Anda di halaman 1dari 56

PRESENTASI KASUS

PEB PADA SEKUNDIGRAVIDA HAMIL ATERM


DALAM PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DENGAN LEUKOSITOSIS (18,9)
Lely Amedia Ratri G99152026
Cahyanita Dyah P G99152033
Agil Noviar Alvirosa G99152034
Rahmi Syuadzah G99152042
Michael Asby Wijaya G99152045

Pembimbing : dr Darto Sp.OG (K)


PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan suatu Insidensi preeklampsia di US
gangguan hipertensi multisistemik berkisar 2-6% wanita sehat,
karena malfungsi endotel vaskular nullipara. Berdasarkan data semua
secara keseluruhan dan kasus preeklampsia, 10% muncul
vasospasme pada kehamilan lebih pada kehamilan 34 minggu.
dari 20 minggu dan dapat Insidensi global preeklampsia
bertahan sampai 4-6 minggu diperkirakan sebesar 5-14% dari
setelah persalinan keseluruhan kehamilan
Preeklampsia respon vaskular
Hepar  pendarahan
abnormal peningkatan
subkapsular, nekrosis, dan
resistensi vaskular sistemik,
edema sel hepar menghasilkan
pengaktifan agregasi platelet,
kondisi nyeri epigastrium dan
aktivasi sistem koagulasi, dan
gangguan fungsi hepar
disfungsi sel endotel

Otak  edema  menghasilkan


penurunan perfusi otak, iskemia,
HELLP syndrome dan impending
dan nekrosis pembuluh darah
eklampsia sebagai komplikasi
yang menjadikan gejala sakit
pada pasien dengan
kepala, gangguan penglihatan,
preeklampsia berat
dan dapat kejadian gangguan
cerebrovascular
STATUS PASIEN
ANAMNESIS
Identitas pasien
 Nama : Ny. S
 Umur : 27 tahun
 Alamat : Sragen
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Tanggal Masuk : 4 Oktober 2016
 Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2016
 No. RM : 0135xxxx
ANAMNESIS
Keluhan utama:
• Kenceng-kenceng

Riwayat penyakit sekarang:


• Seorang G2P1A0, usia 27 tahun, usia kehamilan 39 minggu
datang rujukan dari RS Assalam Sragen dengan keterangan
G2P1A0 UK 39 minggu inpartu kala I fase laten dengan PEB.
Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng teratur sudah
dirasakan, gerakan janin masih dirasakan, air ketuban belum
dirasakan keluar, lendir darah (+). Pasien juga mengeluhkan
tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan 7 bulan
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
•Riwayat DM : disangkal
•Riwayat hipertensi : disangkal
•Riwayat sakit jantung : disangkal
•Riwayat sakit asma : disangkal
•Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Haid
•Menarche : 12 tahun
•Lama menstruasi : 7 hari
•Siklus menstruasi : 28 hari
ANAMNESIS
Riwayat Obstetrik
• Hamil I : laki-laki, 6 tahun, 3400 gr, spontan, bidan
• Hamil II : hamil sekarang
• HPHT : 5 Januari 2016
• HPL : 12 Oktober 2016
• UK : 39 minggu

Riwayat Perkawinan
• Menikah 1 kali.Telah menikah selama 8 tahun.

Riwayat Fertilitas
• Riwayat fertilitas dinilai baik

Riwayat KB
• Pernah menggunakan KB suntik sejak 4 tahun yang lalu kemudian berhenti 2 tahun yang
lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum: Baik, CM, gizi kesan
cukup
Tanda vital
Tek. Darah : 170/100 mmHg
Frek. Napas : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,50 C
PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva pucat (-/-)
Cor/pulmo dbn Sklera Ikterik (-/-)

Abdomen :
Supel, NT (-), teraba janin tunggal, intra
uterin, memanjang, puki, preskep, kepala
sudah masuk panggul < 2/3 bagian, HIS(+)
3x/10’/30”, DJJ (+) 142x ireguler, TFU 32 cm
~ TBJ 3100 gram

