Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Neonatologi (Patologis)
dr. Margareta Yuliani, Sp.A
Pencatat : Selly
Editor : Nina
QC : Zaza

Neo → neonatus ,
Logi → ilmu
Perinatologi : ilmu yang mempelajari dari konsepsi sampai lahir
Periode perinatal → dari konsepsi 0-4 minggu sejak lahir
Bangsal anak Anak → > 4 minggu

Learning Objectives :
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan melakukan penatalaksanaan
● Resusitasi bayi baru lahir
● Trauma lahir
● Gangguan napas pada bayi baru lahir
● Infeksi neonatal
● Penyakit pada ibu yang berpengaruh pada bayi
● Hiperbilirubinemia
Note :
- Gangguan nafas saat lahir
Ex apne → mana patologi dan tidak patologis
- Infeksi neonatal misal sepsi
- Penyakit ibu → misal rubella, toxo → penyakit ini menyebabkan bayi cacat lahir
- Hiperbilirubin → bayi kuning

Buku rekomendasi → harus aktif membaca


- Buku UI → merah
- Textbook tertentu nanti menjadi panduan → dikirimkan
GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR (ASFIKSIA)
Terlihat saat → Bayi lahir tidak menangis
1. ASFIKSIA
● Kondisi gangguan pertukaran gas intrapartum, yang apabila menetap dapat
menyebabkan hipoksemia dan hiperkarbia progresif serta asidosis metabolik
● Kriteria :
○ APGAR score <5 pada menit ke-5 dan menit ke-10
○ pH darah arteri umbilikus <7 dan/ atau base defisit > 12 mmol/L
○ MRI kepala : Gambaran deep nuclear gray matter atau watershed cortical
injury
○ Gagal organ multiple
○ Palsi serebral tipe spastik quadriplegia atau diskinetik
Note
- Asfiksia adalah Adanya gangguan pertukaran gas → penyebabnya karena perpindahan bayi dari
didalam perut ibu keluar
- Penumpukan CO2 → asidosis
- ASFIKSIA berat menyebabkan gagal organ multiple
- Pasien asfiksi → gejala sisa → palsi serebral/Cerebral palsy (lumpuh otak) adalah sekelompok
gangguan yang mempengaruhi gerakan dan koordinasi otot.

Gejala klinis
● Bayi tidak bernapas atau menangis
● Denyut jantung <100x/menit
● Tonus otot menurun
● Cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa mekonium pada tubuh bayi
Laboratorium
● Hasil AGD tali pusat menunjukkan asidosis pada darah tali pusat, ph<7.0
Note :
- AGD → mengambil dari tali pusat

Pemeriksaan Penunjang
Sesudah bayi tidak lagi memerlukan resusitasi aktif, maka PX Penunjang bertujuan mendeteksi
penyulit:
● Darah perifer lengkap
● Gas darah
● Gula darah, elektrolit darah
● Penanda infeksi: kultur darah, CRP
● Kreatinin, BUN
● Uji fungsi hati: ALT, AST
● EKG
● Radiologi (foto rontgen thorax dan abdomen 3 posisi)
● USG kepala
● EEG
● CT scan kepala
● Ekokardiografi
Note :
● Darah perifer → darah rutin
● Curiga sepsis → kultur
● Curiga gangguan ginjal → serum kreatinin
● Curiga hati → SGOT SGPT
● Pemeriksaan dilakukan bila ada indikasi kelainan, tidak semua diperiksa, pemeriksaan
dilakukan seawal mungkin

Tatalaksana
● Resusitasi → memberikan oksidasi yang cukup (patokannya tidak hanya score apgar, namun bisa
dari pedoman lain → dome score)
● Menghentikan dampak lanjut dari asfiksia
Note :
Skor APGAR → bukan penentu diberikannya resusitasi, skor APGAR → menilai keadaan bayi

