Oleh:
Dokter Pendamping:
dr. Fitri Sari Saragih, M.Kes
PUSKESMAS SINGOSARI
KOTA PEMATANG SIANTAR
PROVINSI SUMATERA UTARA
FEBRUARI 2017 - MEI 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju.
per tahun atau sekitar 5,3%. Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir
ini yaitu tidak terlihat adanya penurunan insiden preeklampsia, berbeda dengan
antibiotik.
kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia
berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah
pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit
panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia,
seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami
2
Preeklampsia dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun janin yang
Liver Enzyme, Low Platelet), edema paru, gangguan ginjal, perdarahan, solusio
plasenta bahkan kematian ibu. Komplikasi pada bayi dapat berupa kelahiran
prematur, gawat janin, berat badan lahir rendah atau Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) .
3
BAB 2
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS
MR : 09.18.98
Nama : Ny. F
Status : Menikah 1x
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Ibu hamil anak ketiga datang mengeluhkan kuning diseluruh badan, urin
coklat pekat sejak 3 hari yang lalu. Tidak ada keluhan nyeri kepala, nyeri ulu hati
4
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Kehamilan :
Riwayat Menstruasi
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Status Generalis
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
5
Kepala
Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thoraks
(-/-)
Abdomen
6
Ekstremitas
Pemeriksaan Luar
2.5 DIAGNOSIS
HELLP Syndrome
7
Eritrosit x 106 3,79 3,8-5,8
Hematokrit % 28 37-47
MCV Fl 76 76-96
AST : 94 (meningkat)
8
Urinalisis
Leukosit :+1
Keton :+1
Bilirubin :+3
Blood :+2
2.8 PENATALAKSANAAN
f. Protap MgSO4 20 %
2.9 Follow Up
9
-Pemberian MgSo4 6 jam kedua
dihentikan karena tidak
memenuhi syarat diuresis
A: G3P2A0H2 hamil preterm 31
minggu dengan Superimposed
PEB + HELLP Syndrome
30/08/2017 S: Kembung IVFD RL 20 gtt/i
Saat sore hari pasien kejang, Dexamethasone 5mg/12 jam
namun keluarga menganggap Ranitidin 50 mg/ 12 jam
sedang kerasukan sehingga Nifedipin tab 4 x 10 mg
meminta untuk pulang kerumah Rencana terminasi kehamilan
(PAPS)
O:
KU baik
TD:170/100 mmHg
HR: 76 x/i
RR:18 x/i
T:36,4 oC
DJJ : 127 x/i, gerakan janin (+)
10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap inflamasi sistemik dengan
berdasarkan adanya:
adanya gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
mg/24 jam atau uji dipstik +1), namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen akibat regangan
capsula glisson
4. Edema Paru
11
6.Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5. Edema Paru
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (ACOG, 2016).
12
Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala
subjektif berupa :
Muntah-muntah
Anamnesis:
Nulipara
Kehamilan multipel
Hipertensi kronik
Penyakit Ginjal
13
Sindrom antifosfolipid (APS)
Pemeriksaan fisik:
Proteinuria (dipstick > +l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara
Wanita yang terpapar oleh vili korionik dalam jumlah besar, seperti pada
selama kehamilan.
dalam rahim. Sedangkan ada atau tidaknya janin bukanlah suatu syarat untuk
14
transudasi plasma, dan sekuel iskemik dan trombotik. Menurut Sibai (2004),
invasi endovascular trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis. Hal ini
menimbulkan degenerasi lapisan otot arteri spiralis sehingga terjadi dilatasi dan
distensi. Pada preeclampsia, terjadi invasi trofoblas namun tidak sempurna dan
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis. Dalam hal ini,
hanya pembuluh darah desidua (bukan pembuluh darah miometrium) yang dilapisi
oleh endovaskuler trofoblas. Akibatnya, lapisan otot arteri spiralis tetap kaku dan
menginvasi desidua dan masuk ke dalam artei spiralis. Hal ini menyebabkan
perubahan pada endotel dan dinding otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah
melebar.
15
Gambar 2.1
yang tidak sempurna sehingga arteri spiralis relatif menjadi lebih konstriksi.
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar
sebelumnya.
makin lama periode ini makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
16
Pada perempuan hamil normal respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte Antigen
Protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga
si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu dan
trofoblas sangat penting agar jaringan decidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Selain itu, pada awal
preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper sel yang lebih rendah dibanding
pada normotensi.
timbul akibat adanya leukosit aktif dengan jumlah yang ekstrem dalam sirkulasi
interleukin (IL) dapat memicu stres oksidatif yang berkaitan dengan preeklampsia.
