu keadaan kompleks dari disfungsi sirkulasi yang
menyebabkan pasokan O2 dan nutrien yang insufisien
untuk kebutuhan jaringan yang baik

Corneli (1993)
Pediatric Clinic of North America

Kourembanas (2004)
Manual of Neonatal Care

50
Hipovolemia

Gagal Jantung

Infeksi

51
Usaha Napas
 ↑ work of breathing (WOB)

 Takipnea

 Apnea

Gasping
 Gas darah arteri
o Asidosis respiratorik,

metabolik atau campuran

52
Nadi
 Kekuatan nadi

 Lemah  nilai syok

 Bounding  pastikan adanya PDA, malformasi


asteriovena yang besar, trunkus arteriosus
 Bandingkan brakial sampai femoral

 Brakial > kuat daripada

femoral  pastikan apakah


adanya koarktasia aorta

53
Perfusi perifer
 Capillary refill time (CRT)

 Normal ≤3 detik

 Bandingkan bagian atas dan

bawah tubuh
 Kulit yang dingin

54
Warna
 Sianosis

 Pucat, putih

 Hb rendah
 Kulit  cutis marmorata

(mottled)

55
Jika tidak ada kehilangan darah akut
 Salin Normal

 (Ringer Laktat)

Jika terdapat kehilangan darah akut


 Packed RBCs

 Whole Blood

 Nilai kembali pemberian darah

56
 Tangani masalah dasar yang membuat efek negatif
pada fungsi jantung
 Hipoksia
 Hipoglikemia
 Hipotermia
 Hipotensi
 Asidosis
 Aritmia
 Infeksi
 Gangguan elektrolit dan mineral

57
Medikasi
 Sodium bikarbonat 4,2% (0,5 mEq/mL)
 Pertama  obati penyebab asidosis metabolik
 Dosis untuk mengobati asidosis metabolik berat
 Harus diventilasi secara efektif
 1 – 2 mEq/kg/dosis

selama 30 – 60 menit
 Inotropik (dopamin drip)

(dobutamin drip)

58
 Disfungsi organ terjadi akibat buruknya perfusi dan
oksigenasi
 Nilai masalah yang mendasari dan tangani secara agresif
 Dasari keputusan untuk mengobati dengan volume
dan/atau medikasi pada pemeriksaan fisik dan riwayat
penyakit, tidak hanya tekanan darah

59
 Persiapan sebelum merujuk 
1. Menilai  pastikan ada indikasi merujuk dan nilai
bayi secara keseluruhan (STABLE)
2. Mencatat  menulis catatan yang tepat untuk RS
rujukan memberikan rincian kondisi dan
pengobatan, diagnosis dan indikasi merujuk
3. Meminta ibu untuk menemani  PMK dan ASI
4. Mengatur pendamping rujukan seorang dokter
atau perawat yang terampil harus mendampingi
untuk resusitasi bila perburukan

60
1. Pastikan bayi tetap hangat  PMK, inkubator, bayi
pakai topi
2. Pastikan jalan nafas terbuka  posisi kepala
semiekstensi, jangan menutup mulut dan hidung
bayi, bersihkan sekret di hidung dan mulut
3. Periksa pernapasan  bila apnu beri rangsang taktil
sampai bernapas kembali
4. Memberikan nutrisi  bila dapat menghisap
berikan ASI, bisa lewat kateter orogastrik, bila bayi
puasa maka pastikan IVFD lancar
61
TERIMA KASIH

62

Anda mungkin juga menyukai