2. APNEA
● Apnea of prematurity: tidak terdapat aliran udara pernapasan
selama lebih dari 20 detik atau kurang dari 20 detik bila disertai hipoksemia (Sp02 <80%
atau 85%) dan/atau bradikardia (<100x/mnt atau <2/3 dari baseline) pada bayi dengan
usia gestasi <37 mgg.
● Periodic breathing: pola bernapas normal selama 10-15 dtk, yang kemudian diikuti oleh
henti napas selama 5-10 dtk tanpa perubahan pada denyut jantung maupun warna kulit
(normal pada bayi prematur)
Note :
- Periodic apnea → tidak bernafas normal 10-30 detik → Normal pada bayi prematur→ tidak
disertai bradikardi, hipoksemia
- Apneu yang sesungguhnya → ada bradikardi, hipoksemia

Klasifikasi:
● Apnea sentral (40%) → pada pendarahan (intraventrikuler)
● Apnea obstruktif (10%) → banyak sekret
● Apnea campuran (50%)
Insidensi: meningkat seiring dengan semakin rendahnya usia gestasi
● 100% pada usia gestasi <29 mgg
● 80% pada usia gestasi 30 mgg
● 20% pada usia gestasi 34 mgg
Note :
- Apnea obstruksi → akibat sekret → sehingga harus rutin di suksion
- Paru paru terbentuk sempurna 34 minggu → sehingga bayi lahir <34 minggu perlu dipersiapkan
alat bantu nafas
- Kriteria prematur → <37 minggu, postmatur → >42 minggu
Etiologi:
● Penyakit/kelainan organ
● Kepala dan SSP: asfiksia neonatal, perdarahan intraventrikular, meningitis, hidrosefalus
dengan peningkatan TIK, kejang
● Sistem respirasi: hipoksia, obstruksi jalan napas, penyakit paru, ventilasi tidak adekuat
atau ekstubasi terlalu dini
● Sistem kardiovaskular: gagal jantung kongestif, PDA, penyakit jantung kongenital
● Saluran cerna: EKN, refluks gastroesofageal
● Sistem hematologi: anemia, polisitemia
● Penyakit dan kelainan lainnya: suhu tidak stabil (hipotermia, hipertermia), infeksi
(sepsis), kelainan metabolik/elektrolit (hipoglikemia, hiponatremia), refleks vagal (efek
sekunder tube nasogastrik), Obat (dosis tinggi fenobarbital, diazepam, pengaruh Obat
ibu seperti MgS04 dan anestesi umum)
Note :
- Kelainan jantung kenginata misal l ASD
- Penyakit dan kelainan lainnya : misal penggunaan obat anti kejang yang diberikan
dengan dosis tinggi

Penyebab apnea dan bradikardi tersering sesuai dengan usia kehamilan


EKN → akibat pemberian makan terlalu dini → menyebabkan gangguan di usus
Misal bayi prematur diberikan susu

Berdasarkan usia postnatal:


● Terjadi beberapa jam sesudah lahir: pengaruh Obat ibu, asfiksia, kejang, PMH
● <1 mgg: PDA, perdarahan intra/periventrikular
● >1 mgg: hidrosefalus pasca perdarahan, kejang
● 6-10 mgg: anemia karena prematuritas
● Terjadi dalam waktu yang bervariasi: sepsis, EKN, meningitis

Gejala klinis:
● Intoleransi makan
● Letargi
● Termolabil
● Jitteriness
● Depresi SSP
● Iritabilitas
● Distres napas dan desaturasi
● Bradikardia
● Hipotonia
● Kejang
Laboratorium:
● Gambaran darah tepi/hitung jenis/trombosit (ddx sepsis)
● AGD (ketahui hipoksia)
● Glukosa elektrolit darah (ketahui gangguan metabolik)
Radiologi:
● Foto rontgen thorax (atelektasis, pneumonia → air leak)
● Foto abdomen (tanda EKN)
● USG kepala (perdarahan intracranial/kelainan SSP)
● CT scan (untuk bayi kelainan neurologis, infark serebri)
Terapi umum:
● Suplementasi oksigen
● Prone head-elevated positioning
● Stimulasi taktil
● Posisi leher tidak boleh terlalu fleksi/ekstensi
● Nasal CPAP: tekanan 4-6 cmH20
● Kangaroo mother care
● Termoregulasi
● Transfusi sel darah merah
● Atasi refluks gastroesofageal
● Medikamentosa (jika usaha di atas gagal)
Note :
● Pasang oksigen, posisikan kepala pasien lebih tinggi dari tubuh namun leher tidak boleh
terlalu fleksi atau terlalu ekstensi,
● stimulasi taktil (ditepuk-tepuk),
● kangaroo mother care(misal inkubator terbatas atau tidak ada → metode ini bayi digendong skin
to skin dengan ibu→ transfer termoregulasi → panas ibu/selain ibu menuju ke bayinya )
● Anemia → bayi kecil sering anemi → jadi diberikan transfusi sel darah merah
● Asfiksia → apgar (<7, normal 8-10 → yang dilihat dari tonus otot) dan downescore
● Apgar score dan downescore