genital:
VT: v/u tenang, dinding vagina dbn, portio lunak
mendatar, diameter: 8 cm, eff 75% , preskep,
kepala di Hodge III KK dan penunjuk sudah dapat
dinilai, UUK pukul 11 AK (-) keruh, STLD (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (4 Oktober 2016)
 Hematologi  Kimia Klinik  Elektrolit
 Hb : 12,0 g/Dl  GDS : 99 mg/dl  Natrium darah : 133 mmol/L
 Hct : 37 %  SGOT: 12 u/l  Kalium darah : 3,3 mmol/L
 AL : 18,9 x103/uL (↑)  SGPT : 11 u/l  Klorida darah : 105 mmol/L (↑)
 AT : 319 x103/uL  Creatinine: 0,5 mg/dl (↓)
 AE : 5,23 x103/uL (↑)  Ureum : 17 mg/dl
 LDH : 338 u/l (↑)  Serologi:
 Homeostasis  Albumin : 3,7 g/dL  HBsAg : non reaktif
 PT : 12,3 detik  HIV rapid : non reaktif
 APTT : 39,1 detik  Urinalisi
 INR : 0,970  Protein : +2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (4 Oktober 2016)
 Tampak janin tunggal IU, preskep, DJJ (+)
 FB: BPD: 9,13, AC: 34,42, FL: 6,58, EFW: 3119 gram
 Placenta insersi di corpus grade III
 Air ketuban kesan cukup
 Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
 Kesan janin saat ini dalam keadaan baik
KESIMPULAN

 Seorang G2P1A0, 26 tahun, UK 38 minggu dengan


riwayat obstetri dan fertilitas baik. Teraba janin tunggal,
hidup, intrauterine, memanjang, punggung di sebelah
kiri, presentasi kepala, his (+) 3 kali dalam 10 menit
selama 30 detik, DJJ (+) 142x/ireguler, portio kesan
mendatar O: 8 cm, effacement 75%, kepala teraba di
H.III, Air ketuban (-)
DIAGNOSIS

PEB pada sekundigravida hamil aterm


dalam persalinan kala I fase aktif
TATALAKSANA
 Protap PEB:
 O2 3 lpm
 Infus RL 12 tpm
 Inj. MgSO4 20% 4 gr dalam 15 menit (initial dose)
 Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam (maintenance dose)
 Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
 Awasi KU/VS/BC + DJJ
 Lanjut persalinan pervaginam
 Observasi 10
 Evaluasi 2 jam lagi
FOLLOW UP
4 Oktober 2016 pukul 06.10
 G2P1A0, 27 tahun UK 39 minggu
 Keluhan : merasa ingin mengejan
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 150/90 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 84x/mnt Suhu : 36,50C
 Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterine, memanjang, punggung
kiri, presentasi kepala, DJJ (+) 140x/menit reguler, His (+) 4x/10’/50”, kepala masuk panggul >2/3
bagian
 Genital : Vaginal Toucher : V/u tenag, dinding vagina dalam batas normal, pembukaan
lengkap, effacement 100%, KK (-), penunjuk di jam 12, kelapa di hodge III, air ketuban (+), sarung
tangan lendir darah (+)
 Diagnosis Kala II, PEB pada sekundigravida hamil aterm
 Terapi :
 Pimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
 Siapkan resusitasi bayi
4 Oktober 2016 pukul 06.20
 Lahir bayi laki-laki dengan BB 3400 gr, Apgar Skor 4-6-8
4 Oktober 2016 pukul 06.25
 Lahir plasenta lengkap ukuran 20x20x1,5 cm
4 Oktober 2016 pukul 08.20 ( 2 jam post
partus)
 P2A0, 27 tahun
 Keluhan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 140/90 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,50C
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
 Genital : darah (-), lochia (+) rubra
 Diagnosis : Post vacum ekstraksi a/i PEB pada sekundipara hamil aterm
 Terapi : -mondok HCU
 - Protap PEB :
 O2 3 lpm
 Infus RL 12 tpm
 Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam (selesai tanggal 21/5/2016 pukul 02.00)
 Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
 Awasi KU/VS/ tanda impending eklampsia
 Cefadroxil 500 mg/ 12 jam per oral
 Asam mefenamat 500mg/8 jam per oral
 Vitamin C 50 mg/12 jam per oral
4 Oktober 2016 pukul 10.15
 P2A0, 27 tahun
 Keluhan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 140/90 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 80 x/mnt Suhu : 36,50C
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
 Genital : darah (-), lochia (+) rubra
 Diagnosis : Post vacum ekstraksi a/i PEB pada sekundipara hamil aterm
 Terapi : - Protap PEB :
 O2 3 lpm
 Infus RL 12 tpm
 Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam  selesai pukul 02.00
 Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
 Awasi KU/VS/ tanda impending eklampsia
 Cefadroxil 500 mg/ 12 jam per oral
 Asam mefenamat 500mg/8 jam per oral
 Vitamin C 50 mg/12 jam per oral
 Metronidazole 500 mg/8 jam
Hasil laboratorium darah 4 Oktober
2016 pukul 16.29
 Hemoglobin : 9,4 g/dL (↓) eritrosit : 4,01 juta/uL (↓)
 Hematokrit : 28% (↓) Trombosit : 412 ribu/uL
 Leukosit : 29,1 ribu/uL (↑)
4 Oktober 2016 pukul 17.00
 P2A0, 27 tahun
 Keluhan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 72 x/mnt Suhu : 36,50C
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
 Genital : darah (-), lochia (+) rubra
 Diagnosis : Post vacum ekstraksi a/i PEB pada sekundipara hamil aterm dengan anemia (9,4) dan leukositosis (29,1)
 Terapi : - Protap PEB :
 O2 3 lpm
 Infus RL 12 tpm
 Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam  selesai pukul 02.00
 Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
 Awasi KU/VS/ tanda impending eklampsia
 Cefadroxil 500 mg/ 12 jam per oral
 Asam mefenamat 500mg/8 jam per oral
 Vitamin C 50 mg/12 jam per oral
 Metronidazole 500 mg/8 jam
5 Oktober 2016 pukul 06.00
 P2A0, 27 tahun
 Keluhan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,40C
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
 Genital : darah (-), lochia (+) rubra
 Diagnosis : Post vacum ekstraksi a/i PEB pada sekundipara hamil aterm dengan leukosistosis (29,1) dan anemia (9,4)
 Terapi : - pindah bangsal
 -Protap PEB :
 O2 3 lpm
 Infus RL 12 tpm
 Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam  selesai pukul 02.00
 Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
 Awasi KU/VS/ tanda impending eklampsia
 Cefadroxil 500 mg/ 12 jam per oral
 Asam mefenamat 500mg/8 jam per oral
 Vitamin C 50 mg/12 jam per oral
 Metronidazole 500 mg/8 jam
6 Oktober 2016 pukul 06.00
 P2A0, 27 tahun
 Keluhan : tidak ada
 Keadaan umum : baik, composmentis
 Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg RR : 20x/mnt
 Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36,40C
 Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
 Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+)
 Genital : darah (-), lochia (+) rubra
 Diagnosis : Post vacum ekstraksi a/i PEB pada sekundipara hamil aterm dengan leukosistosis
(29,1) dan anemia (9,4)
 Terapi -Cefadroxil 500 mg/ 12 jam per oral
 Asam mefenamat 500mg/8 jam per oral
 Vitamin C 50 mg/12 jam per oral
 Metronidazole 500 mg/8 jam
 BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
PRE EKLAMPSIA
DEFINISI