Stres oksidatif ini ditandai oleh spesies oksigen reaktif dan radikal bebas yang
17
beracun yang merusak sel-sel endotel, mengacaukan produksi nitrit oksida, dan
makrofag yang mengandung lipid (sel foam) di dalam atherosis; aktivasi proses
Moodley, 2016).
antara lain, vitamin E atau tokoferol, vitamin C (asam askorbat), dan karoten.
Studi menunjukkan bahwa pada populasi dengan diet kaya buah-buahan dan
tekanan darah. Studi ini berkaitan dengan penelitian Zhang bahwa resiko
preeklampsi menjadi dua kali lipat pada wanita yang kurang mengkonsumsi asam
meningkat pada obesitas. Hal ini selanjutnya juga berkaitan dengan preeclampsia
karena obesitas pada orang tidak hamil pun dapat menyebabkan aktivasi endotel
18
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami
kematian janin atau neonatus dan bayi kecil masa kehamilan, sedangkan
preeklampsia, persalinan preterm < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500
gr. Aspirin dosis lebih tinggi terbukti lebih efektif namun risiko yang
Efek preventif aspirin lebih nyata didapatkan pada kelompok risiko tinggi
preeklamsia
19
6. Pemberian kortikosteroid akan mengurangi kejadian sindrom gawat napas,
perdarahan intraventrikular, infeksi neonatal serta kematian neonatal
kehamilannya.
a. Pencegahan Kejang
• Infus RL
yaitu:
rumatan
20
Syarat pemberian:
Antidotum :
1. Diazepam 10 mg IV
b. Antihipertensi
21
• Bisa diberikan nifedipin 10 – 30 mg peroral, diulang setelah 30
persublingual)
c. Diuretikum
• Memperberat hipovolemia
• Meningkatkan hemokonsentrasi
1. Edema paru
3. Edema anasarka
22
b. Manajemen Ekspektatif Pada Preeklamsia Berat
23
c. Kriteria Terminasi Kehamilan pada Preeklamsia Berat
24
3.5 Komplikasi Preeklampsia Berat
Sindrom HELLP
H : Hemolysis
Diagnosis:
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas : malaise, lemah, nyeri kepala,
bilirubin indirek
Trombositopenia ≤ 150.000/ml
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen,
Tidak ada definisi sindrom HELLP yang diterma secara universal, insidennya
tergantung pada peneliti tapi jika diagnosis ini ditegakkan, kemungkinan hematoma
dan ruptur hepatis meningkat secara bermakna. Pada suatu penelitian multisentra,
25
Komplikasi tersebut berupa edema paru 10 %, solusio plasenta 10%, eklamsia 6%,
cedera ginjal akut %, hematoma subkapsular 1,6%. Komplikasi lain berupa stroke,
26
BAB 4
PEMBAHASAN
Faktor resiko pada pasien ini adalah hipertensi kronik, multipara dengan
riwayat PE sebelumnya, obesitas sebelum hamil.
Pada kasus ini, pasien terlambat datang ke RS karena pasien tidak rutin
melakukan ANC sehingga deteksi awalnya juga terlambat. Pasien merasa terbiasa
dengan hipertensi karena telah lama menderita penyakit tersebut dan merasa tidak
mengganggu aktivitas sehingga tidak rutin mengkonsumsi obat antihipertensi.
Pasien tidak memahami bahaya hipertensi pada kehamilan membuat keadaan
semakin memburuk.
Pasien ini harusnya segera dilakukan terminasi kehamilan setelah stabil
dikarenakan telah terdapat kriteria terminasi berupa hipertensi persisten dan timbul
sindrom HELLP. Namun keluarga pasien memilih PAPS saat hari rawatan ketiga
ketika pasien sedang kejang. Keluarga menganggap pasien sedang kerasukan dan
ingin dibawa pulang untuk di obati ke dukun kampung.
27
DAFTAR PUSTAKA
in Pregnancy, ACOG
3. Riedman, C. & Walker, I., 1992. Preeclamsia, The Fact. Oxford University
Press
4. Sibai, D. M., Dekker G., Kupferminc M. Preeclamsia. Clin Obs Gyn. 2005
Preeklampsia (2016)
Disorders
complications/preeclampsia/
eclampsia#1
28
10. Gathiram, P., & Moodley, J. (2016). Pre-eclampsia: its pathogenesis and
http://doi.org/10.5830/CVJA-2016-009
11. Lambert, G., Brichant J., Hartstein G., Bonhomme V., Dewandre P., 2014.
12. English, F. A., Kenny, L. C., & McCarthy, F. P. (2015). Risk factors and
7–12. http://doi.org/10.2147/IBPC.S50641
http://www.acog.org/Resources_And_Publications/Task_Force_and_Work_G
roup_Reports/Hypertension_in_Pregnancy
29