3. PNEUMONIA PADA NEONATUS


● Proses inflamasi dan infeksi yg terjadi pada jaringan parenkim paru.
● Insidensi: 5-50 dari 1000 kelahiran hidup
Etiologi:
● Sebagian besar oleh bakteri, yg tersering Group B Streptococcus
● Bakteri lain: E. coli, Staphylococcus aureus
● Bakteri atipikal: Chlamydia trachomatis, Listeria monocytogenes
● Virus: Rubella, Herpes, RSV, Cytomegalovirus, HIV, Adenovirus, Enterovirus
● Parasit: Toxoplasma gondii
● Jamur: Candida albican
Note :
● BAHAYA → rubella → tertular dari ibu saat melalui jalan lahir
● Seorang ibu hamil aterm inpartu → ibu mengidap HIV → disarankan seksio/sesarea
● Ibu dengan riwayat penyakit kelamin → disarankan sesar

Klasifikasi berdasarkan etiologi:


● Pneumonia kongenital
○ Pneumonia intrauterin (penyebaran transplasental)
● Pneumonia didapat
○ Pneumonia intrapartum (aspirasi) → staphylococcus, candidiasis (ibu sering keputihan )
○ Pneumonia postpartum (penyebaran hematogen, nosokomial)
Klasifikasi berdasarkan onset:
● Awitan dini (48 jam - 7 hari)
● Awitan lanjut (7 - 28 hari)

Gejala Klinis:
● Sistemik:
○ Letargi
○ Malas menetek
○ Perfusi perifer menurun → saat kulit ditekan tidak langsung kembali
○ Takikardia
○ Hipo/hipertermia → suhu tidak selalu demam → kadang suhu rendah → bayi dengan
hipotermi tanda sepsis dan infeksi penyakit lainnya
○ Distensi abdomen
○ Refleks lemah → lemes letoy saat diangkat tangan cepat jatuh

● Tanda distres pernapasan:


○ Takipnea (60-89%)
○ Retraksi(tarikan dinding dada) , terutama subkostal dan interkostal

Laboratorium
Darah:
● Jumlah batang >20% leukosit
● Leukositosis
● Kultur dapat (+)
● LED meningkat
● CRP meningkat
Aspirat cairan trakea/lambung/faring:
● Dapat ditemukan bakteri
● Analisis cairan serebrospinal
Pencitraan
● Foto rontgen thorax
● Kasus berat: Tampak densitas homogen difus
● Kasus Iain: Seperti gambar HMD (reticulogranular dan difus), kadang seperti pneumonia
pada bayi
● Gambaran nodular/infiltrat, ranular air bronchogram, konsolidasi lobar/segmental yang
gambarannya tidak membaik dalam 48 jam, gambaran pneumatocele dan efusi pleura
Note :
Gambaran paru putih → homogen difus