Penyakit hipertensi dan proteinuria yang didapatkan


setelah umur kehamilan 20 minggu.

TD ≥ 140/90 dan disertai proteinuria > 300mg/24 jam atau ≥ +1


ETIOLOGI
Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

Teori intoleransi imunologis antara ibu dan janin

Teori adaptasi kardiovaskuler genetik

Teori genetik

Teori defisiensi gizi

Teori inflamasi
PATOFISIOLOGI

Penurunan kadar
angiotensin II dan Hipovolemia
peningkatan
kepekaan vaskuler
intravaskuler

Vasokonstriksi
pembuluh
darah
FAKTOR RESIKO

• Abnormalitas • Usia > 35 th atau < • Partner laki-laki


KEHAMILAN

PASANGAN
MATERNAL
kromosom 20 th yang pernah
• Mola hidatidosa • Ras kulit hitam menikahi wanita
• Hidrops fetalis • Riw preeklamsia yang kemudian
pada kehamilan hamil dan
• Kehamilan ganda
sebelumnya mengalami
• Donor oosit atau preeklamsia
inseminasi donor • Kondisi medis
khusus: DM, HT • Pemaparan
• Anomali struktur terbatas terhadap
kongenital kronik, Obesitas,
penyakit ginjal, sperma
• ISK • Primipaternity
trombofilia
• Stress
• Antibodi
antifosfolipid
syndrome
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
TATALAKSANA
SIKAP TERHADAP KEHAMILAN
PERAWATAN AKTIF  TERMINASI KEHAMILAN