Terapi umum
● Pertahankan suhu optimal bayi 36.5-37.5C → PENTING
● Pertahankan TD dan perfusi jaringan
● Cairan dan nutrisi via enteral dan parenteral sesuai indikasi
● Oksigenasi sesuai indikasi
Terapi medikamentosa
● Ampisilin
○ Usia 0-7hr: 50mg/kgBB/12jam
○ Usia >7hr: 50mg/kgBB/8jam ditambah
● Gentamisin
● Dosis loading 8mg/kgBB, dilanjutkan
● Usia 0-7hr: 2mg/kgBB/24jam
● BB <2kg:
● 4mg/kgBB
● BB >2kg.
● Usia >7hr:
● 4mg/kgBB/24jam
● BB <2kg.
● 6mg/kgBB
● BB >2kg.
● Jika infeksi nosokomial: Sefalosporin gen 3
● Usia 0-7hr: 100mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis 1M/lV
● Usia >7hr: 150mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis 1M/IV
● Jika gagal dengan terapi lini 1: Sefafosporin gen 3
● Jika dalam perawatan NICU (ventilator) >3hr: selanjutnya bergantung hasil kultur dan
resistensi mikroorganisme
● Terapi antibiotik diberikan selama 10-21 hr
Note : Tatalaksana mungkin dapat berkembang → pilihan sesuai di rumah sakit → first choice ga ada,
pake second choice

4. SINDROM ASPIRASI MEKONIUM


● Distres pernapasan yg terjadi pada bayi baru lahir dengan cairan ketuban yg terwarnai
dengan mekonium.
● Mekonium: sekret intestinal pertama dari bayi baru lahir yg terdiri atas sel-sel epitel,
rambut, mukus, asam empedu, lanugo, dan sejumlah komponen pro inflamasi.
● Biasanya terjadi pada bayi matur dan postmatur.
● Insidensi cairan ketuban terwarnai mekonium:
○ Insidensi 1.6% pada bayi yg lahir dgn usia kehamilan 34-37 mgg
○ Insidensi 30% pada bayi yg lahir dgn usia kehamilan >=42 mgg
○ Dari seluruh bayi yg lahir dgn cairan ketuban terwarnai mekonium, 3-4% yg
mengalami Sindrom Aspirasi Mekonium
Note :
Lahir “ ngokop kawah “ → lahir bercampur ketuban dengan mekoniumnya
Faktor resiko:
● Kehamilan lebih bulan
● Preeklamsia dan eklamsia
● Ibu dgn HT
● Ibu dgn DM
● Gangg. pertumbuhan intrauterin
● Oligohidramnion
Skor APGAR 5 menit yg rendah
● Gawat janin
● Persalinan di rumah
● Ibu perokok berat, serta memiliki penyakit jantung dan saluran respirasi
Note :
● Gangguan tumbuh intra uteri → tidak berkembang
● Gawat janin → bayi bayi HMD
● Aspirasi mekonium → persalinan normal → yang menolong orang awam, ibu merokok
Pemeriksaan fisik
● Tanda-tanda lebih bulan:
● Kuku panjang
● Kulit terwarnai mekonium (kuning kehijauan) disertai pengelupasan
● Tali pusar terwarnai mekonium
● Auskultasi paru: ronki atau mengi
Tanda obstruksi jalan napas:
● Apnea
● Gasping
● Sianosis
Tanda distres pernapasan
● Takipnea
● Pernapasan cuping hidung
● Retraksi interkostal
● Diameter anteroposterior dada meningkat

Pemeriksaan penunjang:
● AGD: Hipoksemia, alkalosis respiratorik di awal, kemudian pada kasus memberat
menjadi asidosis
● Foto rontgen thorax: Hiperinflasi lapang paru, diafragma mendatar, infiltrat berupa
bercak ireguler, pneumotoraks, pneumomediastinum
● Ekokardiografi jantung: Hipertensi pulmonal

● Bayi lahir dengan distres pernapasan -+ intubasi secepatnya mekonium aspirator


● Medikamentosa:
○ Antibiotik: dimulai dengan antibiotik spektrum luas seperti ampisilin dan
gentamisin
○ Surfaktan

● Dukungan respiratorik:
● Pemantauan saturasi oksigen dan AGD
● Ventilasi non invasif dengan CPAP
● Ventilasi mekanik: diindikasikan pada pasien dgn ancaman gagal napas (hiperkapnia
dan hipoksemia persisten)
● Inhalasi nitrit oksida: pada kondisi hipertensi pulmonal
● Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO)
Note :
intubasi /suction
Memberikan antibiotik → surfaktan

5. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)