IBU JANIN LABORATORIUM


• Kegagalan terapi pada
perawatan konservatif • Umur kehamilan • Trombositopenia
• Setelah 6 jam, terjadi aterm progresif menuju
kenaikan darah persisten
• Tanda-tanda impending • Adanya tanda- HELLP Syndrome
eklamsia tanda gawat janin
• Gangguan fungsi hepar
• Gangguan fungsi ginjal
• Adanya tanda-
• Terjadi solution plasenta tanda IUGR
• Timbulnya onset partus, • Oligohdramnion
kpd, dan perdarahan
MEDIKAMENTOSA
• Rawat inap  terminasi kehamilan
• Tirah baring ke kiri secara intermiten
• Infus D5% yang tiap liternya diselingi dengan larutan RL 500 cc
(60-125 cc/jam)
• Oksigen 3Lpm
• Pemberian obat anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan
terapi. Pemberian dibagi loading dose (dosis awal) dan dosis
lanjutan.
• Anti hipertensi diberikan bila tensi ≥ 160/110 mmHg
• Diuretik diberikan atas indikasi edema paru, payah jantung
kongestif, edema anasarka
• Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
• Pengawasan ketat keadaan umum/tanda vital/balance cairan
pasien
KONSERVATIF

Indikasi: kehamilan < 37 minggu atau


preterm tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsia serta keadaan ibu
dan janin baik
KOMPLIKASI

•HELLP syndrome

Perdarahan otak

Gagal ginjal

Hipoalbuminemia

Ablatio retina

Edema paru

Solusio plasenta
ANALISIS KASUS
ANALISIS KASUS
 Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (Depkes, 2009).

Fase Laten Fase aktif


• Dimulai sejak awal kontraksi • Frekuensi dan lama kontraksi
• Berlangsung hingga serviks uterus meningkat secara
membuka < 4 cm bertahap
• Berlangsung hampir atau • Pembukaan 4-10 cm
hingga 8 jam • Terjadi penurunan bagian
terbawah janin

 Pada pasien ini sudah dirasakan his 3x dalam 10 menit selama 30 detik yang teratur,
juga dari pemeriksaan VT diketahui pembukaan serviks 8 cm → masuk kala I fase aktif
Analisa Kasus

 Kehamilan berdasarhkan lamanya kehamilan :

preterm • 20-37 minggu


• Berat janin <2500 gram

aterm • 37-42 minggu


• Berat janin >2500 gram

Post matur • >42 minggu

 Pada pasien ini usia kehamilan 39 minggu dengan TBJ 3100, sehingga
pada pasien ini termasuk hamil aterm
Analisa Kasus

 Preeklampsia merupakan sindroma yang ditandai dengan adanya


hipertensi dan proteinuria selama kehamilan,
Analisa Kasus

 Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg. Tekanan


darah pasien yang tinggi masuk ke kriteria diagnosa Preeklampsia Berat
(PEB) yaitu tekanan darah ≥ 160/110 mmHg. Sebelumnya pasien mengaku
tekanan darahnya tidak pernah tinggi. Dalam preeklampsi berat menurut
onsetnya dibedakan menjadi 2 yaitu early onset dan late onset. PEB early
onset biasanya terjadi pada usia kehamilan sebelum 34 minggu sedangkan
late onset biasanya terjadi pasa usia kehamilan setelah 34 minggu. Pada
kasus ini, pasien diduga mengalami PEB early onset karena tekanan
darahnya ≥ 160/110 mmHg, baru terjadi pada usia kehamilan pasien 7
bulan. Untuk memastikan diagnosis PEB perlu dilakukan pemeriksaan uji
urinalisa Ewitz. Keluhan pusing, mual muntah, nyeri ulu hati dan pandangan
kabur disangkal pasien, sehingga pasien ini tidak mengalami impending
eklampsi
Analisa Kasus

 Dari hasil pemeriksaan abdomen dan genital diketahui bahwa


pasien dalam persalinan. Dari pemeriksaan abdomen diketahui
kepala bayi masuk panggul < 2/3 bagian kemudian dari
pemeriksaan genital ditemukan ada pembukaan pada serviks 8 cm,
pendataran serviks masih 75% dan ada pengeluaran pervaginam
yang menandakan bahwa pasien sudah dalam persalinan.
Analisa Kasus

 Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb (12,0 g/dl),


hematokrit (37%), kenaikan eritrosit (5,23 x106/uL), leukosit (18,9
ribu/uL) dan creatinine (0,5 mg/dl). Pemeriksaan protein urin
didapatkan hasil +2. Pemeriksaan USG didapatkan janin tunggal,
intrauterurine, presentasi kepala, DJJ (+), FB: BPD: 9,13, AC: 34,42, FL:
6,58, EFW: 3119 gram, air ketuban kesan cukup, dan tidak tampak
jelas kelainan kongenital mayor, kesan janin dalam keadaan
baik.Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah diketahui hasil urinalis
Ewitz pada pasien ini +2. Sehingga diagnosis PEB dapat digunakan
pada pasien ini
ANALISIS KASUS
 Sebelumnya pada pasien ini diberikan terapi protap PEB untuk
mencegah pasien jatuh ke kondisi eklampsia atau impending
eklampsia. Adapun protap PEB adalah oksigenasi dengan nasal
kanul 3 liter per menit, infus ringer laktat 20 tetes per menit, injeksi
MgSO4 20% 4 gr dalam 15 menit (initial dose) dan injeksi MgSO4 20% 1
gr/jam selama 24 jam (maintenance dose), serta pemberian nifedipin
jika tekanan darah pasien ≥ 160/110 mmHg. Syarat pemberian
MgSO4 adalah refleks patella (+), respiration rate 16-20x per menit,
jumlah urin minimal 30 cc dalam 4 jam. Selama pemberian MgSO4
urine output pasien harus dikontrol dengan cara pemasangan
kateter dan dihitung balance cairannya. Hal ini dimaksudkan agar
pada pasien ini keseimbangan elektrolit tetap terjaga dan tidak
terjadi hipermagnesia. MgSO4 yang diberikan berfungsi sebagai
profilaksis kejang, tokolitik, antihipertensi dan diuretik. Apabila pasien
mengalami keracunan MgSO4 maka dapat diberikan antidotum
kalsium glukonas.
ANALISIS KASUS

Pemeriksaan Fisik

Anamnesis

Pemeriksaan
Penunjang

Fetal distres ketuban pecah dini 1 hari pada sekundigravida


hamil aterm dalam persalinan kala I fase laten
ANALISA KASUS
Tatalaksana

Pemberian Terminasi Pemasangan


O2 kehamilan IUD

Vitamin C Analgesik Antibiotik


ANALISIS KASUS
 Tatalaksana awal pada pasien ini adalah pemberian Oksigen (O2).
 Tujuan pemberian O2 pada kasus fetal distress adalah untuk meningkatkan
kadar O2 pada janin karena salah satu penyebab dari fetal distress adalah
kurangnya masukan O2 dari ibu ke janin.
 Terminasi kehamilan melalui tindakan Sectio Caesarea (SC), yaitu
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus. Tindakan SC pada kasus ini dilakukan atas pertimbangan
adanya fetal distress yang ditandai dengan bradikardi irregular sehingga
memerlukan terminasi segera untuk menyelamatkan janin (Wiknjosastro et.al.,
2005).
 Pada pasien ini juga dilakukan pemasangan IUD dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan untuk mengurangi resiko pada ibu maupun
janin nantinya akibat jarak kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun).
ANALISIS KASUS
 Setelah tindakan SC, pada pasien diberikan terapi antibiotik, analgesik serta vitamin
C.

 Tujuan pemberian antibiotik adalah untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi.

 Nyeri sedang hingga berat sering terjadi pada 48 jam setelah tindakan SC. Tujuan
pemberian analgesik setelah operasi adalah untuk memberikan kenyamanan
pada pasien, menghambat impuls nosiseptif, dan menumpulkan respon
neuroendokrin terhadap nyeri sehingga akan meningkatkan pengembalian fungsi
normal. Selain itu, analgesik diberikan karena mobilisasi dini merupakan faktor kunci
dalam mencegah terjadinya tromboemboli yang meningkat selama kehamilan
dan juga agar pasien pasien dapat merawat serta memberikan ASI terhadap
bayinya secara efektif (Ismail, 2012).
ANALISIS KASUS
 Tujuan pemberian vitamin C setelah operasi adalah untuk mempercepat
terjadinya penyembuhan luka bekas operasi karena vitamin C berperan
sebagai ko-faktor dalam pembentukan kolagen oleh beberapa enzim
(Fukushima & Yamazaki, 2010).
ANALISA KASUS

 Pada tindakan SC prognosisnya baik dan rata-rata lama perawatan


di rumah sakit yaitu sekitar 2-3 hari. Pemulihan pasca SC lebih lama
dibandingkan persalinan per vaginam. Untuk mempercepat
pemulihan pasien pasca SC dianjurkan untuk mobilisasi dini untuk
mencegah terjadinya konstipasi dan tromboemboli.

Anda mungkin juga menyukai