● Penyakit membran hialin / Hyaline Membrane Disease (HMD)
● Diagnosis klinis pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas yang disebabkan oleh
defisiensi surfaktan
● 60-80% terjadi pada bayi lahir pada usia gestasi <28 minggu
Note :
biasa terjadi pada bayi prematur, < 37 minggu

Faktor resiko:
● Prematuritas
● Jenis kelamin laki-laki
● Predisposisi familial
● Persalinan SC
● Asfiksia neonatal
● Korioamnionitis
● Kehamilan multipel
● Ibu dgn DM
Pemeriksaan fisik:
● Gejala distres pernapasan sesaat setelah lahir:
● Takipnea
● Merintih
● Pernapasan cuping hidung
● Retraksi dinding dada
● Sianosis
Note :
Jenis kelamin laki- laki → alasan belum diketahui
Kehamilan multiple → bayi kembar

Pemeriksaan penunjang:
● Darah lengkap, hitung jenis, kultur darah (singkirkan ddx infeksi)
● Gula darah, elektrolit serum
● AGD: hipoksemia, hiperkarbia
● Foto rontgen thorax:
● Gambaran retikulogranular —+ Ground glass appearance disertai Peripheral air
bronchogram
Note :
Ibu dengan DM → sering terjadi RDS

Tatalaksana
● Tatalaksana prenatal: pemberian kortikosteroid antenatal
● Tatalaksana respiratorik:
○ Invasif: Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik → intubasi
○ Non invasif: CPAP mulai PEEP 6-8mmH20 dan Fi02 30%
○ Target saturasi 90-94%

● Tatalaksana medikamentosa:
○ Pemberian surfaktan 4mL/kgBB/dosis terutama pada 6 jam pertama kehidupan → > 6
jam akan kurang berhasil/ suraktan tidak bermanfaat
○ Antibiotik spektrum luas sampai terbukti tidak ada infeksi bakteri
Note :
Surfaktan di era BPJS tersedia dan menolong banyak bayi → karena ini barang langka dan mahal

6.TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN)


● Distres pernafasan akibat clearance cairan paru tertunda, yg terjadi pada bayi lahir
matur (aterm) atau mendekati matur (late term)
● Ringan, dapat sembuh sendiri, biasanya membaik dalam 3-5 hari.
● Tidak terdapat gejala sisa jangka panjang.
● Sesak napas, sianosis umumnya muncul <6 jam pertama kehidupan.
● Gambaran rontgen baik

Faktor resiko:
● Lahir dengan SC (khususnya bayi dengan UK <38mgg)
● Laki-laki
● Makrosomia
● Riw. penggunaan sedasi pada ibu saat persalinan
● Persalinan dengan kala 2 memanjang
● Asfiksia neonatorum
● • Asma pada ibu
● • Pemotongan tali pusat yg tertunda (optimal 45 dtk) → optimalkan pemotongan
● • Letak sungsang
● • Ibu dgn DM
● • Berat lahir rendah atau sangat rendah
● • Kehamilan multipel

PX Fisik:
● Takipnea (>60x/mtn, dapat mencapai 100-120x/mnt)
● Takikardia dgn TD normal
● Distres pernapasan ringan hingga berat (merintih, pernapasan cuping hidung, retraksi
interkostal, sianosis)
● Barrel chest → dada menggembung
● Hepar dan lien dapat teraba
PX Penunjang:
● AGD: hipoksia ringan, hipokarbia, hiperkarbia (PC02 >55mmHg)
● Darah lengkap, hitung jenis leukosit: normal pada T TN
● Kadar endotelin-l plasma: membedakan dengan HMD/RDS yang meningkat
● interleukin 6: membedakan dengan sepsis. Normal pada TTN
● Rontgen thorax: Hiperekspansi paru, perihilar streaking, pembesaran jantung ringan
sampai sedang, pendataran diafragma, cairan pada fisura minor atau cairan pada
kavum pleura
● USG paru: double lung point, comet tail artifact pada lapang paru bagian bawah

● Cairan dan elektrolit:


○ Harus di monitor
○ Restriksi cairan dapat membantu mengurangi durasi rawat inap
● Nutrisi:
○ RR >60x/menit: Puasakan bayi
○ RR <60x/menit: Dapat diberi minum
○ RR 60-80x/menit: Minum melalui pipa nasogastrik

● Dukungan respiratorik
○ Pemberian oksigen suplementasi nasal kanula / Terapi ventilasi non invasif /
Intubasi —i Sesuai gejala dan saturasi oksigen

● Antibiotik
○ Spektrum luas sampai diagnosis sepsis atau pneumonia dapat disingkirkan
Note :
- Hati hati bayi di infus → pemberian cairan berlebih → jangan memperberat penyakit pasien
- Bayi takipnea → hati hati pemberian minumnya → bila perlu dipuasakan atau pemberian minum
lewat sonde
- Dukungan respiratori → restriksi berikan sipet
- Antibiotik diberikan sampai diagnosis sepsis tersingkir

INFEKSI NEONATAL
1. SEPSIS PADA NEONATUS
● Sindrom klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai beremia pada bulan pertama
kehidupan.
● Klasifikasi:
○ Sepsis awitan dini(sepsis awal) : terbukti terdapat infeksi (dari kultur darah
dan/atau CSF)
■ Segera sesudah lahir - 7 hari
■ <72 jam pada BBLSR yang sejak awal dirawat inap di RS
● Sepsis awitan Ianjut: terbukti terdapat infeksi (dari kultur darah dan/atau CSF)
○ >7 hari (sumber infeksi nosokomial / komunitas)
○ >72 jam pada BBLSR yang sejak awal dirawat inap di RS
Note
● Sepsis awal : <7 harri
● Sepsi lanjut : > 7 hari

Etiologi:
● Paling sering: Streptococcus group B
● Paling sering nomor dua: Escherichia coli K1
● Penyebab utama bakteremia nosokomial: Staphylococcus coagulase negative

PENYAKIT PADA IBU YANG BERPENGARUH PADA BAYI


Paling sering virus
1. INFEKSI TOXOPLASMA KONGENITAL
● Toxoplasma gondii:
○ protozoa parasit
○ menginfeksi dari makanan/minuman yg terkontaminasi ookista yang
diperoleh dari kucing atau makanan yg kurang matang atau daging
mentah yg mengandung kista
● Infeksi Pada ibu di trimester 1 dan 2 dapat menyebabkan toksoplasmosis
kongenital yang berat dan dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim dan
aborsi spontan(keguguran) .
● Risiko transmisi melalui plasenta sekitar 40% selama masa kehamilan (<2%
pada trimester 1, >80% pada trimester 3)

Trias klasik
- Hidrosefalus
- Korioretinitis
- Kalsifikasi intrakranial

Diagnosis laboratorium Toksoplasmosis Kongenital


- IgG toxoplasma meningkat dan menetap sampai usia >12bl (gold standard)
- IgG toxoplasma (+) dan IgM toxoplasma (+)
- PCR toxoplasma (+) dari cairan amnion/ darah tepi/ cairan serebrospinal/ urin/
cairan tubuh Iain
- IgG toxoplasma neonatus (+) tetapi IgM (-) dan ada bukti serologi maternal
akut selama kehamilan, dan bukti manifestasi klinis sugestif Toxoplasmosis
Kongenital
-
2. SINDROM RUBELLA KONGENITAL
- Anomali pada bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita infeksi virus rubella
pada trimester pertama kehamilan.
- Trias: Mata katarak, Telinga tuli sensorineural, Defek pada jantung.
- Risiko mortalitas bergantung pada beratnya kelainan.
- Mortalitas pada bayi yang simtomatik sebesar 20% → terganting pada beratnya kelainan.
Note :
Infeksi infeksi kehamil biasanya terjadi pada trimester awal

Tatalaksana
● Tidak ada tatalaksana khusus
● Terapi sesuai gejala + kerjasama antardisiplin ilmu -+ Tatalaksana holistik
● Pemberian vaksin rubella → sangat penting
3. INFEKSI CYTOMEGALOVIRUS (CMV) KONGENITAL
● Infeksi CMV Kongenital terjadi intrauterin
● Kategori Simtomatik & Asimtomatik
● Infeksi CMV Kongenital dengan keterlibatan SSP merupakan SALAH satu
kriteria diagnostik yang termasuk dalam kasus simtomatik berat.
Manifestasi klinis:
● Pertumbuhan janin terhambat
● Mikrosefal
● Kalsifikasi intrakranial
● Hepatosplenomegali
● Ikterus
● Korioretinitis
● Trombositopenia
● Anemia
● SNHL
● Gangguan perkembangan saraf

Pemeriksaan penunjang (gold standart)


○ Isolasi virus dalam urin atau saliva
○ Pada minggu pertama hingga minggu ketiga kehidupan
○ Butuh waktu lama 2-3 mgg dan rumit
○ PX penunjang pilihan utama untuk penegakan diagnosis:
○ PCR
○ Alternatif Iain: Pemeriksaan serologi dengan ELISA (deteksi kadar titer IgM
○ anti CMV sebagai tanda infeksi saat ini)

Tatalaksana
- • Tatalaksana diindikasikan pada bayi dengan simtomatik berat usia <6 bulan.
- • Pada kasus asimptomatik dengan SNHL tidak rutin diberikan terapi antivirus.

HIPERBILIRUBINEMIA
dapat dibagi menjadi 2, yaitu
1. Fisilogis → sebelum usia 3 hari
2. Patologis → setelah usia 3 ari

Pendahuluan
- Akumulasi bilirubin akibat produksi bilirubin yang melebihi eliminasi
- Ditandai pewarnaan kuning pada kulit, sklera, dan mukosa
- Tampilan ikterus ditentukan dengan memeriksa neonatus dalam pencahayaan yg baik,
menekan kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kulit dan jaringan subkutan
- Fokuskan pada identifikasi salah satu penyebab ikterus non fisiologis
- Jika neonatus usia kehamilan >35 mgg terlihat ikterik pada 24 jam pertama kehidupan
cek Total Serum Bilirubin (TSB) atau Transcutaneous Bilirubin (TcB) —+ Sesuaikan
nomogram

Ikterus Fisiologis:
- Terjadi setelah hari pertama kehidupan, kalau pada hari pertama kehidupan disebut
ikterus patologis
- Dapat berlangsung selama I minggu
- Terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin disertai ketidakmampuan neonatus
mengkonjugasikan bilirubin
- Bilirubin total mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan, Ialu perlahan turun
Ikterus Non Fisiologis
- Kelainan produksi bilirubin
- Kelainan eliminasi bilirubin
- Kelainan metabolik dan endokrin
- Peningkatan sirkulasi enterohepatik

Bilirubin Ensefalopati
● Akut
● Fase awal: Ikterus berat, letargis, hipotonik, refleks hisap buruk
● Fase tengah: Stupor, iritabilitas, hypertoni
● Fase Lanjut: Demam, high pitched cry, drowsiness, hipotoni

Terapi:
Fototerapi
● Terapi menggunakan cahaya, mengubah bilirubin pada kapiler superficial, jar. interstitial
kulit, dan subkutan, menjadi isomer larut air. Kemudian diekskresikan tanpa melewati
proses metabolisme hepar.
● Efek samping: bronze baby syndrome, displasia bronkopulmonal, retinopathy of
prematurity, EKN, gangg sistem imun, erupsi purpura dan bulosa
Kondisi sangat berat: Transfusi ganti
● Indikasi: Sudah mendapat fototerapi intensif, namun total bilirubin serum tetap
meningkat hingga level tertentu. Neonatus dengan ensefalopati bilirubin akut.
● Komplikasi: henti jantung henti napas, aritmia, trombosis, trombositopenia, hipotermia,
EKN, risiko infeksi
LONCAT

Normalnya diatas 8

DOWNES score
NANTI BANTU DI CEK LAGI YA DENGAN PPTNYAA, DISINI
HANYA CATATAN WAKTU KULIAH PAKAR, BLM DAPET
PPT. MAKASI GEASS SEMANGAT. GBU

Anda mungkin juga menyukai